Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH
NELYANAWATI, S.Kep
NS0621109

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2022
A. Konsep Keperawatan Gerontik & Teori Menua

1. Definisi

Lansia merupakan kelompok lansia yang rentan masalah, baik


masalah ekonomi, social, budaya, kesehatan maupun psikologis, oleh
karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu
didukung oleh lingkungan yang kondusif seperti keluarga (Rohmana,
2022)
Lansia merupakan kelompok berisiko yang memiliki fakor risiko
dan berpotensi tinggi terpapar penyakit. Lanjut usia adalah masa saat
seseorang telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi serta
menunjukkan beberapa kemunduran seiring berjalannya waktu (Gemini,
2021)
Lansia merupakan kelompok penduduk yang menjadi focus
perhatian para ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah karena membawa
berbagai permasalahan yang harus diantisipasi dan dicarikan jalan
keluarnya, termasuk bidang kesehatan (Sitti Utami, 2022)

2. Batasan Umur Lanjut Usia

a. Menurut UU No.13 tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2 yang


berbunyi, “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun keatas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO)

Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun

Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun

Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun


3. Teori Proses Menua

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikologis, teori social dan teori spiritual, sebagai berikut :

a. Teori biologi

Teori biologi mencakup teori genetic dan mutasi,


immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas dan
teori rantai silang.
b. Teori genetic dan mutasi

Menurut teori genetic dan mutasi, menua terprogram


secara genetic untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari
sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
Teori pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang
disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah
adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf
pusat pada lansia yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel
itu sendiri.
Pada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan
perusakan (wear and tear) yang terdiri karena kelebihan usaha
dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah
(pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya
peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada
perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

c. Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi


efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
d. Teori stress

Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat


hilngnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai
e. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak


stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein.
f. Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia


sel-sel yang tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
g. Teori psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah


seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang
terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan
keadaan fungsional yang efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan
inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang
lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia
mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada
ditunjang dengan status sosialnya.
h. Teori social

Ada beberapa teori social yang berkaitan dengan proses


penuaan, yaitu teori interaksi social (social exchange theory),
teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas
(acivity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori
perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia
(age stratification theory).

i. Teori interaksi social

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak


pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat.
Pokok-pokok teori interaksi social adalah sebagai berikut:

a) Masyarakat terdiri atas actor-aktor social yang berupaya


mencapai tujuannya masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi social yang
memerlukan biaya dan waktu
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor
harus mengeluarkan biaya
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan
mencegah terjadinya kerugian
e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang di pertahanka
olehnya
j. Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang


paling awal. Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya
derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-
lahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya.
k. Teori aktivitas

Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan


Lemon et al (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas
tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang
dilakukan.
l. Teori kesinambungan

Teori ini dianut oleh banyak pakar social. Teori ini


mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Pengalaman hidup seorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.
m. Teori perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang


telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan
demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung, dan Erickson.
n. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada


pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individu tentang arti kehidupan.

B. Konsep Perubahan pada Lansia


1. Perubahan Fisiologi

a. Sel: Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun


dan cairan intraseluler menurun.
b. Kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatknya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
c. Respirasi: Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan
pada bronkus.
d. Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stress.
e. Muskuloskeletal: Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan
menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan
mengalami sklerosis
f. Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan peristaltic menurun sehingga daya absorbs juga ikut
menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori
menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone
dan enzim pencernaan.
g. Genitourinaria: Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun
sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.
h. Vesika urinaria: Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan
retensi urine. Prostat hipertrofi pada 75% lansia.
i. Vagina: Selaput lendir mongering dan sekresi menurun.

j. Pendengaran: Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan-


gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan.
k. Penglihatan: Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan
katarak.
l. Endokrin: Produksi hormone menurun.

m. Kulit: Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut


dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,
vaskulrisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat
menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan
seperti tanduk.
n. Belajar & memori: Kemampuan belajar masih ada tetapi relative
menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding
menurun.
o. Inteligensi: Secara umum tidak banyak berubah

p. Personality & adjustment (pengaturan): Tidak banyak perubahan,


hampir seperti saat muda.

q. Pencapaian (achievement): Sains, filosofi, seni, dan music sangat


memengaruhi
2. Perubahan Sosial

a. Peran: Post power syndrome, single woman, dan single parent.

b. Keluarga: Kesendirian, kehampaan.

c. Teman: Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan


akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus dakan cepat pikun
(tidak berkembang).
d. Abuse: Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit,
tidak diberi makan).
e. Masalah hukum: Berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan
pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
f. Pensiun: Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pension). Kalau
tidak, anak dan cucu yang akan member uang.
g. Ekonomi: Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi
lansia dan income security.
h. Rekreasi: Untuk ketenangan batin

i. Keamanan: Jatuh, terpleset

j. Transportasi: Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi lansia.


k. Politik: Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan masukan
dalam sistem politik yang berlaku.
l. Pendidikan: Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan
untuk tetap belajar sesuai dengan HAM.
m. Agama: Melaksanakan ibadah

n. Panti jompo: Merasa dibuang/diasingkan

3. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,


frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan. Dalam psikologi
perkembangan, lansia dan perubahan yang dialaminya akibat proses
penuaan. Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia
(Maryam dkk, 2008):
a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung
pada orang lain
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan
untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya
c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami/istri yang telah
meninggal atau pergi jauh dan/cacat
e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah
f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa
g. Lingkungan(Nasrullah, 2016)

Berdasarkan beberapa evidence based yang telah


dilakukan terdapat perubahan psikososial yang dapat terjadi
pada lansia antara lain:

1) Kesepian
Lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian
yang dialami dapat berupa kesepian emosional, situasional,
kesepian sosial atau gabungan ketiga-tiganya. Berdasarkan
penelitian tersebut beberapa hal yang dapat memengaruhi
perasaan kesepian pada lansia diantaranya: a) merasa tidak
adanya figur kasih sayang yang diterima seperti dari suami
atau istri, dan atau anaknya; b) kehilangan integrasi secara
sosial atau tidak terintegrasi dalam suatu komunikasi seperti
yang dapat diberikan oleh sekumpulan teman, atau
masyarakat di lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena
tidak mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan di
kompleks hidupnya; c) mengalami perubahan situasi, yaitu
ditinggal wafat pasangan hidup (suami dan atau istri), dan
hidup sendirian karena anaknya tidak tinggal satu rumah
(Septiningsih & Na’imah (2012)

2) Kecemasan Menghadapi Kematian

Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam


hasil penelitiannya bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang
kematian. Tipe pertama lansia yang cemas ringan hingga
sedang dalam menghadapi kematian ternyata memiliki
tingkat religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang
kedua adalah lansia yang cemas berat menghadapi kematian
dikarenakan takut akan kematian itu sendiri, takut mati
karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga
merasa cemas karena sendirian dan tidak akan ada yang
menolong saat sekarat nantinya.

3) Depresi

Lansia merupakan agregat yang cenderung


depresi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
depresi lansia adalah:
 Jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan lebih
tinggi terjadi depresi dibandingkan lansia laki-laki, hal
tersebut dikarenakan adanya perbedaan hormonal,
perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan laki-
laki, serta model perilaku tentang keputusasaan yang
dipelajari;

 Status perkawinan, dimana lansia yang tidak


menikah/tidak pernah menikah lebih tinggi berisiko
mengalami depresi, hal tersebut dikarenakan orang
lanjut usia yang berstatus tidak kawin sering kehilangan
dukungan yang cukup besar (dalam hal ini dari orang
terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu
keadaan yang tidak menyenangkan dan kesendirian;
dan Rendahnya dukungan social (Muhith, 2016)
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan,
lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berpikir sehari- hari dan pada usia 70 tahun perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara
memberi contoh cara mencintai dan keadilan (Gemini, 2021)
5. Perubahan seksualitas
Pertambahan usia menyebabkan perubahan perubahan jasmani pada
pria ataupun wanita. Perubahan tersebut dapat berdampak pada
kemampuan seseorang untuk melakukan dan menikmati aktivitas seksual.
Sejalan dengan bertambahnya usia, masalah seksual merupakan masalah
yang tidak kalah pentingnya bagi usia lanjut.
Menurut Alexander dan Alison dalam Darmojo (2010) mengatakan
bahwa pada dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktivitas
seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan
menunjukan status dasar dari aspek vascular, hormonal dan
neurologiknya.
Perubahan psikologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila
ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan dalam Darmojo
(2010) dalam berikut ini :
a. Fase Hasrat (Desire)
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan
pasangan,harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks.
Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring maskin
lanjutnya usia tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan
hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun
secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
b. Fase Arousal
Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang, terjadi penurunan
flushing, elastibilitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan
peregangan otot-otot, iritasi uretra dan kandung kemih
Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama dan kurang
begitu kuat, penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat
penurunan testoteron, elevasi testis ke perineum lebih lambat

c. Fase Orgasme
Lansia Wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai
lebih sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme
multiple berkurang
Lansia Pria : kemampuan mengontrol enjakulasi
membaik, kekuatan dan jumlah kontraksi otot berkurang, volume
ejakulat menurun (Andriani, 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. B. (2021). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jawa barat: Penerbit adab.
Ferawati, Y. (20221). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis.
Gemini, S. (2021). Keperawatan Gerontik. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Rohmana, K. (2022). Keperawatan Gerontik. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia.
Sitti Utami, M. R. (2022). Keperawatan Gerontik. Padang Sumatera Barat: PT.Global
Eksekutif Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai