Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kelompok dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik. Adapun judul makalah ini yaitu Perspektif
Teori Penuaan dan Implikasinya.
Dalam penyelesaian makalah ini, kelompok ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, : Ns.
Nourmayansa Vidya Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.Kom , selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik.
Kelompok sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini
dan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa/i Jurusan Keperawatan.
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teori Penuaan
Teori berfungsi membantu pemahaman tentang satu fenomena tertentu,
memberikan sudut pandang untuk melihat fakta, serta memberikan pijakan dan arah
untuk diskusi dan penelitian (Miller, 1999). Teori tentang penuaan masih berkembang
hingga sekarang karena teori yang ada sekarangpun dianggap belum mampu
menjawab pertanyaan tentang fenomena penuaan secara memuaskan. Teori yang
akan dibahas dalam makalah ini merupakan teori yang umum dan didukung oleh
banyak ilmuan, masih banyak teori lain yang juga berkontribusi terhadap pemahaman
tentang penuaan.
Berdasarkan perkembangan ilmu dan banyaknya teori-teori mengenai proses
penuaan yang salah satu contohnya berkembangnya ilmu keperawatan geiatrik atau
gerontik. Maka penting bagi manusia khususnya yang bergelut dalam bidang
keperawatan geriatik atau gerontik untuk menyumbangkan kontribusinya terhadap
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh mansyarakat. Hal tersebut dapat
dimulai dengan menggali pengetahuan mengenai teori-teori dari proses penuaan.
Berikut ini beberapa teori yang berkenaan dengan proses penuaan, yakni:
1. Teori Biologi
Teori biologis merupakan teori penuaan yang berkembang lebih awal dibanding
teori penuaan yang lain. Aristoteles, Galen dan Roger Bacon mengemukakan teori
penuaan dan menyusun daftar tentang umur terpanjang berbagai spesies. Elie
Metchnikoff (1908) mengajukan teori bahwa penuaan terjadi akibat absoprsi toksin
terus menerus oleh kuman usus (Hardywinoto, Setiabudhi, T, 1999).
Teori biologis konsern dengan jawaban terhadap pertanyaan mendasar tentang
proses fisiologis yang terjadi pada semua mahluk yang menua secara kronologis.
Perubahan akibat menua berjalan sendiri tanpa pengaruh faktor eksternal atau
penyakit. Pertanyan utama berkaitan dengan faktor yang memicu proses penuaan
yang aktual pada mahluk hidup. Teori ini secara umum melihat penuaan yang
terjadi pada titik pandang molekular, seluler, atau sistem tubuh (Lueckenotte, 2000).
Fokus teori biologis mencakup penjelasan tentang hal-hal berikut : 1) efek
deleterious menyebabkan penurunan fungsi pada mahluk hidup, 2) terjadi
perubahan terkait usia secara bertahap yang berkembang progresif dari waktu ke
waktu, 3) perubahan intrinsik dapat mempengaruhi setiap anggota suatu spesies
akibat usia kronologis (Lueckenotte, 2000).
Karakteristik proses penuaan yang terjadi pada hewan mamalia dan manusia
(Vincent J. Cristofalo (1990) adalah : 1)
Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia, 2) Terjadinya perubahan
kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh mengakibatkan massa tubuh berkurang,
peningkatan lemak dan lipofuscin yang dikenal sebagai age pigment, serta
perubahan di serat kolagen yang dikenal sebagai cross-linking, 3) Terjadi perubahan
yang progresif dan merusak, 4) Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan di lingkungannya, 5) meningkatnya kerentanan terhadap berbagai
penyakit tertentu (Hardywinoto, Setiabudhi, T, 1999)
Penuaan biologis didefinisikan sebagai kemunduran bertahap dan progresif dalam
fungsi yang mengawali kedewasaan dan berakhir dalam kematian hampir semua
spesies binatang (Austad, 2009). Semua teori biologis mencoba untuk menjelaskan
karakteristik perubahan yang berhubungan dengan usia, dan setiap teori di -tempts
untuk menjelaskan aspek tertentu dari penuaan dari perspektif particu-lar. Teori-
teori biologis utama dibahas dalam pasal ini, tetapi ini hanyalah sebagian dari
beragam sumpah yang telah dikemukakan dan yang terus berevolusi.Penuaan
biologis didefinisikan sebagai kemunduran bertahap dan progresif dalam fungsi
yang mengawali kedewasaan dan berakhir dalam kematian hampir semua spesies
binatang (Austad, 2009).
Semua teori biologis mencoba untuk menjelaskan karakteristik perubahan yang
berhubungan dengan usia, dan setiap teori di -tempts untuk menjelaskan aspek
tertentu dari penuaan dari perspektif particu-lar. Teori-teori biologis utama dibahas
dalam pasal ini, tetapi ini hanyalah sebagian dari beragam sumpah yang telah
dikemukakan dan yang terus berevolusi.
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa
hidup (Zairt, 1980 dalam Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini lebih menekankan
pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya
adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-
determinan yang menghambat proses penurunan fungsi organisme yang dalam
korteks sistemik dapat memengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem
tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis
(Hayflick, 1977 dalam Khalid Mujahidullah, 2012).
Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua
biologia antara lain, sebagai berikut:
Wear and Tear Theorist didasarkan pada upaya abad ke-19 untuk menjelaskan
perbedaan antara abadi “plasma nutfah” sel-mereka yang mampu mereproduksi-
dan fana “somatik” sel-mereka yang mati. Pada akhir 1880-an, Agustus
Weismann berteori bahwa sel-sel somatik normal terbatas dalam kemampuan
mereka untuk meniru fungsi dan kematian yang terjadi karena usang jaringan
tidak bisa selamanya memperbaharui diri. Menurut teori ini, tubuh dapat
disamakan dengan mesin yang diharapkan untuk berfungsi dengan baik selama
masa garansi, tetapi yang akan aus pada waktu cukup diprediksi. Seperti mesin,
umur panjang tubuh manusia akan terpengaruh oleh perawatan yang diterimanya
juga oleh komponen genetik. Tidak seperti mesin, Namun, tubuh manusia dapat
memperbaiki banyak bagian sendiri baik ke usia tua. Faktor stres yang berbahaya,
seperti merokok, pola makan yang buruk, dan penyalahgunaan alcohol.
Lansia
Lansia Yang tergolong aktif (mereka yang kondisi fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain, sedemikian aktivitas sehari-hari masih
tergolong mandiri)
• Aspek gizi
• Bantu lansia ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang /diuretika
• Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat
yang selalu digunakan
Lansia
• mengonsumsi makanan yang kaya vitamin B 12, seperti hati ayam, susu dan
produknya, telur, ikan sarden, daging sapi, ikan tuna
• Otot kram dan nyeri, Membantu lansia kompres air hangat sebelum
melakukan aktivitas fisik
Lingkungan
• Lingkungan yang nyaman untuk lansia melakukan jalan santai dan yoga
1. Lansia
- Makan makanan bergizi atau suplementasi zat antioksidan seperti
vitamian C dan E
- Tidak merokok dan meminum minuman berakohol
- Mengurangi lemak seperti makan makanan yang di gorong
- Pola hidup sehat seperti olahraga ringan pada lansia bisa melakukan
berjalan, senam lansia
- Mengurangi paparan radiasi sinar matahari yang tinggi
- Tidur dan istirahat yang cukup
2. Keluarga
- Mengolah makanan dan penyimpanan makanan yang sehat seperti tidak
memanaskan makanan terlalu lama, megurangi memasak makanan yang
digoreng diganti dengan direbus atau kukus, tidak memasak santan
3. Masyarakat
- Mengadakan posyandu lansia yang di gerakkan oleh masyarakat agar
lansia mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai
- Mengajak lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat seperti
cocok tanam,
4. Lingkungan
- Lingkungan yang hijau, asri dan bersih jauh dari polusi udara
- Lingkungan yang aman, nyaman jauh dari kebisingan
Beberapa teori biologis penuaan fokus pada peran utama dari sistem tubuh
sebagai penyebab penuaan. Misalnya, teori neuroendokrin didasarkan pada
pemahaman bahwa sistem neuroendokrin mengintegrasikan fungsi tubuh dan
memfasilitasi adaptasi terhadap perubahan baik dalam lingkungan internal dan
eksternal. Teori ini mendalilkan bahwa banyak perubahan dari sistem endokrin
adalah penyebab yang mendasari perubahan yang berkaitan dengan usia fungsi
organ.
Pada kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh
karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai
suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas
ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan
bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun
dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-
olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon
mereka.
Teori kekebalan (Immunity), yang pertama kali diusulkan pada 1960-an,
fokus pada immunosenescence, yang merupakan semakin bertambahnya usia,
maka semakin menurun pula sistem kekebalan tubuhnya sehingga meningkatnya
kerentanan penyakit pada orang tua.
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan
berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun
tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit
autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor
lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar
timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya
umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya
diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai
benda asing dan menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan,
terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang
memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan
seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun
yang telah mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat
mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain itu, program
imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan penyebaran epidemi
penyaki, seperti pneumonia dan influenza diantara orang lanjut usia juga
mendukung dasar teoritis praktik keperawatan.
Berdasarkan teori tersebut yang sebaiknya dilakukan oleh :
1. Lansia
- Istirahat dan tidur yang cukup
- Menghindari stress dengan mengobrol atau bermain dengan cucu dan
keluarga
- Melakukan aktifitas fisik seperti berjalan kaki
- Makan makanan bergizi, minum air putih 8 gelas perhari
- Tidak merokok dan minum minuman berakohol
2. Keluarga
- Memberi dukungan dan motivasi pada lansia agar menghindari lansia
mengalami stress dengan perubahan yang terjadi
- Meningkatkan imunitasnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif
bersama lansia, membuat lansia merasa nyaman dan produktif
- Memperhatikan asupan gizi dan makanan untuk meningkatkan imunitas
pada lansia
3. Masyarakat
- Mengadakan senam lansia
- Mengadakan sosialisasi yang melibatkan partisipasi lansia untuk dapat
produktif di masyarakat
- Mengadakan medical check up bagi lansia secara gratis
- Pelayanan kesehatan “jemput bola” kepada lansia
4. Lingkungan
- Ciptakan kamar tidur yang nyaman
- Ventilasi rumah yang cukup/memadai, udara yang bersih
- Lingkungan yang hijau, asri dan bersih
- Lingkungan yang sejuk, nyaman, jauh dari kebisingan dan polusi
e. Genetic Theory
Teori program penuaan, diusulkan oleh Hayflick pada tahun 1960. Teori ini
menyatakan bahwa masa hidup hewan yang telah ditentukan oleh program
genetik, disebut jam biologis, yang memungkinkan untuk maksimum sekitar 110
tahun pada manusia (Hayflick, 1965). Hayflick (1974) memperkirakan bahwa sel-
sel manusia normal membagi 50 kali di nomor ini dari tahun dan berpendapat
bahwa sel-sel secara genetik diprogram untuk berhenti membelah setelah
mencapai 50 pembelahan sel, pada saat itu mereka mulai memburuk. Jumlah
pembagian kali sel berlangsung berbeda untuk setiap spesies binatang, dan
semakin lama harapan hidup suatu spesies, pembelahan sel lebih bahwa hewan
memiliki program genetik. sel-sel abnormal, namun, tidak tunduk pada program
yang diprediksi ini dan dapat berkembang biak jumlah yang tak terbatas sekali.
Teori kesalahan. Dalam teori ini dinyatakan bahwa kesalahan dalam proses
atau mekanisme pembuatan protein akan mengakibatkan beberapa efek.
Penurunan ketepatan sintesis protein secara spesifik telah di hipotesiskan
penyebabnya, yaitu ketidaktepatan dalam penyiapan pasangan kodon mRNA dan
antikodon tRNA. Namun, penelitian terakhir ternyata bertentangan dengan teori
kesalahan, yang menerangkan bahwa tidak semua penuaan sel menghimpun
molekul non – spesifik dan penuaan itu tidak selamanya di percepat ketika
molekul non – spesifik di temukan.
f. Apoptosis Theory
Jaga pola makan dengan asupan yang tinggi kandungan protein serta
mineral seperti zat besi dan kalsium.
5. Aktivitas membaca
Dari segi lingkungan : lingkungan yang nyaman, jauh dari kebisingan, hindari
asap kendaraan dan polusi udara akibat aktivitas industri
g. Caloric Restriction Theories
Teori ini mengajukan bahwa setiap organisme mempunyai satu jumlah waktu
hidup metabolik dan organisme yang mempunyai laju metabolisme yang lebih
tinggi mempunyai rentang masa hidup yanng lebih pendek. Bukti untuk teori ini
berasal dari penelitian yang menunjukkan bahwa ikan tertentu, pada saat
temperatur air rendah, hidup lebih lama dibanding sesamanya dengan air yang
hangat. Percobaan yang luas pada efek pembatasan kalori pada hewan pengerat
menunjukkan bahwa pembatasan kalori meningkatkan rentang hidup dan
menunda terjadinya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (Hayflick, 1996;
Schneider, 1992 dikutip dari Lueckenotte, 2000).
Implikasi Teori :
b. Lansia sebaiknya melakukan puasa karena dengan puasa dapat memacu
perbaikan dan pertumbuhan sel-sel yang baru serta penghancuran sel-sel
yang rusak/menua sehingga tubuh bisa lebih awet muda dan berfungsi
dengan optimal. Melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi lansia
misalnya dengan olahraga duduk atau beridri
c. Keluarga lansia juga berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan dasar
lansia terutama makan. Menyusun menu untuk lansia dalam pemberiannya
sebaiknya terbagi atas 7-8 kali pemberian, yang terdiri dari 3 kali makanan
utama (pagi, siang dan malam) serta 4-5 kali makanan selingan. Sebagai
contoh pukul 05.00 minum susu atau jus, pukul 07.00 makanan utama,
pukul 09.30 makan minum selingan, pukul 12.00 makanan utama, pukul
15.00 makan minum selingan, pukul 18.30 makanan utama dan sebelum
tidur makan minum selingan (Maryam, 2008). Mendapat dukungan
darikeluarga akan membuat lansia merasa lebih sejahtera
d. Lingkungan masyarakat terjadi perubahan lingkungan sosial seperti
perubahan kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan pasangan hidup
dapat membuat lansia merasa terisolasi dari kehidupan sosial dan
mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu makan yang
berdampak pada penurunan status gizi lansia (Fatmah, 2010). Faktor
lingkungan mempengaruhi seseorang dalam menikmati makanan serta
kemampuan untuk memperoleh makanannya.
Dari segi sosial, lansia mengalami penurunan interaksi antara diri lansia
dengan lingkungan. Hal tersebut bisa terjadi karena lansia mulai menarik
diri dari kehidupan sosial, status kesehatannya menurun, penghasila
berkurang, dan terbatasnya program untuk memberi kesempatan lansia
untuk tetap berinteraksi dan beraktifitas. Hal tersebut berpengaruh kepada
kepercayaan diri motivasi, perasaan beraktifitas. Menurunnya keinginan
beraktifitas dengan lingkungan berpengaruh terhadap keinginan
mengkonsumsi makanan/pola makan, karena kebutuhan 21 kalori yang
terbatas. Apabila dibiarkan berlanjut tentunya akan mempengaruhi keadaan
status gizi lansia. Oleh karena itu peran kelompok lansia sangat penting
untuk meningkatkan semangat lansia.
Saat membahas tentang teori biologis penuaan, dua konsep yang telah
memperoleh penerimaan yang luas adalah : 1) Ada kemungkinan kapasitas
replikasi terbatas untuk sel tertentu yang menyebabkan ekspresi berlebihan gen
yang rusak serta kerusakan oksidatif pada sel, dan 2) Radikal dapat menyebabkan
kerusakan pada sel dari waktu ke waktu. Berdasarkan konsep ini, perawat
gerontologi dapat meningkatkan kesehatan klien lansia dengan sejumlah cara.
Pemberian bantuan untuk berhenti merokok merupakan salah satu contoh promosi
kesehatan. Merokok sigaret meningkatkan pergantian sel di dalam rongga mulut,
cabang bronkus dan alveoli. Merokok juga memasukkan karsinogen ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan peningkatan laju kerusakan sel yang dapat
memicu kanker (Lueckenotte, 2000).
Aplikasi teori biologis yang lain adalah pemahaman bahwa stres hidup, baik
fisik maupun psikis, mempunyai dampak pada proses penuaan. Dalam
merencanakan intervensi, perhatian harus diberikan pada pada faktor stres yang
beragam pada kehidupan lansia. Aktivitas untuk meminimalkan stres dan
meningkatkan koping mekanisme yang sehat harus dimasukkan ke dalam rencana
pendidikan klien lansia.
2. Teori Sosiokultural
Teori sosial menjelaskan bahwa kehidupan sosial pada masa lansia tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sosial sebelumnya, pola interaksi sosial pada masa
sebelumnya akan mempengaruhi bagaimana lansia berinteraksi sosial.
Teori sosiologis berfokus pada perubahan peran dan hubungan. Dalam
beberapa hal, teori sosiologis berkaitan dengan beberapa adaptasi sosial dalam
kehidupan lansia. Salah satu cara yang paling mudah untuk melihat teori
sosiologis adalah melihat lansia dalam konteks nilai-nilai sosial pada waktu di
mana teori berkembang. Penelitian terdahulu juga meneliti lansia yang ada di
lembaga dan menderita sakit, sesuai informasi yang didapat. Penelitian sekarang
dilakukan dalam ragam lingkungan yang lebih alamiah, mencerminkan secara
lebih akurat keragaman populasi lansia (Lueckenotte, 2000).
Selama 1960-an, sosiolog berfokus pada kehilangan lansia dan pola dimana
seseorang menyesuaikan diri dengan kehilangan dalam konteks peran dan
kelompok rujukan mereka. Satu dekade kemudian, masyarakat mulai mempunyai
pandangan yan lebih luas tentang penuaan seperti tercermin pda teori penuaan
yang diajukan pada periode ini. Teori ini lebih berfokus pada faktor yang
mempengaruhi kehidupan seorang lansia secara lebih global, memasyarakat, dan
struktural. Tahun1980-an dan 1990-an membawa lagi perubahan dalam fokus
oleh masyarakat. Pada titik ini sosiolog mulai mengembangkan Saling
berhubungan-nya, khususnya antara lansia dengan milieu fisik, politik,
lingkungan, dan bahkan sosioekonomi dimana lansia hidup (Lueckenotte, 2000)
a. Disengagement Theory
Pada tahun 1961, Cumming dan Henry menerbitkan teori sosiologis pertama
penuaan dalam buku mereka, Tumbuh Old: Proses Pelepasan ( Cumming &
Henry, 1961). Menurut Teori pelepasan, masyarakat dan lebih tua orang terlibat
dalam proses yang saling menguntungkan penarikan timbal balik untuk menjaga
keseimbangan sosial. Proses ini terjadi secara sistematis dan mau tidak mau dan
diatur oleh kebutuhan masyarakat, yang individu menimpa kebutuhan. Selain itu,
orang tua menginginkan penarikan ini dan senang ketika itu terjadi. Karena
jumlah, sifat, dan keragaman kontak sosial orang tua ini berkurang, pelepasan
menjadi proses melingkar yang batas lanjut kesempatan untuk berinteraksi.
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
Dalam hampir semua kasus, kelompok yang berusia 75 tahun dan lebih tua
melaporkan proporsi yang lebih tinggi dari tanggapan yang terlepas; mereka
khususnya kurang diinvestasikan daripada rekan-rekan mereka yang lebih muda
dalam mengikuti hobi, membuat rencana untuk masa depan, membuat dan
menciptakan sesuatu, dan merawat orang lain. Rapkin dan Fischer (1992)
menemukan bahwa kerugian demografis dan transisi terkait usia berkaitan dengan
keinginan yang lebih besar untuk melepaskan diri, mendukung, dan stabilitas.
Penatua yang sudah menikah dan sehat lebih mungkin melaporkan keinginan
untuk gaya hidup yang energik. Namun, pendapat Cumming dan Henry tentang
kecocokan yang diperlukan antara kebutuhan masyarakat dan aktivitas orang
dewasa yang lebih tua didukung (Back, 1980; Birren & Schroots, 2001; Riley,
Johnson, & Foner, 1972).
Pada teori ini, lansia dikatakan menarik diri dari aktivitas sosial. Maka dari
itu, lansia sebaiknya tetap aktif dan tetap terlibat dalam kegiatan sosial seperti
sukarelawan, kegiatan posbindu dan perkumpulan lainnya tanpa memandang
rendah diri sendiri dan tidak membatasi aktivitas sosial karena batasan umur.
Keluarga juga tetap harus melibatkan lansia dalam sebuah keputusan, tidak
mengasikan lansia dan tetap mengajak lansia untuk bersosialisasi, tidak
meninggalkan lansia begitu saja hanya karena batasan umur. Keluarga merupakan
sistem pendukung pertama seorang lansia, maka dari itu keluarga merupakan
tempat pertama bagi lansia untuk merasakan bahwa mereka tetap bisa
bersosialisasi seperti biasa tanpa kehilangan hak apa pun dikarenakan umur
mereka.
Selain itu, pemberi layanan kesehatan juga dapat mengkaji masa lalu dan
menyadari kejadian yang siginifikan atau bahkan kepercayaan tentang aktivitas
sosial dan penarikan diri, pemberi pelayanan kesehatan dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam mengapa lansia tertentu bertindak terhadap
penarikan diri dalam kehidupan sosial. Selain itu, pemberi pelayanan kesehatan
dapat membantu lansia menyesuaikan diri dengan batasan, sementara menekankan
pada sifat yang positif. Adaptasi ini dapat mendorong lansia untuk tetap berada di
dalam komunitas, mungkin bahkan di dalam rumah keluarga, tidak sebaliknya
masuk lembaga (panti) secara prematur. Lanjut usia berlanjut merasa dinilai dan
dilihat sebagai anggota masyarakat yang aktif apabila dimungkinkan untuk
mempertahankan rasa pengendalian terhadap lingkungan hidup.
b. Activity Theory
Para peneliti menemukan bahwa kegiatan produktif, seperti kerja penuh waktu
dan tingkat rendah sukarela, memiliki efek positif pada kesehatan mental hampir
8000 subyek yang berusia 55-66 tahun (Hao, 2008).
Meskipun studi mendukung teori ini, kritik mengklaim bahwa ia mengabaikan
faktor-faktor seperti kesehatan dan kesenjangan ekonomi yang mengganggu
peluang bagi beberapa orang dewasa yang lebih tua untuk terlibat dalam kegiatan
(Achenbaum, 2009).
Teori ini berdasar pada tiga asumsi: 1) lebih baik aktif daripada tidak aktif, 2)
lebih baik bahagia daripada tidak bahagia, 3) seorang individu lansia adalah hakim
terbaik terhadap kesuksesan mereka sendiri dalam mencapai/ meraih asumsi
pertama (Havighurst, 1972). Di dalam konteks teori ini, aktivitas dapat dilihat
secara luas sebagai aktivitas fisik maupun intelektual. Karena itu, bahkan dengan
penyakit atau bertambahnya usia, seorang lansia dapat tetap aktif dan mencapai
rasa kepuasan hidup (Havighurst, Neugarten, Tobin, 1963 dikutip dari
Lueckenotte, 2000).
Berdasarkan pada teori ini, seseorang lansia harus aktif dalam melakukan
kegiatan secara fisik maupun intelektual bahkan lansia yang mempunyai penyakit
tetap aktif untuk merasakan kepuasan hidup. Maka dari itu, lansia bisa menyusun
rencana aktivitas apa yang ingin dilakukannya dan menghapuskan pemikiran takut
gagal karena batasan usia yang sudah lanjut. Pemberi layanan kesehatan dapat juga
mendapatkan wawasan/ pengertian ke dalam bagaimana kelompok lansia tertentu
berespon terhadap penyakit dan memandang penuaan yang sehat. Pengetahuan dan
wawasan ini dapat dengan tepat membantu menolong merencanakan tidak hanya
aktivitas tetapi juga pendidikan klien yang bermakna. Selain itu juga, pemberi
layanan kesehatan dapat membantu lansia dalam mempertahankan kemandirian
dan dapat mempertahankan kualitas hidup yang tinggi selama masa lansia.
Lingkungan dan masyarakat bisa membuat sebuah grup ataupun wadah yang
mendukung aktivitas lansia. Seperti posbindu yang melakukan berbagai macam
aktivitas fisik, senam dan jalan santai. Lingkungan dan masyarakat juga harus
mendukung lansia yang ingin beraktivitas dan tidak memandang sebelah mata
kepada lansia. Masyarakat juga bisa membantu lansia untuk merencakan aktivitas
yang bisa dilakukan lansia.
i. Teori subcultural
Pada tahun 1960-an, teori ini menyatakan bahwa orang-orang tua,
sebagai kelompok, memiliki mereka norma-norma sendiri, harapan, keyakinan,
dan kebiasaan; Oleh karena itu, mereka memiliki subkultur sendiri (Rose,
1965). Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua terintegrasi kurang baik ke
dalam masyarakat yang lebih besar dan berinteraksi lebih di antara mereka
sendiri, dibandingkan dengan orang-orang dari kelompok usia lainnya. Selain
itu, teori ini menyatakan bahwa pembentukan subkultur berusia terutama
respon terhadap hilangnya status yang dihasilkan dari usia tua, yang begitu
negatif didefinisikan di Amerika Serikat bahwa orang tidak ingin dipandang
sebagai tua. Dalam subkultur berusia, status individu didasarkan pada
kesehatan dan mobilitas, bukan pada prestasi kerja, pendidikan, atau ekonomi
yang sebelumnya penting.
Karena subkultur berusia memiliki jutaan anggota di negara ini, itu
merupakan kelompok minoritas yang dapat mengatur dan membuat tuntutan
publik. Sebuah kelompok seperti AARP, yang keanggotaannya melebihi 34
juta orang, adalah bukti pentingnya sosial dari subkelompok usia. Ketika
dipertimbangkan bersama dengan teori aktivitas, teori subkultur mendukung
perspektif bahwa ada hubungan yang kuat antara partisipasi kelompok sebaya
dan proses penyesuaian penuaan. Salah satu hasil dari subkultur usia akan
menjadi pengembangan “kesadaran kelompok umur” yang akan berfungsi
untuk meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi budaya negatif
dari penuaan
3. Teori Psikologi
Teori psikologis menjelaskan situasi dan kondisi psikologis pada masa lansia
merupakan cermin kondisi kejiwaan pada masa sebelumnya, mekanisme koping
dalam menghadapi masalah kehidupan dilatih dan dipraktikkan oleh manusia
berawal dari masa muda sampai masa lansia.
Asumsi dasar teori penuaan psikologis adalah bahwa perkembangan tidak
berhenti ketika seseorang mencapai usia dewasa, tetapi tetap sebuah proses yang
terjadi selama rentang kehidupan. Saat seseorang melewati dari peran usia
pertengahan ke kehidupan lansia, kemampuan, cara pandang, dan sistem
kepercayaan memasuki satu tahap transisi. Perawat, dengan memberikan
perawatan yang holistik, berupaya mencari cara bagaiman menerapkan strategi
untuk mengembangkan kualitas hidup klien (Hogstel, 1995). Teori penuaan
psikologis lingkupnya lebih luas dibanding teori biologis maupun sosiologis
karena teori psikologis dipengaruhi oleh keduanya. Dengan demikian penuaan
psikologis tidak dapat dipisahkan begitu saja dari pengaruh biologis dan
sosiologis (Lueckenotte, 2000).
Setelah seseorang menua, banyak perubahan adaptif yang terjadi yang
membantu seseorang untuk berkoping dengan atau menerima perubahan biologis.
Beberapa mekanisme adaptif termasuk memori, kapasitas belajar, perasaan,
fungsi intelektual, dan motivasi untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas
tertentu (Birren, Cunningham, 1985). Penuaan psikologis, dengan demikian
mencakup tidak hanya perubahan perilaku tetapi juga aspek perkembangan yang
berkaitan dengan kehidupan lansia, bagaimana perubahan perilaku berhubungan
dengan umur yang bertambah, serta apakah perubahan perilaku ini konsisten
polanya dari individu satu ke individu yang lain (Lueckenotte, 2000).
Berikut implikasinya :
i. Lansia sebaiknya mulai mencari hobi lain atau keahlian lain (menjahit,
bercocok taman) agar persepsi tentang citra diri yang lemah bisa di
cover dengan hobi atau kemampuan yang dimiliki. Lansia juga
menghindari waktu sendirian karena hal itu hanya akan membuat
pikiran negatif muncul, lansia bisa mengikuti kelompok lansia di
masyarakat. Lansia juga dianjurkan untuk mengembangkan spiritualitas.
ii. Keluarga lansia juga perlu memberi dukungan emosional pada lansia.
Keluarga jangan sampai menganggap lansia itu sebagai beban, karena
akan memperparah persepsi buruk lansia tentang dirinya. Dan keluarga
sebisa mungkin sering mengajak lansia untuk berkomunikasi dan
berekreasi (sekedar ke taman daerah rumah) agar lansia tidak merasa
kese.pian dan merasa hidupnya tetap bisa produktif
iii. Lingkungan masyarakat dapat melakukan dorongan untuk mengaktifkan
kelompok lansia agar para lansia bisa saling mengunjungi, melakukan
kegiatan / hobi bersama dan bertukar tentang makna hidup.
c. Theory of Gerotranscedence
dan telah dikenal luas di Swedia dan negara-negara Skandinavia lainnya. Teori ini
1. Penurunan Egoisme
lain)
10.Redefinisi persepsi / pandangan yang berbeda tentang waktu, ruang dan objek
Agar lansia dapat memahami kalau penuaan merupakan hal yang rasional, dan
sebagai berikut.
Pada teori psikologikal, menua dan gender menjadi kesatuan. Studi mengenai
membuat pekerjaan sulit untuk dilaksanakan. Perbedaan dasar pada gender terletak
pada awal kehidupan pendidikan, perbedaan peran, gaya hidup tidak hanya
kehidupan. Perbedaan pada perilaku kognitif antara lansia laki-laki dan perempuan
sulit ditentukan. Perbedaan gender pada masa tua terjadi pada bagian kognitif,
emosi dan penglihatan. Contoh, lansia laki-laki dan perempuan berbeda dalam
pada hubungan antara jenis kelamin dan proses menua. Jenis kelamin (gender) dapat
dipahami sebagai pola yang kompleks dan berbeda dari peran, tanggung jawab,
"feminin" sepanjang perjalanan hidup (WHO, n.d). Beberapa aspek psikologis terkait
jenis kelamin yang dipelajari dalam teori ini meliputi inteligensi, kepribadian,
perawatan, kemampuan diri, sikap tubuh, kemampuan verbal, ikatan sosial, kontrol
perasaan, dan pembuatan keputusan medis (Sinnott & Shifren, 2001 dalam Miller,
2012). Faktor sosial dan kesehatan seperti pendidikan dan kemiskinan, kurangnya
akses terhadap nutrisi yang baik, pelayanan kesehatan dan sosial, serta pekerjaan
mereka.
Selain itu, teori ini juga memiliki keterkaitan dengan teori yang dibahas
setelah usia 75 tahun, sedangkan pria tidak (Melin-johansson, 2014). Beberapa studi
juga menemukan bahwa wanita memiliki pendekatan lebih kuat terhadap Tuhan
(Cicirelli, 2004 dalam Consedine & Fiori, 2009). Selain itu, wanita cenderung
memiliki sistem pendukung lebih banyak dibanding pria. Pria menerima dukungan
2003 dalam Consedine & Fiori, 2009). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa wanita lebih mudah mendapatkan rasa damai saat menua dibandingkan dengan
pria.
Implikasi keperawatan
tentu saja perawat harus lebih memperhatikan perbedaan dasar pada gender
verbal, ikatan sosial, kontrol perasaan, dan sebagainya karena gender dipahami
sebagai pola yang kompleks dan berbeda dari peran, tanggung jawab, norma, nilai-
sepanjang perjalanan hidup . Ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita
intervensi kepada lansia sesuai dengan gender mereka agar lansia mendapatkan hasil
yang efektif dari pengimplementasian intervensi yang sudah dibuat. Contohnya saja
dalam hal permasalahan peranan gender dalam kehidupan ekonomi lansia di masa
pensiun , wanita dan pria akan mendapatkan masalah yang berbeda, perempuan usia
65 tahun ke atas memiliki kemungkinan dua kali lebih besar daripada laki-laki untuk
memiliki status tidak kawin, janda, bercerai, berpisah atau tidak pernah kawin, dan
hidup sendirian. Selain itu, besar kemungkinan perempuan yang lebih tua akan berada
dalam keadaan hidup miskin daripada laki-laki yang lebih tua, sedangkan perempuan
yang tidak kawin dan hidup sendirian lebih dimungkinkan untuk hidup miskin di usia
tua mereka. Tingkat kemiskinan pada perempuan yang hidup sendirian mendekati
empat kali lebih besar daripada tingkat kemiskinan perempuan yang berstatus kawin.
Perempuan juga lebih kurang dimungkinkan daripada laki-laki untuk terlibat dalam
pekerjaan penuh waktu sepanjang tahun. Keterbatasan ekonomi pada lansia wanita
lansia menjadi makin penting setelah populasi berlanjut menua. Generasi sekarang
dan mendatang dapat belajar dari masa lalu. Lansia harus didorong untuk melibatkan
diri dalam proses life review; hal ini dapat dicapai dengan menggunakan sejumlah
teknik seperti mengenang (reminiscence), oral histories, dan tutur cerita (story
telling). Melihat kembali pencapaian atau kegagalan masa lalu penting untuk
untuk meningkatkan harga diri, dan untuk memahami bahwa seseorang tidak hidup
merupakan bagian tugas perkembangan yang tepat bagi kelompok usia ini. Perawat
tidak boleh mencoba untuk mengganti topik atau berusaha untuk membantu lansia
agar tidak terlalu ”tidak sehat/ waras”, perawat harus memahami bahwa setiap tahap
kehidupan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Perawat tidak boleh
menghambat pencapaian ini, perawat harus berupaya untuk menfasilitasi pencapaian
tugas perkembangan mereka. Perawat juga harus meyakini bahwa fungsi intelektual
tetap berlanjut utuh pada kebanyakan lansia. Anak muda dapat memperoleh banyak
terhadap pengalaman hidup, dan mendiskusikan masa depan mereka dengan lansia
(Lueckenotte, 2000).
manusia, yang menata satu pondasi yang efektif dan positif untuk interaksi
perawatklien. Teori Maslow juga menata prioritas unutk perawat terkait kebutuhan
klien. Menerapkan teori Maslow, perawat memahami bahwa elemen dasar seperti
makanan, air, oksigen, eliminasi, dan istirahat harus terpenuhi sebelum kebutuhan
aktulisasi diri. Perawat memahami sebagai contoh bahwa pendidikan klien akan lebih
berhasil jika kien sudah beristirahat dengan baik (Carson, Arnold, 1996 dikutip dari
Lueckenotte, 2000).
sebagai anggota masyarakat yang berperan. Aktivitas seperti mengumpulkan satu oral
history, menciptakan sebuah lukisan dinding, atau menulis satu kejadian tertentu atau
Aktivitas ini tidak hanya dapat memberikan penghargaan bagi individu lansia, tetapi
hal ini juga akan tukar menukar informasi dari satu generasi ke generasi berikutnya;
bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Bagi beberapa lansia, merawat anak-anak
mengasuh, dan bermain bersama anak dapat membawa kembali perasaan bermakna
dan dibutuhkan. Aspek sentuhan dari aktivitas ini juga penting dalam mengurangi
stress, banyak lansia tidak lama mengalami tipe kontak fisik tertentu yang berarti
dengan orang lain, padahal semua individu membutuhkan jenis kontak fisik tertentu
(Lueckenotte, 2000).
lansia menikmati waktu untuk memasak atau bekerja di kebun. Seringkali perasaan
kotor antar jari merelaksasi dan membawa kembali ingatan tentang bunga yang indah
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik tentang hubungan antara penuaan dan proses
penyakit mencakup:
ii. Penuaan biologis adalah alami, tak terelakkan, tak dapat diubah, dan pro-
iv. Tingkat penuaan pada berbagai organ dan jaringan berbeda pada setiap
individu
Terkena sinar ultraviolet adalah contoh lain dari zat penyebab raptuknya sel, yang
dapat menimbulkan mutasi dan kanker kanker. Untuk mengurangi kerusakan radikal
bebas, perawat juga dapat menyarankan para pasien untuk menyantap makanan
Kegiatan fisik terus memainkan peranan penting dalam kehidupan orang dewasa
yang lanjut usia. Rutinitas harian perlu te menggabungkan peluang besar untuk
kemampuan yang sudah ada, memperkuat otot, dan mencegah pemulihan otot lebih
lanjut dari tidak digunakan, mendorong dewasa dewasa ta untuk berpartisipasi dalam
ekstremitas, latihan harian yang meningkatkan kekuatan dan kecekatan tangan atas
berkontribusi pada kemampuan orang dewasa yang lebih tua untuk melakukan
Lueckenotte, A.G (2000). Gerontologic Nursing, 2nd Ed. St. Louis : Mosby
Miller, Carol A. 2012. Nursing for Wellness in Older Adults 6th Edition. Philadelphia:
Lippincott williams & wilkins
Mubarak, Iqbal Wahit, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi,
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.