Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH
AYUNI KURNIA, S.Kep
NS0621062

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

1
1.1 Konsep Keperawatan Gerontik & Teori Menua
1.1.1 Definisi
Lansia merupakan kelompok lansia yang rentan masalah, baik
masalah ekonomi, social, budaya, kesehatan maupun psikologis, oleh
karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu
didukung oleh lingkungan yang kondusif seperti keluarga (Rohmana,
2022)
Lansia merupakan kelompok berisiko yang memiliki fakor risiko
dan berpotensi tinggi terpapar penyakit. Lanjut usia adalah masa saat
seseorang telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi serta
menunjukkan beberapa kemunduran seiring berjalannya waktu
(Gemini, 2021)
Lansia merupakan kelompok penduduk yang menjadi focus
perhatian para ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah karena membawa
berbagai permasalahan yang harus diantisipasi dan dicarikan jalan
keluarnya, termasuk bidang kesehatan (Sitti Utami, 2022)
1.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut UU No.13 tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi, “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas”.
Menurut World Health Organization (WHO)
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

2
1.1.3 Teori Proses Menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori biologi, teori psikologis, teori social dan teori spiritual, sebagai
berikut (Andriani, 2021):
a. Teori biologi
Teori biologi mencakup teori genetic dan mutasi, immunology
slow theory, teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang
(Andriani, 2021).
b. Teori genetic dan mutasi
Menurut teori genetic dan mutasi, menua terprogram secara
genetic untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsi sel).
Teori pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang
disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah
adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf
pusat pada lansia yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel
itu sendiri.
Pada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan perusakan
(wear and tear) yang terdiri karena kelebihan usaha dan stress
yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada
teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen
dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi,
penyakit dan kekurangan gizi (Andriani, 2021).
c. Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh (Andriani,
2021).

3
d. Teori stress
Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilngnya
sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai
(Andriani, 2021).
e. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein (Andriani,
2021).
f. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-
sel yang tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,
kekacauan, dan hilangnya fungsi sel (Andriani, 2021).
g. Teori psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan
fungsional yang efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi
dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep
diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu
berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang
dengan status sosialnya (Andriani, 2021).
h. Teori social
Ada beberapa teori social yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu teori interaksi social (social exchange theory), teori
penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (acivity
theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori

4
perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age
stratification theory) (Andriani, 2021).
i. Teori interaksi social
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat.
Pokok-pokok teori interaksi social adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat terdiri atas actor-aktor social yang berupaya
mencapai tujuannya masing-masing.
b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi social yang memerlukan
biaya dan waktu
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor
harus mengeluarkan biaya
d. Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah
terjadinya kerugian
e. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang di pertahanka olehnya
(Andriani, 2021)
j. Teori penarikan diri
Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling
awal. Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat
kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan
menarik diri dari pergaulan disekitarnya (Andriani, 2021).
k. Teori aktivitas
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon
et al (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut
lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan
(Andriani, 2021).

5
l. Teori kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar social. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Pengalaman hidup seorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia (Andriani, 2021).
m. Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah
dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan
demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung, dan Erickson
(Andriani, 2021).
n. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individu tentang arti kehidupan (Andriani, 2021).
1.1.4 Konsep Perubahan pada Lansia
1. Perubahan Fisiologi
a. Sel: Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun
dan cairan intraseluler menurun (Sitti Utami, 2022).
b. Kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatknya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga
tekanan darah meningkat (Sitti Utami, 2022)
c. Respirasi: Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan
pada bronkus (Ferawati, 20221).
d. Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi

6
khususnya yang berhubungan dengan stress (Sitti Utami, 2022).
e. Muskuloskeletal: Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan
menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan
mengalami sklerosis (Sitti Utami, 2022)
f. Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung menurun,
lapar menurun, dan peristaltic menurun sehingga daya absorbs
juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ
aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya
produksi hormone dan enzim pencernaan (Sitti Utami, 2022).
g. Genitourinaria: Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun
sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun (Sitti
Utami, 2022).
h. Vesika urinaria: Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan
retensi urine. Prostat hipertrofi pada 75% lansia (Sitti Utami,
2022).
i. Vagina: Selaput lendir mongering dan sekresi menurun.
j. Pendengaran: Membran timpani atrofi sehingga terjadi
gangguan-gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan (Sitti Utami, 2022).
k. Penglihatan: Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun,
dan katarak (Sitti Utami, 2022).
l. Endokrin: Produksi hormone menurun.
m.Kulit: Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut
dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,
vaskulrisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat
menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh
berlebihan seperti tanduk (Sitti Utami, 2022).

7
n. Belajar & memori: Kemampuan belajar masih ada tetapi relative
menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding
menurun (Sitti Utami, 2022).
o. Inteligensi: Secara umum tidak banyak berubah
p. Personality & adjustment (pengaturan): Tidak banyak
perubahan, hampir seperti saat muda.
q. Pencapaian (achievement): Sains, filosofi, seni, dan music
sangat memengaruhi (Sitti Utami, 2022)
2. Perubahan Sosial
a. Peran: Post power syndrome, single woman, dan single parent.
b. Keluarga: Kesendirian, kehampaan.
c. Teman: Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan
kapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus dakan
cepat pikun (tidak berkembang).
d. Abuse: Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal
(dicubit, tidak diberi makan).
e. Masalah hukum: Berkaitan dengan perlindungan asset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
f. Pensiun: Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pension).
Kalau tidak, anak dan cucu yang akan member uang.
g. Ekonomi: Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok
bagi lansia dan income security.
h. Rekreasi: Untuk ketenangan batin
i. Keamanan: Jatuh, terpleset
j. Transportasi: Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok
bagi lansia.
k. Politik: Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan
masukan dalam sistem politik yang berlaku.
l. Pendidikan: Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan
kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan HAM.
m.Agama: Melaksanakan ibadah

8
n. Panti jompo: Merasa dibuang/diasingkan (Gemini, 2021)
3. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term
memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.
Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang
dialaminya akibat proses penuaan. Masalah-masalah umum yang
sering dialami oleh lansia (Maryam dkk, 2008):
1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam
pola hidupnya
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan
status ekonomi dan kondisi fisik
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami/istri yang
telah meninggal atau pergi jauh dan/cacat
5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang
yang semakin bertambah
6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa
7. Lingkungan(Nasrullah, 2016)
Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan
terdapat perubahan psikososial yang dapat terjadi pada lansia
antara lain:
1) Kesepian
Lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang
dialami dapat berupa kesepian emosional, situasional,
kesepian sosial atau gabungan ketiga-tiganya. Berdasarkan
penelitian tersebut beberapa hal yang dapat memengaruhi
perasaan kesepian pada lansia diantaranya: a) merasa tidak

9
adanya figur kasih sayang yang diterima seperti dari suami
atau istri, dan atau anaknya; b) kehilangan integrasi secara
sosial atau tidak terintegrasi dalam suatu komunikasi seperti
yang dapat diberikan oleh sekumpulan teman, atau masyarakat
di lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena tidak
mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan di kompleks
hidupnya; c) mengalami perubahan situasi, yaitu ditinggal
wafat pasangan hidup (suami dan atau istri), dan hidup
sendirian karena anaknya tidak tinggal satu rumah
(Septiningsih & Na’imah (2012)
2) Kecemasan Menghadapi Kematian
Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil
penelitiannya bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang
kematian. Tipe pertama lansia yang cemas ringan hingga
sedang dalam menghadapi kematian ternyata memiliki tingkat
religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua
adalah lansia yang cemas berat menghadapi kematian
dikarenakan takut akan kematian itu sendiri, takut mati karena
banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga merasa cemas
karena sendirian dan tidak akan ada yang menolong saat
sekarat nantinya.
3) Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya depresi lansia
adalah:
a) Jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan lebih
tinggi terjadi depresi dibandingkan lansia laki-laki, hal
tersebut dikarenakan adanya perbedaan hormonal,
perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan laki-laki,
serta model perilaku tentang keputusasaan yang
dipelajari;

10
b) Status perkawinan, dimana lansia yang tidak
menikah/tidak pernah menikah lebih tinggi berisiko
mengalami depresi, hal tersebut dikarenakan orang lanjut
usia yang berstatus tidak kawin sering kehilangan
dukungan yang cukup besar (dalam hal ini dari orang
terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu
keadaan yang tidak menyenangkan dan kesendirian; dan
Rendahnya dukungan social (Muhith, 2016)
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan,
lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir sehari- hari dan pada usia 70 tahun
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan
bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan
(Gemini, 2021)
5. Perubahan seksualitas
Pertambahan usia menyebabkan perubahan perubahan jasmani
pada pria ataupun wanita. Perubahan tersebut dapat berdampak pada
kemampuan seseorang untuk melakukan dan menikmati aktivitas
seksual. Sejalan dengan bertambahnya usia, masalah seksual
merupakan masalah yang tidak kalah pentingnya bagi usia lanjut.
Menurut Alexander dan Alison dalam Darmojo (2010)
mengatakan bahwa pada dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi
pada aktivitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara
bertahap dan menunjukan status dasar dari aspek vascular, hormonal
dan neurologiknya.
Perubahan psikologik aktivitas seksual akibat proses penuaan
bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan dalam
Darmojo (2010) dalam berikut ini (Sitti Utami, 2022) :

11
a. Fase Hasrat (Desire)
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan
pasangan,harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks.
Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring maskin
lanjutnya usia tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan
hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron
menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi
libido.
b. Fase Arousal
Lansia wanita : pembesaran payudara berkurang, terjadi penurunan
flushing, elastibilitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan
peregangan otot-otot, iritasi uretra dan kandung kemih
Lansia pria: ereksi membutuhkan waktu lebih lama dan kurang
begitu kuat, penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat
penurunan testoteron, elevasi testis ke perineum lebih lambat
c. Fase Orgasme
Lansia Wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih
sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multiple
berkurang
Lansia Pria : kemampuan mengontrol enjakulasi membaik,
kekuatan dan jumlah kontraksi otot berkurang, volume ejakulat
menurun (Andriani, 2021)

12
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. B. (2021). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jawa barat: Penerbit


adab.

Ferawati, Y. (20221). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis.

Gemini, S. (2021). Keperawatan Gerontik. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad


Zaini.

Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Rohmana, K. (2022). Keperawatan Gerontik. Bandung: Penerbit Media Sains


Indonesia.

Sitti Utami, M. R. (2022). Keperawatan Gerontik. Padang Sumatera Barat:


PT.Global Eksekutif Teknologi.

13

Anda mungkin juga menyukai