Anda di halaman 1dari 54

MENINGOENSEFALITIS

Oleh:
Ruchiyyih Diah Palupi, S.Ked.

Pembimbing:
dr. Bambang Supriadi, Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU NEUROLOGI


RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
DEFINISI
Meningoensefalitis : peradangan
otak dan meningen.
Nama lain yaitu cerebromeningitis,
encephalomeningitis,
meningocerebritis.
Definisi
Meningitis : radang umum pada
araknoid dan piameter yang disebabkan
oleh bakteri, virus, riketsia, atau
protozoa yang dapat terjadi secara akut
dan kronis.
Ensefalitis : radang jaringan otak yang
dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia, atau virus.
Definisi
Meningitis dan ensefalitis dapat
dibedakan pada banyak kasus atas
dasar klinik namun keduanya sering
bersamaan sehingga disebut
meningoensefalitis
EPIDEMIOLOGI
a. Orang
- Meningoensefalitis oleh Mycobacterium
tuberkulosa varian hominis dapat terjadi
pada segala umur, yang tersering adalah
pada anak umur 6 bulan - 5 tahun.
- Meningoensefalitis mumps lebih banyak
ditemui pada laki-laki yaitu sekitar 3-5 kali
lebih banyak. Usia yang tersering ialah 7
tahun dan 40% berusia di atas 15 tahun
Epidemilogi
- Meningoensefalitis oleh Japanese B
encephalitis virus banyak menyerang anak
berusia antara 3 tahun dan 15 tahun.
- Ensefalitis herpes virus dapat terjadi pada
semua umur, paling banyak kurang dari 20
tahun dan lebih dari 40 tahun.
- Ensefalitis herpes virus memiliki angka
mortalitas 15-20% dengan pengobatan dan
70-80% tanpa pengobatan
Epidemiologi
- H. influenzae penyebab yang paling
sering di Amerika Serikat,
mempunyai insiden tahunan 32-
71/100.000 anak di bawah 5 tahun.
- Insiden empat kali lebih besar pada
orang kulit hitam daripada orang
kulit putih
Epidemiologi
b. Tempat
- Tinggi pada orang-orang Afrika-
Amerika, penduduk asli Amerika, dan
masyarakat di daerah pedesaan.
- Sekitar 20.000 kasus ensefalitis terjadi
di Amerika Serikat setiap tahun; 10%
disebabkan oleh infeksi herpes
simpleks.
Epidemiologi
- Meningoensefalitis oleh Japanese B
encephalitis virus tersebar luas di Asia Timur
dari Korea sampai Indonesia, Cina, India dan
Kepulauan Pasifik Barat.
- Infeksi Plasmodium falciparum tersebar di
Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara.
- Taenia solium tersebar di Amerika Latin dan
Rickettsia di Amerika bagian tenggara.
Epidemiologi
c. Waktu
- Meningoensefalitis arbovirus sebagian besar
terjadi selama bulan-bulan musim panas
(penularan virus terjadi oleh arthropoda
seperti nyamuk atau kutu yang aktif selama
waktu itu)
- Infeksi virus parotitis lebih sering pada akhir
musim dingin dan awal musim semi.
Epidemiologi
- Infeksi dengan mumps virus bersifat endemik
sepanjang tahun. Di daerah 4 musim, puncak
periode terjadi pada musim dingin dan
musim semi.
- Bakteri N. meningitidis dan S. pneumoniae
memuncak pada bulan-bulan musim dingin,
H.influenzae memuncak pada permulaan
musim dingin dan musim semi, dan L.
monocytogenes paling sering pada bulan-
bulan musim panas.
ETIOLOGI
Infektif (bakteri, virus, protozoa,
jamur) dan non-infektif (mis.acute
disseminated encephalitis)
Etiologi
No. Agen penyebab
1. Virus
Togaviridae
Alfavirus
Virus Ensefalitis Equine Eastern
Virus Ensefalitis Equine Western
Virus Ensefalitis Equine Venezuela
Flaviviridae
Virus Ensefalitis St. Louis
Virus Powassan
Bunyaviridae
Virus Ensefalitis California
Virus LaCrosse
Virus Jamestown Canyon
Paramyxoviridae
Paramiksovirus
Virus Parotitis
Virus Parainfluenza
Morbilivirus
Virus Campak
Orthomyxoviridae
Influenza A
Influenza B
Arenaviridae
Virus khoriomeningitis limfostik
Picornaviridae
Enterovirus
Poliovirus
Koksakivirus A
Koksakivirus B
Ekhovirus
Reoviridae
Orbivirus
Virus demam tengu Colorado
Rhabdoviridae
Virus Rabies
Retroviridae
Lentivirus
Virus imunodefisiensi manusia tipe 1 dan 2
Onkornavirus
Virus limfotropik T manusia tipe 1
Virus limfotropik T manusia tipe 2
Herpesviridae
Herpes virus
Virus Herpes simpleks tipe 1
Virus Herpes simpleks tipe 2
Virus Varisela zoster
Virus Epstein Barr
Sitomegalovirus
Sitomegalovirus manusia
Adenoviridae
Adenovirus

