Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
    

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan


kemapuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000). Dengan
kata lain, proses menua merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai
dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau
pengaruh lingkungan, dimulai dari kemunduran secara fisik maupun psikis
(kejiwaan), atau yang lazim dikatakan adalah keuzuran.
Pada perkembangan sekarang ini, pendapat tersebut mulai tergeser dengan
suatu pengertian bahwa masa tua merupakan suatu hal yang wajar dan tetap dapat
menjalani sisa hidupnya dengan tenang, aman, sejahtera dan berguna bagi
lingkungannya. Secara global, bila ditinjau dari aspek peradaban umat manusia,
maka terdapat konsep transisi kependudukan yang oleh berbagai pakar, termasuk
para pakar gerontologi (Comfort 1964 dan Myers 1984) menggambarkan
pertumbuhan jumlah lansia akibat penurunan pada angka morbiditas (S. Tamher &
Noorkasiani, 2011).
Berkenaan dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh
instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak
swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan
kematian (mortalitas) lansia. Salah satu wujud upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pelayanan lansia adalah dengan disahkannya UU No. 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor 3796)
sebagai pengganti UU No. 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang
Jompo (R. Siti Maryam, dkk., 2012).
Sehingga dirasa perlu adanya sumbangsih dari lapis masyarakat, khususnya
penyusun sebagai mahasiswa kesehatan untuk membantu upaya pemerintah dalam
mensejahterakan lansia. Salah satu upaya primer yang dapat dilakukan adalah
menambah wawasan dan pemahaman mengenai keperawatan pada usia lanjut atau
gerontik. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai “PROSES
PENUAAN: TEORI BIOLOGIS”.

1
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:
1.Bagaimana proses penuaan dari sudut pandang teori biologis?
2. Bagaimana aspek biologis yang terdapat pada usia lanjut?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami teori proses penuaan khususnya pada teori biologisnya.

Tujuan Khusus
Secaraa khusus, tujuan dari penyusunan makalah ini, yakni:
1. Mengetahui proses terjadinya penuaan,
2. Mengetahui dan memahami proses penuaan dari sudut pandang teori biologis,
3. Mengetahui dan memahami aspek-aspek biologis pada usia lanjut,

D. Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan adanya penyusunan makalah ini, penulis dapat manambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai hormon pada
organ reproduksi wanita, khususnya mekanisme kerjanya.
2.Bagi pembaca
Adanya penyusunan makalah ini, supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
referensi pembaca.Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan untuk
menambah atau memahami tentang hormon pada organ reproduksi wanita, khususnya
mekanisme kerjanya.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Proses Penuaan
    

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif (Constantinides, 1994
dalamR. Siti Maryam, dkk: 2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya
cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara teori
perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan akhirnya
akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses
penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambutb hal tersebut agar nantinya tidak
menimbulkan fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam
Nugroho. W, 2000)
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap
pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai
menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga
fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai
masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur/tua. Pada usia lansia ini
biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologis.
Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam,
sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang tidak
dapat diganti karena rusak atau mati.

3
Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang 10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal
yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel. Berkurangnya jumlah sel saraf
(neuron) dan kematian sel secara terus-menerus menyebabkan seseorang menjadi demensia
(Khalid Mujahidullah, 2012)
World Health Organization (WHO) menyebutkan batasan-batasan usia lanjut adalah,
sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun,
2.  Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun,
3.   Usia lanut tua (old) antara 75-90 tahun,
4.   Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

B. Teori Penuaan
    

Berdasarkan perkembangan ilmu dan banyaknya teori-teori mengenai proses penuaan


yang salah satu contohnya berkembangnya ilmu keperawatan geiatrik atau gerontik. Maka
penting bagi manusia khususnya yang bergelut dalam bidang keperawatan geriatik atau
gerontik untuk menyumbangkan kontribusinya terhadap masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi oleh mansyarakat. Hal tersebut dapat dimulai dengan menggali pengetahuan
mengenai teori-teori dari proses penuaan. Berikut ini beberapa teori yang berkenaan dengan
proses penuaan, yakni:
1. Teori Biologis
2. Teori Psikologis
3. Teori Sosial
4.  Teori Spriritual.

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Teori Biologis
    

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt,
1980 dalam Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi
tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen patologis.
Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses
penurunan fungsi organisme yang dalam korteks sistemik dapat memengaruhi/memberikan
dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan
usia kronologis (Hayflick, 1977 dalam Khalid Mujahidullah, 2012).
Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua biologia
antara lain, sebagai berikut:

1.Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)


Hayflick dan Moorrehead (1961) menyatakan bahwa sel-sel mengalami perubahan
kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia (Lueeckenote, 1996). Selain diatas,
dikenal juga istilah “Jam Biologis Manusia” diasumsikan sebagai waktu dimana sel-sel tubuh
manusia masih dapat berfungsi secara produktif untuk menunjang fungsi kehidupan. Teori
Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik pada manusia dipengaruhi oleh adanya
kemampuan reproduksi dan fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya
usia tubuh setelah usia tertentu.        

2.Teori kesalahan (Error Theory)


Adanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada
sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangunan/pembentuk sel baru.
Peningkatan usia memengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar
tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA. Konsep yang diajukan oleh
ORGEL (1963) menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses menua adalah akibat
keslahan padaa saat transkrip sel pada saat sintesa protein, yang berdampak pada penurunan
kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit terbentuk.
Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena reproduksi dari
enzim dan rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan substansi secara tepat.

5
Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel berikutnya juga mengalami
perubahan dalam beberapa generasi yang akhirnya dapat mengubah komposisi yang berbeda
dari sel awal (Sonneborn,1979).

3.Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory )


Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup mana kala sel-sel
tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalakn oleh Weisman (1891).
Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel
karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut
secara mandiri. Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses pra-program
yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap
sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari
organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan.” (Matesson ,Mc.Connell,1988).

4. Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory)


Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat
kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal
bebas dalam tubuh. Secara normal radikal bebas ada pada setiap individu dan dapat
digunakan untuk memprediksi umur kronologis individu. Disebut sebagai radikal bebas disini
adalah molekul yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi, merupakan molekul, fragmen
molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak berpasangan. Radikal bebas merupakan
zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah satu hasil kerja metabolisme tubuh.
Walaupun secara normal ia terbentuk akibat;
a.  Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh  polutan,ozon dan pestisida.
b. Reaksi akibat paparan dengan radiasi
c. Sebagai reaksi beranti dengan molekul bebas lainnya.

Radikal bebas yang reaktif mampu termasuk merusak sel, termasuk mitokondria, yang
akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat proses
reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah bahwa
radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripsi DNA-RNA
pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA.

6
Dalam sistem saraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat afinitas yang
relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ditemukan substansi yang disebut juga dengan
Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia kronologis seseorang. Lipofusin
yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan terakumulasi
dalam jaringan-jaringan orang tua. Kesalahan kulit brangsur-angsur menurun akibat suplai
oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian
jaringan kulit itu sendiri.
Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat kerja
radikal bebas (sebagai anti oksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan jaringan
kulit. Rockkestein dan sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat Hidroksitoluent dapat
memiliki efek anti oksidan ketika diberikan kepada tikus.

5.Teori Imunitas (Immunity Theory)


Ke”tua”an disebabakan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan itu
lebih tampak secara nyata pada Limposit-T, di samping perubahan juga terjadi pada
Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat
menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk:

a.  Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker


b. Menurukan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan agresif memobillisasi
pertahanan tubuh terhadap patogen
c. Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin mening berdampak
pada semakin meningkatnyyaa resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
autoimmun.

6.Teori Ikatan Silang  (Cross Lingkage Theory)


Dikenalakan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada postulat bahwa
proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini
menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekuler dari sel berikatan secara bersama-
sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang relatif panjang
yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut
akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi.

7
Hasil akhir dari proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan
penurunan kapasitas untuk transpot nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa
metabolisme dari sel.
Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti
Alumunium, Seng, dan Magnesium. Dari konsep diatas, maka implikasi keperawatan yang
dapat diterapkan antara lain:
a.Dalam hubungan dengan orang yang sudah tua, perlu bagi perawat untuk memperhatikan
teori proses menua.
b.Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari perilaku kehidupan
normal yang tidak perlu dipatasi secara berlebihan, tetapi lebih cenderung untuk
memodifikasi perilaku sebagai akibat perubahn fisik dari menula itu sendiri. Perilaku
hidup sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik tetap dalam batas normal dan
mengoptimalkan kemampuan diri.
c. Pola hidup sehat yang dilakukan dapat memengaruhi perubahan-perubahan dasar biologis
dari proses menua itu sendiri. Konsumsi makanan yang sehat, cukup gizi dan menhindari
faktor-faktor resiko pencetus stres fisik dan pembentuk radikal bebas merupakan salah
satu upaya untuk menurangi proses menua secara biologis.
d. Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan pemenuhan kebutuhan
seimbang mampu memberikan kontribusi yang positifdalam peningkatn performen
individu itu sendiri.
e. Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan yang tinggi merupakan
langkah yang bisa ditempuh untuk menghindari cepatnya proses menua secara biologis.
f.  Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pasien akan
sarana dari prasarana yang menunjang pencapaian kebutuhan hidup serta meningkatkan
kualitas hidup melalui pengadaan alat-alat aktivitas yang memadai, mengurangi resiko
stres fisik berlebih serta terindar dari polusi.

Sedangkan dalam buku “Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi, Buku 2”
Wahit Iqbal Mubarok, dkk., membagi teori biologi menjadi 9 teori kecil, yakni:
1.Teori Genetik Clock
2.Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
3.Teori Autoimun (Auto Immune Theory)
4.Teori radikal Bebas

8
5. Pemakaian dan Rusak
6.Teori Virus yang Perlahan-lahan Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh
(Immunology SlowVirus Theory)
7. Teori Stres
8. Teori Rantai Silang
9. Teori Program.

B.     Aspek Biologis pada Proses Penuaan


Proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya angka kematian usia khusus
merupakan ciri umum pada mamalia, burung, reptil, dan kebanyakan hewan tak bertulang
belakang (Comford, 1979 dan Vinch, 1990). Dengan angka kematian usia khusus
dimaksudkan untuk mengukur angka kematian pada selang usia tertentu dengan ciri atau
karakteristik serupa. Misalnya bayi, balita, dewasa muda, dewasa tua, lansia, dan jompo. (S.
Tamher & Noorkasiani, 2011)
Sehingga terdapat beberapa aspek biologis yang memengaruhi terjadinya proses
penuaan. Aspek biologis pada proses penuaan terbagi menjadi dua bagian, yakni:

1.Proses Penuaan pada Tingkat Sel


Sebagaimana layaknya manusia yang bertumbuh semakin lama semakin tua, pada dasarnya
sel juga bertumbuh semakin lama semakin tua dan pada akhirnya sel-sel tua itu mengalami
kematian sel. Kematian tersebut bergantung pada masing-masing jenis sel yang membentuk
jaringan tubuh.
                        Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah melewati masa dewasa, sel-sel
jaringan tubuh mulai menua. Pada masa dewasa sel-sel mencapai maturitas (kematangan).
Sebagai contoh, sel saraf tidak bereproduksi lagi. Pada masa ini bila seseorang mengalami
cedera atau penyakit tertentu yang berakibat pada kematian sel saraf itu, maka selnya sendiri
tidak akan tergantikan lagi. Fungsinya akan diambil-alih oleh sel-sel lain yang tertinggal.
Akibat pekerjaan ekstra itu, maka sel-sel yang bersangkutan akan mengalami proses penuaan
yang lebih cepat lagi. Kemudian dengan berlanjutnya usia, organ tubuh kehilangan sebagian
kemampuannya untuk dapat berfungsi secara optimal. Sehingga secara keseluruhan fungsi
tubuh semakin berkurang saja.

9
2. Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh
Proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase kehidupan setiap individu
dapat dibagi ke dalam 3 fase menurut tingkat kecepatan perlangsungannya, yaitu:
a. Fase progresif (tumbuh kembang cepat),
b. Fase stabil (tumbuah kembang stasioner),
c. Fase regresif (kemundurang tumbuh kembang).

Dalam fase ketiga  (fase kemunduran), secara mikro berlangsung kemunduran biologis
dan fungsional, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan secara makro, yang meliputi
perubahan pada kulit, sistem indra, sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem perkemihan dna reproduksi, serta sistem neurologis.

10
Tabel 1. Perubahan-perubahan Fisik yang Terjadi pada Usia Lanjut
No Sistem Perubahan
1. Sel Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh
menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2. Kardiovaskuler Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dna
volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
3. Respirasi Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurn, kapasitas residu meingkat
sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadi penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi
khususnya yangberhubungan dengan stres.
Berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson,
sehingga menyebabkan berkurangnya respons motorik
dan refleks.
5. Muskuloskeletal Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar
dan menjaid kaku, (atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut, dan mengalami sklerosis.
6. Gastrointestinal Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
mennurun, dan peristaltik menurun seingga daya
absorpsi juga ikut menurn. Ukuran lambung mengscil
serta fungsi organ aksesori menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan
enzim pencernaan.
7. Genitourinasia Ginjal: mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menuru, dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urine
ikut menurun.
8. Vesika urinaria Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan retemsi

11
urine. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
9. Vagina Selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
10. Pendengaran Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalamu
kekakuan.
11. Penglihatan Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapangan padang
menurun, dan katarak.
12. Endokrin Produksi hormon menurun.
13. Kulit Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut
dalam hidung dan telingan menebal. Elastisitas
menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih
(uban) , kelenjar keringat menurun, kuku keras dan
rapuh,serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk
Belajar dan Memori Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun.
Memori (daya ingat) menurun karena
14. proses encoding menurun.
15. Intelegensi Secara umum tidak banyak perubahan
16. Personality dan adjustm Tidak banyak perubahan, hampir setiap muda.
ent (Pengaturan )
17. Pencapaian (Achievment) Sains, filosofi, seni, dan musik sangat memengaruhi

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
  

Dari ulasan yang diperoleh pada Bab 2 Tinjauan Teori dan Bab 3 Pembahasan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap pertumbuhan manusia
mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai menyusutnya tubuh yang
dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga akan
mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai masalah atau gangguan
pada kesehatan.
Terdapat berbagai teori mengenai proses penuaan, salah satunya teori biologi yang
terbagi menjadi 6 teori kecil, yakni: Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory),
Teori kesalahan (Error Theory), Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory ), Teory
Radikal Bebas (Free Radical Theory), Teori Imunitas (Immunity Theory), dan Teori Ikatan
Silang (Cross Lingkage Theory). Kemudian pada usia lanjut juga terdapat aspek biologisnya
yang terbagi dalam dua garis besar yakni Proses Penuaan pada Tingkat Sel dan Proses
Penuaan menurut Sistem Tubuh.

B.      Saran
Begitu banyak teori mengenai proses penuaan yang semuanya perlu untuk digali lebih
dalam lagi, khususnya bagi praktisi kesehatan ataupun mahasiswa kesehatan agar menambah
wawasan dalam melakukan praktik sebagai praktisi kesehatan. Dan didalam makalah ini
hanya dibahas mengenai satu teori besar mengenai proses penuaan yakni teori biologis.
Sehingga akan labih baik jika diperluas dengan mempelajari teori proses penuaan yang
lainnya agar lebih memahami bagaimana proses penuaan dalam beberapa sudut pandang
teori.

13
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R. Siti, dkk. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.
Mubarak, Iqbal Wahit, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi, Buku
2. Jakarta: Salemba Medika.
Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik: Merawat Lansia dengan Cinta dan
Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi
2.  Jakarta: EGC.
Tamher, S., dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai