BAB 1
PENDAHULUAN
insidensi terjadinya kanker prostat adalah sebesar 12 orang setiap 100,000 orang,
dan menduduki peringkat keempat setelah kanker saluran napas atas, saluran
pencernaan dan hati .
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.1.2.1.Anatomi
2.1.2.2.Fisiologi
2.1.3. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab
terjadinya BPH, namun beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa BPH erat
kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua.
Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan
patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya
sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun
sekiatr 100% (Purnomo, 2011)
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
menjadi penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut
Purnomo (2011) meliputi, Teori Dehidrotestosteron (DHT), teori hormon
7
stroma itu sendiri intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel
parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya poliferasi sel-sel epitel maupun
sel stroma. Basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) dapat menstimulasi sel stroma
dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan
pembesaran prostad jinak. bFGF dapat diakibatkan oleh adanya mikrotrauma
karena miksi, ejakulasi atau infeksi.
4. Teori berkurangnya kematian sel (apoptosis)
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme
fisiologik untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada apoptosis
terjadi kondensasi dan fragmentasi sel, yang selanjutnya sel-sel yang mengalami
apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya, kemudian didegradasi oleh
enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju poliferasi
sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada
prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam
keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat baru dengan prostat yang
mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan
menjadi meningkat, sehingga terjadi pertambahan masa prostat.
5. Teori sel stem
Sel-sel yang telah apoptosis selalu dapat diganti dengan sel-sel baru.
Didalam kelenjar prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat
tergantung pada keberadaan hormone androgen, sehingga jika hormone androgen
kadarnya menurun, akan terjadi apoptosis. Terjadinya poliferasi sel-sel BPH
dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi
yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
2.1.4. Klasifikasi
permukaannya rata. Tetapi rectal toucher pada hipertropi prostat di dapatkan batas
atas teraba menonjol lebih dari 1 cm dan berat prostat diatas 35 gram.
Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal
yaitu sebagai berikut :
1). Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm
2). Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm
3). Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm
4). Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm
5). Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm
Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadang-kadang
dengan rectal toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat
terjadi bila bagian yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis. Pada
derajat ini klien mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas, pancaran urine
lemah, harus mengedan saat BAK, nocturia tetapi belum ada sisa urine.
2.2.4.2 Derajat Klinik
Derajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien
disuruh BAK sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang
keluar dari kateter disebut sisa urine atau residual urine. Residual urine dibagi
beberapa derajat yaitu sebagai berikut :
2.1.4. Patofisiologi
Hiperplasia prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral
sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal
yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma
fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Proses pembesaran prostad
terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi
secara perlahan-lahan.
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher
buli-buli dan daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor
disebut fase kompensasi, keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi/terjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa
mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin.
Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri ( Baradero, dkk 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan
dapat mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin
yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi maka
11
tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda infeksi atau
urosepsis.
3. Gejala diluar saluran kemih
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinalis atau
hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saan miksi
sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain
yang tampak padanpasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar,
kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa
tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis
dan volume residual yang besar.
2.1.6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :
Stasis urin
Infeksi saluran kencing (ISK)
Batu ginjal
Dinding kandung kemih trabeculation
Otot detrusor hipertrofi
Kandung kemih divertikula dan saccules
Stenosis uretra
Hidronefrosis
Paradoks (overflow) inkontinensia
Gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis
Akut postobstructive diuresis.
2.2.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan pada
pasien dengan masalah Benihna Prostat Hyperplasia adalah sebagai berikut :
1) Kontraksi kandung kemih dapat kembali berfungsi normal
2) Tidak adanya perasaan cemas lagi
3) Nyeri pos operasi teratasi
2.3.KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene merupakan suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya,
kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan kondisi kesehatan, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Ukuran
kebersihan atau penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan Personal
Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan
kebutuhan. Perawat dapat memberikan informasi-informasi tentang personal
hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara
yang benar dalam melakukan perawatan diri.
2.3.1.1.Faktor predisposisi
koordinasi dan keseimbangan). Kaji juga faktor risiko yang berhubungan dengan
bantu).
Menurut nanda 2003, diagnosis keperawatan umum untuk klien dengan masalah
perawatan hygiene adalah Defisit Perawatan Diri. Lebih lanjut diagnosa tersebut
terbagi menjadi empat (kozier, 2004), yaitu :
berespon terhadap suatu ransangan. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik
25
bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja
Fisiologi sistem/fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman Pada saat
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan
respon fisiologi
a) Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram yang merupakan salah satu kebutuhan dasar
yang aman merupakan hal yang penting untuk kelangsungan hidup klien.
b) Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada
2.3.5.2. Etiologi
1. Gangguan kognitif
2. Penurunan motivasi
3. Kendala lingkungan ( ketidak sediaan sarana dan prasarana )
26
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan,
buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/siakt gigi, tidak dapat
berpakaian sendiri
1. Kulit
Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, baik itu cuaca, polusi, temperatur udara dan sinar matahari.
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu epidermis yang tersusun dari
stratum korneurn, stratum lusidurn, stratum granulosus, stratum germinativum,
dan stratumbasle.Dermis yang terdiri dari kelenjar keringat, Kelenjar minyak,
27
rambut, Jaringan lemak,ujung saraf dan kapiler darah. Pada kulit terdapat ujung-uj
ung syaraf yang berfungsisebagai reseptor yaitu:
a. RasaDingin : Organ dari krause
b. Rasa Panas : Organ dari ruffini
c. Rasa Raba : Benda-benda dari meissners
d. Rasa Tekan : Benda-benda dari pacini
e. Rasa Nyeri : Ujung saraf bebas
Fungsi Kulit yaitu:
a. Melindungi tubuh
b. Pengaturan suhu tubuh
c. Indera peraba
d. Sebagai alat ekresi
e. Pengatur keseimbangan
Masalah-masalah pada kulit
a. Kulit Kering
b. Acne
c. Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
d. Luka lecet
e. Skin rushes
2. Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya terang atau gelap. Mata yang lebih komplek dipergunakan untuk
memberikan pengertian visual. Mata memiliki berbagai organ seperti
a Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang berfungsi
menggerakan mata kita keatas.
b Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di bagian luar
bola mata.
c Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau hitam atau
warna biru jika orang Eropa.
d Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.
28
e Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea tidak
ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan
sinar yang masuk ke mata.
3. Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi aau mengenal
suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga
terdiri atas 3 bagian, yaitu
a TelingaLuar
1) Daun telinga (pinna), dan
2) Liang telinga (meatusauditoriuseksternus).
b. Telinga Tengah
1) Tulang landasan (incus),
2) Gendang telinga (membran timpani),
3) Malleus (tulang martil),
4) Tulang sanggurdi (stapes), dan
5) Saluran eustachius.
29
c. Telinga Dalam
1) Skala timpani,
2) Tingkap oval,
3) Tingkap bulat,
4) Rumah siput (koklea), dan
5) Labirin osea.
3. Hidung
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai
indra pembau. Indra pembau berupa komoreseptor yang terdapat di permukaan
dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
1. Fungsi Hidung:
a. Menghangatkan udara
b. Sebagai penyaring udara yang masuk
c. Sebagai saluran udara pernapasan
d. Membunuh kuman-kuman oleh leukosit yang terdapat pada selaput lendir
5. Genetalia
Genetalia merupakan proses menghasilkan individu barudari organisme
sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu dengan reproduksi
aseksual atau vegetatif yang individunya terbentuk tanpa melakukan peleburan sel
kelamin dan dengan reproduksi seksual atau generatif yang individunya terbentuk
karena melibatkan persatuan sel kelamin atau gamet dari 2 individu yang berbeda
jenis kelaminnya.
1.Pria
Alat reproduksi pada pria terdiri atas sepasang testis, saluran kelamin,
kelenjar tambahan dan penis. Testis : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai
penghasil sperma dan hormon testosteron.
a. Saluran kelamin
1) Vasaeferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma untuk
disalurkan ke epidermis berjumlah antara 10 – 20 buah.
2) Epididimis merupakan saluran berkelok kelok dengan panjang antara 5-6
meter. Saluran ini berfungsi menyimpan sperma untuk sementara (minimal selama
3 minggu).
3) Vas diferens merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40 cm.
Saluran ini berfungsi menghubungan epididimis dengan uretra pada penis dan
bagian ujungnya terdapat saluran ejakulasi.
b. Kelenjar tambahan
31
2. Wanita
Alat reproduksi pada wanita terdiri atas sepasang ovarium (indung telur)
yang terletak pada rongga perut, saluran telur (oviduk / tuba falopi), uterus atau
rahim, vagina dan organ kelamin bagian luar.
a. Organ kelamin luar
1) Kelentit ( klitoris ) struktur yang homolog dengan penis,
2) Moonpubis merupakan bagian yang ditumbuhi rambut,
3) Vulva yang terdiri dari labiamayora (bibir besar) dan labia minor (bibir
kecil),
4) Uretra merupakan saluran kemih,
5) Lubang vagina merupakan ujung keluar vagina, dan
6) Fundus merupakan bagian lipatan paha.
2.3.5.5Patofisiologi
apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat
2.3.5.8 Penatalaksanaan
2.4.5 Pengkajian
Ditandai dengan:
1) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukan kemulut
2) Ketidakmampuan mengunyah makanan
3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan
4) Ketidakmampuan menelan makanan
27
3. Ajarkan latihan keluarga cara personal 3. Agar keluarga tau cara melakukan personal
hygiene hygiene dengan mandiri
2.4.8 Implementasi
NO Dx Kep Implementasi Respon
1 Defisit 1. 1 Kaji keadaan umum pasien 1. Keadaan umum cukup rapid an bersih
perawatan diri
b.d 2. Pasien mengatakan terasa nyaman setelah dilakukan
ketidaknyama 2. Lakukan tindakan personal hygiene tindakan personal hygiene
nan
3. Keluarga pasien mengatakan sudah bisa melakukan
3. Ajarkan keluarga cara personal hygiene personal hygiene secara mandiri
28
29
2.4.9 Evaluasi
Evaluasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Lakukan tindakan personal hygiene
30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
30
31
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien (Tn. S)
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Hubunagan Keluarga
Uji Koordinasi: Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif. Uji
kestabilan tubuh Tn. S Refleks kanan dan kiri positif tidak ada yang mengalami
kekakuan, uji sensasi Tn. S tidak di kaji.
3.1.3.7 Eliminasi Urin (Bladder) :
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin (bladder) setelah di operasi 1 jam
yang lalu, hasil yaitu pasien terpasang infus Nacl 0.9% dan terpasang kateter
produksi urine dengan output urine ± 5x/hari, sekitar 1500 cc/ 24 jam warna urine
Kemerahan seperti darah, terkadang berwarna kuning, pasien mengeluh nyeri dan
susah untuk tidur.
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir
lembab, gigi tidak lengkap dan tidak terdapat caries, tidak ada peradangan dan
kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan pada rektum,
tidak terdapat hemoroid, belum BAB selama 1 hari setelah operasi bising usus
menurun (10X/m), urine 500 ml 1x12 jam, warna kuning teh, bau amoniak.
Keluhan lainnya pasien merasa kurang nyaman memakai kateter. Masalah
keperawatan: Gangguan eliminasi urine.
3.1.3.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone):
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen (bone) ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parises, tidak ada nyeri, tidak ada
kakuan, serta ukuran otot simetris, tulang belakang normal dan uji kekuatan otot
ekstremitas atas 4 4 dan ekstremitas bawah 4 4 , tidak ada deformitas, tidak
ada peradangan, ada perlukaan pada perut kanan bawah dan tidak ada patah
tulang.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.3.10.Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak ada mengalami alergi obat, alergi makanan.
Suhu kulit Tn. W hangat, warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit
cukup,tekstur tidak kasar, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus,
distribusi rambut merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada
masalah keperawatan.
34
3.1.3.11.Sistem Penginderaan :
1. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Tn. W berkurang, gerakan bola mata normal, skera
normal/putih, konjungtiva merah muda, kornea bening, tidak ada keluhan dan
nyeri yang di rasakan klien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau
kacamata.
2. Telinga / Pendengaran:
Fungsi pendengaran Tn. W baik
3. Hidung/penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan
maupun kelainanan yang di alami pasien.
3.1.3.12. Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.3.13.Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, ada gatal-gatal, ada gangguan
pada uretra, glan penis tampak kotor, kebersihan kurang, Masalah Keperawatan:
Klien merasa kurang nyaman pada area kemaluan dan gatal-gatal.
3.1.4. POLA FUNGSI KESEHATAN
3.1.4.1.Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Klien mengatakan apakah penyakitnya akan segera sembuh dan pasien ingin
cepat sembuh.
3.1.4.2.Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan 170 cm, berat badan sebelum sakit 65 kg, berat badan saat
sakit 63 kg. Diet Lunak, Mual, kesukaran menelan. Keluhan lainnnya: klien
mengatakan tidak nafsu makan
35
Mahasiswa
Cemas
-
40
PRIORITAS MASALAH
PRE OP
3.3. RENCANA KEPERAWATAN
POS OP
3.4. RENCANA KEPERAWATAN
Dx 2
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV Klien 1. Untuk mengetahui keadaan
kerusakan jaringan keperawatan 1 x 1 jam 2. Pantau keadaan urine pasien tanda-tanda vital pasien
setelah dioperasi diharapkan pasien tidak terjadi apakah ada perdarahan atau 2. Untuk mengetahui adanya
infeksi : tidak infeksi atau tidak
- Tidak ada tanda-tanda 3. Pantau apakah ada 3. Untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi pembengkakkan atau tidak infeksi
- Tidak terjadi perdarahan 4. Berikan pendidikan kesehatan 4. Agar pasien dapat memahami
- Tidak ada tentang cara pencegahan infeksi cara mencegah terjadinya
pembengkakan 5. Observasi dengan tim medis infeksi
- Tidak terjadi kemerahan tentang pemberian obat 5. Untuk mengetahui obat yang
bekas luka akan diberikan
TTV dalam batas
Normal
44
POST OP
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. W
Ruang Rawat : Instalasi Bedah Sentral
Dx 3
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan klien 1. Untuk mengetahui keadaan
2. Nyeri b.d d injuri fisik keperawatan 1 x 1 jam di 2. Beri posisi senyaman mungkin atau umum klien.
( insisi sekunder pada harapkan skala nyeri menjadi posisi semi flowler
2. Agar klien rileks
TURP ) sedang 3 dengan kriteria hasil: 3. Berikan lingkungan yang tenang dan
1. Klien dapat ngeluh nyeri aktifitas untuk menurunkan rasa 3. Dapat membantu dalam
berkurang nyeri. Instruksikan klien untuk menurunkan tigkat nyeri dan
2. Klien tidak meringis menggunakan metode relaksasi karenanya mereduksi
kesakitan ketidaknyamanan.
misalnya nafas dalam, visualisasi
3. Klien mengeluh tidak sakit distraksi dan jelaskan prosedur. 4. Untuk mengetahui terapi onat
lagi di bekas operasi 4. Kolaborasi dengan tim medis dan yang diberikan
dokter dalam pemberian obat nyeri
45