Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NY “I” DENGAN

PENYAKIT GOUT ARTRITIS (ASAM URAT) DI KEL. GALUNG MALOANG


RW 1 RT 2 KECAMATAN BACUKIKI KOTA PAREPARE

Disusun oleh :

RESKY AMALIA

PO713202201026

TINGKAT 3A

DOSEN PEMBIMBING DOSEN MATA KULIAH

Muhammad Nasir,S.SiT,M.Kes Hj. I Takko, SKM,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN PAREPARE

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Lansia
A. Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011).
Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak
bisa dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan
ekonomi. Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang,
yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).

B. Batasan-batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah
sebagai berikut:
a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13
tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Padila,2013).

C. Masalah-masalah Pada Lanjut Usia


Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah
fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut
usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan
fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut
usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap
kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang
hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal
ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman
memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat
besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis,
masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan
menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2003).

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri


pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular
yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi
ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan
ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata
dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia
dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria (Watson, 2003).

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).

Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya


kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit
yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut
usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian
besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi
(kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas
sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia
memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan
lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah
melalui petugas panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat
pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan
dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah
efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita
yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab
inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan
diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

D. Teori-teori Proses Menua


Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori
biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori
aktivitas, dan teori berkelanjutan.

a) Teori Biologis

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel
pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut
mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan
berkurangnya umur.

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan
bertambahnya usia.

Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami


kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi,
penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.

Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut
usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan
mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau
menarik diri dari masyarakat.
Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur,
mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan
melakukan banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem
sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia.

Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan


bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan
kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya
(Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003).

E. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia


Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan
yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang
besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada
pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;

a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan
jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau
akumulasi substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia
tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti
terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih.
F. Penyakit umum pada lanjut usia

Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2003)
yakni:

1. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi


2. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes
melitus,klimakterium,hipertiroid dan hipotiroid
3. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen
lainnya
4. Berbagai macam neoplasma

Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:

1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme

2. Konsep Medis Gout Artritis


A. Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout
adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi
besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan
tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi
satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat mempengaruhi
beberapa sendi.
B. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :

1. Suku bangsa /ras


Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan
yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan
konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
1. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan
produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan
dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh
ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
2. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan
laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).
C. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang
dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat
dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan
atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam
urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap
dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat
penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal
kronis.

Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan
patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian,
gout ataupun pseudogout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian
penulis didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan
temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya
kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti
kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan
pada kedua tempat tersebut.
D. Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

E. Tanda dan gejala


Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvi A. price)
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam
urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam
urat serum.
b. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsophalangeal.
c. Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gelaja-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa
bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang
dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatantidak dimulai. Peradangan
kronik akibat Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku,
juga pembesaran dan penonjolan sendi bengkak.
F. Klasifikasi
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
1. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
2. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar
purin tinggi
G. Komplikasi

Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh masyarakat

umum. Menurut (Sapti 2019b), berikut ini komplikasi yang terjadi akibat

tingginya kadar asam urat.


1. Kerusakan sendi

Arthritis gout merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian orang

karena menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk tubuh.

Kerusakan sendi yang disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di

tangan maupun kaki. Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat

menumpuk di dalam sendi dan menjadi kristal yang menganggu sendi.

Sendi yang tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari tangan

maupun kakI menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan. Namun yang

ditakuti penderita bukan bengkoknya melainkan rasa sakit yang

berkepanjangan.

2. Terbentuk tofi

Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat

(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami serangan akut atau

timbul di sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon. Di luar

sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak, otot jantung (miokard),

katup bicuspid jantung (katup mitral), retina mata, dan pangal tenggorokan

(laring). Tofi tampak seperti benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering

teraba pada daun telinga, bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku,

ibu jari kaki, bursa di sekitar tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon

achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dL. Pada

kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi menjadi sangat progresif. Bila

hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa membesar dan menyebabkan

kerusakan sendi sehingga fungsi sendi terganggu. Tofi juga bisa menjadi

koreng (ulserasi) dan mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang

mengandung MSU. Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi

pengendapan Na urat di ginjal.


3. Penyakit jantung

Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan

jantung. Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah arteri

maka akan mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam urat yang

terlalu lama dapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropy) yaitu

pembengkakan ventrikel kiri pada jantung

4. Batu ginjal

Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat

menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang

disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak

bisa keluar bersama urine maka membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang

terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan pembuat batu tersebut. Batu

ginjal yang terbentuk dari asam urat disebut batu asam urat.

5. Gagal ginjal (nefropati gout)

Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah gagal

ginjal atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak

fungsi ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat menyebabkan ginjal

tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau mengalami gagal

ginjal. Bila gagal ginjal terjadi ginjal tidak dapat membersihkan darah.

Darah yang tidak dibersihkan mengandung berbagai macam racun yang

menyebabkan pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh


H. Pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan hematologi lengkap


 Pemeriksaan kadar asam urat. Tingkat asam urat yang tinggi tidak selalu berarti
gout, tetapi berarti resiko untuk mendapat gout

2. pemeriksaan cairan sendi

 Tes cairan sendi


Cairan di ambil dari sendi yang sakit dengan jarum,lalu di pelajari di bawah
mikroskop yang bertujuan untuk memeriksa apakah Kristal ada disana

3. Pemeriksaan radiologis

 X-ray. Gambar dari sendi akan membantu mengesampingkan masalah lain


 USG. Tes tanpa rasa sakit ini menggunakan gelombang suara untuk melihat
area asam urat
I. Penatalaksanaan
Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat dengan edukasi, pengaturan diet,

istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif) dengan pemberian akupresur. Hindari

makanan yang mengandung tinggi purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti,

hati, ampela ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi

konsumsinya antara lain daging sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin

(sardine, kelompok shellfish seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, tiram,

skalop). Alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan risiko

serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa yang ditemukan dalam corn syrup,

pemanis pada minuman ringan dan jus buah juga dapat meningkatkan kadar asam

urat serum. Sementara konsumsi vitamin C, dairy product rendah lemak seperti

susu dan yogurt rendah lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan gout.
PATHWAY

Primer : sekunder :

Kelainan metabolisme

Purin bawaan sekunder : - Diit

- Obat-obatan
- Proses penyakit

Purin tinggi

Metabolism di hati (teroksida)

Asam urat tinggi

Gangguan filtrasi di ginjal

Darah urin

hiperuricemia Peningkatan asam urat di urin

penumpukan di sendi

pembentukan Kristal (thopi)

inflamasi

deficit pengetahuan

Nyeri kaku

resiko jatuh
Gangguan
mobilitas fisik
13
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NY “I” DENGAN
PENYAKIT GOUT ARTRITIS (ASAM URAT) DI KEL. GALUNG MALOANG RW 1
RT 2 KECAMATAN BACUKIKI KOTA PAREPARE

A. Pengkajian
Hari/tgl : Kamis/ 17 november 2022
Jam : 09.30
Nama mahasiswa : Resky Amalia

1. Identitas
Nama : Ny. I
Tempat tgl lahir : Parepare, 31 Desember 1950
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Laccoling

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi

a) Pekerjaan saat ini


Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang kadang kalau ada kemauan
klien pergi ke kebun
b) Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan pekerjaanya dulu adalah petani
c) Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatan berasal dari suami
d) Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk makan sehari-hari.

3. lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian

a) Ruangan
Terkesan bersih dan rapi

14
b) Penerangan
Cukup
c) Sirkulasi udara
Cukup
d) Sumber air minum
PDAM
e) Keadaan kamar mandi
Kecil dan lantai licin
f) Pembuangan sampah
Dibuang kebelakang rumah

4. Riwayat kesehatan

a) Status kesehatan saat ini:


Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakit seperti kesemutan,
tegang pada leher dan lutut sering sakit saat melakukan aktifitas. Klien tidak pernah
melakukan latihan pergerakan, klien tidak pernah berolahraga, paling nyapu halaman
rumah.

b) Riwayat kesehatan masalalu


Ny.I belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah pusing,
batuk dan pilek.
Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat diwarung jika tidak
sembuh baru di bawa ke puskesmas.

c) Pola kebiasaan
1) Makan dan minum
Ny.I mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya sedikit tergantung
nafsu makannya.
2) Eliminasi
Ny.I mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri
3) Toileting
a. Mandi: Ny.I mengatakan mandi 2 kali sehari dilakukan sendiri
b. Gosok gigi : 2 kali
c. Mencuci rambut: seminggu sekali

15
d. Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan.
d) Istirahat tidur
Ny.I mengatakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.I beristiahat
di dalam rumah atau diluar rumah
e) Aktivitas
Ny.I mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan
secara mandiri dan masih mampu berjalan jalan ke rumah tetangga.
f) Neurosensori
Ny.I mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.
g) Nilai dan keyakinan spiritual
Ny.I beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti menyembuhkan
apapun yang terjadi pada diri kita.

h) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
sadar penuh (kompos mentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi
baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-acakan
b. tanda-tanda vital
TD: 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
SB : 36,5℃
 kepala dan rambut : rambut sudah beruban, tampak berminyak dan berbau.
 Mata : bentuk simetris, konjungtiva anemis, penglihatan
kurang jelas
 Telinga : bersih, fungsi pendengaran masih baik.
 Mulut, gigi, bibir : keadaan mulut baik,gigi berlobang, dan bibir kering
 Dada : Simetris dan tidak ada nyeri tekan
 Abdomen : simetris, tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
 Kulit : keriput, warna sawo matang
 Ekstremitas
Atas : baik dan dapat di gerakkan
Bawah : kedua lutut sakit bila berjalan jauh

16
Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS: Makanan,penyakit, Nyeri
 Ny.I mengatakan kaki kanan dan obat-obatan
kirinya sakit ↓
 Ny.I mengatakan leher sering Menghambat
tegang ekskresi asam urat
 Ny.I mengatakan kedua kaki sering di tubulus ginjal
tiba-tiba kram ↓
DO: Gangguan

 P : nyeri bertambah jika di metabolisme purin

gerakkan dan berkurang jika ↓

istirahat GOUT

Q : Nyeri perih ↓

R : Kaki kiri dan kanan serta leher Penimbunan

S : sedang (skala 5) Kristal urat

T : hilang timbul, kadang nyeri ↓

saat di gerakkan Inflamasi

- Klien terlihat meringis kesakitan ↓

menahan rasa sakitnya Nyeri

- TD :110/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
SB : 36,5℃

2 DS: Inflamasi Hambatan mobilitas


 Ny.I mengatakan dia sudah tidak ↓ fisik
mampu berjalan jauh, kedua kaki Kaku sendi

17
saya sakit dan kesemutan ↓
 Ny.I mengatakan kaki sulit di Nyeri
gerakkan ↓
 Ny.I mengatakan rasa nyeri di Hambatan
kakinya menganggu aktifitas mobilitas fisik
DO:
 Ny.I mengalami perubahan dalam
pergerakan
 Kekuatan otot 4
3 DS: Purin tinggi Defisit pengetahuan
- Ny.I mengatakan nyeri pada lutut ↓
dan leher sudah 1 tahun Asam urat tinggi
- Ny.I mengatakan tidak mengetahi ↓
pantangan makanan apa saja yang Gangguan filtrasi
harus di hindari di ginjal
DO ↓
- Ny.I suka makan makanan yang Urin
banyak mengandung asam ↓
- Kadar asam urat 11.3 g/dL Peningkatan asam
urat di urin

Ketidaktahuan
tentang proses
penyakit

Defisit
pengetahuan

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku pada persendian

18
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakit yang di
alami

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Dx hasil
1 Nyeri akut b/d agen Setelah di lakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Memantau
tindakan keperawatan komprehensif
cidera biologis perkembangan
selama 3x24 jam
klien mengatakan nyeri yang di
DS: nyeri berkurang
alami klien
dengan kriteria hasil :
 Ny.I 1. Nyeri klien 2. Observasi reaksi 2. Jika terjadi
berkurang nonverbal dari
mengatakan 2. Ekspresi wajah ketidaknyamanan nyeri klien
kaki kanan dan klien tidak akan meringis
menunjukkan
kirinya sakit nyeri/meringis kesakitan
3. Klien merasa 3. Ajarkan klien
 Ny.I nyaman dan relaksasi nafas 3. Relaksasi
mengatakan rileks dalam nafas dalam
leher sering mampu
tegang membuat rasa
 Ny.I nyeri
mengatakan 4. Berikan distraksi berkurang
kedua kaki nyeri dengan hal 4. Distraksi
yang di sukai
sering tiba-tiba klien dengan
kram sesuatu hal
DO: yang di sukai
 P : nyeri dapat
bertambah jika mengalihkan
di gerakkan dan rasa nyeri
berkurang jika yang sedang di
istirahat 5. Kolaborasi rasa
pemberian terapi 5. Obat golongan
Q : Nyeri perih
obat analgesik
R : Kaki kiri analgesic
dan kanan serta dapat

19
leher menurunkan
S : sedang rasa nyeri
(skala 5) klien
T : hilang
timbul, kadang
nyeri saat di
gerakkan
- Klien terlihat
meringis
kesakitan
menahan rasa
sakitnya
- TD :110/70
mmHg
N : 80
x/menit
P : 20
x/menit
SB : 36,5℃

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

NO Hari/tgl Implementasi Evaluasi


Dx
1 Kamis DX: Nyeri akut b/d agen cidera S:
biologis - klien mengatakan nyeri
17-11-22
pada kedua lutut dan
leher
1. Mengkaji nyeri dengan  Klien mengatakan leher
08.30
komprehensif
Hasil : skala nyeri 5 (sedang) sering tegang
2. Mengobservasi reaksi  klien mengatakan kedua

20
08.35 nonverbal dari kaki sering tiba-tiba kram
ketidaknyamanan
Hasil : jika nyeri akan meringis
O:
kesakitan
- klien tampak meringis
08.45 3. Mengajarkan klien relaksasi
- skala nyeri 5 (sedang)
nafas dalam
Hasil : klien Nampak rileks A : Masalah nyeri belum teratasi
08.55 4. Memberikan distraksi nyeri
Hasil : klien mulai P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
mempratekkan
09.15 5. Memberikan terapi obat
analgesic
Hasil :
- obat antiinflamasi nonsteroid
- kortikosteroid
Jumat DX: Nyeri akut b/d agen cidera S : Klien mengatakan nyeri pada
biologis lutut dan leher sudah berkurang
18-11-22
O : Ekspresi wajah sudah tidak
1. Mengkaji nyeri dengan meringis
08.45
komprehensif
Hasil : skala nyeri 4 (hilang A : Masalah nyeri teratasi
08.50 timbul) sebagian
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari P : Lanjutkan intervensi 1 dan 2
ketidaknyamanan
Hasil : jika nyeri akan meringis
08.55 kesakitan
3. Mengajarkan klien relaksasi
nafas dalam
Hasil : klien Nampak rileks
09.00 4. Memberikan distraksi nyeri
Hasil : klien mengerti dan mau
melakukan distraksi
09.15 5. Memberikan terapi obat
analgesic
Hasil :
- obat antiinflamasi nonsteroid
- kortikosteroid

Sabtu DX: Nyeri akut b/d agen cidera S : klien mengatakan nyeri sudah
biologis berkurang
19-11-22
O : Skala nyeri 2
1. Mengkaji nyeri dengan
komprehensif A : Masalah nyeri teratasi
Hasil : nyeri berkurang
Skala nyeri 2 P : Pertahankan intervensi

21
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Hasil : klien sudah tidak
meringis

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


DX hasil
2 Hambatan mobilitas Setelah di lakukan 1. Monitor 1. Untuk
fisik b/d kaku pada tindakan tanda-tanda menentukan
persendian keperawatan selama inflamasi intervensi
3x24 jam di selanjutnya
DS: harapkan klien dapat 2. Berikan 2. Untuk
 Ny.I mengatakan beraktifitas kembali klien melemaskan
dia sudah tidak dengan kriteria hasil latihan sendi-sendi
mampu berjalan : ROM
jauh, kedua kaki 1. Gerakan 3. Untuk
3. Pantau
saya sakit dan sendi klien mengetahui
kadar asam
kesemutan kembali kadar asam
urat klien
 Ny.I mengatakan normal urat klien
kaki sulit di 2. Klien tidak 4. Ajak klien
gerakkan mengeluhkan 4. Berkolaborasi
untuk
 Ny.I mengatakan kram untuk
berobat ke
rasa nyeri di 3. Klien dapat pemberian obat
klinik
kakinya beraktifitas klien

menganggu secara
aktifitas normal
DO:
 Ny.I mengalami
perubahan dalam

22
pergerakan
- Kekuatan otot 4

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Hari/tgl Implementasi Evaluasi


D
X

2 Kamis DX : Hambatan mobilitas fisik b/d kaku S : klien mengatakan dia


17-11-22 pada persendian sudah tidak mampu
berjalan jauh, kedua kaki
10.00 1. Memonitor tanda-tanda inflamasi saya sakit dan kesemutan
Hasil : klien mengerti tanda-tanda O : Klien mengalami
inflamasi perubahan dalam
pergerakan
10.15
2. Memberikan klien latihan ROM A : Hambatan mobilitas
fisik belum teratasi
Hasil : klien mau latihan
P : Lanjutkan intervensi
10.25 1,2,3,4
3. Memantau kadar asam urat klien
Hasil : Kadar asam urat 11.3 g/dL
10.35
4. Mengajak klien untuk berobat ke
klinik
Hasil : klien mau berobat

Jumat DX : Hambatan mobilitas fisik b/d kaku S : klien mengatakan dia


18-11-22 pada persendian sudah tidak mampu
berjalan jauh, kedua kaki
10.45 1. Memonitor tanda-tanda inflamasi saya sakit dan kesemutan
Hasil : klien mengerti tanda-tanda O : Klien mengalami

23
inflamasi perubahan dalam
10.50 pergerakan
2. Memberikan klien latihan ROM
Hasil : klien mau latihan dan mulai A : Hambatan mobilitas
fisik teratasi sebagian
mempraktekkan
P : Lanjutkan intervensi
11.00 3. Memantau kadar asam urat klien 1,2,3
Hasil : kadar asam urat 9.5 g/dL
11.15
4. Mengajak klien untuk berobat ke
klinik
Hasil : klien sudah berobat

Sabtu DX : Hambatan mobilitas fisik b/d kaku S : klien mengatakan dia


19-11-22 pada persendian sudah mampu berjalan
jauh
10.00 1. Memonitor tanda-tanda inflamasi O : klien sudah mampu
Hasil : klien mengerti tanda-tanda beraktifitas

inflamasi A : Hambatan mobilitas


10.15 fisik teratasi
2. Memberikan klien latihan ROM
Hasil : klien mulai mempraktekkan P : pertahankan
intervensi
10.25 3. Memantau kadar asam urat klien
Hasil : kadar asam urat 7.6 g/dL

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


DX hasil
3 Defisit pengetahuan b/d Setelah di lakukan 1.observasi 1. agar siap dan
ketidaktahuan klien
tindakan keperawatan kesiapan dan mampu menerima
tentang penyakit yang di
alami selama 3x24 jam di kemampuan informasi

DS: harapkan klien dapat menerima

24
- Ny.I mengatakan meningkatkan informasi
nyeri pada lutut pengetahuan terhadap
dan leher sudah 1 penyakitnya dengan 2.kaji tingkat 2.untuk

tahun kriteria hasil : pengetahuan mengetahui

- Ny.I mengatakan 1. Mampu pasien dan tingkat

tidak mengetahi memahami dan keluarga pengetahuan

pantangan mempelajari psien dan

makanan apa saja penyakitnya keluarga

yang harus di 2. Pentingnya


3.jelaskan ke 3. Untuk
hindari mengetahui
klien mengetahui
DO penyakit yang di
mengenai proses
- Ny.I suka makan derita
proses penyakitnya
makanan yang
penyakitnya
banyak
mengandung
4. jelaskan ke 4. Untuk
asam
keluarga mengetahui
- Kadar asam urat
informasi tentang
11.3 g/dL
tentang kemajuan
kemajuan pasien
pasien dengan dengan cara
cara yang yang tepat
tepat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N Hari/tgl Implementasi Evaluasi


O
D
X
3 Kamis DX : Defisit pengetahuan b/d ketidaktahuan S :- Klien mengatakan
klien tentang penyakit yang di alami nyeri pada lutut dan
17-11-22
leher sudah 1 tahun
09.35 1.Mengobservasi kesiapan dan kemampuan
-Klien mengatakan
menerima informasi
tidak mengetahi

25
Hasil : klien siap dan mampu pantangan makanan apa
saja yang harus di
hindari
09.45 2.Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan O : - Klien suka
keluarga makan makanan yang
banyak mengandung
Hasil : tingkat pengetahuan keluarga masih asam
kurang
-Kadar asam urat 11.3
g/dL
09.55
3.Menjelaskan ke klien mengenai proses
A : Masalah defisit
penyakitnya pengetahuan belum
Hasil : klien mengerti tentang proses teratasi

penyakitnya P : lanjutkan intervensi


1,2,3,4
10.00
4. Menjelaskan ke keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
Hasil : klien dan keluarga mengerti

Jumat DX : Defisit pengetahuan b/d ketidaktahuan S :- Klien mengatakan


klien tentang penyakit yang di alami nyeri pada lutut dan
18-11-22
leher sudah 1 tahun
09.00 1.Mengobservasi kesiapan dan kemampuan
-Klien mengatakan
menerima informasi
tidak mengetahi
Hasil : klien siap dan mampu pantangan makanan apa
saja yang harus di
hindari
09.15 2.Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan O : - Klien suka
keluarga makan makanan yang
banyak mengandung
Hasil : tingkat pengetahuan keluarga cukup asam

09.25 -Kadar asam urat 9.5


3.Menjelaskan ke klien mengenai proses g/dL
penyakitnya
A : Masalah defisit
Hasil : klien mengerti tentang proses pengetahuan teratasi
penyakitnya sebagian

P : lanjutkan intervensi
09.35
4. Menjelaskan ke keluarga informasi 1,2,3,4
tentang kemajuan pasien dengan cara yang

26
tepat
Hasil : klien dan keluarga mengerti

Sabtu DX : Defisit pengetahuan b/d ketidaktahuan S :- Klien mengatakan


klien tentang penyakit yang di alami nyeri pada lutut dan
19-11-22
leher sudah agak
berkurang
1.Mengobservasi kesiapan dan kemampuan
10.00
menerima informasi -Klien mengatakan
sudah mengetahi
Hasil : klien siap dan mampu pantangan makanan apa
saja yang harus di
hindari
10.15 2.Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan O : - Klien mulai
keluarga mengurangi makan
makanan yang banyak
Hasil : tingkat pengetahuan keluarga baik mengandung asam

-Kadar asam urat 7,6


10.25 3.Menjelaskan ke klien mengenai proses g/dL
penyakitnya
A : Masalah defisit
Hasil : klien mengerti tentang proses pengetahuan teratasi
penyakitnya
P : pertahankan
intervensi
10.35 4. Menjelaskan ke keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
Hasil : klien dan keluarga mengerti

27
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur
Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid
2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.

28

Anda mungkin juga menyukai