Disusun oleh :
RESKY AMALIA
PO713202201026
TINGKAT 3A
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).
a) Teori Biologis
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel
pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut
mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan
berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan
bertambahnya usia.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut
usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan
mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau
menarik diri dari masyarakat.
Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur,
mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan
melakukan banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem
sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan
jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau
akumulasi substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia
tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti
terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih.
F. Penyakit umum pada lanjut usia
Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2003)
yakni:
1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang
dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat
dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan
atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam
urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap
dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat
penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal
kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan
patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian,
gout ataupun pseudogout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian
penulis didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan
temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya
kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti
kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan
pada kedua tempat tersebut.
D. Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak
umum. Menurut (Sapti 2019b), berikut ini komplikasi yang terjadi akibat
maupun kakI menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan. Namun yang
berkepanjangan.
2. Terbentuk tofi
timbul di sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon. Di luar
sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak, otot jantung (miokard),
katup bicuspid jantung (katup mitral), retina mata, dan pangal tenggorokan
(laring). Tofi tampak seperti benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering
teraba pada daun telinga, bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku,
ibu jari kaki, bursa di sekitar tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon
achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dL. Pada
kerusakan sendi sehingga fungsi sendi terganggu. Tofi juga bisa menjadi
4. Batu ginjal
menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang
disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak
bisa keluar bersama urine maka membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang
terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan pembuat batu tersebut. Batu
ginjal yang terbentuk dari asam urat disebut batu asam urat.
ginjal atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak
ginjal. Bila gagal ginjal terjadi ginjal tidak dapat membersihkan darah.
3. Pemeriksaan radiologis
makanan yang mengandung tinggi purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti,
hati, ampela ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi
konsumsinya antara lain daging sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin
(sardine, kelompok shellfish seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, tiram,
skalop). Alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan risiko
serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa yang ditemukan dalam corn syrup,
pemanis pada minuman ringan dan jus buah juga dapat meningkatkan kadar asam
urat serum. Sementara konsumsi vitamin C, dairy product rendah lemak seperti
susu dan yogurt rendah lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan gout.
PATHWAY
Primer : sekunder :
Kelainan metabolisme
- Obat-obatan
- Proses penyakit
Purin tinggi
Darah urin
penumpukan di sendi
inflamasi
deficit pengetahuan
Nyeri kaku
resiko jatuh
Gangguan
mobilitas fisik
13
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NY “I” DENGAN
PENYAKIT GOUT ARTRITIS (ASAM URAT) DI KEL. GALUNG MALOANG RW 1
RT 2 KECAMATAN BACUKIKI KOTA PAREPARE
A. Pengkajian
Hari/tgl : Kamis/ 17 november 2022
Jam : 09.30
Nama mahasiswa : Resky Amalia
1. Identitas
Nama : Ny. I
Tempat tgl lahir : Parepare, 31 Desember 1950
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Laccoling
a) Ruangan
Terkesan bersih dan rapi
14
b) Penerangan
Cukup
c) Sirkulasi udara
Cukup
d) Sumber air minum
PDAM
e) Keadaan kamar mandi
Kecil dan lantai licin
f) Pembuangan sampah
Dibuang kebelakang rumah
4. Riwayat kesehatan
c) Pola kebiasaan
1) Makan dan minum
Ny.I mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya sedikit tergantung
nafsu makannya.
2) Eliminasi
Ny.I mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri
3) Toileting
a. Mandi: Ny.I mengatakan mandi 2 kali sehari dilakukan sendiri
b. Gosok gigi : 2 kali
c. Mencuci rambut: seminggu sekali
15
d. Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan.
d) Istirahat tidur
Ny.I mengatakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.I beristiahat
di dalam rumah atau diluar rumah
e) Aktivitas
Ny.I mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan
secara mandiri dan masih mampu berjalan jalan ke rumah tetangga.
f) Neurosensori
Ny.I mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.
g) Nilai dan keyakinan spiritual
Ny.I beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti menyembuhkan
apapun yang terjadi pada diri kita.
h) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
sadar penuh (kompos mentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi
baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-acakan
b. tanda-tanda vital
TD: 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
SB : 36,5℃
kepala dan rambut : rambut sudah beruban, tampak berminyak dan berbau.
Mata : bentuk simetris, konjungtiva anemis, penglihatan
kurang jelas
Telinga : bersih, fungsi pendengaran masih baik.
Mulut, gigi, bibir : keadaan mulut baik,gigi berlobang, dan bibir kering
Dada : Simetris dan tidak ada nyeri tekan
Abdomen : simetris, tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
Kulit : keriput, warna sawo matang
Ekstremitas
Atas : baik dan dapat di gerakkan
Bawah : kedua lutut sakit bila berjalan jauh
16
Analisa Data
istirahat GOUT
Q : Nyeri perih ↓
- TD :110/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
SB : 36,5℃
17
saya sakit dan kesemutan ↓
Ny.I mengatakan kaki sulit di Nyeri
gerakkan ↓
Ny.I mengatakan rasa nyeri di Hambatan
kakinya menganggu aktifitas mobilitas fisik
DO:
Ny.I mengalami perubahan dalam
pergerakan
Kekuatan otot 4
3 DS: Purin tinggi Defisit pengetahuan
- Ny.I mengatakan nyeri pada lutut ↓
dan leher sudah 1 tahun Asam urat tinggi
- Ny.I mengatakan tidak mengetahi ↓
pantangan makanan apa saja yang Gangguan filtrasi
harus di hindari di ginjal
DO ↓
- Ny.I suka makan makanan yang Urin
banyak mengandung asam ↓
- Kadar asam urat 11.3 g/dL Peningkatan asam
urat di urin
↓
Ketidaktahuan
tentang proses
penyakit
↓
Defisit
pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
18
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakit yang di
alami
Intervensi Keperawatan
19
leher menurunkan
S : sedang rasa nyeri
(skala 5) klien
T : hilang
timbul, kadang
nyeri saat di
gerakkan
- Klien terlihat
meringis
kesakitan
menahan rasa
sakitnya
- TD :110/70
mmHg
N : 80
x/menit
P : 20
x/menit
SB : 36,5℃
20
08.35 nonverbal dari kaki sering tiba-tiba kram
ketidaknyamanan
Hasil : jika nyeri akan meringis
O:
kesakitan
- klien tampak meringis
08.45 3. Mengajarkan klien relaksasi
- skala nyeri 5 (sedang)
nafas dalam
Hasil : klien Nampak rileks A : Masalah nyeri belum teratasi
08.55 4. Memberikan distraksi nyeri
Hasil : klien mulai P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
mempratekkan
09.15 5. Memberikan terapi obat
analgesic
Hasil :
- obat antiinflamasi nonsteroid
- kortikosteroid
Jumat DX: Nyeri akut b/d agen cidera S : Klien mengatakan nyeri pada
biologis lutut dan leher sudah berkurang
18-11-22
O : Ekspresi wajah sudah tidak
1. Mengkaji nyeri dengan meringis
08.45
komprehensif
Hasil : skala nyeri 4 (hilang A : Masalah nyeri teratasi
08.50 timbul) sebagian
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari P : Lanjutkan intervensi 1 dan 2
ketidaknyamanan
Hasil : jika nyeri akan meringis
08.55 kesakitan
3. Mengajarkan klien relaksasi
nafas dalam
Hasil : klien Nampak rileks
09.00 4. Memberikan distraksi nyeri
Hasil : klien mengerti dan mau
melakukan distraksi
09.15 5. Memberikan terapi obat
analgesic
Hasil :
- obat antiinflamasi nonsteroid
- kortikosteroid
Sabtu DX: Nyeri akut b/d agen cidera S : klien mengatakan nyeri sudah
biologis berkurang
19-11-22
O : Skala nyeri 2
1. Mengkaji nyeri dengan
komprehensif A : Masalah nyeri teratasi
Hasil : nyeri berkurang
Skala nyeri 2 P : Pertahankan intervensi
21
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Hasil : klien sudah tidak
meringis
INTERVENSI KEPERAWATAN
menganggu secara
aktifitas normal
DO:
Ny.I mengalami
perubahan dalam
22
pergerakan
- Kekuatan otot 4
23
inflamasi perubahan dalam
10.50 pergerakan
2. Memberikan klien latihan ROM
Hasil : klien mau latihan dan mulai A : Hambatan mobilitas
fisik teratasi sebagian
mempraktekkan
P : Lanjutkan intervensi
11.00 3. Memantau kadar asam urat klien 1,2,3
Hasil : kadar asam urat 9.5 g/dL
11.15
4. Mengajak klien untuk berobat ke
klinik
Hasil : klien sudah berobat
INTERVENSI KEPERAWATAN
24
- Ny.I mengatakan meningkatkan informasi
nyeri pada lutut pengetahuan terhadap
dan leher sudah 1 penyakitnya dengan 2.kaji tingkat 2.untuk
25
Hasil : klien siap dan mampu pantangan makanan apa
saja yang harus di
hindari
09.45 2.Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan O : - Klien suka
keluarga makan makanan yang
banyak mengandung
Hasil : tingkat pengetahuan keluarga masih asam
kurang
-Kadar asam urat 11.3
g/dL
09.55
3.Menjelaskan ke klien mengenai proses
A : Masalah defisit
penyakitnya pengetahuan belum
Hasil : klien mengerti tentang proses teratasi
P : lanjutkan intervensi
09.35
4. Menjelaskan ke keluarga informasi 1,2,3,4
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
26
tepat
Hasil : klien dan keluarga mengerti
27
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur
Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid
2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.
28