Anda di halaman 1dari 28

TUBERKULOSIS

OLEH:
RUCHIYYIH DIAH PALUPI
FAA 111 042

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK UNIVERSITAS


PALANGKA RAYA FAKULTAS KEDOKTERAN RSUD dr. DORIS
SYLVANUS
PALANGKA RAYA DESEMBER
2015
ASPEK UMUM TUBERKULOSIS
 Merupakan penyakit yang sangat luas ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
 Uji tuberkulosis (Mantoux) pada 50% penduduk
menunjukkan hasil positif dengan perincian
berdasarkan golongan umur sebagai berikut:
1-6 tahun : 25.9%
7-14 tahun : 42.4%
15 tahun ke atas : 58.6%
ETIOLOGI
 Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
 Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering tetapi
dapat cairan mati pada suhu 600C dalam 15-20
menit
 Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan
nekrosis jaringan
 Lemak basil tuberkulosis menyebabkan sifat tahan
asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya
fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel
Mycobacterium tuberculosis
PENULARAN
 Biasanya melalui udara sehingga sebagian besar
fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru
 Peroral misalnya minum susu yang mengandung
basil tuberkulosis misalnya Mycobacterium bovis
 Kontak langsung misalnya luka atau lecet pada kulit
 Tuberkulosis kongenital sangat jarang ditemui
PATOGENESIS
 Basil tuberkulosis masuk ke dalam paru dan membentuk
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas menjadi fokus
primer
 Basil tuberkulosis akan menyebar melalui saluran getah
bening menuju ke kelenjar limfe untuk mengadakan
reaksi eksudasi
 Fokus primer, limfangitis dan kel.getah bening regional
membentuk kompleks primer
 Kompleks primer terbentuk 2-10 minggu setelah infeksi
bersamaan dengan terjadinya reaksi hipersensitivitas
terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari
uji tuberkulin
 Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya
kompleks primer disebut dengan masa inkubasi
 Lesi paru pada anak dapat terjadi dimana pun,
terutama perifer dekat pleura tetapi lebih banyak
terjadi di lapangan bawah paru dibanding lapangan
atas
 Pada orang dewasa lapang atas paru adalah
predileksi
 Pembesaran kelenjar regional lebih banyak pada anak
daripada orang dewasa
 Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri tetapi
sebagian besar menyebar lebih lanjut dan dapat
menimbulkan komplikasi
 Tuberkulosis primer juga biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sulit saat menentukan saat
timbulnya gejala pertama.
 Pada anak kadang-kadang ditemukan demam
yang tidak diketahui sebabnya dan disertai tanda-
tanda infeksi saluran napas bagian atas
KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi tuberkulosis:
 Menurut Ranke:

1. Stadium I : kompleks primer dengan penyebaran


limfogen
2. Stadium II: pada waktu terjadi penyebaran
hematogen
3. Stadium III: tuberculosis paru menahun (chronic
pulmonaru tuberculosis)
 Klasifikasi lainnya:
1. Tuberkolosis primer: merupakan infeksi pertama
dari tuberkulosis
2. Tuberkulosis subprimer: merupakan komplikasi
tuberkulosis subprimer
3. Tuberkulosis pascaprimer: merupakan reinfeksi
yang dapat terjadi endogen dan eksogen setelah
infeksi primer sembuh
 Klasifikasi tuberkulosis dengan 2 stadium:
1. Tuberkulosis primer yang merupakan kompleks
primer serta komplikasinya
2. Tuberkulois pascaprimer
 Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar
diketahui karena muncul perlahan-lahan
 Gejala dapat berupa panas yang naik turun
selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan
pilek
 Gambaran klinis TB primer: panas, batuk, anoreksia
dan BB turun
 Gejala dapat menyerupai tifus abdominalis atau
malaria yang disertai atau tanpa
hepatosplenomegali
 Gejala dapat berupa bronkopneumonia.
Bronkopneumonia yang tidak menunjukkan
perbaikan pada pengobatan yang adekuat dapat
dicurigai tuberkulosis
 Ditemukan konjungtivitis fliktenularis terutama pada
anak dengan TB tonsil, adenoid dan telinga tengah
Konjungtivitis fliktenularis
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Gejala umum dari penyakit TB pada anak tidak
khas:
 Nafsu makan kurang

 BB sulit naik,menetap atau malah turun


(kemungkinan masalah gizi sebagai penyebab
harus disingkirkan terlebih dahulu dengan tata
laksana adekuat selama min.1 minggu)
 Demam subfebris berkepanjangan (etiologi demam
kronik yang lain perlu disingkirkan terlebih dahulu)
 Pembesaran kelenjar superfisial di daerah leher,
aksila, ingunal atau tempat lain
 Keluhan respiratorik berupa batuk kronik lebih dari
3 minggu atau nyeri dada
 Gejala GI seperti diare persistenyang tidak sembuh
dengan pengobatan baku atau perut membesar
karena cairan atau teraba massa dalam perut
Keluhan spesifik organ dapat terjadi bila TB mengenai
organ ekstrapulmonal seperti:
 Benjolan di punggung (gibbus, sulit membungkuk,
pincang atau pembengkakan sendi
 Bila mengenai SSP dapat terjadi gejala iritabel, leher
kaku, muntah dan kesadaran menurun
 Gambaran kelainan kulit yang khas yaitu skrofuloderma
 Limfadenopati multipel di daerah colli, aksila atau
inguinal
 Lesi flikten di mata
PEMERIKSAAN FISIK
Pada sebagian besar kasus TB, tidak ditemui kelainan
fisis yang khas:
 Antropometri: gizi kurang dengan grafik berat
badan dan tinggi badan pada posisi di daerah
bawah atau di bawah P5
 Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian
pasien
Kelainan pada pem.fisik dijumpai bila TB mengenai organ
tertentu
 TB vertebra gibbus, kifosis, paraparesis atau
paraplegia
 TB koksae atau TB genu: jalan pincang, nyeri pada
pangkal paha atau lutut
 Pembesaran kelenjar getah bening multipel, tidak nyeri
tekan dan konfluens (saling menyatu)
 Meningitis TB: kaku kuduk dan tanda rangsang
meningeal lain
 Skrofuloderma : ulkus kulit dengan skinbridge biasanya
terjadi di daerah leher, aksila atau inguinal
 Konjungtivitis fliktenularis yaitu bintik putih di limbus
kornea yang sangat nyeri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji tuberkulin (Uji Mantoux)

 Menyuntikkan 0.1 ml tuberkulin PPD secara intrakutan di bagian


volar lengan dengan arah suntikan memanjang lengan
(lungitudinal)
 Reaksi diukur 48-72 jam setelah penyuntikan
 Indurasi transversal diukur dan dilaporkan dalam mm berapun
ukurannya termasuk 0 mm bila tidak ada indurasi.
 < 5mm : negatif
 5-9 mm : meragukan dan perlu diulang
 10 mm ke atas : positif
 Foto thoraks antero-posterior (AP) dan lateral kanan.
Gambaran radiogis: pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakeal, konsolidasi segmen/lobus paru, millier,
kavitas, efusi pleura, atelektasis atau kalsifikasi
 Pem. Mikrobiologis dari bahan bilasan lambung atau
sputum untuk mencari BTA pada pemeriksaan
langsung dan Mycobacterium tuberculosis dari biakan.
Hasil biakan positif adalah diagnosis pasti TB, hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis TB
 Pemeriksaan patologi dilakukan dari biopsi kelenjar,
kulit atau jaringan lain yang dicurigai TB
 Pemeriksaan serologi PAPTB, ICT, Mycodot dll
 Funduskopi perlu dilakukan pada TB milier dan
Meningitis TB
 Pungsi lumbal dilakukan pada TB milier untuk
mengetahui ada tidaknya meningitis TB
 Foto tulang dan pungsi pleura dilakukan atas indikasi
 Pem. darah tepi, LED, urin dan feses rutin sebagai
pelengkap namun tidak berperan penting dalam
diagnosis TB
SKORING TB
PARAMETER 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga BTA +
(BTA negatif atau
tidak jelas)
Uji tuberkulin Negatif - - Positif
Berat - BB/TB < 90% atau Klinis gizi buruk -
badan/keadaan gizi BB/U <80% atau BB/TB <70%
atau BB/U <60%
Demam yang tidak - ≥ 2 minggu - -
diketahui
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran kelenjar ≥ 1 cm, julah > 1,
limfe (kollo, aksila, tidak nyeri
inguinal)
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengkakan
panggul/lutut/falang
Foto Normal/kelainan Gambaran sugestif - -
tidak jelas TB

Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor ≥6


(skor maks 13)
TATA LAKSANA
 MEDIKAMENTOSA
Dua fase terapi TB:
 Fase intensif: 3-5 OAT selama 2 bulan awal

 Fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (INH-rifampicin)


hingga 6-12 bulan
o TB paru: INH, rifampisin dan pirazinamid selam 2
bulan fase intensif dilanjutkan INH dan rifampisin
hingga genap 6 bulan terapi (2HRZ-4HR)
o TB paru berat (millier, destroyed lung) dan TB ekstra
paru: 4-5 OAT selama 2 bulan fase intensif
dilanjutkan dengan INH dan rifampisin hingga genap
9-12 bulan terapi
o TB kelenjar superfisial: terapinya sama dengan TB
paru
o TB milier dan efusi pleura TB diberikan
prednisolon 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu,
kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2
minggu sehingga total waktu pemberian 1 bulan
 BEDAH
 TB paru berat dengan destroyed lung untuk
lobektomi atau pneumektomi
 TB tulang seperti spondilitis TB, koksitis TB atau
gonitis TB
 Tindakan bedah dapat dilakukan setetalah terapi
OAT selama min.2 bulan kecuali jika terjadi
kompresi medula spinalis atau ada abses
paravertebrata tindakan bedah perlu lebih awal
 SUPORTIF
 Asupan gizi yang adekuat sangat penting untuk
keberhasilan terpai TB . Jika ada penyakit lain juga
perlu mendapatkan tata laksana memadai.
Fisioterapi dilakukan pada kasus pasca bedah
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai