Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lanjut usia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis (M. Sari, 2016). Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati,
2017).
Masa usia lanjut merupakan merupakan masa dimana terjadi berbagai perubahan dan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain terjadinya sindrom lepas jabatan dan
kesedihan yang berkepanjangan.
2.1.2 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1. Young old (usia 60-69 tahun)
2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro dalam Muhith dan Siyoto (2016). Pengelompokan
lansia yakni Lansia (geriatric age): lebih dari 65/70 tahun. Geriatric age dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Young old (70-75 tahun)
2. Old (75-80 tahun)
3. Very old (lebih dari 80 tahun).
2.1.3 Karakteristik Lansia
Lansia mempunyai karakteristik menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam, dkk (2008)
sebagai berikut:
1. Seseorang dengan usia 60 tahun keatas (pada Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 tentang
Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.2 Konsep Teori of Aging (Teori Penuaan)


2.2.1 Definisi Penuaan
Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Darmojo, 1994). Proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait
waktu,bersifat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan
hidup (Nugroho, 2008).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk,
gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994). Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus
menerus secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami
seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti
penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada
tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress,status kesehatan dan lain-lain
(Stanley, 2006).
2.2.2 Proses Penuaan
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai darisatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahapkehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baiksecara
biologis, maupun psikologis. Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami
ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial dalam
berinteraksi dengan orang lain (Handayani, dkk, 2013).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar
tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi
(Nugroho, 2000).
Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho (2008) mengatakan
bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua itu merupakan
kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi
kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara alamiah dan
umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain,hingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan
proses menua setiapindividu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum
tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok.
Adapula orang yang sudah lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan
tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwaada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut
usia. Manusia secara lambatdan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan
akanmenempuh semakin banyak penyakit degeneratif (mis: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes
militus dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang
dramatis, misalnya stroke,infark miokard, koma asidotik, kanker metastatis dan sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Sampai
saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam.
Secara umum, proses menuadidefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat
universal,intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.
2.2.3 Teori Psikologi Penuaan (Psychological Theories of Aging)
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia.
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan dengan keakuratan mental dan keadaan
fungsional yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori dan belajar pada lanjut usia menyebabkan mereka sulit dipahami
dalam berinteraksi (Nugroho, 2008).
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan
keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi
dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat
menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai - nilai yang ada
ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut. Persepsi merupakan kemampuan
interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang
akan muncul aksi yang berbeda dari stimulus yang ada (Maryam, dkk, 2008)
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hierarki Maslow Menurut teori ini, setiap individu
memiliki hierarki dari dalam diri, yaitu kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku
manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika
kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai. Semua
kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar
terletak paling bawah/ di dasar (Muhith dan Siyoto, 2016).
b. Teori Individual Jung Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan, yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda
dan terdiri dari go, ketidaksadaran seseorang, dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori
ini kepribadian digambarkan/ diorintasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke
arah subjektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara
kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental (Muhith dan Siyoto,2016).
c. Teori Proses Kehidupan Manusia Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang
menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitin ekstensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah
mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati kelima fase proses
perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci
perkembangan yang sehat dan hal itu membahagiakan. Dengan kata lain, orang yang
tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan
beberapa cara. Pada tahun 1986 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara
jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang
dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hidup yang spesifik
dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa
dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengonsep tujuan-
tujuan hidup yang spesifik dan memperoleh pengertian terhadap kemampuan individu.
Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkret mengenai tujuan hidupnya dan
secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65
atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai
tujuan hidup (Muhith dan Siyoto, 2016).
d. Ekspansi Peck terhadap Teori Erikson
Pada tahun 1968, Peck memperluas teori asli Erikson mengenai tahap kedelapan masa
dewasa yang lebih tua. Erikson mengelompokkan semua individu menjadi "usia tua"
yang dimulai pada usia 65 dan tidak mengantisipasi bahwa seseorang berpotensi hidup
selama 30 hingga 40 tahun lagi di luar batas yang telah diidentifikasi ini. Karena orang
hidup lebih lama, menjadi kebutuhan yang jelas untuk mengidentifikasi tahap tambahan
untuk orang dewasa yang lebih tua. Peck (1968) memperluas tahap kedelapan, integritas
ego versus keputusasaan, menjadi tiga tahap: diferensiasi ego versus keasyikan peran
kerja, transendensi tubuh versus pra-pendudukan tubuh, dan transendensi ego versus
keasyikan ego (Ignatavicius, Workman, Mishler, 1999).
 Tahap pertama, selama tahap diferensiasi ego versus keasyikan peran kerja, tugas
untuk orang dewasa yang lebih tua adalah untuk mencapai identitas dan perasaan
berharga dari sumber selain peran pekerjaan. Permulaan pensiun dan pemutusan
peran kerja dapat mengurangi perasaan harga diri. Sebaliknya, seseorang dengan
ego yang terdiferensiasi dengan baik, yang didefinisikan oleh banyak dimensi,
dapat menggantikan peran pekerjaan sebagai sumber utama yang menentukan
harga diri.
 Tahap kedua transendensi tubuh versus keasyikan tubuh mengacu pada
pandangan orang tua tentang perubahan fisik yang terjadi sebagai akibat dari
proses penuaan. Tugasnya adalah menyesuaikan atau mengatasi penurunan yang
mungkin terjadi untuk mempertahankan perasaan sejahtera. Tugas ini dapat
berhasil diselesaikan dengan berfokus pada kepuasan yang diperoleh dari
interaksi interpersonal dan aktivitas terkait psikososial.
 Tugas ketiga dan terakhir dari transendensi ego versus keasyikan ego melibatkan
penerimaan kematian akhir individu tanpa memikirkan prospeknya. Tetap terlibat
secara aktif dengan masa depan yang membentang melampaui kematian
seseorang adalah penyesuaian yang harus dilakukan untuk mencapai transendensi
ego.
e. Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi
Baltes (1987) telah melakukan serangkaian studi tentang proses psikologis perkembangan
dan penuaan dari perspektif rentang hidup dan merumuskan model psikologis penuaan
yang sukses. Fokus utama dari teori ini adalah bahwa individu mengembangkan strategi
tertentu untuk mengelola hilangnya fungsi yang terjadi dari waktu ke waktu. Proses
adaptasi umum ini terdiri dari tiga elemen yang saling berinteraksi. Pertama, ada unsur
seleksi, yang mengacu pada peningkatan pembatasan hidup seseorang ke domain fungsi
yang lebih sedikit karena kehilangan yang berkaitan dengan usia. Elemen kedua,
optimasi, mencerminkan pandangan bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk
memperkaya hidup mereka. Elemen ketiga, kompensasi, juga dihasilkan dari pembatasan
akibat penuaan, yang mengharuskan orang dewasa yang lebih tua untuk benar-benar
"mengkompensasi" kerugian apa pun dengan mengembangkan adaptasi alternatif yang
sesuai (Schroots, 1996).
Proses optimasi selektif seumur hidup dengan kompensasi memungkinkan orang untuk
menua dengan sukses. Schroots (1996) menggunakan pianis terkenal, Rubinstein, untuk
menggambarkan penerapan elemen-elemen ini yang diterapkan pianis di tahun-tahun
berikutnya. Pertama, Rubinstein mengatakan dia mengurangi repertoarnya dan
memainkan lebih sedikit bidak (pilihan); kedua, dia lebih sering mempraktikkannya
(optimasi); dan ketiga, ia memperlambat kecepatan permainannya sebelum gerakan
cepat, sehingga menghasilkan kontras yang meningkatkan kesan kecepatan dalam
gerakan cepat (kompensasi). Konsep seleksi, optimasi, dan kompensasi ini dapat
diterapkan pada setiap aspek kehidupan orang dewasa yang lebih tua untuk menunjukkan
keberhasilan mengatasi fungsi yang menurun
f. Teori pusat kehidupan manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan seseorang menurut
lima fase perkembangan, yaitu:
a. Masa anak-anak; belum memiliki tujuan hidup yang realistic
b. Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup yang spesifik
c. Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih kongkrit danberusaha
untuk mewujudkannya
d. Usia pertengahan melihat ke belakang, mengevaluasi tujuan yangtercapai
e. Lansia, saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup.
2.2.4 Perubahan Psikologis Pada Proses Penuaan
Perubahan-perubahan Psikologis (Mental) memiliki Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan psikologis yang menyertaina, yakni :
a. Pertama-tama peruabahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat Pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebihsering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekuatan mungkin karena faktor lain seperti
penyakit-penyakit.
a. Kenangan (Memory)
Kemampuan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup
beberapa perubahan.
b. IQ (Intellgentia Quantion)
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataanverbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor: terjadi
perubahan pada daya membayangkan karenatekanan-tekanan dari faktor waktu.

2.2.5 Konsep Kualitas Hidup Lansia dari Aspek Psikologi


Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental mengarah
pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan perkembangan
sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam maupun luar dirinya. Aspek psikologis
juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik
bila individu tersebut sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis mencakup bodily image/citra
tubuh dan appearance/penampilan, perasaan positif, berfikir, belajar, mengingat dan konsentrasi,
self esteem, perasaan negatif, spiritual/agama/kepercayaan individu.

Referensi :

Handayani., Dkk. (2013). Pesantren Lansia sebagai upaya meminimalkan Risko Penurunan
Fungsi/Kognitif pada Lansia di Balai Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Unit II Pucang Gading
Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas. Vol 1. No 1.
Sari, M. (2016). Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Menggunakan Reminiscence Affirmative
Therapy Berbasis Teori Lazarus (Improving Quality of Life in Elderly Using Reminiscence
Affirmative Therapy Based on Lazarus Theory). Jurnal Ners Lentera, 4(1), 81–90.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatri,. Jakarta: EGC.

Darmojo, B. (2009). Geriatrik (ilmu kesehatan usia lanjut. Ed.1), Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai