Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG (OK)


RSUD HAJI KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh :

Nama : Marfia Umagapy


Nim : 144 20212203
Kelompok :9

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(……………………… ) (………………………)

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi sectio caesaria (SC)
Operasi caesaria atau biasa disebut dengan sectio caesaria adalah
suatu cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau
section caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dalam
rahim (Lubis, 2018)
Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga
janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding janin agar
anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Dwi Astuti et al., 2017).
Ibu post sectio caesaria adalah ibu yang melahirkan janin dengan
cara proses pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus dalam waktu sekitar kurang lebih enam minggu organ- organ
reproduksi akan kembali pada keadaan tidak hamil (Pragholapati, 2020).

2. Etiologi
Menurut Dwi Astuti et al (2017), Indikasi ibu dilakukan sectio
caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin
besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
a. CPD (chepalo pelvik disproportion)
Chepalo pelvik disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

1
b. PEB (pre-eklamsi berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KPD (ketuban pecah dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,
sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan letak janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang

2
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
2) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.

3. Klasifikasi Sectio Caesarea


Menurut Lubis (2018), klasifikasi sectio caesarea yaitu :
a. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
1) Sectio caesarea transperitonealis :
a) Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang
pada corpus uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan
memanjang pada korpus uteri kira- kira 10 cm.
Kelebihan :
(1) Mengeluarkan janin dengan cepat;
(2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemihtertarik;
(3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak
ada reperitonealis yang baik;
(2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur
uteri spontan.
2) Sectio caeasarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi
pada segmen bawah rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan

3
melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira- kira 10 cm.
Kelebihan :
(1) Penjahitan luka lebih mudah;
(2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik;
(3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum;
(4) Perdarahan tidak begitu banyak;
(5) Kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan :
(1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan
banyak;
(2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
3) Sectio caesarea ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
perietalis dengan demikian tidak membuka cavumabdominal.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis) menurut sayatan pada rahim,
sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Sayatan memanjang (longitudinal);
2) Sayatan melintang (transversal);
3) Sayatan huruf T (T insicion).

4. Manifestais Klinis
Persalinan dengan sectio caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi
klinis sectio caesarea menurut Dongoes (2010), yaitu :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan;
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen;
c. Fundus uterus terletak di umbilicus;
d. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan;
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 –
1000;

4
f. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan;
g. Biasanya terpasang kateter urinarius;
h. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah;
i. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan;
j. Bonding attachment pada anak yang baru lahir.
(Pragholapati, 2020)

5. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman (Lubis, 2018).
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus (Lubis, 2018).

5
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperolehenergi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik jugamenurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang
pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasiyaitu konstipasi (Dwi Astuti et al., 2017).

6. Komplikasi
Menurut Pragholapati (2020), komplikasi yang sering terjadi pada ibu SC
adalah :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi :
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari;
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung;
3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabangcabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri
e. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Dwi Astuti et al (2017), pemeriksaan diagnostik sectio caesarea,
yaitu :
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

6
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
e. Uji laboratorium
1. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler;
2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit;
3. Panel elektrolit;
4. Skrining toksik dari serum dan urin;
5. AGD;
6. Kadar kalsium darah;
7. Kadar natrium darah;
8. Kadar magnesium darah.

8. Penatalaksanaan
a. Perawatan awal
1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan;
2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar;
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi;
4) Transfusi jika diperlukan;
5) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,
segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan
pasca bedah.

7
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi;
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar;
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya;
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler);
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Pembalutan dan perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut;
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri
plester untuk mengencangkan;
3) Ganti pembalut dengan cara steril;
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih;
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan
kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC;

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Sari (2019), pada pengkajian klien dengan sectio caesaria,
data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta

8
dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan
menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di
dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan
kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan
3) Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya;
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga

9
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya.
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
10) Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan
dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat
karena adanya proses persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang- kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena

10
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur;
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan- kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Diagnosis Keperawatan
1) Ansietas b.d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen;
2) Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis (kontraksi uterus);
3) Nyeri akut b.d agen cedera fisik (prosedur invasif);

11
4) Resiko infeksi dengan faktor resiko paparan organisme patogen
lingkungan.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Keperawatan (NOC) (NIC)
1
2 Ansietas Anxiety Control Anxiety Reduction
- Klien mampu 1. Gunakan pendekatan yang
mengidentifikasi dan menenangkan
mengungkapkan gejala 2. Nyatakan dengan jelas harapan
cemas terhadap pelaku pasien
- Mengidentifikasi, 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
mengungkapkan dan yang dirasakan selama prosedur
menunjukkan tehnik untuk 4. Pahami prespektif pasien terhdap
mengontol cemas situasi stres
- Vital sign dalam batas 5. Temani pasien untuk
normal memberikan keamanan dan
- Postur tubuh, ekspresi wajah, mengurangi takut
bahasa tubuh dan tingkat 6. Berikan informasi faktual
aktivitas menunjukkan mengenai diagnosis, tindakan
berkurangnya kecemasan prognosis
7. Dorong keluarga untuk
menemani anak
8. Lakukan back / neck rub
9. Dengarkan dengan penuh
perhatian
10. Identifikasi tingkat kecemasan
11. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,

12
ketakutan, persepsi
13. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
14. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
3 Nyeri Akut Pain Control Pain Management
- Mampu mengontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
(tahu penyebab nyeri, mampu komprehensif termasuk lokasi,
menggunakan tehnik karakteristik, durasi frekuensi,
nonfarmakologi untuk kualitas dan faktor presipitasi
mengurangi nyeri, mencari 2. Observasi reaksi nonverbal dan
bantuan) ketidaknyamanan
- Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
berkurang dengan terapeutik untuk mengetahui
menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
nyeri 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
- Mampu mengenali nyeri respon nyeri
(skala, intensitas, frekuensi 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
dan tanda nyeri) lampau
- Menyatakan rasa nyaman 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
setelah nyeri berkurang kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa Iampau
7. Bantu pasierl dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan

13
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
5 Resiko Infeksi Knowledge : Infection Infection Control
control 1. Bersihkan lingkungan setelah
- Klien bebas dari tanda dan dipakai pasien lain
gejala infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
- Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila perlu
penularan penyakit, faktor yang 4. Instruksikan pada pengunjung
mempengaruhi penularan serta
untuk mencuci tangan saat
penatalaksanaannya
berkunjung dan setelah
- Menunjukkan kemampuan
berkunjung meninggalkan pasien
untuk mencegah timbulnya
5. Gunakan sabun antimikrobia
infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas
untuk cuci tangan

normal 6. Cuci tangan setiap sebelum dan


- Menunjukkan perilaku hidup sesudah tindakan keperawatan
sehat 7. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat

14
9. Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
11. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
12. Monitor hitung granulosit, WBC
13. Monitor kerentangan terhadap
infeksi
14. Batasi pengunjung
15. Pertahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
16. Berikan perawatan kulit pada area
epidema
17. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
18. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
19. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
20. Dorong masukan cairan
21. Dorong istirahat
22. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
23. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
24. Ajarkan cara menghindari infeksi
25. Laporkan kecurigaan infeksi

15
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Sari, 2019).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Sari, 2019).

6. Kajian Islami Pada Post Sectio Caesaria (SC)


Sesungguhnya setiap penyakit pasti memiliki obat, sama halnya
dengan post sectio caesaria (SC) ini. Apabila obat digunakan secara tepat
maka akan menyembuhkan. Sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur‟an
Al Karim dan hadits-hadits yang sah dari Nabi. Allah SWT berfirman dalam
surah Al-Isra‟ ayat 82 :

Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi


penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS. Al-Isra‟: 82).
Imam Muslim „merekam‟ sebuah hadits dari Jabir bin „Abdullah
radhiyallahu „anhu, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :

Artinya : “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu
penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah „Azza wa
Jalla” (Shohih Muslim, 1998).

16
Untuk masalah post sectio caesaria (SC), dalam islam telah dianjurkan
untuk berobat kepada ahlinya. Berobat adalah mencari kesembuhan dari
penyakit dengan menggunakan obat-obatan. Hal ini dijelaskan pada hadits
Shohih Muslim (1998) bahwa obat harus dikonsumsi dengan takaran atau
dosis yang sesuai, supaya tidak menimbulkan permasalahan yang akan
membahayakan bagi tubuh. Untuk itu, diagnosa dokter yang didukung oleh
pemeriksaan tanda dan gejala pada pasien sangatlah diperlukan untuk
mendapatkan pengobatan yang sesuai. Penggunaan obat seperti golongan
Acetaminophen atau NSAID dan Antibiotik untuk Ibu post sectio caesaria
(SC), adalah salah satu dari bentuk ikhtiyar sebagaimana yang
diperintahan oleh agama. Dengan begitu obat tersebut akan
menyembuhkan Ibu post sectio caesaria (SC) dengan izin Allah SWT.

7. Terapi Keperawatan Komplementer Untuk Mengatasi Nyeri Pada Ibu


post sectio caesaria (SC)
Terapi musik adalah terapi sensorik komplementer yang telah
digunakan oleh berbagai budaya selama ribuan tahun. Terapi musik
melibatkan mendengarkan musik, menulis musik, atau memainkan musik.
Bentuk terapi musik yang paling umum melibatkan mendengarkan musik
secara aktif. Pasien dapat memakai headphone atau mendengarkan melalui
speaker. Mereka dapat memilih musik mereka atau mendengarkan daftar
lagu yang ditentukan yang dikembangkan oleh seorang terapis musik. Dari
musik klasik ke suara alam, dan country ke rock and roll, musik dapat
memiliki efek fisik yang berbeda, termasuk penurunan kecemasan dan stres,
meningkatkan suasana hati, penurunan detak jantung dan tekanan darah,
peningkatan sirkulasi, dan penurunan persepsi nyeri.
Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi musik memiliki dampak
positif pada pengalaman nyeri. Mengurangi tingkat rasa sakit, mengurangi
ketegangan otot, dan mengurangi penggunaan opioid telah diamati pada
pasien kebidanan dalam persalinan yang berpartisipasi dalam terapi musik.
Diagnosis atau kondisi lain dimana terapi musik menunjukkan kemanjuran
termasuk pasien dengan nyeri neuropatik, nyeri kanker, nyeri yang terkait

17
dengan debridemen luka bakar, nyeri prosedural, nyeri pasca operasi, dan
nyeri yang berhubungan dengan perawatan paliatif.
Terapi musik dapat dimulai dalam pengaturan perawatan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam tingkat nyeri
pasien di rumah sakit, unit perawatan intensif, area perawatan paliatif, dan
pengaturan pasca operasi. Terapi musik dapat dilaksanakan oleh terapis
musik yang terlatih, tetapi juga dapat diprakarsai secara independen oleh
perawat, pasien, anggota keluarga, atau anggota tim perawatan kesehatan
lainnya. Memfasilitasi terapi musik, perawat harus mendorong pasien atau
keluarga untuk membawa peralatan mendengarkan (mis., iPod, pemutar
MP3, CD, radio) atau mengakses materi pendengaran yang tersedia melalui
fasilitas perawatan kesehatan. Jika peralatan yang tepat tersedia, tidak ada
biaya untuk terapi ini, dan ada minimal atau tidak ada efek samping yang
merugikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa manipulasi lingkungan dan
keterlibatan pasien meningkatkan kemanjuran terapi musik ketika
digunakan untuk manajemen nyeri. Mengizinkan pasien untuk memilih
sendiri gaya musik pilihan mereka telah menunjukkan nilai tambah
(Gutgsell et al., 2013). Selain itu, membuat penyesuaian pada lingkungan
pasien, seperti meredupkan lampu, menyediakan selimut, mematikan
elektronik dan ponsel, dan menempatkan sebuah tanda janganganggu, telah
meningkatkan efektivitas keseluruhan.
Musik dapat memberikan efek mengurangi nyeri kronis,
mempengaruhi sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang
bertanggung jawab mengatur tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak
yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, dari kedua sistem
tersebut bereaksi sensitif terhadap musik (Muttaqin, 2008). Munculnya
stimulus yang menyenangkan dari luar tubuh seperti terapi musik dapat
merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh
pasien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan
langsung dengan pertisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori
yang digunakan, dan minat individu dalam stimulasi, sehingga stimulasi
otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri A, 2010).

18
8. Penyimpangan KDM
Sectio Caesaria (SC)

Pre Operasi Post Operasi

Kurang Informasi Nyeri akibat HIS Psikologis Fisiologis

Koping individu Kurang pengetahuan Nyeri Akut Proses parenting System integument
tidak efektif
Ansietas Mekanis Diskontinuitas Luka
Gangguan jaringan
Pola Tidur Tidak terpenuhi Luka terpapar
Ruang insisi di isi lingkungan luar
Kelemahan fisik gumpalan
Perkembangbiakan
Radang mendadak kuman dan bakteri
Hambatan
Mobilitas
Fisik Ransangan reseptor Resiko Infeksi
nyeri

Nyeri Akut

21
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Astuti, Y., Dewi, A., & Arini, M. (2017). Evaluasi Implementasi Clinical
Pathway Sectio Caesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, 6(2), 95–106.
https://doi.org/10.18196/jmmr.6133.

Gutgsell, K. J., Schluchter, M., Margevicius, S., Degolia, P. A., Mclaughlin, B.,
Harris, M., Mecklenburg, J., & Wiencek, C. (2013). Music Therapy
Reduces Pain in Palliative Care Patients : A Randomized Controlled Trial.
Journal of Pain and Symptom Management, 45(5), 822–831.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2012.05.008.

Lubis, D. S. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Riwayat Persalinan


Sectio Caesarea (SC) Di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2018.
Doppler, 2(2), 62–69.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/view/198

Pragholapati, A. (2020). Effect Of Progressive Muscle Relaxation Technique On


Pain In Post Sectio caesarea. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 8(2), 112–
122. https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.216.

Sari, K. J. (2019). Pedoman Dalam Melaksanakan Implementasi Keperawatan.


https://doi.org/10.31227/osf.io/nckbj.

Tamsuri A. (2010). Konsep Dan penatalaksanaan nyeri. EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai