Anda di halaman 1dari 15

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang
tidak proforsional (Nugroho,2008).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara
alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada
organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut
usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Banyak
teori yang membahas tentang penuaan ini, seperti teori biologis, non genetik,
sosiologis dan psikologis. Umumnya proses menua ini dipengaruhi oleh proses
intren tubuh misalnya adanya penurunan sistem tubuh dan dapat juga dipengaruhi
oleh lingkungan dan kondisi sosial misalnya adanya radikal bebas yang dapat
mempercepat proses penuaan dan lingkungan sosial yang sibuk yang cepat
menyebabkan suatu kelelahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar keperawatan gerontik (gerontologi dan geriatrik)?
2. Apa saja teori-teori penuaan?

1
2

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui konsep dasar keperawatan gerontik (gerontology
dan geriatric).
2. Agar mahasiswa mengetetahui teori-teori penuaan.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik (Gerontologi dan Geriatri)


2.1.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia(Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,
2008).
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat(2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalahseseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
2.1.2 Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis)Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. LansiaSeseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih denganmasalah kesehatan (Depkes RI,
2003).
d. Lansia potensialLansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia tidak potensialLansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan oranglain (Depkes RI, 2003)
2.1.3 Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisifisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
buku R. Siti Maryam, dkk, 2008). Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

3
4

1. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.
2.1.4 Proses Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua
tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa
disebut sebagai penyakit degenararif (Constantinides, 1994 dalam R. Siti Maryam,
dkk: 2012)
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai
udzhur/tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan
jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit
demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologis. Dari aspek fisik-
biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam,
5

sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf
yang tidak dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak
yang berkurang 10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal yang tidak bisa
membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel. Berkurangnya jumlah sel saraf
(neuron) dan kematian sel secara terus-menerus menyebabkan seseorang menjadi
demensia (Khalid Mujahidullah, 2012)
WHO dan UU Nomor 13/Tahun 1998 menyebutkan bahwa 60 tahun
merupakan usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi meruoakan
proses yang berangsr-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
meruoakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
R Siti Maram, dkk, 2008 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penuaan adalah sebagai berikut :
1. Hereditas (keturunan?genetik)
2. Nutrisi (asupan makanan)
3. Status kesehatan
4. Pemngalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress.

2.2 Teori-teori Penuaan


2.2.1 Menurut Betty Newman
Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang
dengan usia berbeda,masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda, tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1. Teori-Teori Biologi
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory), menurut teori ini
menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies
tertentu.Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
6

mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel
tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produksisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di
sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang
mengakibatkan mengganggu sel itu sendiri.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)Di dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringantubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dansakit.Sebagai contoh ialah tambahan
kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dansemenjak itu
terjadilah kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)Sistem
imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuhdapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori Stress, menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringantidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stressmenyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas, radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompokatom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan proton.Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori Rantai Silang, sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
k. Teori Program, kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-seltersebut mati.
7

2. Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori inimenyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalamkegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakangabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi padaseseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorangsecara berangsur-angsur mulai
melepasuikan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baiksecara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores
and Values)
2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks
dan multi dimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang
sampai pada keseluruhan sistem. ( Mickey andPatricia, 2006)
8

Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam
parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Teori– teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh
Barbara Cole Donlon di kelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori
biologis dan psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah
memusatkan perhatian pada indicator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses
penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba
untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan
kepribadian dan perilaku.
1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia, dan kematian.
Perubahan– perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler
dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara
adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya kemampuan
kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu
pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun
tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah
mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan,
tetapi lima kerakteristik penuaan telah dapat di identifikasi oleh para ahli. Teori
biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan
dengan cara yang berbeda dariwaktu ke waktu dan faktor apa yang
mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian
atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologidapat
memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor resiko spesifik
dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk
meminimalkan atau menghindari risiko dan memaksimalkan kesehatan.
a. Teori Genetika
Teori sebab–akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik.
Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk merubah sel atau
9

struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang
usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik,
dan teori glokogen. Teori– teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada
tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi tidak sesuai
yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan
(crosslink)dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik.
Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang
akhirnya menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti
yang mendukung teori–teori ini termasuk perkembangan radikal bebas,
kolagen, dan lipofusin
b. Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak)
Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan bahwa akumulasi
sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsimolekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah
metabolime yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal
bebas adalah molekul atau atom dengan suatu elektron yang tidak
berpasangan. Ini merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari
reaksi selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh
sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas
berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi di dalam struktur
biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi. Karena laju
metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas,
sehingga ilmuan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi
radikal bebas berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup.
Pembatasan kalori dan efeknya pada perpanjangan hidup mungkin
berdasarkan pad teori ini. Namun, orang lain percaya bahwa pembatasan
kalori mungkin menggunakan efeknya melalui sistem neuroendokrin.
10

c. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan
mereka terhadap organisme asingmengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.
Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan
dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka
mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi
terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini
sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar
timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya
kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. Karena hilangnya proses
diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan
sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh kehilangan
kemampuannya untuk meningkatkan respons terhadap sel asing, terutama
bila menghadapi infeksi.
d. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang telah
terjadi padastruktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel, nampak
sangaat mengagumkan dalam beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi
sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara
saraf dan endokrin. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan
secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk
menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai
perlambatan tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada
umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut,
tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak
kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian
perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respons
mereka.
11

2. Teori Psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis. Masing-masing
individu, muda, setengah baya, atau tua, adalah unik dan memiliki pengalaman,
melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa.
Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan
bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi
reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses
“penuaan yang sukses”. Contoh dari teori-teori ini termasuk teori kepribadian.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang
pantas dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek
pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik
lansia. Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori pengembangan
kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert
atau introvert. Ia berteori bahwa keseimbangan antara kedua hal tersebut
adalah penting bagi kesehatan. Dengan menurunnya tanggung jawab dan
tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan
lansia, jung percaya bahwa orang akan menjadi lebih introvert. Di dalam
konsep interioritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya
digambarkan dengan memiliki tujuannya sendiri,yaitu untuk
mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat
merefleksikan dirinya sendiri.
b. Teori Tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam
kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap sepanjang
rentang hidup manusia. Hasil penelitian Erickson (Vital Involvment in Old
Age, 1986) mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidangini. Tugas
perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
12

seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai


penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah
mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani
dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk
disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru
dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat
gerontologi memeriksa kembali tugas perkembangan lansia.
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama
kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh
lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. (Comming dan
Henry, 1961) Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang
tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia ikatakan akan bahagia
apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh
generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian
hidupnya dan untuk menghadap iharapan yang tidak terpenuhi, sedangkan
manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua kepada generasi muda.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan,
yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan
cara tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap
aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diriyang sehat untuk
lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah
memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh
arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara
negative memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru
menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan
13

untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa


kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan,
merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba
untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif
atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya
kebutuhan di usia tua. (Verdery, 1997) Teori ini menekankan pada
kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar
untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan akibat penuaan.
14

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu
usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut
usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (Old)
ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat tua (VeryOld) ialah
kelompok di atas usia 90 tahun. Teori–teori yang menjelaskan bagaimana dan
mengapa penuaan terjadi oleh Betty Newman di kelompokkan kedalam dua
kelompok besar, yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial. Sedangkan teori penuaan
menurut Barbara Cole Donlon di kelompokkan ke dalam dua kelompok besar,
yaitu teori biologis dan psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi
telah memusatkan perhatian pada indicator yang dapat dilihat dengan jelas pada
proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental, sosial
dan lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh utama, status
social dan mental, dan kemampuan individu untuk berfungsi secara mandiri
meskipun menderita penyakit kronis.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i keperawatan, hendaknya dapat menguasai dan memahani dasar teori-
teori penuaan pada lansia dengan benar dan tepat sehingga dapat membantu
dalam asuhan keperawatan lansia.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sofia Rhosma .2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Ed-1.Yogyakarta:


Deepublish.
Maryam, R. Siti, dkk. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Mubarak, Iqbal Wahit, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi,
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik: Merawat Lansia dengan Cinta dan
Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tamher, S., dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia
Medika

Anda mungkin juga menyukai