2. Bakteri
Haemophilus influenza
Neisseria menigitidis
Streptococcus pneumonia
Streptococcus grup B
Listeria monocytogenes
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Mycobacterium tuberkulosa
3. Parasit
Protozoa
Plasmodium falciparum,
Toxoplasma gondii,
Naegleria fowleri (Primary amebic meningoencephalitis),
Granulomatous amebic encephalitis
Helminthes
Taenia solium,
Angiostrongylus cantonensis
Rickettsia
Rickettsia ( Rocky Mountain)
4. Fungi
Criptococcus neoformans
Coccidiodes immitis
Histoplasma capsulatum
Candida species
Aspergillus
Paracoccidiodes
Etiologi
Meningitis oleh virus umumnya tidak
berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan
perawatan yang spesifik.
Meningitis oleh bakteri dapat mengakibatkan
kondisi serius (mis. kerusakan otak, hilangnya
pendengaran, kurangnya kemampuan belajar,
bahkan bisa menyebabkan kematian)
Meningitis oleh jamur sangat jarang;
umumnya diderita orang yang mengalami
imunodefisiensi seperti pada penderita AIDS
TANDA GEJALA
Kebanyakan menunjukkan gejala-gejala
meningitis dan ensefalitis (demam, sakit
kepala, kekakuan leher, vomiting) diikuti
oleh perubahan kesadaran, konvulsi, dan
kadang-kadang tanda neurologik fokal,
tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial atau gejala-gejala psikiatrik
Tanda gejala
Trias ensefalitis (demam, kejang, dan
penurunan kesadaran)

Masa prodromal antara 1-4 hari ditandai


dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah,
nyeri tenggorokan, malaise, nyeri pada
ekstremitas dan pucat, diikuti oleh tanda
ensefalitis yang berat ringannya tergantung
distribusi dan luasnya lesi pada neuron.
Tanda gejala
Neonatus: terjadi secara akut dengan panas
tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan,
kejang, nafsu makan berkurang, minum
sangat berkurang, konstipasi, diare.
Usia 3 bulan hingga 2 tahun : demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang,
menangis dengan merintih, ubun-ubun
menonjol, kaku kuduk dan tanda Kernig dan
Brudzinski positif.
Tanda gejala
Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit
kepala, muntah yang diikuti oleh perubahan
sensori, fotofobia, mudah terstimulasi dan
teragitasi, halusinasi, perilaku agresif, stupor,
koma, kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski
positif.
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa :
terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang
hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri
otot dan nyeri punggung.
Tanda gejala
Biasanya dimulai dengan gangguan
saluran pernafasan bagian atas.
Selanjutnya terjadi kaku kuduk,
opistotonus, dapat terjadi renjatan,
hipotensi dan takikardi karena
septikimia.
PATOGENESIS
Patogenesis
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
Meningoensefalitis oleh virus mis.
karena parotitis, morbili, varisela, dll.
masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernapasan.
Virus polio dan enterovirus melalui
mulut, virus herpes simpleks melalui
mulut atau mukosa kelamin.
Patofisiologi
Virus-virus yang lain masuk ke tubuh melalui
inokulasi seperti gigitan binatang (rabies) atau
nyamuk.
Bayi dalam kandungan mendapat infeksi
melalui plasenta oleh virus rubela atau
cytomegalovirus.
Di dalam tubuh manusia virus memperbanyak
diri secara lokal, kemudian terjadi viremia yang
menyerang susunan saraf pusat melalui
kapilaris di pleksus koroideus.
Patofisiologi
Cara lain ialah melalui saraf perifer atau secara
retrograde axoplasmic spread misalnya oleh virus-
virus herpes simpleks, rabies dan herpes zoster.
Di dalam susunan saraf pusat virus menyebar secara
langsung atau melalui ruang ekstraseluler.
Infeksi virus dalam otak dapat menyebabkan
meningitis aseptik dan ensefalitis (kecuali rabies).
Pada ensefalitis terdapat kerusakan neuron dan glia
dimana terjadi peradangan otak, edema otak,
peradangan pada pembuluh darah kecil, trombosis,
dan mikroglia.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan fisik: tanda rangsang
meningeal (+) kaku kuduk,
lasegue, brudzinski 1 dan 2, kernig
Pemeriksaan penunjang
Tanda Lasegue
Tanda Kernig
Tanda Brudzinski
Diagnosis
1. Pungsi lumbal
- Meningitis purulenta: CSF keruh karena
mengandung pus, nanah yang merupakan
campuran leukosit yang hidup dan mati,
jaringan yang mati dan bakteri.
- Meningitis viral : CSF meningkat, biasanya
disertai limfositosis, peningkatan protein,
dan kadar glukosa yang normal.
Diagnosis
- Meningitis Mycobakterium tuberkulosa:
protein meningkat, warna jernih, tekanan
meningkat, gula menurun, klorida menurun.
- Amuba meningoensefalitis : mungkin dapat
ditemukan trofozoit amuba
- Toxoplasma gondii : didapat protein yang
meningkat, kadar glukosa normal atau
turun.
Diagnosis
Lumbal pungsi tidak dilakukan bila
terdapat edema papil atau terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
Pada kasus seperti ini, pungsi lumbal
dapat ditunda sampai kemungkinan
massa dapat disingkirkan dengan
melakukan pemindaian CT scan atau
MRI kepala.
Diagnosis
2. Pemeriksaan darah
- Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
dan jenis leukosit, kadar glukosa, kadar ureum.
- Pada meningitis purulenta : peningkatan leukosit
dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
- Gangguan elektrolit sering terjadi karena
dehidrasi.
- Hiponatremia dapat terjadi akibat pengeluaran
hormon ADH (Anti Diuretic Hormon) yang
menurun.
Diagnosis
- Pada Mycobacterium tuberculosa:
leukosit meningkat sampai 500/mm3
dengan sel mononuklear yang
dominan, pemeriksaan pada darah
ditemukan jumlah leukosit
meningkat sampai 20.000, dan test
tuberkulin sering positif.
Diagnosis
3. Pemeriksaan lain
- CT scan dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) otak dapat menyingkirkan kemungkinan
lesi massa dan menunjukkan edema otak.
- Untuk menegakkan diagnosa dengan penyebab
herpes simpleks, diagnosa dini dapat dibantu
dengan immunoassay antigen virus dan PCR
untuk amplifikasi DNA virus.
- Elektroensefalografi (EEG) menunjukkan
kelainan dengan bukti disfungsi otak difus.
Adanya inflamasi pada perivascular dan infark temporal pada pasien
meningitis tuberkulosis karena vasculitis.
Penyempitan sulkus pada ensefalitis viral (panah tipis) atau gambaran
hipodens menunjukkan adanya peningkatan kadar air pada otak yang
edema.
TATALAKSANA
Sifatnya suportif pada kasus meningitis
dan ensefalitis
Asiklovir 10 mg/kg iv setiap 8 jam
selama 10-14 hari untuk infeksi herpes
simpleks dan varicella zoster
Pada ensefalitis bakteri dapat diberikan
kloramfenikol 50-75 mg/kg bb/hari
maksimum 4 gr/hari
Tatalaksana
Meningitis pada neonatus
(organisme yang mungkin adalah
E.Coli, Steptococcus grup B, dan
Listeria) diobati dengan sefotaksim
dan aminoglikosida, dengan
menambahkan ampisilin jika Listeria
dicurigai.
Tatalaksana
Meningitis tuberkulosis diobati
dengan rifampisin, pirazinamid,
isoniazid, dan etambutol.
Amuba meningoensefalitis dilakukan
dengan memberikan amfoterisin B
secara intravena, intrateka atau
intraventrikula
Tatalaksana
Pada meningitis bakterial juga diberikan terapi
dexamethasone yang diberikan sebelum atau
bersamaan dengan dosis pertama antibiotik dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas secara
bermakna, terutama pada meningitis pneumokokal.
Dexamethasone dapat menurunkan respons inflamasi di
ruang subaraknoid yang secara tak langsung dapat
menurunkan risiko edema serebral, peningkatan
tekanan intrakranial, gangguan aliran darah otak,
vaskulitis, dan cedera neuron.
Dexamethasone diberikan selama 4 hari dengan dosis
10 mg setiap 6 jam secara intravena.
PROGNOSIS
Bergantung pada : kecepatan dan
ketepatan pertolongan, umur dan
penyebab yang mendasari, antibiotik
yang diberikan, hebatnya penyakit
pada permulaannya, lamanya gejala
atau sakit sebelum dirawat, serta
adanya kondisi patologik lainny.
Prognosis meningoensefalitis tuberkulosa
jelek; pasien meninggal 6-8 minggu
setelahnya.
- Angka kematian pada umumnya 50%.
- Prognosisnya jelek pada bayi dan orang tua.

Tingkat kematian virus mencakup 40-75%


untuk herpes simpleks, 10-20% untuk
campak, dan 1% untuk gondok.
Prognosis
Pneumokokus menyebabkan gejala sisa
jangka panjang (kurang dari 30% kasus)
seperti hidrosefalus, palsi nervus kranials,
defisit visual dan motorik, serta epilepsi.
Gejala neurologi tersering : tuli (3-25%);
kelumpuhan saraf kranial (2-7%); dan
cedera berat seperti hemiparesis atau
cedera otak umum pada (1-2%)
DAFTAR PUSTAKA
1. Thigpen MC, Whitney CG, Messonnier NE, Zell ER, Lynfield R, Hadler JL, et al.
Bacterial meningitis in the United States, 1998-2007. N Engl J Med. May 26
2011;364(21):2016-25.
2. Lazoff M. Encephalitis. [Online] February 26, 2010 ]. Available from : URL ;
www.emedicine.medscape.com/article/791896/overview/htm
3. Neurology Channel. Encephalitis. [ Online ] September 25, 2002]. Available from :
URL ; www.neurologychannel.com/encephalitis/index.shtml
4. Soedarto. 2003. Zoonosis Kedokteran. Airlangga University Press, Surabaya.
5. Tidy, C. 2012. Encephalitis and Meningoencephalitis. Available from
http://www.patient.co.uk/doctor/EncephalitisandMeningoencephalitis.htm
6. Clarke C, Howard R, Rossor M, Shorvon S. Neurology: A queen square textbook.
London: Blackwell Publishing; 2009.
7. Van De Beek D, De Gans J, Tunkel AR, Wijdicks EFM. Community-acquired
bacterial meningitis in adults. N Eng J Med. 2006;354:44-53.
Title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur
adipisicing elit, sed do eiusmod tempor
incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
This template is sponsored by

Premium PowerPoint templates

50% OFF on all products.


Save an additional 10% OFF with promo code: TWISE10

Anda mungkin juga menyukai