Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny.

SA DENGAN DIAGNOSA ENTROPION


DI POLI MATA RSUD SYEKH YUSUF GOWA

Oleh :

Luthfiah Ayu Lestari

CI INTITUSI CI LAHAN

(Nur Wahyuni Munir, ( )


S.Kep., Ns.,
M.Kep.Sp.Kep.MB)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis

1. Definisi

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke
arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea atau yang disebut
sebagai trikiasis. Kalau yang terkena kornea, maka terjadi iritasi kornea, dan dapat menjadi
ulkus (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2010)

2. Etiologi
Terbentuknya jaringan parut yang terjadi pada trakoma, atau akibat mekanik dan spasme otot
orbicular terutama otot rioland pada spasme tertentu.
Entropion dapat akibat senilitas,spasme,sikatrik, dan lainnya.
Kebanyakan kasus entropion terjadi karena pengenduran jaringan kelopak mata sebagai akibat
proses penuaan. Beberapa kasus terjadi karena pembentukan jaringan parut pada permukaan
dalam kelopak mata akibat luka baker kimia dan panas, peradangan atau reaksi alergi. Kadang
entropion merupakan bawaan lahir karena kelopak mata tidak terbentuk secara sempurna.

3. Patofisiologi
Patofisiologi entripion tergantung dari tipe entropion itu sendiri. Secara umum, kelopak mata
bagian bawah distabilisasi oleh rekraktor kelopak mata bawah, orbicularis, tarsus dan tendon
canthal. Tendon canthal dan lempeng tarsal secara horizontak mentsabilisasi dari kelopak mata.
Melemahnya struktur-struktur tersebut menuyebabkan inversi dari kelopak mata. Retraktor
kelopak mata bawah menstabilisasi secara vertical. Pada retractor kelopak atas terdapat
aponeurosisi levator dan muskulus muller yang berperan. Pada retractor kelopak mata bawah
terhubung dengan m. orbicularis dan kulit yang berada diatasnya. Jika ektensi ini melemah,
preseptal dan menyebabkan margo kelopak mata berputar berlawanan terhadap mata. Intervensi
dari margo kelopa juga diduga akibat atrofi tarsal dengan hilangnya sokongan dari kelopak
bawah,orbicularis, tarsus dan tendon canthal.Tendopn canthal dan lempeng tarsal secara
horizontal menstabilisasi daroi kelopak mata. Melemahnya struktur-struktur tersebut
menyebabkan inversi dari kelopak mata. Retraktor kelopak mata bawah menstabilisasi secara
vertical.
1. Intropion Involusional
 Terjadi karena penuaan dan selalu mengenai kelopak mata bawah
 Disebabkan kelumpuhan otot refraktor kelopak mata, migrasi ke atas muskulus orbicularis
preseptal dan melipatnya tepi tartus keatas.

2. Entropion Sikatrik
 Dapat mengenai kelopak mata atas dan bawah
 Disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tartus
 Sering ditemukan pada penyakit radang kronik seperti trachoma

3. Entropion Kongenital
 Bedakan dengan epiblefaron
 Infeksi akibat bakteri chlamydia trachomatis
 Cedera akibat paparan zat kimia,kecelakaan atau efek samping operasi
 Iritasi akibat kering atau peradangan
 Infeksi virus seperti herpes zoster
 Kelainan lahir
4. Pathway

ENTROPION

Entropion Evolusional Entropion Sikatrik Entropion Kongenital

Penuaan Mengenai Tepi Kelopak Mata


Ansietas
Kelopak Mata Terputar Kearah Kornea

Kelumpuhan Otot
Reseptor Kelopak Mata Jaringan Parut Penglihatan
di Konjuntiva Menurun

Migrasi Keatas Muskulus


Orbicularis Preseptal Radang

Melipatnya Tepi Ke Atas Nyeri Akut

Resiko Infeksi

5. Manifestasi Klinik
1. Air mata berlebihan
2. Mata merah dan teriritasi
3. Pengerakan kelopak mata dan keluarnya kotoran mata
4. Kesat atau terasa seperti berpasir
5. Nyeri Ketika terpapar Cahaya dan angin
6. Lendir debit dan pengerasan kullit kelopak mata
7. Penglihatan buram
8. Sensitivitas terhadap Cahaya dan angin
9. Kelopak mata defiasi ke dalam
10. Penurunan visi, terutama jika kornea rusak
11. Konjunngtiva tampak meradang (konjungtiva bulbi merah)
12. Abrasi kornea karena gesekan dari bulumata sehinggga kornea keruh atau mungkin terjadi
ulkus kornea.

6. Penatalaksanaan
 Entropion Kongenital
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan Kembali fasia kapsulopalpebra.
Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional, dan dilakukan untuk
mengencangkan kelopak mata anak-anak yang horizontal secara tidak serentak.
Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik.
Dalam banyak kasus hal ini dapat dilakukan tanpa harus mengangkat kulit. Goresan
horizontal dibuat 1,5 mm dibawah bulu mata, menyebrangi kelopak mata bawah. Goresan
diperluas ke medial dan lateral menuju area yang melipat. Sejumlah kecil otot orbicularis
pretarsal dipindahkan, agar perbatasan tarsal bawah terbuka. Lakukan kemudian ditutup
dengan cara memperkirakan kulit bagian atas tetap membingkai perbatasan tarsal bawah,
kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan jahitan 6.0 yang biasa 4.
 Entropion Spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbicularis.
Efek toksin botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang
walaupun efeknya menghilang.
 Entropion Involusional

1. Perbaikan fasia kapsulopalpebra


Metode perbaikan entripion ini didasarkan pada jenis dan tingkatan masalah, seperti halnya
kemampuan pasien untuk mentolerir suatu pemeriksaan. Involusional entropion dapat diobati
dengan menentukan factor penyebab penyakit. Setelah anasytesi local, suatu goresan subsilar
dibuat 2 mm di bawah luka bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil
disayat ke bawah di atas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia
kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior orbita yang
kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah kepada levator, dapat ditutup dengan
empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke samping
menunjukkan kelemahan kelopak mata bawah dan potongan tersebut sesaui dengan
banhyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung
Kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus
selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan
melakukan follow up pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi
fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia
kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya otot
orbicularis.
2. Jahitan quickert
Jika perlu pasien yang mempunyai involusional entropion miskin dan bisa melakukan
pembedahan maka Teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya tingkat
kebutuhan dengan Teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan
horizontal 3 mm melebar ke lateral, Tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati
forniks sampai batas bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing
jahitan ditegangkan untuk koreksi.
 Entropion Sikatrik
Jika entripionnya asli sikatrik, blefarotomi dan marginal (prosedur wies) efektif untuk
memperbaiki kelopak mata atas atau bawah. Anestesi local dinerikan pada kelopak mata
dan insisi horizontal dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm dari garis tepi kelopak mata.
Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan
tarsus. Gunting Westcott atau Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke
medial dan lateral melewati tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata.
Jahitan diikat di atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dikoreksi untuk
pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup
harus diangkat 10-14 hari.

7. Phatway

8. Komplikasi
1. Infeksi mata
2. Luka pada kornea (ulkus kornea)
3. Kebutaan permanen
4. Konjungtivitis
5. Keratitis dan kebutaan permanen
Pencegahan Entropion
Pada dasarnya, otot kelopak mata akan melemah seiring bertambahnya usia. Oleh sebab itu,
konsultasikan dengan dokter mengenai cara pencegahan yang tepat dan seusai dengan factor risiko
yang dimiliki.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Tanyakan kepada klien adanya keluhan seperti nyeri, mata berair, mata merah, silau dan sekrek
pada mata
2. Riwayat penyakit sekarang
Informsi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan tajam penglihatan,
trauma pada mata, Riwayat gejala penyakit mata seperti nyeri meliputi lokasi, awitan, durasi,
Upaya mengurangi dan beratnya, pusing, silau.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien Riwayat penyakit yang dialami klien seperti diabetes mellitus, herpes
zoster, herpes simpleks
4. Pengkajian fisik penglihatan
1. Ketajaman penglihatan
Uji formal ketajaman penglihatan harus merupakan bagian dari setiap data dasar pasien.
Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata (Snellen) yang diletakkan 6 meter.
2. Palpebra superior
Merah, sakit jika ditekan
3. Palpebra inferior
Bengkak, merah, ditekan keluar secret
4. Konjungtiva tarsal superior dan inferior inspeksi adanya
5. Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna merah dengan pembuluh darah
ditengahnya
6. Membran , sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila diangkat akan berdarah,
membrane merupakan jaringan nekrotik yang terkoagulasi dan bercampur dengan fibran,
menembus jaringan yang lebih dalam dan berwarna abu-abu.
7. Pseudomembran, membrane yang bila diangkat tidak akan berdarah
8. Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa perkapuran yang terjadi pada
konjungtiviti kronis
9. Sikatrik, terjadi pada trakoma
Konjungtiva bulbi
 Sekresi
 Injeksi konjungtiva
 Injeksi siliar
 Kemosis konjungtiva bulbi, edema konjungtiva berat
 Flikten peradangan disertai neonvaskulrisasi
Kornea :
 Erosi kornea, uji fluoresin positif
 Infiltrat tertibunnya sel radang
 Pannus, terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir kornea
 Flikten
 Ulkus
 Sikatrik
Bilik depan mata :
 Hipopion, pemnimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan
 Hifema, perdarahan pada bilik mata depan
Iris:
 Rubeosis, radang pada iris
 Gambaran kripti pada iris
Pupil
 Reaksi sinar, isokor
 Pemeriksaan fundus okuli dengan optalmoskop
 Adanya kekeruhan pada media penglihatan yang keruh seperti pada kornea lensa dan badan
kaca.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BISA MUNCUL


 Nyeri akut berdasarkan agenda pencedera fisik
 Gangguan rasa nyaman Rencana Keperawatan
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
No.
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisik tindakan keperwatan Observasi
selama 1 hari, maka 1. Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi respon nyeri
2. Kesulitan tidur non verbal
menurun 3. Identifikasi faktor yang
3. Pupil dilatasi memperberat dan
menurun memperingan nyeri
4. Frekuensi nadi 4. Identifikasi pengaruh
membaik budaya terhadap respon
Pola napas nyeri
menurun Tekanan 5. Monitor efek samping
darah menurun penggunaan analgetik
Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

1. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
Nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

9. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses


keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah
melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan
sebelumnya (PPNI, 2016).
Implementasi utama yang diangkat dalam laporan ini adalah pemberian teknik
relaksasi (relaksasi benson) sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ansietas lansia
sebelum menjalani tindakan pembedahan.

10. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan kemajuan
klien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi asuhan keperawatan didasarkan pada Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dimana dalam standar ini menjelaskan
definisi dan kriteria hasil keperawatan yang diangkat (PPNI, 2016). Kriteria hasil
keperawatan yang dituju sesuai dengan diagnosis keperawatan yang diangkat (PPNI, 2016
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth
Ed.8. Jakarta : EGC.

Sidharta I. 2005. Kelainan Kelopak dan Kelainan Jaringan Orbita. Penuntun Ilmu Penyakit Mata.
Edisi ke-3. Jakarta : FKUI.

Ilyas, Sidarta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : FKUI.

Wijaya, Nana. 1997. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI.

The Eye M.D. Association, 2011-2012. Chapter 11 : Periocular Malposition And Involutional
Changes. In : American Of Academy Of Ophthalmology : Orbit, Eyelids And Lacrimal
System. Section Seven. San Fransisco : AAO. p.194-199.

Anda mungkin juga menyukai