Anda di halaman 1dari 196

KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pengampu: H. Muhammad Asikin, S.Pd., S.SiT., M.Si., M.Kes

Oleh:

Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN PAREPARE

TAHUN AJARAN 2022

PAREPARE

2022
Kelompok 1 Kelompok 2
Widhy Dwi Rachmadani Kadir Wahyudi
Azisyah Febriana Zulkifli Azizah Ainun Masnai Putri
Nurhaliza Rezky Amalia

Kelompok 3 Kelompok 4
Umrah Sary Dewi
Dian Dwi Saputri Felix Saputra Vaskalis
Nurhikmah

Kelompok 5 Kelompok 6
Risma Monica Rifka Dhafira
Nur Azizah Yusri Nur Fadillah Yasin
Nurul Aprilia

Kelompok 7 Kelompok 8
Andi Sahratul Anindita Akbal Andi Anugrah Sakina
Nurawaliah Putri Halijah Bahar
Rafika

Kelompok 9 Kelompok 10
Andi Nanda Alfitah Andi Yuni Astri
Khusnul Khatimah Muhammad Imran Ibrahim

Kelompok 11 Kelompok 12
Anisa Syamsil Mu’arifa Absa Arinil Hijriani
Muhammad Nurkhalis Mulia Al Fadila
Rani Mayang Sari

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Anak ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan buku ini
adalah untuk memenuhi Tugas dosen pada mata kuliah Keperawatan
Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Muhammad


Asikin, S.Pd., S.SiT., M.Si., M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan buku ini.

Kami menyadari buku yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan buku ini.

Parepare 07 Maret 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit..................4
1. Asuhan keperawatan pada anak sakit........................................4
2. Konsep hospitalisasi pada anak................................................13
3. Konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigensi patologis dari sistem pernapasan,
kardiovaskuler, dan hematologi..........................................................21
4. Pengkajian : Anamnesis gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenisasi........................................................................................31
5. Pemeriksaan fisik terhadap gangguan pernapasan dan sirkulasi
...................................................................................................34
6. Persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostic dan
laboratorium........................................................................................34
7. Merumuskan masalah keperawatan pada anak dengan: asma,
pneunomia, bronchiolitis, difteri, pertusis, penyakit jantung bawaan
(PJB), leukemia, thalassemia, hemophilia, dan anemia.....................36
8. Rencana keperawatan: pada anak dengan gangguan
kebutuhan oksigen..............................................................................55
9. Implementasi keperawatan pada anak gangguan kebutuhan
oksigen................................................................................................57
10. Evaluasi keperawatan pada anak gangguan kebutuhan oksigen
...................................................................................................57
11. Prosedur pelaksanaan terapi aktivitas bermain (TAB) di RS....57

iv
12. Prosedur pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan
oksigen patologis sistem pernapasan dan kardiovaskuler.................60
13. Pemeriksaan kecukupan oksigen dan sirkulasi........................67
14. Pemeriksaan perubahan irama napas dan irama jantung........68
15. Pemeriksaan bunyi napas dan bunyi jantung...........................71
16. Prosedur persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostic pada
anak dengan gangguan kebutuhan oksigen.......................................73
17. Prosedur tindakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen..........83
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kebutuhan
Khusus....................................................................................................97
1. Pengkajian.................................................................................97
2. Masalah keperawatan pada anak kebutuhan khusus : reterdasi
mental, down syndrome, autisme, dan child abuse.........................101
3. Rencana keperawatan pada anak kebutuhan khusus: reterdasi
mental, down syndrome, autisme, dan child abuse.........................102
4. Implementasi pada anak dengan kebutuhan khsusus............117
5. Evaluasi asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan
khusus...............................................................................................118
6. Praktik anamneeses riwayat penyakit.....................................118
7. Prosedur pemeriksaan fisik pada anak dengan kebutuhan
khusus...............................................................................................120
8. Prosedur persiapan untuk pemeriksaan penunjang pada anak
kebutuhan khusus.............................................................................121
9. Prosedur tindakan pada anak kebutuhan khusus...................124
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan
Kebutuhan Aman/Nyaman Patologis Dari Sistem Termoregulasi Dan
Imun ....................................................................................................137
1. Pengkajian...............................................................................137
2. Pemeriksaan fisik....................................................................139
3. Pemeriksaan penunjang..........................................................140
4. Masalah Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Rasa
Aman Nyaman (Kejang Demam & Campak)....................................140
5. Rencana keperawatan pada anak gangguan kebutuhan
aman/nyaman...................................................................................141

v
6. Implementasi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kebutuhan Rasa
Amam Nyaman.................................................................................148
7. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan
Kebutuhan Aman Nyaman................................................................148
8. Dokumentasi Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Aman
Nyaman.............................................................................................148
9. Praktik Anamnesa pada Anak dengan Gangguan Rasa Aman
Nyaman Patologis Sistem Termoregulasi dan Imun........................149
10. Prosedur Pemeriksaan Fisik pada Anak dengan Gangguan
Rasa Aman Nyaman.........................................................................150
11. Prosedur persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostic....154
12. PROSEDUR TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
AMAN DAN NYAMAN.......................................................................157
13. PEMBERIAN OBAT SESUAI PROGRAM TERAPI................162
BAB III......................................................................................................163
PENUTUP................................................................................................163
A. Kesimpulan.................................................................................163
B. Saran...........................................................................................164
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................165
SOAL UKOM............................................................................................169

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Keperawatan Anak yang menjadi individu (klien)


adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya
kurang dari 18 tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan
kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.
Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak
tidak mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula pada
perkembangan kognitif adakalanya cepat atau lambat.
Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi belum
terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring
bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak
bayi di mana bayi akan menangis saat lapar.

Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang


terbentuk mulai bayi seperti anak mau diajak orang lain.
Sedangkan respons emosi terhadap penyakit bervariasi tergantung
pada usia dan pencapaian tugas perkembangan anak, seperti pada
bayi saat perpisahan dengan orang tua maka responsnya akan
menangis, berteriak, menarik diri dan menyerah pada situasi yaitu
diam.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu


diutamakan, mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah
masih dalam proses kematangan yang berbeda dibanding orang
dewasa karena struktur fisik anak dan dewasa berbeda mulai dari
besarnya ukuran hingga aspek kematangan fisiko Proses fisiologis

1
anak dengan dewasa mempunyai perbedaan dalam hal fungsi
tubuh dimana orang dewasa cenderung sudah mencapai
kematangan. Kemampuan berpikir anak dengan dewasa berbeda
dimana fungsi otak dewasa sudah matang sedangkan anak masih
dalam proses perkembangan. Demikian pula dalam hal tanggapan
terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada anak cenderung
kepada dampak psikologis yang apabila kurang mendukung maka
akan berdampak pada tumbuh kembang anak sedangkan pada
dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme koping yang
baik dan matang.

Bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada anak


bertujuan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya tersebut dapat tercapai
dengan keterlibatan langsung pada keluarga mengingat keluarga
merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara
efektif dan keluarga sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan asuhan keperawatan, di samping keluarga
mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan anak dan
mempunyai peran memenuhi kebutuhan anak. Peran lainnya
adalah mempertahankan kelangsungan hidup bagi anak dan
keluarga, menjaga keselamatan anak dan mensejahterakan anak
untuk mencapai masa depan anak yang lebih baik, melalui interaksi
tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu


berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan
yang harus diperhatikan dan disesuaikan dengan usia serta
pertumbuhan dan perkembangan anak karena perawatan yang
tidak optimal akan berdampak tidak baik secara fisiologis maupun
psikologis pada anak itu sendiri.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak sakit?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
kebutuhan khusus?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan kebutuhan aman/nyaman patologis dari sistem
termoregulasi dan imun?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak sakit


2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak
dengan kebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak
dengan gangguan kebutuhan aman/nyaman patologis dari
sistem termoregulasi dan imun

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit


1. Asuhan keperawatan pada anak sakit
a. Pendahuluan
Penyakit Jantung Bawaan terhadap angka kematian bayi
dan anak cukup tinggi sehingga dibutuhkan tata laksana PJB
yang cepat, tepat dan spesifik. Penyakit Jantung Bawaan
penyebab kematian pada bayi dan anak tertinggi di negara
maju sedangkan kematian akibat penyakit jantung bawaan di
negara berkembang, akan meningkat 13,7% pada laki-laki dan
12% pada perempuan. Meskipun saat ini telah disepakati
bahwa banyak faktor penyebab penyakit jantung bawaan,
namun belum ada upaya yang jitu untuk mencegah penyakit
jantung bawaan (Rilantono, 2013).
Menurut Djer (2014) penyakit jantung bawaan paling sering
ditemukan pada bayi dan anak dengan angka kejadian PJB
tetap berkisaran pada 8-10 dari 1000 bayi kelahiran hidup.
Menurut Rilantono (2013) penyakit jantung bawaan di Indonesia
dengan jumlah penduduk 235 juta yang angka kelahiran
2,3%,maka diperkirakan akan lahir 50.000 bayi dengan
penyakit jantung bawaan. Penderita PJB agar dapat
bertahan hidup sekitar 25-30 persen sehingga prevalensinya
cukup tinggi, maka memerlukan penanganan medis yang
canggih segera setelah lahir. Kelainan penyakit jantung bawaan
ini terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan pem-
bentukan dan perkembangan jantung pada fase awal kehidupan
janin.

4
Berdasarkan catatan bangsal penyakit dalam di RSUD
Pandan Arang Boyolali menunjukan data dalam kurun waktu
Bulan April 2015 kasus terjadinya penyakit jantung bawaan
sekitar 5 orang.Kurangnya perhatian orang tua terhadap
penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan dalam
penanganan anak dengan penyakit jantung bawaan, selain
biaya perawatan yang mahal dan dukungan finansial yang
terbatas. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya
pengetahuan orangtua, pendidikan rendah, dan lingkungan
yang tidak mendukung (Robbins dan Cohan, 2007). Salah satu
penyebab penting morbiditas dan mortalitas anak dengan
penyakit jantung bawaan kritis adalah instabilitas hemo
Dinamik yang terjadi antara kelahiran dan tindakan
pembedahan atau intervensi transkateter.
Penyakit Jantung Bawaan banyak terjadi pada bayi, anak
bahkan orang dewasa. Penyakit Jantung Bawaan jika tidak
ditangani dengan segera bisa menimbulkan kematian.Tingginya
penyakit jantung bawaan terjadi di negara berkembang
termasuk Indonesia, salah satunya di RSUD Pandan Arang.
Berdasarkan realitas diatas, penulis tertarik melakukan
karya tulis ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Pada An. N
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Penyakit Jantung
Bawaan Di Ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali.
b. Tinjauan pustaka
1) Definisi
Penyakit Jantung Bawaan memiliki beberapa pengertian.
Penyakit jantung bawaan merupakan suatu kelainan jantung
yang terjadi sejak bayi lahir (Kasron, 2012). Selain itu ada juga
yang berpendapat penyakit jantung bawaan merupakan suatu
penyakit kelainan jantung dimana paling sering ditemukan pada
bayi dan anak (Djer, 2014) sedangkan menurut Rilantono

5
(2013) mengatakan penyakit jantung bawaan suatu cacat
jantung yang dibawa sejak lahir dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung.
2) Etiologi
Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh
beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik
dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling
berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan
obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai
penyebab penyakit jantung bawaan (Rilantono, 2013).
3) Klasifikasi
Menurut Kasron (2012) dan Rilantono (2013). Penyakit
Jantung Bawaan dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu PJB tipe
non sianotik dan PJB sianotik. PJB tipe non sianotik adalah
suatu kelainan struktur dan fungsi jantung yang di bawa lahir
yang tidak ditandai dengan sianosis.
PJB non sianotik terdiri dari 3 kelompok yaitu pertama
terjadi aliran darah dari kiri ke kanan contohnya paten duktus
arterio- sus (PDA), ventrikel septal defek (VSD) dan atrial septal
defek (ASD). Kedua terjadi obstruksi jantung kiri pada stenosis
katub aorta dan stenosis katup mitral kemudian ketiga terjadi
obstruk- si jantung kanan pada stenosis katup pulmonal. PJB
tipe sianotik adalah suatu kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga seluruh darah balik vena siste- mik
yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke
sirkulasi sistemik. Terdapat aliraan pirau dari kanan ke kiri. PJB
sianotik terjadi 25% dari semua kasus penyakit jantung yang
terjadi pada anak dimana aliran darah dari kanan ke kiri
misalnya tetralogi fallot, atresia pulmoner dan atresia trikuspid.
4) Patofisiologi

6
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu
faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung
digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan
penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan
asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan
darah shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta
pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan
tekanan atrium kiri kiri lebih besar ketimbang atrium kanan,
sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah
yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menim- bulkan volume
atrium kanan meningkat menyebabkan hiper-tropi atrium kanan
dan selain itu meningkatnya volume dan teka- nan atrium kanan
maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru
juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan
oksigen di paru sehingga alveoli mem- besar dan terjadi pola
nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir
dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan
kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan
curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan
kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai
oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan
pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak
adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan
(Irnizarifka, 2011).
c. Tinjauan kasus
1) Pengkajian

7
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 15 April 2015
pukul 07.00 WIB di bangsal Cempaka III. Penulis mengkaji
pasien dengan menggunakan metode wawancara, observasi
dan pencarian data medis, penulis memperoleh data-data
pengkajian sebagai berikut. Penulis mendapatkan data identitas
pasien. Identitas pasien berisikan nama pasien An. N berumur
15 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam, suku
Jawa, pendidikan terakhir SMP, pekerjaannya pelajar, diagnosa
medisnya Penyakit Jantung Bawaan.
2) Diagnosa keperawatan
Penulis menganalisa data dari hasil pengkajian, sehingga
penulis mendapatkan masalah keperawatan yang muncul.
Adapun diagnosa pertama penurunan curah jantung ber-
hubungan dengan etiologi malformasi jantung ditandai dengan
terasa sedikit sakit pada dada sebelah kiri ketika batuk, nadi
106x/menit,nadi teraba cepat,ada retraksi dada, mem- bran
mukosa kering, capilary refill >3 detik, terdengar bising jantung
murmur dan hasil EKG diperoleh LVH V2-V5 T inverted V5-V6.
Penulis mengambil masalah keperawatan kedua tentang
pola nafas tidak efektif dengan etiologi kongesti pulmonal di-
tandai dengan sesak nafas, pernafasan 25x/menit,dahak
berwarna ku-ning kental, menggunakan otot pernafasan.
Penulis juga mengambil masalah keperawatan ketiga
tentang intoleransi aktivitas dengan etiologi ketidak
seimbangan pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai okigen
ke sel ditandai dengan lemas, wajah pasien tampak pucat,
pasien terlihat lesu, takanan darah awal 120/80 mmHg, tekanan
darah akhir 90/60 mmHg, EKG di- peroleh LVH V2-V5 T
inverted V5-V6, nadi awalnya 96 x/menit, nadi akhir 106
x/menit, pernafasan awalnya 19 x/menit dan pernafasan akhir
25 x/menit.

8
3) Implementasi
Pada diagnosa pertama penurunan curah jantung ber-
hubungan dengan malformasi jantung. Penulis melakukan tin-
dakan keperawatan berupa me- monitor tanda-tanda vital,
perawat melakukan pemeriksaan EKG, mengkaji capilary refill,
mengobservasi kualitas dan kekuatan denyut jantung. Pada
diagnosa kedua pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
kongesti pulmonal. Penulis melakukan tindakan keperawat- an
berupa memberikan oksigen dengan via kanul nasal 5 liter,
memberikan posisi semi fowler, mengajarkan nafas dalam,
memonitor tanda-tanda vital dan mengkolaborasidengan
dokter dalam pemberian terapi oksigen. Penulis melakukan
tindakan keperawatan
Pada diagnosa ketiga intoleransi aktivitas ber- hubungan
dengketidak- seimbangan antara pemakaian oksigen oleh
tubuh dan suplai oksigen ke sel. Tindakan keperawatan yang
dilakukan me- monitor tanda-tanda vital, menganjurkan pasien
untuk istirahat bila terjadi kelelahan, membantu
Mengidentifikasi aktivitas pasien yang disukai, membantu
pasien me-milih posisi yang nyaman untuk istirahat dan penulis
meng- antarkan rujuk pasien ke RSUD Dr. Moewardi pada
pukul 12.00 WIB.
d. Pembahasan
1) Pengkajian
Penulis dalam pembahasan ini dibuat berdasarkan pada
proses keperawatan mulai dari peng- kajian, diagnosa
keperawatan sampai evaluasi (Wong, 2008). Penulis
mengumpulkan data dengan menggunakan metode
wawancara, observasi, pencarian data medis dengan Penyakit
Jantung Bawaan (PJB) di Ruang Cempaka III RSUD Pandan
Arang Boyolali pada tanggal 15 April 2015 sampai 17 April

9
2015. Pada keluhan utama dalam kasus ditemukan pasien
mengalami sesak nafas dan diteori juga terdapat keluhan
pasien adalah sesak nafas (Yuli, 2015).

2) Diagnosa keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi
jantung (Wilkinson and Ahern, 2011). Penurunan curah jantung
adalah keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat
untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh dan jumlah
darah yang dipompakan oleh ventrikel ke dalam sirkulasi
pulmonal dan sistemik selama satu menit (4-8 liter per menit)
dan jumlah darah pada ventrikel dalam satu kali kontraksi untuk
orang dewa kurang lebih 70-75 ml (Axton and Terry, 2009).la
nafas tidak efektif berhubungan dengan kongesti pulmonal
(Wilkinson and Ahern, 2011).
Penyakit jantung bawaan biasanya mengalami sesak nafas
sehingga penulis mengambil diagnosa pola nafas tidak efektif.
(Wong, 2008). Intoleransi akivitas berhu bungan
dengan ketidak- seimbangan pemakaian oksigen oleh tubuh
dan suplai oksigen ke sel. (Wilkinson and Ahern, 2011).
Intoleransi aktivitas berdefinisi- kan kecakupan energi
fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin dilakukan. Terapi
aktivitas memberikan anjurkan tentang dan bantuan dalam
aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik untuk
meningkatkan tentang frekuensi atau durasi aktivitas individu
maupun kelompok (Udjianti, 2010). Diagnosa yang terdapat
pada teori tetapi namun tidak muncul atau tidak diangkat dalam
kasus menurut Wilkinson and Ahern (2011) adalah sebagai
berikut:

10
a) Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ber-
hubungan dengan kelelahan pada saat makan dan me-
ningkatnya kebutuhan kalori.
b) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan tidak adekuatan suplai oksigen dan nutrisi ke
jaringan.
3) Implementasi
Tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu dimulai
setelah penyusunan rencana intervensi kemudian dilaksanak-
an tindakan keperawatan (Rudolpt dan Colin, 2007). Penulis
telah melakukan pe- nyusunan rencana tindakan keperawatan
sehingga penulis melakukan implementasi pada tanggal 15
April sampai 17 April 2015. Penulis melaksanakan tindakan
keperawatan pada diagnosa penurunan curah jantu- ng
berhubungan dengan malformasi jantung antara lain
memonitor tanda-tanda vital dengan tindakan ini kita dapat
mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah, pernafasan, nadi
dan suhu yang di alami pasien.Mengobservasi kualitas dan
kekuatan denyut jantung karena pasien mengalami penyakit
jantung bawaan, maka perlu dilakukan tindakan ini sehingga
kita mengetahui keadaan denyut jantung (Rilantono, 2013).
Memeriksa EKG dengan tindakan ini diharapkan kita
mengetahui irama jantug dan apakah ada kelainan pada
jantung. Mengkaji capilary refill bertujuan mengetahui suplai
oksigen sampai ke ujung-ujung jari. Mengajarkan nafas dalam
dengan tindakan ini diharapkan sesak nafas akan berkurang.
Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat bertujuan
supaya pemberian obat sesuai dengan kebutuhan pasien dan
mampu mengurangi gejala-gejala yang dialami pasien
(Wilkinson and Ahern, 2011).

11
Implementasi yang di- lakukan penulis pada diagnosa pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan kongesti pulmonal
antara lain memonitor tanda-tanda vital dengan tindakan ini
kita dapat mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah,
pernafasan, nadi dan suhu yang dialami pasien (Djer, 2014).
Memberikan oksigen via nasal kanul 5 liter pada pasien dengan
tujuan untuk mengurangi sesak nafas. Memberikan posisi semi
fowler. Tindakan ini membantu untuk mengurangi sesak nafas
dan memberikan kenyamanan klien (Wilkinson and Ahern,
2011).
Penulis melakukan tindakan keperawatan pada diagnosa
terakhir intoleransi aktivitas ber- hubungan dengan ketidak-
seimbangan pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen
ke selberupa memonitor tanda- tanda vital dengan tindakan ini
kita dapat mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah,
pernafasan, nadi dan suhu yang dialami pasien. Perawat
mengidentifikasi aktivitas yang disukai pasien dengan tindakan
ini perawat mampu mengetahui akitivitas yang disukai pasien
(Wong, 2008). Menganjurkan pasien istirahat bila mengalami
kelelahan dengan tindakan ini mampu meningkatkan istirahat
pasien. Membantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk
istirahat dengan tindakan ini diharapkan pasien merasakan
keadaan nyaman dan tenang (Muttaqin, 2009).
4) Hasil evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk menghadapi
proses keperawatan yang bisa menandakan keberhasilan dari
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan dan
implementasinya (Wong, 2008). Evaluasi keperawatan
dilakukan pada tanggal 15 April sampai 17 April 2015. Penulis
mengevaluasi pada diagnosa pertama penurunan curah jantung
berhubungan dengan malformasi jantung. Berdasarkan respon

12
perkembangan yang di tunjukan oleh pasien masalah
keperawatan belum teratasi dengan terpenuhinya kriteria hasil
yang ada yaitu pasien mengatakan masih sedikit terasa sakit di
dada sebelah kirinya ketika batuk, nadi 106 x/menit, ada retraksi
dada, EKG LVH V2-V5 T inverted V5- V6,mukosa bibir kering.
Maka intervensi dilanjutan dengan tindakan yang dilakukan
monitor tanda-tanda vital, observasi kualitas dan kekuatan
denyut jantung, kaji capilary refill.
Penulis mengevaluasi pada diagnosa kedua pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan kongesti pulmonal. Berdasarkan
respon perkembangan yang ditunjukan oleh pasien. Masalah
keperawatan teratasi sebagian karena sesak napas berkurang,
ada dahak, menggunakan otot pernafasan. Maka intervensi
dilanjutkan dengan melakuka tindakan keperawatan, berikan
posisi semi fowler, ajarkan nafas dalam, kolaborasi dengan
dokter mengenai pemberian terapi obat (Muttaqin, 2009).
Penulis mengevaluasi pada diagnosa ketiga intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Berdasarkan respon perkemba- ngan yang ditunjukan oleh
pasien. Masalah keperawatan teratasi karena wajah tidak
pucat, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90 x/menit. Maka
intervensi dihentikan karena pasien dirujuk ke Rumah Sakit
Daerah Dr. Moewardi dan pasien ditempatkan Ruang Aster.

2. Konsep hospitalisasi pada anak


a. Definisi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat
anak sakit dan dirawat di rumah sakit . Keadaan ini terjadi
karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan
asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi faktor stressor baik terhadap anak maupun orang tua
dan keluarga (Wong, 2010). Sakit dan dirawat di rumah sakit

13
(hospitalisasi) merupakan suatu krisis yang dapat terjadi pada
semua anak, dimana pada masa ini anak memiliki pengalaman
yang penuh tekanan / stress. Tekanan utama yang dirasakan
oleh anak disebabkan karena perpisahan dengan lingkungan
normal dimana orang lain berarti, serta mendapatkan
lingkungan baru yang asing baginya, seleksi perilaku koping
terbatas, dan perubahan status kesehatan serta adanya
persepsi yang tidak menyenangkan tentang rumah sakit yang
mungkin didapatkan dari pengalaman sebelumnya atau
pengalaman orang lain (Potter, 2005).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak,saat
anak sakit dan dirawat dirumah sakit.Keadaan ini terjadi karena
anak mengalami perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas
lingkungan serta mekanisme koping yang terbatas dalam
menghadapi stressor.Stressor utama dalam hospitalisasi adalah
perpisahan,kehilangan kondisi dan nyeri
(Wong,Hockenberry&Marylin,2007).
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit
berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada
umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau
tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan
penyakit anak selama dirawat di rumah sakit (Supartini, 2011).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwahospitalisasi adalah suatu proses karena alasan
berencana maupun daruratyang mengharuskan anak dirawat
atau tinggal di rumah sakit untukmendapatkan perawatan yang
dapat menyebabkan beberapa perubahan psikispada
anak.Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu
tekanan atau krisispada anak. Jika seorang anak di rawat di
rumah sakit maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis
yangdisebabkan anak mengalami stres akibat perubahan, baik
terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam
kebiasaan sehari-hari.Anak mempunyai sejumlah keterbatasan
dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun
kejadian–kejadian yang sifat nya menekan
(Nursalam,Susilaningrum & Utami,2005). Desain lingkungan
yang terapetik diperlukan untuk pasien anak di lingkungan

14
rumah sakit (Smith &Watkins, 2010).Lingkungan terapetik yang
diharapkan dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif
diantaranya penataan ruang, restrain terapetik, sikap dan
komunikasi perawat terapetik, permainan terapetik,seni, dan
terapi musik (Nesbit & Tabatt-Haussmann, 2008).
Ruang rawat anak perlu didesain ruang menarik.Desain
ruang yang terapetik di ruang rawat anak diantaranya
penggunaan sprei bergambar, hiasan bergambar kartun,
restrain infus bergambar, permainan terapetik, dan komunikasi
perawat yang terapetik. Hal ini dapat menurunkan kecemasan
dan memberikan dampak relaksasai pada anak (Nesbit &
Tabatt-Haussmann, 2008).
1) Tumbuh kembang anak usia prasekolah
Pertumbuhan dan perkembangan menurut Wong (2008),
pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena
adanya multiplikasi (bertambah banyak sel ) sel –sel tubuh dan
juga bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan
pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara
kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi,
yaitu bertemunya sel telur sperma hingga dewasa .
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan
struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, dapat diperkirakan,dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ, dan
sistemnya yang terorganisasi.Anak prasekolah adalah anak
yang mempunyai rentang usia tiga sampai lima tahun Wong
(2008).
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia pra
sekolah meliputi :
a) Motorik Kasar
Pada usia 3 tahun anak prasekolah mampu
mengendarai sepeda roda tiga, melompat dari langkah
dasar, berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik
dengan seimbang. Menaiki tangga dengan kaki
bergantian. Pada usia 4 tahun anak mampu melakukan
loncatan dan lompatan dengan satu kaki dengan tali
serta menangkap bola dengan baik, pada usia 5 tahun
anak melompat tali dengan kaki bergantian, dan mulai
main papan luncur dan berenang (Wong, 2008).

15
b) Motorik Halus
Membangun menara dari 9 atau 10 kotak
membangun jembatan dengan 3 kotak,secara benar
masuk biji-bijian kedalam botol berleher sempit, dalam
menggambar menirukan lingkaran (Wong, 2008).

c) Bahasa
Mempunyai perbendaharaan 900 kata, menggunakan
kalimat lengkap dari 3 sampai 4 kata, dan hanya
memasukkan kata-kata terpenting untuk menyampaikan
sebuah makna. Bicara tanpa henti dan tanpa peduli
apakah seseoraang memperhatikkannya (Wong, 2008).
d) Kognitif
Berada dalam fase perceptual egosentrik dalam
berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu. Bicara
tentang masa lalu dan masa depan sebanyak masa kini
(Wong,2008).
e) Citra tubuh
Masa prasekolah memainkan peranan penting dalam
perkembangan citra tubuh, seiring meningkatnya
pemahaman bahasa. Anak prasekolah mengenali bahwa
individu memiliki penampilan yang diinginkan dan yang
tidak diinginkan. Pada usia 5 tahun anak mulai
membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman dan
bisa menjadi sadar bahwa mereka tinggi atau pendek
(Wong, 2008).
f) Kemampuan Sosial
Lebih memperlihatkan kemandirian seperti mampu
menyikat gigi dan berpakaian sendiri. Cenderung banyak
menuntut tetapi juga bersemangat untuk diajak
berkerjasama, kadang berperilaku tidak sopan. Semakin

16
kita bereaksi emosional. maka semakin dia akan
berkelakuan buruk. Anak ingin disukai dan ingin
menyenangkan teman-temannya, serta berharap
memiliki teman dekat. Mengerti tentang hal sehari-hari
seperti makanan. uang dan konsep waktu. memiliki rasa
kepemilikan, dimana ia akan memandang segala sesuatu
sebagai miliknya. Memiliki rasa simpati dan rasa sedih
ketika seseorang atau apapun berada di dalam
kesusahan atau kesedihan, hal Ini yang anak harapkan
dari orang disekitarnya ketika berada dalam situasi yang
sama. Sadar akan seksualitas dan memiliki rasa ingin
tahu alami mengenal hal tersebut. Memperlihatkan
ketertarikan yang tinggi dalam bernyanyi, menari, dan
akting. Penuh dengan ide imajinatif mencoba untuk
membedakan antara khayalan dan kenyataan (Wong,
2008).
g) Tidur dan Aktivitas
Pola tidur sangat bervariasi tetapi rata-rata anak
prasekolah tidur sekitar 12 jam dalam semalam dan
jarang tidur disiang hari. Tingkat aktivitas masih tetap
tinggi, meskipun aktivitas yang tenang, seperti menonton
televisi (Wong,2008).
b. Pengkajian
1) Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita kaji
meliputi: Nama,Umur, Jenis kelamin (L/P), Nomor CM, Ruang
rawat,Tanggal masuk MRS.
2) Penanggung Jawab klien meliputi: Orag tua, Wali, atau,Orang
lain
3) Faktor predisposisi :
a) Riwayat penyakit masa lalu klien yang pernah diderita dan
trauma yang pernahdialami seperti aniaya fisik, aniaya

17
sexual, penolakan,kekerasa dalam keluarga, tindakan
kriminal, dan lain-lain, sehingga menyebabkan dia harus
masuk rumah sakit atau hospitalisasi dan pengobatan
seperti apa yang pernahdilakukan klien.
b) Riwayat penyakit keluarga pada klien apakah didalam
anggota keluarganya adayang mengalami gangguan jiwa.
c) Kaji juga pengalaman yang tidak menyenangkan yang
pernah dialami oleh klien.
4) Pemeriksaan fisik:
a) Tanda Vital meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, dan
respirasi.
b) Ukur berat badan dan tinggi badan.
c) Perkembangan, Bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat
perkembangan saat ini dan ketrampilan yang di capai.
d) Observasi respon terhadap hospitalisasi, Bertujuan untuk
mengidentifikasikan perilaku koping saat ini.
e) Riwayat penyakit, hospitalisasi dan perpisahan
sebelumnya. Pengalaman pernah di rawat di rumah sakit
sebelumnya, Pengalaman perpisahan dengan orang tua
dengan waktu yang lama, di tinggal orang tua karena
berkerja. Bertujuan untuk mengidentifikasikan pola koping
sebelumnya dan pengaruh koping tersebut.
f) Riwayat pengobatan, Bertujuan untuk mengidentifikasikan
keseriusan masalah dan pengaruhnyapada perkembangan
kemampuan.
g) Persepsi tentang penyakit, Bertujuan untuk
mengidentifikasikan pemahaman pasien saat ini tentang
penyakit dan alasan hospitalisasai.
h) Sistem pendukung yang tersedia, Bertujuan untuk
mengidentifikasikan tersedianya dan kesediaan keluarga

18
untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pemberian
dukungan.
i) Koping keluarga, Bertujuan untuk menggambarkan
kemampuan keluarga apakah perilaku distruktif yang jelas
atau terselubung atau juga menunjukkan adaptasi merusak
terhadap stressor.
j) Ketakutan, kecemasan dan kesedihan keluarga, Bertujuan
untuk mengidentifikasikan apakah keluarga mengalami
suatu perasaan gangguan fisiologis ataupun emosional
yang berhubungan dengan suatu sumber yang dapat
diidentifikasi yang dirasakan membahayakan pasien saat
dirawat
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan
(Perry & Potter, 2002),adalah sebagai berikut :
1) Kecemasan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit.
2) Kecemasan berhubungan dengan efek perpisahan dengan
keluarga.
3) Kurang aktivitas bermain berhubungan dengan perawatan yang
lama.
d. Rencana keperawatan
Rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa (Perry
& Potter, 2002)adalah sebagai berikut :
1) Kecemasan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam,pasien mampu
mengatasi rasa cemas. Kriteria Hasil :
a) Muka pasien rileks.
b) Pasien tidak rewel.
c) Pasien tidak menangis.

Intervensi &Rasional :

19
a) Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap kedalam
ruangan dengan pasien atau meminta anggota keluarga lain
untuk bersama pasien. Rasional : Keluarga dapat
memberikan rasa aman dan mencegah dari rasa
ketidakpercayaan.
b) Ciptakan lingkungan terapeutik sekitar pasien. Rasional :
Lingkungan yang nyaman mampu mengatasi akibat
hospitalisasi pada pasien.
c) Orientasikan keluarga pada divisi, suplai dan lingkungan
keperawatan. Rasional : Lingkungan yang asing akan
mengancam kepercayaan keluarga dan menimbulkan
kelemahan terhadap layanan keperawatan yang di berikan.
d) Sapa pasien dengan kata-kata penuh kasih sayang dan
lemah lembut. Rasional : komunikasi yang baik akan
tercipta tras antara pasien dan perawat.
2) Kecemasan berhubungan dengan efek perpisahan dengan
keluarga. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam, pasien mampu mengatasi rasa cemas.
Kriteria Hasil :
a) Cemas menurun.
b) Peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis pasien.
c) Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan cemas.

Intervensi dan Rasional :

a) Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang, berat, panic.


Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan yang
terjadi pada pasien.
b) Lakukan terapi bermain. Rasional : Untuk mengurangi rasa
tegang pada pasien.

20
c) Singkirkan stimulasi yang berlebihan, batasi kontak dengan
orang lain. Rasional : untuk mengurangi rasa cemas pada
pasien akibat hospitalisasi.
3) Kurang aktivitas bermain berhubungan dengan perawatan yang
lama. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x 24 jam,pasien mampu melakukan aktivitas.Kriteria Hasil :
a) Menceritakan perasaan bosan dan mendiskusikanmetode
tentang cara menemukan aktivitas yang dapat menghibur.
b) Menceritakan metode koping dengan perasaan marah atau
defresi yang disebabkan oleh kebosanan.
c) Melaporkan adanya suatu peningkatan dalam aktivitas
yang menyenangkan.

Intervensi dan Rasional :

a) Rangsang motivasi dengan memperlihatkan minat dan


mendorong untuk dapat saling berbagi perasaan-perasaan
dan pengalaman-pengalaman. Rasional : Cara ini untuk
mengetahui perasaanatau isi hati klien selama di rawat di
rumah sakit.
b) Bantu individu untuk mengatasi perasaan-perasaan marah
dan berduka. Rasional:Cara ini mengajarkan anak agar
meluapkan emosinya dengan baik.
c) Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari.
Rasional : Agar anak tidak merasa jenuh selama perawatan
di rumah sakit
d) Rencanakan waktu untuk para pengunjung Rasional : Agar
anak tidak merasa bosan dengan orang-orang disekitar nya
dan bisa bersosialisai dengan orang-orang diluar sana
walaupun sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

21
3. Konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigensi patologis dari sistem
pernapasan, kardiovaskuler, dan hematologi
a. Definisi
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan
hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-
hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012). Oksigen merupakan salah satu unsur penting
yang dibutuhkan oleh tubuh bersama dengan unsur lain seperti
hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam
setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti
pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta
pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.
Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke
dalam sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen
ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang
dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan
oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan
untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra,
2013).
Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi disebabkan oleh
beberapa hal yang mempengaruhi fungsi pernapasan, yang

22
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, diantaranya adalah
faktor fisiologis, status kesehatan, faktor perkembangan, faktor
perilaku dan lingkungan. Pernapasan dapat berubah karena
kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur
paru. Otot-otot pernapasan, ruang pleura, dan juga alveoli
sangat penting untuk ventilasi, perfusi, dan juga pertukaran gas
dalam pernapasan (Ambarwati, 2014).
Maulidta (2015), dalam penelitiannya mengatakan gangguan
oksigenasi juga dapat terjadi pada penyakit kardiovaskuler yaitu
CHF. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa
lebih dari setengah responden gagal jantung yang disebabkan
oleh iskemia kardiomiopati dan hipertensi menyebabkan
penurunan suplai darah ke arteri koroner dan menurunkan atau
menghentikan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu usia
juga mempengaruhi terjadinya gagal jantung. Responden yang
paling banyak adalah kategori lansia awal yang mengalami
gangguan pembuluh darah sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan oksigen miokardium dengan suplai oksigen.
1) Sistem tubuh yang berperan dalam oksigenisasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat
ditentukan oleh adekuatnya berbagai sistem tubuh yaitu sistem
pernapasan, sitem kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
a) Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam
oksigenasi adalah sistem pernapasan atau sistem respirasi.
Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sistem pernapasan atas yang terdiri dari hidung, faring,
serta laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri dari
trakea dan paru-paru (Saputra, 2013). Sistem pernapasan
atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin

23
ketersediaan oksigen untuk proses metabolisme sel-sel
dalam tubuh dan pertukaran gas. Dalam sistem respirasi
oksigen diambil dari atmosfir, dan kemudian dibawa ke
paru-paru sehingga terjadi pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya oksigen akan
di difusi masuk ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel
dalam proses metabolisme. Proses pertukaran gas di dalam
tubuh disebut dengan proses oksigenasi (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
b) Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem
kardiovaskuler ikut berperan dalam proses oksigenasi ke
jaringan tubuh yang berperan dalam proses transfortasi
oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran darah ditentukan
oleh normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan
oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh
adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang baik dapat
dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan
terjadinya perubahan tekanan darah. Sistem kardiovaskuler
ini akan saling terkait dengan sistem pernapasan dalam
proses oksigenasi.
Menurut McCance dan Huether (2005) dalam Perry
dan Potter (2009), fisiologi kardiopulmonal meliputi
penghantaran darah yang teroksigenasi (darah dengan
kadar karbon dioksida yang tinggi dari oksigen yang rendah)
kebagian kanan jantung dan masuk ke sirkulasi pulmonal,
serta darah yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar
O2 yang tinggi dan CO2 yang rendah) dari paru ke bagian
kiri jantung dan jaringan. Sistem kardiovaskuler
menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke

24
jaringan dan memindahkan produk sisa dari metabolisme
seluler melalui vaskuler dan sistem tubuh lain (misalnya
respirasi, pencernaan, dan ginjal).
c) Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah,
salah satu sel darah yang sangat berperan dalam proses
oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalam sel
darah merah terdapat hemoglobin yang mampu mengikat
oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang mengandung
empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap
molekul Hb dapat mengikat empat molekul oksigen dan
membentuk ikatan oxy-hemoglobin (HbO2) ( Tarwoto &
Wartonah, 2011).
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigen
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya
adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a) Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh
pada kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini dapat
mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah:
1. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada
pasien anemia atau pada saat terpapar zat beracun
2. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3. Hipovolemia
4. Peningkatan laju metabolik
5. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding
dada seperti kehamilan, obesitas dan penyakitkronis.
b) Status kesehatan

25
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat
menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi dapat terhambat sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh
seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
c) Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor
penting yang memengaruhi sistem pernapasan individu.
1. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan.
2. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran
pernapasan akut.
3. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
4. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, dan stres yang mengakibatkan
penyakit jantung dan paru-paru.
5. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
d) Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi
fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan
olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-zat
tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e) Lingkungan

26
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi
kebutuhan oksigen. Kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhinya adalah :
1. Suhu lingkungan
2. Ketinggian
3. Tempat kerja (polusi)
3) Masalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigen
Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari adanya gangguan
yang terjadi pada sistim respirasi, baik pada anatomi
maupun fisiologis dari orga-organ respirasi. Permasalahan
dalam pemenuhan masalah tersebut juga dapat disebabkan
pleh adanya gangguan pada sistem tubuh lain, seperti
sistem kardiovaskuler (Abdullah, 2014).
Menurut Abdullah (2014) secara garis besar,
gangguan pada respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan
hipoksia, yaitu :
a) Gangguan irama/frekuensi pernapasan
 Gangguan irama pernapasan
 Pernapasan cheyne stoke
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus
pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal,
makin naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu
pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal
jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial,
overdosis obat. Namun secara fisiologis jenis
pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di
ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air
laut dan pada bayi saat tidur.

27
 Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip
dengan pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya
rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan
pada penyakit radang selaput otak.
 Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang
jumlah dan kedalamannya meningkat dan sering
melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat
ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic dan
gagal ginjal.
b) Gangguan frekuensi pernapasan Takipnea
 Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya
meningkat dan melebihi jumlah frekuensi pernapasan
normal.
 Bradipnea, Bradipnea merupakan pernapasan yang
frekuensinya menurun dengan jumlah frekuensi
pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
c) Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi
menjadi tiga kelompok utama yaitu :
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus,
seperti :
 Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada
poliomyelitis, transeksi servikal.
 Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti
asma, emfisema, TBC, dan lain-lain.
 Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang
misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan
lain-lain.

28
 Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane
pernapasan, misalnya pada edema paru,
pneumonia, dan lainnya.
 Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan
perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian
paru, misalnya pada thrombosis paru.
 Kondisi yang menyebabkan terganggunya
pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan
 Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla
total hemoglobin yang tersedia untuk transfor
oksigen.
 Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan
sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat
mengangkut oksigen.
 Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan
oleh curah jantung yang rendah.
d) Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan
oksigen di dalam Jaringan. Hipoksia dapat dibagi
kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia
histotoksik.
 Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen
didalam darah arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua
jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan
hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia
hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah
karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen
normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat

29
hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi
anemia dan keracunan karbondioksida.
 Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi
akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia
hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
 Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi
karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan
penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
 Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di
kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida.
Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam
darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada
normal (oksigen darah vena meningkat).
4) Pengkajian keperawatan
Hasil pengkajian terkait masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi pada pasien, ditemukan bahwa
keluhan utama yang dirasakan oleh kedua partisipan sama
yaitu sesak napas, sesak napas yang dipengaruhi oleh
aktivitas dan adanya edema pada kedua kaki. Gejala yang
timbul pada pasien dengan gagal jantung dimulai karena
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang
kaya oksigen dan nutrisi keseluruh tubuh, sehingga akan
mempengaruhi organ lain seperti paru-paru, ginjal dan
lainnya. Jika terjadi gangguan pada organ seperti ginjal
maka akan terjadi masalah metabolisme cairan didalam
tubuh yang bisa menimbulkan edema pada bagian tubuh

30
dan paru-paru. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya
masalah oksigenasi pada pasien yang ditandai dengan
adanya sesak napas, sesak saat beraktivitas, dan kesulitan
tidur akibat sesak napas .
Manifestasi klinis berupa sesak napas dan sesak
bertambah ketika beraktivitas terjadi akibat penimbunan
cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan
oleh gerakan yang minimal atau sedang. Mudah lelah dan
juga sesak napas saat beraktivitas terjadi akibat curah
jantung yang kurang dan menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernapas (Brunner & Suddarth, 2016).
Fungsi jantung yang melemah akibat gagal jantung selain
menimbulkan gejala sesak napas, sesak saat beraktivitas,
kualitas tidur yang buruk juga dapat menimbulkan adanya
rasa lelah dan retensi cairan di kaki (pembengkakkan).
Keluhan berupa sesak napas yang dirasakan oleh
kedua partisipan juga mempengaruhi pola aktivitas sehari-
hari pasien, diantaranya adalah masalah pada pola nutrisi,
pola istirahat/tidur, dan pola aktivitas/bekerja. Masalah nutrisi
yang ditemukan pada kedua partisipan yaitu adanya
ketidakmampuan makan dan penurunan nafsu makan, hal
ini disebabkan olleh adanya rasa sesak napas yang
dirasakan oleh pasien, sehingga pasien tidak mampu
menghabiskan porsi makan yang diberikan. Menurut
Brunner & Suddarth (2016), anoreksia (hilangnya selera
makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan stasis
vena di dalam rongga abdomen dan juga dapat terjadi sesak

31
napas sehingga akan menghambat kemampuan untuk
makan.

4. Pengkajian : Anamnesis gangguan pemenuhan kebutuhan


oksigenisasi
a. Identitas klien
Nama : No.RM :
Usia : Tgl.Masuk :
Jenis Kelamin : Tgl.Pengkajian :
Alamat :
Nama klg. Dekat
yang bias di hubungi :
No.telepon :
Agama :
Suku :

b. Status Kesehatan Saat Ini


1) Keluhan utama
2) Lama keluhan
3) Kualitas keluhan
4) Faktor pencetus
5) Factor pemberat
6) Upaya yang telah di lakukan
7) Diagnose medis

c. Riwayat kesehatan saat ini

d. Riwayat kesehatan terdahulu


1) Penyakit yang pernah di alami :
2) Alergi (obat,makanan,plaster,dll) :
3) Imunisasi :

32
4) Obat-obatan yang di gunakan :

e. Riwayat keluarga

f. Riwayat Lingkungan

g. Pola aktivitas- latihan


1) Makan/minum
2) Mandi
3) Berpakaian/berdandan
4) Mobilitas di tempat tidur

h. Pola Eminasi
1) BAB
 Frekuensi
 Konsistensi
 Warna & bau
 Kesulitan
 Upaya mengatasi
2) BAK
 Frekuensi/pola
 Konsistensi
 Warna & bau
 Kesulitan
 Upaya mengatasi

i. Pola tidur-istirahat

33
j. Pola Kebersihan diri
1) Mandi
2) Karmas
3) Gosok gigi
4) Ganti baju
5) Memotong kuku
6) Kesulitan
7) Upaya yang di lakukan

5. Pemeriksaan fisik terhadap gangguan pernapasan dan


sirkulasi
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.

a. Inspeksi
Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji kulit
dan warna membran mukosa (pucat, sianosis), penampilan
umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi
sistemik, pola pernapasan, dan gerakan dinding dada.
b. Palpasi
Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja
thoraks, daerah nyeri tekan, taktil fremitus, getaran dada (thrill),
angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal,
adanya massa di aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas
untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer (takhihardi),
suhu kulit, warna, dan pengisian kapiler.
c. Perkusi
Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda
padat di jaringan. Lima nada perkusi adalah resonansi,
hiperresonansi, redup, datar, timpani.
d. Auskultasi
Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa
harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan
kualitas. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan
mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru :

34
anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan
terdengar jika paru mengalami kolaps, terdapat cairan, atau
obstruksi.

6. Persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostic dan


laboratorium
a. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengukur
keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
1) Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan
spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang dilakukan
mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas
residual fungsional (FRC), kapasitas vital (VC), kapasitas paru
total (TLC).
2) Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow
Rate/PEFR)
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama
ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
3) Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi
hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon
dioksida (PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH,
HCO3-.
4) Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen
kapiler (SaO2), yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi
oksigen.
5) Hitung Darah Lengkap
Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi
hemoglobin, hematokrit, leukosit, eritrosit, dan perbedaan sel
darah merah dan sel darah putih.
6) Pemeriksaan sinar X dada
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk
mendeteksi adanya cairan (pneumonia), massa (kanker paru),
fraktur (klavikula dan costae), proses abnormal (TBC).
7) Bronkoskopi

35
Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan
cairan atau sampel sputum dan untuk mengangkat plak lendir
atau benda asing yang menghambat jalan napas.
8) CT Scann
CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui
ukuran dan lokasi, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe
jaringan.
9) Kultur Tenggorok
Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme
patogenik, dan sensitivitas terhadap antibiotik.
10) Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe
organisme yang berkembang dalam sputum, resistensi, dan
sensitivitas terhadap obat.

11) Skin Tes


Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur,
penyakit paru viral, dan tuberkulosis.
12) Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan
ruang pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk
tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat
spesimen untuk biopsi
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Hemoglobin
2) Leukosit
3) Eritrosit
4) MCV
5) MCH
6) Trombosit
7) Monosit
8) Neutrosit
9) USG Abdomen
10) MPV

36
7. Merumuskan masalah keperawatan pada anak dengan: asma,
pneunomia, bronchiolitis, difteri, pertusis, penyakit jantung
bawaan (PJB), leukemia, thalassemia, hemophilia, dan anemia
a. Asma
1) Definisi
Asma bronkial adalah proses peradangan di saluran nafas
yang mengakibatkan peningkatan responpansive dari saluran
nafas terhadap berbagai stimulus yang dapat menyebabkan
penyempitan saluran nafas 251 yang menyeluruh dengan
gejala khas sesak nafas yang reversible (Nugroho, 2011).
Sedangkan pengertian lain menyatakan bahwa asma bronkial
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
wheezing (mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat
paparan terhadap suatu zat iritan atau alergan (Margaret
Varnell Clark, 2013).

2) Faktor predisposisi
a) Alergen
Alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian
besar anak dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas
saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila
tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah
alergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiper reaktivitas
rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk
menimbulkan serangan asma. Sensitisasi tergantung pada
lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur.
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan sisi
dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu
binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan
bertambahnya umur makin banyak jenis alergen
pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.

37
b) Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak.
Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus
(RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena
bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur,
misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
c) Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin
dan kelembaban udara berhubungandengan
percepatandan terjadinya serangan asma

d) Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik
sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan
menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan
terhadap kegiatan jasmani.
e) Infeksi saluran nafas
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun
kronis dapat memudahkanterjadinya sma pada anak. Rinitis
alergika dapat memberatkan asmamelalui mekanismeiritasi
atau refleks.
3) Tanda dan gejala
a) Objektif
Biasanya terdapat sesak napas yang berat dengan
ekspirasi disertai wheezing, dapat disertai batuk dengan
sputum kental, sukar dikeluarkan, bernapas dengan
menggunakan otot-otot tambahan, sianosis, takikardi,
gelisah, pulsus paradoksus,dan terdapat fase ekspirium
memanjang disertai wheesing(di apeksdan hilus).
b) Subyektif

38
Klien merasasukar bernapas,sesak,dan anoreksia
c) Psikososial
Gejala psikososial yang menyertai anak dengan asma
adanya perasaan cemas, takut, dan mudah tersinggung,
pada umunya sebagai dampak dari kurangnya
pengetahuanklien terhadap situasi penyakitnya.
d) Tanda dan gejala asma dapat digolongkan menjadi :
 Asma tingkat I
Penderita asma yang secara klinis normal tanpa
tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam
pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul
bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat
dilakukan'tes provokasibronchial di laboratorium.

 Asma tingkat II
Penderita asma yang secara klinis maupun
pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetepi dengan tes
fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan.
Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
 Asma tingkat III
Penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi
pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-
tanda obstruksi. Biasanay penderita merasa tidak sakit
tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
 Asma tingkat IV
Penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau
rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau
nafas berbunyi. Pada serangan asma ini dapat dilihat yang
berat dengan gejala gejala yang makin banyak antara lain:
Kontraksi otot-otot bantu.
4) Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:

39
a) Pengobatan non farmakologik: memberikan penyuluhan,
menghindari faktor pencetus, pemberian cairan,
fisiotherapy dan peberian bila perlu .
b) Pengobatan farmakologik: obat-obat yang dapat digunakan
untuk mengatasi asma antara lain: Beta-2 agonis, teofilin,
antikolinergik, kortikosteroid, isodium kromoglikat dan
sodium nedokromil.
b. Pneumonia
1) Definisi
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara
anatomi mengenai lobus paru. Pneumoniaadalah suatu
peradangan alveoli atau pada parenchym paru yang terjadi
pada anak (Suriani, 2006). Pengertian lain pneumonia ialah
suatu radang paru yang disebabkanoleh bermacammacam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang
mengenai jaringan paru (DEPKES2. 006)
2) Penyebab
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti : bakteri, virus, mikoplasma(bentuk peralihan
antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a) Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa
saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri
penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan
manusia sehat. Bakteri Streptococcus pneumoniae,
S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim terjadi
pada anak normal.
Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua
atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia

40
akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan
denyut jantungnya meninqkat cepat (Misnadiarly, 2008).
b) Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan
disebabkan oleh virus. Virus yang tersering menyebabkan
pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Virus
pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma
pneumonia yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama
dan anak sekolah dan anak yang lebih tua. Virus penyebab
pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial
pernapasan, parainfluenzae, influenzae dan adenovirus.
c) Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang
menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak
bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski
memiliki 267 karakteristik keduanya. Pneumonia yang
dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas.
Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling
sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka
kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati (Misnadiarly, 2008).
d) Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering
disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini
adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP).
Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang
premature Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan,' tetapi juga
dapat cepat dalam hitungan hari.
3) Cara penularan

41
Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. air ludah
bisa berasal dari anak atau orang dewasa sehat yang
membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam saluran
pernafasan mereka. Bisa juga tertular dari lendir hidung atau
tenggorokan orang yang sedang sakit. Penularan biasanya
lebih sering dari orang serumah, teman sepermainan, atau
teman di sekolah. Faktor risiko penularan makin besar ketika
bayi atau balita menderita kekurangan gizi dan tidak
mendapatkan ASI.
4) Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan
terapi secepatnya:
a) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
c) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi
pneumonia mikroplasma.
d) Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi
menunjukkan tanda-tanda perbaikan
e) Pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan dan yang
adekuat jika terjadi hipoksemia.
f) Ekspektoran dapat dikombinasi dengan postural drainase
g) Rehidrasi yang cukup dan adekuat
c. Penyakit jantung bawaan (PJB)
Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya
adalah system kardiovaskuler. System im menjalankan
fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah. Jantung
merupakan organ yang memiliki peranan penting dan cukup
besar dalam tubuh. Fungsi utama jantung adalah untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara

42
mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena
adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom.
Darah yang dipompakan oleh jantung ke seluruh
tubuh merupakan alat transportasi oksigen yang dibutuhkan
untuk proses metabolisme. Seperti pada organorgan yang
lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun
disfungsi.
Sehingga kelainan pada jantung akan membawa
dampak terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
pada tingkat sel. Penyakit jantung dapat dibedakan dalam
dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit
jantung bawaan.
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural
jantung yang kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan
dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Jenis penyakit
jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan
diantaranya adalah Atrial Septal Defect (ASD), Ventricular
Septal Defect (VSD) dan Tetralogi Of Fallot (TOF).
1) Atrial Septal Defect (ASD)
Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan
berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar 278
serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum
interatrial semasa janin. ASD adalah suatu lubang pada dinding
(septum) yang memisahkan jantung bagian atrium kiri dan
atrium kanan.
Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak
kebocoran di septum antara serambi kirt dan kanan. Kelainan
ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD.
ASD adanya hubungan (Iubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri,

43
Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan
jantung terbuka adalah ASD. Defek sekat atrium adalah
hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri
melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.
Gejalanya pada anak yang mengalami ASD bisa berupa:
sering mengalami infeksi saluran pernafasan. dispneu
(kesulitan dalam bernafas), sesak nafas ketika melakukan
aktivitas, merasakan jantung berdebar-debar (palpitasi), dan
aritmia. Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang,
mungkin sama sekali tidak ditemukan gejala atau gejalanya
baru timbul pada usia pertengahan.
2) Ventricular Septal Defect (VSD)
Vertikel septal defek (VSD) adalah kelainan jantung bawaan
berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut
hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi
septum interventrikuler sesama janin dalam kandungan.
Sehingga darah bisa menggalir dari ventrikel kiri ke kanan
ataupun sebaliknya (Nanda NICNOC, 2015).
3) Tetralogi Of Fallot (TOF)
Tetralogi of Fallot ( TOF ) adalah defek jantung sianotik
congenital yang terdiri dari 4 defek structural, yaitu: VSD besar,
stenosis atau atresia paru. overriding aorta dan ypertrofi
ventrikel kanan.
d. Leukemia
1) Definisi
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan
ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah
yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia. (Hidayat, 2006). Pengertian lain menurut
Nursalam (2005) leukemia merupakan penyakit akibat

44
proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel
pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhirfatal.
2) Etiologi
Etiologi pasti dari leukemia belum diketahui. Leukemia,
sama halnya dengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi
somatic pada DNA yang mengaktifkan onkogenesis atau
menonaktifkan gen suppressor tumor, dan menganggu regulasi
dari kematian sel, diferensiasi 298 atau divisi. Penelitian telah
dapat mengemukakan faktor resiko dari Leukemiaini, antara
lain:
a) Tingkat radiasi yang tinggi Orang yang terpapar radiasi
tingkat tinggi lebih mudah terkenaleukemia dibandingkan
dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasi tingkat
tinggi bisa terjadi karena ledakan bom atom seperti yang
terjadi di Jepang. Pengobatan yang menggunakanradiasi
bisa menjadisumber dari paparan radiasi tinggi.
b) Pengaruh lingkungan sekitar Orang yang bekerja dengan
bahan-bahan kimia tertentu, seperti terpapar oleh benzene
dengan kadar benzene yang tinggi di tempat kerja dapat
menyebabkan leukemia. Benzene digunakan secara luas di
industri kimia.Formaldehid juga digunakan luas pada industri
kimia, pekerja yang terpapar formal dehid memiliki resiko
lebih besar terkena leuikemia.
c) Agen Kemoterapi Pasien kanker yang diterapi dengan obat
anti kanker kadang-kadang berkembang menjadi leukemia.
Contohnya, obat yang dikenal sebagai agen alkilating
dihubungkan dengan berkembangnya leukemia akhirakhir
ini.
d) Faktor Genetik Down Syndrome dan beberapa penyakit
genetic lainnya Beberapa penyakit disebabkan oleh

45
kromosom yang abnormal mungkin meningkatkan resiko
leukemia.
3) Pengobatan pada anak dengan Leukimia
Tergantung pada gejala, umur, kromosom dan tipe penyakit,
pengobatan Leukimia yang utama adalah kemotrapi terdiri dari
6 fase yaitu:
a) Fase induksi Terjadinya pengurangan secara lengkap dan
pengurangan lebih 50% sel leukemia pada sumsung tulang
yang disebut dengan remisi.
b) Terapi profilatik Berfungsi untuk mencegah sel leukemia
masuk kedalam sistem saraf pusat.
c) Terapi konsolidasi Membasmi sisa sel leukemia di ikuti
dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk mencegah
resistensi sel leukemia.
d) Kemoterapi Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap,
meskipun tidak semua fase di gunakan.
e) Radioterapi Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi
untuk membunuh se-sel leukemia Resiko infeksi Ketidak
seimbangan perfusi jaringan perifer Stimulasi saraf
C(nocicepto) Kelciendierungan pendarahan
f) Transplantasi sum-sum tulang Transplantasi sum-sum tulang
dilakukan untuk mengganti sum-sum tulang yang rusak
karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran).
Selain itu transplantasi sum-sum tulang berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker (NANDA,
2015).
e. Bronchiolitis
1) Definisi
Bronkiolitis adalah suatu penyakit paru obstruktif pada bayi
dan anak yang paling sering disebabkan oleh infeksi RSV
(respiratory syncytial virus) (Bernstein & P. shelov, 2016).

46
Bronkiolitis sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari
dua tahun paling sering pada usia 6 bulan (Ngastiyah, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi yang mempengaruhi
saluran udara kecil (bronkiolus) dan mengganggu fungsi paru-
paru penderitanya. Pada saat bronkiolus meradang, saluran ini
membengkak dan menghasilkan lender sehingga menutup
jalan napas. Pada anak-anak, bronkiolitis memiliki beberapa
sifat khas, yakni sebagai berikut (Mendri & Sarwo prayogi,
2017).
2) Etiologi
a) Sebagian besar oleh Syncytial virus (50-90%) Parainfluenza
b) Rhinovirus
c) Adenovirus
d) Influenza
e) Mycoplasma pneumoniae
f) Metapneumovirus
3) Pencegahan
Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi pasif dapat
dilakukan dengan pemberian gammaglobulin yang
mengandung titer antibodi protektif tinggi, (respigrama). Dosis
yang dianjurkan 750 mg/KgBB setiap bulan, diberikan secara
intravena pada anak dibawah umur 24 bulan. Indikasi lain
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan Pendekatan
profilaksis pada populasi resiko tinggi adalah meningkatkan
(augmentation) antibodi yang menetralisasi protein F dan G
dengan cara pemberian dari luar dan imunisasi dari ibu.
Pada manusia, efek imunoglobulin yang mengandung
neutralizing antibody titer tinggi atau monoklonal terhadap
protein F akan mengurangi beratnya penyakit. Bila pada bayi
premature atau bayi dengan penyakit paru kronis diberikan

47
RSV hyperimmune globulin atau antibodi monoklonal terhadap
protein F yang disebut dengan Palizumab setiap bulan,
diberikan secara intramuskular setiap hari, lama perawatan
RSV akan berkurang secara bermakna. Akan tetapi resiko efek
samping kemungkinan meningkat pada bayi dengan penyakit
jantung sianotik. Sesudah penelitian dengan vaksin inaktif,
dikembangkan vaksin live attenuated. Vaksin RSV pertama,
yang terdiri dari cold – passaged mutan, efektif untuk orang
dewasa, tetapi pada anak terlalu virulen dan tidak stabil karena
dapat berubah menjadi virus biasa kembali.
Kemudian dari permukaan glikoprotein murni, dikembangkan
DNA dan peptik sintetik. Vaksin live – attenuated mempunyai
kelebihan, yaitu dapat diberikan intranasal dan menginduksi
imunitas mukosa dan sistemik . Selain itu dilakukan
pencegahan penyebaran silang dari virus RSV. RSV menyebar
melalui hidung/muka ke tangan atau muka dari individu lain,
sehingga perlu dilakukan prosedur cuci tangan yang baik
terhadap perawat, pegawai maupun orang tua pasien untuk
meminimalisir masalah tersebut. Dan hindari perawatan pasien
anak dengan bronkiolitis (RSV positif atau sedang menunggu
hasil) dengan anak-anak yang mempunyai resiko tinggi tertular
RSV.
f. Difteri
1) Definisi
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri penghasil toksik (racun) Corynebacterium diphteriae.
(Iwansain.2008). Difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dengan bentuk
basil batang gram positif (Jauhari,nurudin. 2008). Difteri adalah
suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil
racun Corynebacterium diphteriae. (Fuadi, Hasan. 2008). Jadi

48
kesimpulannya difteri adalah penyakit infeksi mendadak yang
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
2) Etilogi
Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini
ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk
penderita atau benda maupun makanan yang telah
terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri ini
berkembangbiak pada atau disekitar selaput lender mulut atau
tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Pewarnaan
sediaan langsung dapat dialkuakan dengan biru metilen atau
biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan
langsung dari lesi. Menurut Staf Ilmu Kesehatan Anak FKUI
dalam buku kuliah ilmu kesehatan anak, sifat bakteri
Corynebacterium diphteriae : Gram positif, Aerob, Polimorf,
Tidak bergerak,Tidak berspora
Disamping itu bakeri ini dapat mati pada pemanasan 60º C
selama 10 menit, tahan beberapa minggu dalam es, air, susu
dan lendir yang telah mengering.Terdapat tiga jenis basil yaitu
bentuk gravis, mitis, dan intermedius atas dasar perbedaan
bentuk koloni dalam biakan agar darah yang mengandung
kalium telurit. Basil Difteria mempunyai sifat:
a) Membentuk psedomembran yang sukar dianggkat, mudah
berdarah, dan berwarna putih keabuabuan yang meliputi
daerah yang terkena.terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan
nekrotik dan kuman.
b) Mengeluarkan eksotoksin yang sangat ganas dan dapat
meracuni jaringan setelah beberapa jam diserap dan
memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas
terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf.
3) Pencegahan
a) Isolasi penderita

49
Penderita harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan
setelah pemeriksaan kuman difteri dua kali berturut-turut
negatif.
b) Pencegahan terhadap kontak
Terhadap anak yang kontak dengan difteri harus
diisolasi selama 7 hari. Bila dalam pengamatan terdapat
gejala-gejala maka penderita tersebut harus diobati. Bila
tidak ada gejala klinis, maka diberi imunisasi terhadap
difteri.
c) Imunisasi
Penurunan drastis morbiditas diftery sejak dilakukan
pemberian imunisasi. Imunisasi DPT diberikan pada usia 2,
4 dan 6 bulan. Sedangkan boster dilakukan pada usia 1
tahun dan 4 sampai 6 tahun. Di indonesia imunisasi sesuai
PPI dilakukan pada usaia 2, 3 dan 4 bulan dan boster
dilakukan pada usia 1 – 2 tahun dan menjelang 5 tahun.
Setelah vaksinasi I pada usia 2 bulan harus dilakukan
vaksinasi ulang pada bulan berikutnya karena imunisasi
yang didapat dengan satu kali vaksinasi tidak mempunyai
kekebalan yang cukup proyektif. Dosis yang diberikan
adalah 0,5 ml tiap kali pemberian.
g. Pertusis
1) Definisi
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang
mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan
serius pada anak-anak. (Behrman, 1992). Definisi Pertusis
lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang
terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal
disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993). Penyakit ini

50
ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin
berat.
Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis.
Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti
hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.
Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah
kekurangan udara shingga bernapas dengan cepat, suara
pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru lahir berumur
kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering
tidak terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah
hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah
serangan batuk.
2) Penyebab
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella
pertussis (Hemophilis pertusis). Suatu penyakit sejenis telah
dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para pertusis, B.
Bronchiseptiea dan virus. Adapun ciri-ciri organisme ini antara
lain :
a) Berbentuk batang (coccobacilus)
b) Tidak dapat bergerak
c) Bersifat gram negative.
d) Tidak berspora, mempunyai kapsul
e) Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu
rendah (0º- 10º C)
f) Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula
bipolar metakromatik
g) Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn,
tetapi resisten terhdap penicillin
h) Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
 Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
 Endotoksin (lipopolisakarida)

51
3) Pencegahan
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella
pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas
aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin difteri dan tetanus.
Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan.
Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis :
a) Panas lebih dari 33ºC
b) Riwayat kejang
c) Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya
misalnya: suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran,
syok atau reaksi anafilatik lainnya.
h. Thalassemia
1) Definisi
Thalasemia merupakan suatu sindrom kelainan darah yang
diwariskan (inherited) dan merupakan kelompok penyakit
hemoglobinopati, yaitu kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau
dekat gen globin. Kelainan hemoglobin pada penderita
thalasemia akan menyebabkan eritrosit mudah mengalami
destruksi, sehingga usia sel-sel darah merah menjadi lebih
pendek dari normal yaitu berusia 120 hari (Marnis, Indriati, &
Nauli, 2018).
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan
ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada hemoglobin
(Suriadi, 2010). Penyakit thalasemia merupakan salah satu
penyakit genetik tersering di dunia. Penyakit genetic ini
diakibatkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang membentuk
protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin (Potts
& Mandleco, 2007). Hemoglobin merupakan protein kaya zat
besi yang berada di dalam sel darah merah yang berfungsi
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian

52
tubuh (McPhee & Ganong, 2010) dalam (Rosnia Safitri, Juniar
Ernawaty, 2015).
2) Penyebab
Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter
yang diturunkan secara resesif. ditandai oleh defisiensi
produksi globin pada hemoglobin. Dimana terjadi kerusakan sel
darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit
menjadi pendek (kurang dari 100 hari). kerusakan tersebut
karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia).
Sebagian besar penderita thalassemia terjadi karena factor
turunan genetic pada sintesis hemoglobin yang diturunkan oleh
orang tua (Suriadi, 2006). Sementara menurut Ngastiyah
(2006) Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang
tidak normal (hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini
karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh
gangguan structural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
abnormal) misalnya pada HbS, HbF, HbD dan sebagainya,
selain itu gangguan jumlah (salah satu/beberapa) rantai globin
seperti pada thalassemia.
3) Pengobatan
Pengobatan Thalasemia bergantung pada jenis dan tingkat
keparahan dari gangguan. Seseorang pembawa atau yang
memiliki sifat alfa atau beta Thalasemia cenderung ringan atau
tanpa gejala dan hanya membutuhkan 21 sedikit atau tanpa
pengobatan. Terdapat tiga standar perawatan umum untuk
Thalasemia tingkat menengah atau berat, yaitu transfusi darah,
terapi besi dan chelation, serta menggunakan suplemen asam
folat. Selain itu, terdapat perawatan lainnya adalah dengan
transplantasi sum-sum tulang belakang, pendonoran darah tali
pusat, dan HLA (Children's Hospital & Research Center
Oakland, 2005).

53
i. Hemophilia
1) Definisi
Hemofilia merupakan penyakit pembekuan darah kongenital
yang disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan
darah,yaitu faktor VIII dan faktor IX. Faktor VIII dan faktor IX
adalah merupakan protein plasma yang merupakan komponen
yang diperlukan untuk pembekuan darah, factor-faktor tersebut
diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada daerah
trauma (Hidayat,2006). Hemofilia merupakan kelainan
perdarahan herediter terikat seksi resesif yang dikarakteristikan
oleh defisiensi faktor pembekuan esensial yang diakibatkan
oleh mutasi pada kromosom X.
2) Penyebab
a) Kekurangan faktor pembekuan (AAG : anti hemophilic
clobulin), Penyakit ini di jumpai pada anak laki-laki yang
mewarisi ben defektif pada kromosomx dari ibunya. Ibunya
biasanya bersifat heterozigot untuk penyakit ini dan tidak
memperlihatkan gejala, namun 25 % kasus terjadi akibat
mutasi baru pada kromoso x
b) Kekurangan faktor pembekuan (PCT: plasma tromboplastin
Manteceden) Penyakit ini terjadi akibat adanya salah satu
faktor koagulasi. (Elizabet) J. Carwin, 2001 hal 138).
j. Anemia
1) Definisi
Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah
sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai
normal. Sebagai akibat dari penurunan ini, kemampuan darah
untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga
ketersediaan oksigen untuk jaringan mengalami penurunan.
Anemia merupakan kelainan patologik yang paling sering
dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak. (Wong,2009:1115)

54
Menurut Ngastiyah (2012:328), anemia adalah berkurangnya
jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah
atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red
cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat
gangguan terhadap keseimbangan antara pembentukan darah
pada masa embrio setelah beberapa minggu dari pada masa
anak atau dewasa.
2) Penyebab
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun
semua kerusakantersebut secara signifikan akan mengurangi
banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut
Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia
secara umum antara lain :
a) Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b) Akibat dari sel darah merah yang prematur atau
penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
c) Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d) Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi,
faktor keturunan, penyakit kronisdan kekurangan zat besi.

Penyebab dari anemia antara lain :

a) Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi


karena:
b) Inflitrasi sum-sum tulang
c) Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
d) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
e) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
f) Kehilangan darah
g) Akut karena perdarahan
h) Kronis karena perdarahan

55
i) Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
3) Pencegahan
a) Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Tubuh
membutuhkan zat besi untuk proses pembentukan
hemoglobin
b) Kurangi mengonsumsi alkohol
c) Mengonsumsi makanan dengan kandungan vitamin B12
yang melimpah
d) Rutin mengonsumsi bahan makanan kaya asam folat.
e) Penuhi kebutuhan vitamin C dalam tubuh.

8. Rencana keperawatan: pada anak dengan gangguan


kebutuhan oksigen
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
adanya obstruksi trakheobronchial atau sekresi
Tujuan : Dalam jangka waktu 3x24jam bersihan jalan napas
efektif. Kriteria hasil:
 Dapat batuk secara efektif
 Dapat mengeluarkan sptum
 Tidak ada suara tambahan

karakteristik:

 Suara napas tidak biasa (Ronchi, krepitasi, mengi)


 Perubahan kecepatan atau irama respirasi
 Sianosis
 Penurunan suara nafas

Intervensi

1) Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam atau


menurut standar yang ditetapkan. Rasional: untuk
mendeteksi tanda awal bahaya

56
2) Gunakan posisi fowler dan sanggah lengan pasien. Rasional:
untuk membantu bernapas dan ekspansi dada serta
ventilasi lapang paru basilar.
3) Bantu pasien mengubah posisi batuk dan bernapas setiap 2-4
jam Rasional: untuk membantu mengeluarkan sekresi dan
mempertahankan patensi jalan napas.
4) Isap sekresi sesuai keperluan Rasional: untuk menstimulasi
batuk dan membersihkan jalan napas penggunaan batal yang
tinggi pada kepala
5) Mobilisasi pasien dengan kemampuan penuh Rasional: untuk
memfasilitasi ekspansi dada dan ventilasi.
6) Hindari posisi terlentang pada periode yang lama. Berikan
periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya
prosedur. Rasional: Beri dorongan untuk memilih posisi lateral,
duduk, telungkup, dan tegak lurus (Krisanty, et al. 2009).

9. Implementasi keperawatan pada anak gangguan kebutuhan


oksigen
Implementasikan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dalam status
kesehatan baik yang mengggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. (Krisanty, et al. 2009).

10. Evaluasi keperawatan pada anak gangguan kebutuhan


oksigen
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai (Mancini, et al. 2011)

57
11. Prosedur pelaksanaan terapi aktivitas bermain (TAB) di RS
a. Definisi Terapi Bermain
Terapi BermainBermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan atau memberikan informasi,
memberikesenangan maupun mengembangkan imajinasi
anak.Terapi Bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai
media yangefektif oleh terapis, untuk membantu klien
mencegah atau menyelesaikankesulitan-kesulitan psikososial,
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yangoptimal
melalui eksplorasi atau ekspresi diri
b. Tujuan Terapi Bermain
Tujuan terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak
yang tidaksesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan.
Dengan terapi, anak mampudiubah perilakunya melalui cara
yang menyenangkan.Kategori Bermain :
1) Bermain aktif Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif
dari anak sendiri.Contoh : bermain sepak bola.
2) Bermain pasif Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu
melakukan aktivitas (hanya melihat) Contoh : memberikan
support. Ciri-ciri Bermain :Selalu bermain dengan sesuatu atau
benda-benda, Selalu ada timbal balik interaksi, Selalu dinamis,
Ada aturan tertentu.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permainan Anak


1) Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk
bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat,
sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu
untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.
2) Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan
anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih
menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual
atau permainan yang banyak merangsang daya
berpikirmereka, misalnya permainan drama, menonton film,
atau membaca bacaan yangbersifat intelektual.
3) Jenis Kelamin

58
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang
menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari
atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti
bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-
laki,melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan
sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku
halus.
4) Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang
menyediakan waktu, peralatan bermain dan ruang bermain bagi
anak akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
5) Status Sosial
EkonomiAnak yang dibesarkan di keluarga yang status
sosial ekonominya tinggi, lebihbanyak tersedia alat-alat
permainan yang lengkap dibandingkan dengan anakyang
dibesarkan di keluarga yang status sosial ekonominya rendah.

d. Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak


1) Bermain dapat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
2) Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak.
3) Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak.
4) Bermain dapat mempengaruhi kreativitas anak.
5) Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak.
6) Bermain dapat digunakan sebagai terapi

e. Penggunaan Terapi Bermain Sebagai Teknik Psikoterapi


1) Nilai Terapi dari permainanSaat anak mengeluarkan
perasaannya melalu permainan, maka merekamembawa
perasaan tersebut kedalam tingkatt kesadaran, sehingga
akhirnyamereka akan terbuka menerima dan belajar
mengendalikan atau menolaknya. Bentuk-bentuk permainan
untuk mengekspresikan diri dapat berupa :
a) Mainan kehidupan nyata
Boneka yang terdiri atas keluarga, boneka rumah-
rumahan, binatang peliharaan atau tokoh kartun dapat
menjadi media untuk mengekspresikan perasaan secara
langsung.
b) Mainan pelepas agresivitas-bermain peran
Klien dapat mengkomunikasikan emosi yang terpendam
melalui mainan ataumateri seperti karung tinju, boneka

59
tentara, boneka dinosaurus, dan hewan buas,pistol dan
pisau mainan, boneka orang dan balok kayu
c) Mainan pelepas emosi dan ekspresi kreativitas
Klien dapat mengekspresikan emosi atau kreativitasnya
melalui mainan atau materi seperti balok kayu, lilin, pasir
dan air
2) Kepada siapa terapi bermain diberikan
Terapi bermain dapat dipakai sebagai asesmen maupun
sebagai terapi. Terapi bermain dapat diberikan kepada anak
yang
a) Mempunyai pengalaman diperlakukan dengan kejam dan
diabaikan
b) Gangguan emosi dan skizofre
c) Takut dan cemas
d) Mengalami masalah penyesuaian sosial
e) Kesulitan bicara
f) Anak penyandang autisme

3) Proses terapi bermain


Menggambarkan lima tahap dimana dimana anak yang
mengalami gangguan emosi berkembang menuju ekspresi diri
dan kesadaran diri dalam proses terapi permainan
a) Emosi negatif terekspresikan secara menyebar ditempat
klien bermain.Misalnya, ekspresi dari reaksi terhadap
kekerasan tersebar pada ruang bermain,alat permainan,atau
pada terapis
b) Anak mengekspresikan emosi yang bertentangan, misalnya
antara kecemasan dengan kekasaran
c) Anak lebih fokus dalam mengekspresikan emosi negatif,
misalnya padaorang tua, diri sendiri atau orang lain dalam
hidupnya
d) Emosi dan sikap yang bertentangan negatif dengan positif,
kembali terjadidengan fokus pada orang tua, diri sendiri atau
orang lain
e) Anak mengekspresikan pemahaman atas emosi negatif
ataupun positif yang ada pada dirinya dengan jelas,
terbedakan, terpisah, dan realistik dengan sikap positif yang
lebih dominan.

60
12. Prosedur pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan
oksigen patologis sistem pernapasan dan kardiovaskuler
a. Sistem pernapasan
Menurut Arif Muttaqin (2009) mengatakan sebagai berikut :
1) Inspeksi
a) Menentukan tipe jalan napas, seperti menilai napas spontan
melalui hidung, mulut, oral, Penghitungan frekuensi
pernapasan; frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit.
Pada pasien terlihat adanya usaha dan peningkatan
frekuensi pernapasan.
b) Pemeriksaan sifat pernapasan. Pasien terlihat penggunaan
otot bantu napas (sternokleidomastoid).
c) Pengkajian irama pernapasan. Pada pasien terlihat bentuk
dada barrel chest akibat udara yang tertangka, penipisan
masa otot, bernapas dengan bibir yang dirapatkan, dan
pernapasan abnormal yang tidak efektif
d) Pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan. Pasien
ditemukan adanya dispnea terjadi saat beraktivitas bahkan
pada saat aktivitas kehidupan sehari-hari
2) Palpasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kelainan seperti
nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan
setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat
diteliti gerakan dinding thoraks pada saat inspirasi dan ekspirasi
terjadi. Palpasi pada pasien dengan yaitu ekspansi meningkat
dan taktil fremitus biasanya menurun.
3) Perkusi

61
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya
suara perkusi paru. Terdapat beberapa suara perkusi sebagai
berikut:
a) Sonor, bunyinya seperti kata “dug-dug”.
b) Redup, dianggap sebagai suara tidak norma
c) Pekak, adalah suara yang terdengar seperti memperkusi
paha, terdapat pada rongga pleura yang berisi nanah, tumor
pada permukaan paru.
d) Hipersonor, bunyi perkusi apabila udara relative lebih padat,
ditemukan pada emfisema dan pneumonotoraks.
e) Timpani, bunyinya seperti ucapan “dang-dang”. Suara ini
menunjukkan bahwa di bawah tempat yang diperkusi
terdapat penimbunan udara, seperti pada pneumonotoraks.
Perkusi pada pasien didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma

4) Auskultasi
Pengkajian ini untuk menilai adanya suara napas, di
antaranya adalah suara napas dasar dan suara napas
tambahan.
a) Suara napas dasar
Merupakan suara napas pada orang dengan paru
yang sehat, seperti:
 Vesikuler, adalah ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih
tinggi nadanya. Suara vesikuler dapat didengar pada
sebagian paru
 Bronkhial, suara yang didengar pada waktu inspirasi dan
ekspirasi, bunyinya bisa sama atau lebih panjang, antara
inspirasi dan ekspirasi terdengar jarak pause yang jelas.
Suara bronchial terdengar di daerah trakea dekat bronkus,

62
dalam keadaan tidak normal bisa terdengar seluruh daerah
paru.
 Bronkovaskular, suara yang terdengar antara vesikuler dan
bronchial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang, hingga
hampir menyamai inspirasi. Suara ini lebih jelas terdengar
pada manubrium sterni. Pada keadaan tidak normal juga
terdengar pada daerah lain dari paru.
b) Suara napas tambahan
Merupakan suara yang terdengar pada dinding
thoraks berasal dari kelainan dalam paru, termasuk bronkus,
alveoli, dan pleura. Suara tambahan seperti :
 Ronkhi, yaitu suara yang terjadi dalam bronchi karena
penyempitan lumen bronkus.
 Mengi (wheezing), yaitu ronkhi kering yang tinggi, terputus
nadanya, dan panjang, terjadi pada asma.
 Ronkhi basah, yaitu suara berisik yang terputus akibat aliran
udara yang melewati cairan (ronkhi basah, halus, sedang,
atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang terkena
dan umumnya terdengar pada inspirasi).
 Krepitasi, adalah suara seperti hujan rintik-rintikyang berasal
dari bronkus, alveoli, atau kavitasi yang mengandung cairan.
Krepitasi halus menandai adanya eksudat dalam alveoli yang
membuat alveoli saling berlekatan. Krepitasi kasar, terdengar
seperti suara yang timbul bila meniup dalam air. Suara ini
terdengar selama inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini dijumpai
pada bronchitis. Pada pasien sering didapatkan adanya
bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan
obstruksi pada bronkiolus.asal, kemudian menentukan status
kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya secret,
perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
b. Sistem kardiovaskular

63
1) Inspeksi jantung
Berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan
jantung pada permukaan dada dengan cara melihat /
mengamati. Tanda-tanda itu adalah (1) bentuk prekordium (2)
Denyut pada apeks jantung (3) Denyut nadi pada dada (4)
Denyut vena.
Bentuk prekordium Pada umumnya kedua belah dada
adalah simetris. Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat
perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis
atau kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang
seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan pekerjaan(
pemahat tukang kayu dsb). Prekordium yang gembung dapat
terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi
pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan scoliosis atau
kifoskoliosis.Penyakit jantung yang menimbulkan
penggembungan setempat pada prekordium adalah penyakit
jantung bawaan ( Tetralogi Fallot ), penyakit katup mitral atau
aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta
aneurisma ventrikel sebagai kelanjutan infark kordis.
Denyut apeks jantung (iktus kordis). Tempat iktus kordis
belum tentu dapat dilihat terutama pada orang gemuk. Dalam
keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau
berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis sinistra. Pada anak-anak iktus
tampak pada ruang interkostal IV, pada wanita hamil atau yang
perutnya buncit iktus kordis dapat bergeser ke samping kiri.
Tempat iktus kordis sangat tergantnug pada :
a) Sikap badan
Pada sikap tiduran dengan menghadapa ke kiri iktus
akan terdapat dekat linea axillaries anterior. Pada sikap
tiduran dengan menghadap ke klanan iktus terdapat dekat

64
tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah
dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran.
b) Letak diafragma
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke
bawah dan pindah ke medial kurang lebih 1 – 1,5 cm. Pada
wanita hamil trimester III, dimana diafragma terdesak ke
atas, maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang
interkostal III atau bahkan II, serta agak di luar linea
midklavikularis.Pada ascites juga akan dijumpai keadaan
seperti tersebut di atas,
c) Denyutan nadi pada dada
Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak
naik-turun seirama dengan diastolic dan sistolik.Tanda ini
terdapat pada ventrikel kanan yang membesar.Apabila di
dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga
adanya kelainan pada aorta.Aneurisma aorta ascenden
dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri
menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma
aorta descenden.
d) Denyutan vena.
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak
menunjukkan denyutan.Vena yang menunjukkan denyutan
hanyalah vena jugularis interna dan ekstern
2) Palpasi Jantung
Dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi.
Denyutan yang tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan
palpasi. Palpasi pada prekordiun harus dilakukan dengan
telapak tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung
jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan
secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang

65
keras.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang
pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring
terlentang.Telapak tangan pemeriksa diletakkan pada
prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping kiri
toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan
apeks.Setelah itu tangan kanan pemeriksa menekan lebih
keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut
apeks sudah ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak
tangan, kita palpasi denyut apeks dengan memakai ujung-ujung
jari telunjuk dan tengah.
3) Perkusi Jantung
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas
jantung.
a) Batas kiri jantung Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke
medial. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke
redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan
cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal
pada ruang interkostale V kiri agak ke medial dari linea
midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-hepar.
Ini merupakan batas kiri bawah dari jantung.Batas jantung
sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus,pada ruang
interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak
iktus cordis ke sternum, kurang lebih di linea parasternalis
kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung.
Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang
interkostal II kiri di linea parasternalis kiri.
b) Batas kanan jantung.Perkusi juga dilakukan dari arah lateral
ke medial. Disini agak sulit menentukan batas jantung
karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas
bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV
kanan,di line parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya

66
di ruang interkostal II kanan linea parasternalis
kanan.Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam
penyakit jantung yaitu efusi pericardium dan aneurisma
aorta.Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup
jantung mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup
jantung meluas sampai ke sebelah kanan sternum sekitar
ruang interkostal II. Suara perkusi pada sternumpun menjadi
redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung meluas
terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai
bentuk jambu.
4) Auskultasi Jantung
Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop.Yang
dipakai disini adalah stetoskop duplek, yang memiliki dua
corong yang dapat dipakai bergantian. Corong pertama
berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara
dengan frekuensi tinggi, sedangkan corong yang kedua
berbentuk lingkaran yang sangat baik untuk mendengarkan
bunyi dengan nada rendah

13. Pemeriksaan kecukupan oksigen dan sirkulasi


a. Pemeriksaan Hidung dan sinus
1) Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa
(warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
2) Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Pemeriksaan Faring
1) Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Pemeriksaan Trakhea
1) Palpasi : dengan cara berdiri dibelakang pasien, letakkan jari
tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas,
ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.

67
d. Pemeriksaan Thoraks
1) Inspeksi :
Postur, Bentuk dada, Pigeon chest (sternum menonjol ke
depan), Funnel chest (sternum ke dalam) ,Barrel chest, Kiposis
atau bungkuk, Lordosis atau membusung ke depan, Skoliosis :
ke salah satu sisi
Pola napas : kecepatan/frekuensi : eupnea (normal : 16 - 24
x/mnt), tachipnea (lebih dari 24 x/mnt), bradipnea ( kurang dari
16 x/mnt), apnea (henti napas). hiperventilasi (pernapasan
dalam dan panjang), hipoventilasi ( pernapasan lambat).
2) Auskultasi
Bunyi napas : stridor/mendengkur yang terjadi karena
adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stridor (bunyi
kering dan nyaring , didengar saat inspirasi), wheezing yaitu
bunyi napas (seperti bersiul), rales (mendesak atau
bergelembung dan didengar saat inspirasi), ronchi (bunyi napas
kasar dan kering saat ekspirasi).Batuk produktif , batuk non
produktif , hemoptue .Oksigenasi : anoxia , hipoxemia , hipoxia,
cianosis
3) Palpasi
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri
tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil
vremitus. Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan
melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara.
Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria
lebih mudah terasa karena suara pria besar
4) Perkusi
Suara perkusi normal : SONOR ( dug-dug) Tidak normal :
redup. Pekak, Hipersonor,Timpani

68
14. Pemeriksaan perubahan irama napas dan irama jantung
a. Pemeriksaan Perubahan Irama Napas
1) Inspeksi
Inspeksi dada dilakukan untuk menilai pola pernapasan,
bentuk dada, dan kelainan lainnya.Pola Pernapasan :Pola
pernapasan yang dinilai mencakup kecepatan, ritme, dan
volume pernapasan. Pola pernapasan normal (eupnea) adalah
kecepatan 10-14 napas per menit dengan perbandingan
inspeksi dan ekspirasi yaitu satu banding tiga.Kecepatan napas
di bawah normal disebut bradypnea. Beberapa keadaan,
seperti penggunaan sedatif, narkotik, atau alkohol, dan kelainan
neurologis atau metabolik, dapat menyebabkan bradypnea.
Sebaliknya, keadaan seperti peningkatan aktivitas fisik, infeksi,
dan gagal jantung kongestif. dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan respirasi, yang disebut sebagai
hiperpnea.Pernapasan menggunakan otot tambahan, seperti
otot sternokleidomastoideus, interkostal, scalene, menunjukkan
bahwa terdapat usaha nafas eksesif yang dilakukan
pasien.Terdapat tiga khas pola pernapasan abnormal yang
harus diperhatikan pada pasien, yaitu pernapasan Cheyne-
Stokes, Biot, dan Kussmaul.
 Pernapasan Cheyne-Stokes merupakan pola pernapasan
cepat dengan sifat
 kresendo-dekresendo yang diikuti periode apnea. Pola
pernapasan Cheyne-Stokes dapat ditemukan pada pasien
gagal jantung, peningkatan tekanan intrakranial, dan
overdosis narkotik
 Pola pernapasan Biot merupakaan peningkatan
kecepatan dan kedalaman pernapasan konstan yang
diikuti periode apnea dengan durasi yang berbeda-beda.

69
Beberapa kondisi, seperti peningkatan tekanan
intrakranial dan meningitis, telah dihubungkan dengan
pola pernapasan Biot
 Pernapasan Kussmaul memiliki ciri khas peningkatan
volume tidal dengan atau tanpa peningkatan kecepatan
pernapasan. Pola pernapasan ini sering kali ditemukan
pada pasien ketoasidosis diabetik dan gagal ginjal
2) Palpasi
Pada palpasi pemeriksaan fisik dada dilakukan pemeriksaan
taktil fremitus dan ekspansi dada. Selain itu, deteksi
abnormalitas, seperti massa atau krepitus tulang juga dapat
dilakukan dalam pemeriksaan palpasi dada.
 Taktil Fremitus :Taktil fremitus dilakukan dengan tujuan
untuk mendeteksi perubahan intensitas vibrasi yang
diciptakan saat pasien berbicara yang mengindikasikan
adanya proses patologis pada paru
 Ekspansi Dada :Pemeriksaan ekspansi dada dilakukan untuk
menilai kedalaman dan kualitas pergerakan dari setiap sisi
dada
3) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui area di bawah lokasi
yang diperkusi berisi jaringan paru dengan suara sonor, berisi
cairan dengan suara redup, berisi padat atau darah dengan
suara pekak, atau berisi udara dengan suara hipersonor
4) Auskultasi
Auskultasi dada dilakukan dengan stetoskop dan dilakukan
pada saat inspirasi dan ekspirasi paksa. Secara umum, bagian
stetoskop yang digunakan untuk auskultasi adalah diafragma
karena bagian diafragma lebih baik dalam menangkap suara
nada tinggi Pemeriksaan auskultasi dada dapat digunakan

70
untuk mendengar suara paru maupun suara jantung. Auskultasi
dada lebih baik dilakukan pada suasana sunyi.
b. Pemeriksaan Perubahan Irama Jantung
1) Inspeksi
Pemeriksaan visual sederhana atau inspeksi dilakukan untuk
menilai kondisi jantung, yaitu dengan memperhatikan bentuk
dan kondisi dada, memeriksa pembuluh darah di bagian leher,
serta mendeteksi ada tidaknya pembengkakan di tungkai atau
organ tubuh lainnya.
2) Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan fisik jantung untuk menilai
kinerja dan kondisi jantung, serta mendeteksi kemungkinan
adanya kelainan pada jantung. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan memeriksa detak jantung di permukaan dinding dada.
Palpasi juga dapat dilakukan untuk menilai apakah
pembengkakan di tungkai diakibatkan oleh penumpukan cairan
atau bukan.
3) Perkusi
Perkusi dalam pemeriksaan fisik jantung dilakukan dengan
cara mengetuk permukaan dada dengan jari tangan. Bunyi
ketukan yang dihasilkan akan digunakan sebagai indikator
kondisi jantung dan organ di sekitarnya, terutama paru-paru.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan
dengan alat stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung
pasien. Selanjutnya, dokter akan menilai apakah bunyi jantung
termasuk normal atau menandakan adanya kelainan atau
gangguan pada jantung.Auskultasi juga dapat menilai
perubahan suara napas di paru-paru, apabila terjadi
penimbunan cairan akibat gangguan jantung. Dari empat

71
komponen pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan
apakah Anda memiliki gejala penyakit jantung atau tidak

15. Pemeriksaan bunyi napas dan bunyi jantung


a. Pemeriksaan Suara Napas
Auskultasi dada dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
Pasien diminta untuk bernapas dalam. Auskultasi dilakukan
dengan pola seperti perkusi dada supaya dapat
membandingkan area secara simetris. Dengarkan minimal satu
siklus inspirasi dan ekspirasi di satu titik auskultasi. Dengarkan
intensitas, nada dan durasinya selama inspirasi dan ekspirasi;
perhatikan apakah suara napas terdistribusi di seluruh lapang
paru ataukah terdengar di lokasi yang jauh dari lokasi
normalnya sebagai berikut :
1) Mendengarkan suara napas. Suara napas akan terdengar lebih
keras pada lapangan paru atas anterior. Suara bronkovesikular
mungkin dapat terdengar di atas saluran napas besar
khususnya pada sisi kanan.
2) Identifikasi suara napas tambahan.Perhatikan intensitas, nada,
durasi dan lokasinya, serta bagaimana hubungannya dengan
siklus napas. Perhatikan apakah suara tambahan itu hilang
apabila pasien menarik napas dalam, batuk atau berubah
posisi.
b. Pemeriksaan Bunyi Jantung
Auskultasi memberikan kesempatan mendengarkan
perubahan-perubahan dinamis akibat aktivitas jantung.
Auskultasi jantung berguna untuk menemukan bunyi-bunyi
yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur jantung dan
perubahan-perubahan aliran darah yang ditimbulkan selama
siklus jantung. Untuk dapat mengenal dan menginterpretasikan
bunyi jan-tung dengan tepat, mahasiswa perlu mempunyai
dasar pengetahuan tentang siklus jantung.
Bunyi jantung diakibatkan karena getaran dengan masa
amat pendek. Bunyi yang timbul akibat aktifitas jantung dapat
dibagi dalam:
1) BJ1 : disebabkan karena getaran menutupnya katup
atrioventrikuler terutama katup mitral, getaran karena kontraksi

72
otot miokard serta aliran cepat saat katup semiluner mulai ter-
buka. Pada keadaan normal terdengar tunggal
2) BJ2 : disebabkan karena getaran menutupnya katup
semilunaris aorta maupun pulmonalis. Pada keadaan normal
terdengar pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang
bervariasi dengan pernafasan pada anak-anak atau orang
muda.
3) BJ3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat
pengisian cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya
terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda (fisiologis)
atau keadaan dimana komplians otot ventrikel menurun
(hipertrofi/ dilatasi).
4) BJ4 : disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke
ventrikel yang kompliansnya menurun. Jika atrium tak
berkontraksi dengan efisien misalnya fibrilasi atrium maka bunyi
jantung 4 tak terdengar.
5) Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup
dimana bunyi tersebut didengar. M1 berarti bunyi jantung satu
di daerah mitral, P2 berarti bunyi jantung kedua di daerah
pulmonal. Bunyi jantung 1 normal akan terdengar jelas di
daerah apeks, sedang bunyi jantung 2 dikatakan mengeras jika
intensitasnya terdengar sama keras dengan bunyi jantung 1 di
daerah apeks

16. Prosedur persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostic pada


anak dengan gangguan kebutuhan oksigen
a. Perekaman EKG
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) merupakan salah satu
pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis kelainan jantung
pada anak.Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan untuk
mendiagnosis kelainan jantung pada anak yaitu fototoraks,
laboratorium, ultrasonografi, dan lain-lain.EKG hanya bersifat
membantu serta melengkapi pemeriksaan klinis. Pemeriksaan
klinis tetap merupakan yang terpenting,bahkanharus selalu
diperhitungkan dalam interpretasi EKG.Terkadang ditemukan
anak dengan kelainan jantung mempunyai intepretasi EKG
normal, sedangkan anak tanpa kelainan jantung menunjukkan
gambaran EKG normal, sehingga pemeriksaan klinis tetap
merupakan hal utama dan intepretasi EKG disesuaikan dengan
temuan klinis.

73
Pemeriksaan EKG harus dilakukan pada setiap anak yang
diduga memiliki kelainan jantung. Evaluasi jantung menjadi
tidak lengkap bila tidak dilakukan pemeriksaan EKG.
Pengetahuan yang cukup tentang intepretasi EKG pada anak
dapat melengkapi pemeriksaan fisis dan penunjang yang lain.
Harus diingat bahwa intepretasi EKG bergantung pada usia,
karena nilai normal intepretasi EKG bergantung pada usia.
Merupakan kesalahan yang sangat fatal, bila intepretasi EKG
dilakukan tanpa melihat usia. Pengalaman menunjukkan bila
intepretasi EKG tidak dilakukan dengan mempertimbangkan
manifestasi klinis dan usia, maka pada beberapa contoh kasus
ditemukan intepretasi EKG yang salah, misalnya anak usia 6
tahun didiagnosis infark miokardium akut.
Karena anak tumbuh dan berkembang, maka sebaiknya
pemeriksaanEKGpadabayi dan anak perlu dilakukansecara
berkala agar setiap perubahan yang terjadi dapat segera
diketahui. Salah satu kelainan jantung pada anak yang
diagnosisnya hanya ditentukan oleh EKG adalah disritmia.
Walaupun disritmia dapat dideteksi secara klinis, tetapi
penentuan jenis serta asal disritmia tersebut hanya dapat
dilaksanakan dengan pemeriksaan EKG.Pemeriksaan EKG
juga penting untuk menilai gangguan miokardium akibat infeksi,
kelainan metabolik maupun elektrolit. Proses patologis pada
perikardium juga tercermin pada EKG, demikian pula efek
berbagai obat jantung.
Pemeriksaan EKG emergensi harus dilakukan pada bayi
dengan:
1) Analisis gas darah menunjukkan PO2 <50 torr dengan FiO2 1,0
2) Sianosis diferensial
3) Murmur yang bersamaan dengan sianosis
4) Sianosis tanpa distres pernapasan.
Rekaman EKG yang ideal harus memiliki kemampuan untuk
merekam 3 sampai 12 sandapan secara simultan. Konfigurasi
standar ada kalanya diubah pada anak dan orang dewasa
dengan kelainan kongenital untuk merekam aktivitas listrik
jantung dari sandapan kanan dan kiri tambahan.
8 Hal-hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan
rekaman EKG yang baik antara lain:
1) Dilakukan penjelasan terlebih dahulu kepada anak atau
orangtua penderita, tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan

74
EKG. Pemeriksaan EKG dilakukan di tempat tidur yang cukup
besar untuk menyangga seluruh tubuh penderita, sehingga
memungkinkan penderita cukup tenang untuk dilakukan
pemeriksaan. Selama pemeriksaan EKG anak atau bayi tidak
boleh bergerak, karena pergerakan otot atau twitching dapat
mempengaruhi hasil rekaman EKG. Pada anak atau bayi yang
rewel dapat digunakan sedasi yaitu dengan pemberian
diazepam per rektal atau kloral hidrat peroral.
2) Kulit dan permukaan elektroda kontak dengan baik. Kontak
yang tidak baik akan memberikan hasil yang tidak diharapkan.
Tidak boleh ada luka pada kulit yang kontak dengan elektroda.
3) Dilakukan standardisasi alat rekam EKG sehingga tegangan 1
mV akan menghasilkan defleksi 10 mm. Jika tidak dilakukan
standardisasi atau kalibrasi akan menyebabkan kesalahan
pengukuran voltase kompleks gelombang dan interpretasi EKG.
4) Bayi/anakdan alat perekam EKG harus dihubungkan dengan
ground untuk menghindari pengaruh arus listrik bolak-balik.
5) Hindari terdapatnya perlengkapan elektronik pada bayi/anak,
juga area disekitar tempat tidur pemeriksaan karena dapat
menyebabkan timbulnya artefak pada rekaman EKG.
6) Untuk mendapatkan rekaman EKG yang baik pada anak
diperlukan kesabaran. Elektroda ekstremitas sebaiknya
dipasang di daerah lebih proksimal untuk mengurangi artefak
akibat pergerakan tubuh.
7) Posisi standar elektroda yang dipergunakan sama dengan
orang dewasa, hanya ditambah dengan sandapan V3R atau
V4R untuk mendeteksi terdapatnya hipertrofi ventrikel atau
atrium kanan.
Cara Membaca EKG Bayi atau Anak :
1) Tentukan frekuensi jantung
2) Evaluasi irama jantung, irama normal atau abnormal (disritmia).
Pada anak sering terdapat sinus aritmia
3) Carilah gangguan konduksi
4) Bila kecurigaan penyakit jantung bawaanatau kelainan katup
dicari hipertrofi atrium atau ventrikel
5) Menghubungkan hasil interpretasi EKG dengan gejala klinis
CARA PENYADAPAN EKG
Teknik penyandapan EKG dilakukan dengan posisi
penderita berbaring tenang karena gerakan tubuh dan kontraksi
otot mempengaruhi hasil rekaman. Perlekatan elektroda pada

75
kulit harus baik, yaitu dengan mengoleskan jelly pada kulit yang
akan disandap. Elektroda harus diletakkan ditempat yang tepat
seperti tampak pada gambar.
Elektroda diletakkan di berbagai posisi di dinding dada. Pada
sandapan V1, elektroda diletakkan di interkostal empat garis
parasternal kanan. Pada sandapan V2, elektroda diletakkan di
interkostal empat garis parasternal kiri, sedangkan pada
sandapan V4, elektroda diletakkan di interkostal lima garis
midklavikular kiri. Pada sandapan V3, elektroda diletakkan
antara V2 dan V4. Pada sandapan V5 dan V6, elektroda
diletakkan sejajar dengan elektroda V4. Untuk sandapan V5,
elektroda diletakkan di garis aksilaris anterior, sedangkan
sandapan V6 di garis aksilaris media.
Pada keadaan tertentu seperti di ICU, kadang-kadang kita
tidak perlu merekam dengan 12 sandapan seperti disebutkan
diatas. Pada keadaan seperti ini, pemantauan EKG diperlukan
untuk analisis denyut per denyut hanya dari satu alat pantau.
Biasanya ada 3 elektroda. Satu ditempatkan di V1, satu lagi
dibahu kiri, dan lainnya di bahu kanan. Rekaman di alat monitor
ini biasanya digunakan untuk pemantauan aritmia
jantung.Setelah hasil EKG terekam dalam kertas, maka
dilakukan pencatatan identitas penderita, nama, usia, jam, dan
tanggalpemeriksaan EKG.
b. Prosedur pengambilan sputum, sepcimen darah vena, dan
arteri
1) Pengambilan sputum
Pengambilan spesimen sputum atau dahak dapat dilakukan
dengan menggunakan 4 cara, yaitu:
a) Batuk Spontan
Batuk merupakan cara paling mudah dan umum
dilakukan untuk mengumpulkan spesimen dahak. Namun,
pengambilan dahak saat pasien batuk tetap perlu diawasi
oleh tenaga medis agar sputum yang didapat benar dari
paru-paru, bukan hanya air liur (Saliva) atau lendir dari
belakang hidung. Apabila pengambilan sputum salah, maka
hasil pemeriksaan tidak akan signifikan.
b) Induksi Sputum (Induced Sputum)
Pada pasien yang sulit untuk mengeluarkan sputum
karena sputum terlalu kental, maka dapat dilakukan
pengambilan sputum dengan cara menginduksi batuk yaitu

76
dengan menggunakan uap hangat steril dari cairan salin
hipertonik 3%-5%. Namun, hasil sputum yang diambil
dengan menggunakan metode induksi lebih cair
dibandingkan dengan metode batuk spontan, oleh karena
itu petugas medis harus memberi label keterangan pada
pot sputum bahwa sputum yang diambil dengan metode
induksi, agar petugas laboratorium tidak bias dengan
spesimen saliva.
c) Bronkoskopi
Prosedur pengumpulan spesimen sputum dengan
metode bronkoskopi dilakukan dengan menggunakan alat
visualisasi yang dimasukkan kedalam saluran pernapasan
pasien yang dicurigai terinfeksi tuberkulosis. Pengambilan
spesimen dahak dengan menggunakan bronkoskopi sangat
jarang dilakukan, metode ini baru dilakukan apabila pasien
tidak dapat mengeluarkan dahak secara spontan. Prosedur
pengambilan sputum dengan metode bronkoskopi
memerlukan persiapan pasien khusus karena pasien akan
diberikan anestesi premedikasi agar pasien lebih tenang
saat menjalani prosedur tindakan ini.

d) Bilasan cairan lambung (Gastric aspiration)


Pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum
secara spontan, selain dengan menggunakan metode
bronkoskopi, dapat dilakukan juga dengan menggunakan
bilasan cairan lambung (Gastric aspiration). Prosedur ini
sangat jarang dilakukan karena dianggap tidak nyaman,
terutama apabila pada pasien anak-anak dan harus
dilakukan di Rumah sakit pada pagi hari sebelum makan.
Pengambilan sputum dengan bilasan cairan lambung
dilakukan dengan memasukan selang melalui mulut atau
hidung pasien kemudian dilakukan penyedotan cairan
lambung
 Persiapan pasien
Persiapan pasien yang melakukan pengambilan
sputum dengan batuk spontan sangat mudah dilakukan,
tidak memerlukan persiapan khusus apapun.Namun,
apabila pengambilan spesimen sputum dilakukan dengan
menggunakan metode bronkoskopi ataupun bilasan cairan
lambung memerlukan persiapan khusus dan harus

77
dikerjakan di Rumah Sakit karena diperlukan prosedur
pembiusan.
Tempat pengumpulan dahak harus berada ditempat
yang jauh dari kerumunan orang, dan harus diperhatikan
pula arah angin saat berdahak agar percikan dahak tidak
mengenai petugas. Pengumpulan dahak dilakukan di ruang
terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau di
dalam ruangan dengan ventilasi yang baik untuk
mengurangi kemungkinan penularan akibat percikan dahak
yang infeksius. Tempat pengumpulan dahak dilengkapi
dengan prosedur mengeluarkan dahak, tempat cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun. Jangan mengeluarkan
dahak di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk,
misalnya: kamar kecil atau toilet, ruang kerja (ruang
pendaftaran, ruang pengambilan sampel atau
laboratorium), ruang tunggu dan ruang umum lainnya.
 Peralatan
Alat yang dibutuhkan untuk mengumpulkan spesimen
dahak secara langsung dengan batuk spontan hanya
memerlukan pot sputum yang sudah diberi label.
Pengambilan dahak dilakukan sebanyak 3 interval yaitu
SPS. Apabila dahak tidak dapat dikeluarkan dengan batuk
spontan, maka dibutuhkan metode lain dengan
menginduksi sputum dengan menggunakan uap panas dari
salin hipertonik 3%-5%.
Diperlukan juga pot dahak bersih dan kering, diameter
mulut pot 4 - 5 cm, transparan, bening, bertutup ulir dan
tidak boleh bocor. Sebelum diserahkan kepada pasien
sudah diberikan identitas sesuai identitas atau nomor
register pada form TB 05. Siapkan juga formulir
permohonan pemeriksaan laboratorium (TB 05), label,
pensil dan spidol.
 Posisi pasien
Posisi pasien saat melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan prosedur batuk spontan maupun dengan
induksi batuk, adalah posisi badan tegak boleh sambil
duduk atau berdiri. Posisi tubuh diutamakan posisi yang
nyaman bagi pasien untuk bernapas dan mengeluarkan
dahak secara optimal.

78
Sedangkan apabila pemeriksaan dilakukan dengan
prosedur bronkoskopi atau bilasan cairan lambung, maka
posisi tubuh pasien dalam posisi berbaring untuk
memudahkan selang bronkoskopi atau selang bilasan
cairan lambung untuk masuk ke dalam saluran pernapasan
atau saluran pencernaan pasien
 Prosedur
a) Petugas menyiapkan pot sputum bermulut lebar ,bersih,
dan steril
b) Petugas menyiapkan spidol
c) Petugas memberi pot sputum yang telah diberi label
nama,umur,alamat,dan waktu pengambilan sampelkepada
pasien
d) Petugas memberi informasi kepada pasien cara
pengambilan sampel sputum yang benar (pasien diarahkan
keluar halaman yang luas dan terang, pasien disuruh
berdiri dengan posisi punggung agak condong kedepan
dan menarik napas dalam-dalam ,kemudian keluarkan
nafas bersamaan dengan batuk yang kuat, sampaikeluar
dahak yang kental)
e) Petugas menyusuh pasien menampung sampel dalam pot
sputum dengan cara mendekatkan pot kemulut
f) Petugas menutup pot dengan rapat
g) Petugas memberi pot sputum kepada pasien untuk dibawa
pulang untuk pengambilan dahak pagi
h) Petugas menganjurkan pasien untuk datang kembali dan
menyerahkan dahak pagi
i) Petugas memberikan pot sputum kepada pasien untuk
pengambilan dahak sewaktu ke 2
j) Mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan
air mengalir
c. Prosedur pengambilan vena
1) Pengertian
Pengambilan darah vena adalah suatu pengambilan darah
yang diambil pada magna/vena supervicial lain yang cukup
besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan
representatif dengan menggunakan spuit atau vacutainer.
2) Persiapan alat
 Sarung tangan 1 pasang
 Spuit dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan

79
 Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
 Desinfektan (salf atau cair)
 Torniquet
 Perlak dan pengelas
 Botol wadah specimen dengan atau tanpa koagula
 Bengkok
 Plester luka (contoh “Handsaplas”) atau kassa dan plester
 Lembar pemeriksaan laboratorium
3) Prosedur kerja
a) Tahap PraInteraksi
 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
 Mencuci tangan
 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b) Tahap Orientasi
 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/
pasien
 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c) Tahap Kerja
 Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah distal
 Memasang perlak dan alasnya
 Membebaskan daerah yang akan di injeksi
 Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
 Memakai hand schoon
 Membersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari
arah dalam keluar) biarkan kering
 Mempertahankan vena pada posisi stabil
 Memegang spuit dengan sudut 300
 Menusuk vena dengan kemiringan 300, dan lubang jarum
menghadap keatas
 Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit ambil
darah sesuai kebutuhan
 Membuka torniquet
 Memasukkan darah secara perlahan
 Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan dengan
kapas
 Menutup daerah tusukan dengan “plester luka”
 Memasukkan darah kedalam botol specimen

80
 Merapikan pasien
d) Tahap Terminasi
 Melakukan evaluaasi tindakan
 Berpamitan dengan klien
 Membereskan alat-alat
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
d. Pengambilan darah arteri
1) Pengertian
Pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan analisa gas
darah.
2) Persiapan alat
 Bak injeksi
 Sarung tangan disposable
 Spuit 2cc dan penutup jarum khusus/gabus
 Heparin
 Kassa steril
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Plester dan gunting
 Wadah yang berisi es
 Bengkok
 Pulpen
 Lembar dokumentasi / buku catatan
3) Prosedur
a) Tahapan Pra Interaksi
 Memastikan program terapi pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
b) Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan menyapa nama pasien.
 Memperkenalkan diri.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
 Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien.
c) Tahap Kerja
 Menjaga privasi pasien.
 Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman.
 Memakai handscoon steril

81
 Mengaspirasi heparin ke dalam spuit sampai membasahi
seluruh spuit
 Meraba arteri radialis, brachialis atau femoralis yang akan
menjadi area penyuntikan
 Lakukan test allen
 Meraba kembali arteri dan palpasi pulsasi yang paling keras
dengan jari tangan dan telunjuk
 Disinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan
kapas alkohol dengan gerakan sirkular dari arah dalam ke
luar dengan diameter 5cm. Tunggu sampai kering.
 Menyuntikkan jarum ke arteri dengan sudut 45o-60o
 Bila jarum masuk ke dalam arteri, darah akan keluar tanpa
spuit dihisap dan darah berwarna merah terang.
 Setelah darah terhisap (kira-kira 2 ml) tarik spuit dan tekan
bekas tusukan arteri 5 –10 menit. Bila klien mendapat
heparin, tekan selama 15 menit lalu tekan dengan balutan
tekan.
 Menusukkan jarum spuit pada gabus atau karet.
 Meletakkan spuit pada wadah berisi es atau segera kirimkan
ke laboratorium bersama formulir pemeriksaan
d) Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan.
 Berpamitan dengan pasien.
 Membereskan alat-alat.
 Buka sarung tangan dan cuci tangan
 Mencatat kegiatan pada lembar catatan keperawatan ( jenis
obat yang dimasukkan, jumlahnya, dan waktu pemberian)
e. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan echokardiographi
1) Pengertian
Ekokardiografi merupakan prosedur diagnostik yang
menggunakan gelombang suaraultra untuk mengamati struktur
jantung dan pembuluh darah, serta menilai fungsi jantung.
Echocardiografi adalah tes menggunakan gelombang suara
untuk membuat gambar bergerak hati. Dari gambar tersebut,
akan menunjukkan ukuran dan bentuk hati. Pemeriksaan ini
juga dilakukan untuk menunjukkan seberapa baik ruang dan
katup jantung bekerja.
Echocardiografi juga dapat menentukan area otot jantung
yang tidak berkontraksi dengan baik, karena aliran darah yang

82
buruk atau cedera akibat serangan jantung sebelumnya. Jenis
tes ini juga disebut USG Doppler yang dapat menunjukkan
seberapa baik darah mengalir melalui ruang dan katup jantung.
Gelombang suara ini dapat mendeteksi kemungkinan
gumpalan darah di dalam jantung, penumpukan cairan di
perikardium (kantung di sekitar jantung) dan masalah dengan
aorta. Aorta adalah arteri utama yang membawa darah kaya
oksigen dari jantung ke tubuh. Dokter juga dapat menggunakan
pemeriksaan ini untuk mendeteksi masalah jantung pada bayi
dan anak-anak.
2) Prosedur kerja
a) FASE PRA INTERAKSI
 Membaca dokumentasi keperawatan.
 Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu.
 Mencuci tangan.
b) FASE ORIENTASI
 Memberikan salam terapeutik, panggil klien dengan
namanya.
 Menjelaskan tujuan.
 Menjelaskan prosedur tindakan.
 Menanyakan keadaan pasien hari ini.
 Mengevaluasi masalah pasien.
c) FASE KERJA
 Membaringkan pasien pada satu sisi bagian tubuh atau
punggung
 Menaruh cairan atau jelly khusus pada bagian atas dan
letakkan di atas wilayah dada
 Mengambil gambar hati serta klep atau valve jantung
dengan menggunakan gelombang suara ultra high
frequency ,pada penggunaan alat ini tidak akan
menggunakan sinar X
 Pergerakan denyut dari jantung atau hati dapat dilihat pada
suatu layar video. Sebuah video atau foto dapat membuat
gambar dari pergerakan denyut. Anda dapat pula
mengamatinya pada saat tes ini berlangsung dan biasanya
mengambil waktu kurang lebih 15-20 menit
 Selanjutnya dokter akan memberitahu hasil dari
pemeriksaan tersebut

83
 Gelombang suara tadi akan mengambil gambar hati atau
jantung Anda secara jelas dan ketika pemeriksaan telah
selesai maka operator tadi akan mencabut probe yang
sebelumnya digunakan untuk melihat pergerakan hati atau
jantung anda.
 Setelah itu Anda akan menunjukkan tanda-tanda ingin
batuk sebagai tanda bahwa pemeriksaan telah selesai
d) Fase Terminasi
 Evaluasi hasil tindakan
 Melakukan rencana tindakan selanjutnya
 Merapikan pasien dan alat ke tempat semula
 Mencuci tangan
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik

17. Prosedur tindakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen


a. Membuka jalan napas: posisi ekstensi, fowler, semi fowler, dan
postural drainage
1) Posisi ekstensi
Adalah gerakan untuk meluruskan. Contoh: gerakan ayunan
lutut pada kegiatan gerak jalan. Gerakan ayunan ke depan
merupakan (ante)fleksi dan ayunan ke belakang disebut
(retro)fleksi/ekstensi
2) Posisi fowler
a) Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau
duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau
dinaikkan. Posisi ini dilakukan untukmempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
b) Tujuan
 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
 Meningkatkan rasa nyaman
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga
meningkatnyaekspansi dada dan ventilasi paru
 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi
yang menetap
c) Indikasi
 Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
 Pada pasien yang mengalami imobilisasi
d) Alat dan bahan

84
 Tempat tidur khusus
 Selimut
e) Prosedur
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Dudukkan pasien
 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien
atau atur tempat tidur.
 Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
 Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
3) Posisi Semi Fowler
a) Pengertian
Posisi Semi Fowler adalah memposisikan pasien
dengan posisi setengah duduk dengan menopang bagian
kepala dan bahu menggunakan bantal, bagian lutut ditekuk
dan ditopang dengan bantal, serta bantalan kaki harus
mempertahankan kaki pada posisinya (Ruth, 2015).
Metode yang paling sederhana dan efektif yang bisa
dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya penurunan
pengembangan dinding dada adalah dengan pengaturan
posisi istirahat yang nyaman dan aman, salah satunya yaitu
posisi semi fowler dengan kemiringan 30-45 derajat.
b) Tujuan Posisi Semi Fowler
Pemberian posisi semi fowler dapat diberikan selama
25-30 menit. Adapun tujuan lain dari pemberian posisi semi
fowler yaitu :
 Untuk menurunkan konsumsi oksigen dan menurunkan
sesak nafas
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga
meningkatkan ekspansi dada dan ventilasi paru
 Mempertahankan kenyamanan posisi klien agar dapat
mengurangi resiko statis sekresi pulmonary
 Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan
dan cardiovaskuler
 Mengurangi tegangan intra abdomen dan otot abdomen
 Memperlancar gerakan pernafasan pada pasien yang
bedrest total
 Pada ibu post partum akan memperbaiki drainase uterus
 Menurunan pengembangan dinding dada (Marwah, 2014).
c) Manfaat Posisi Semi Fowler

85
 Memenuhi mobilisasi pada pasien
 Membantu mempertahankan kestabilan pola nafas
 Mempertahankan kenyamanan, terutama pada pasien yang
mengalami sesak nafas
 Memudahkan perawatan dan pemeriksaan klien
 Indikasi Indikasi pemberian posisi semi fowler dilakukan
pada :
 Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekresi
atau cairan pada saluran pernafasan
 Pasien dengan tirah baring lama
 Pasien yang memakai ventilator
 Pasien yang mengalami sesak nafas
 Pasien yang mengalami imobilisasi
d) Persiapan Alat
 Tempat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Footboard (bantalan kaki)
 Sarung tangan
 Persiapan Pasien
 Kontrak
 Jelaskan tujuan yaitu:
 Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan
 Melakukan aktivitas tertentu (makan, nonton tv, baca)

e) Prosedur Kerja
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika perlu
 Minta pasien fleksikan lutut sebelum kepala dinaikan
 Naikkan kepala tempat tidur sesuai kebutuhan, semi fowler
(15˚- 45˚)
 Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva
lumbal, jika ada celah
 Letakkan bantal kecil dibawah kepala pasien
 Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
 Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lutut
dalam keadaan fleksi
 Letakkan gulungan handuk disamping maing-masing paha
 Topang telapak kaki dengan menggunakan bantalan kaki

86
 Evaluasi dan terminasi k. Buka sarung tangan dan cuci
tangan
f) Dokumentasi tindakan
 Kontraindikasi
 Pemberian posisi semi fowler tidak dianjurkan dilakukan
pada pasien dengan hipermobilitas, efusi sendi, dan
inflamasi.
4) Drainase Postural
a) Pengertian
Drainase Postural adalah suatu posisi yang spesifik
untuk dengan gaya gravitasi untuk memudahkan proses
pengeluaran sekresi bronkial. Drainase postural adalah
drainase sekret dari berbagai segmen paru
denganmemanfaatkan gaya gravitasi. Untuk mengeluarkan
sekret dari segmen paruyang berbeda dibutuhkan posisi
yang berbeda pula. Posisi yang palingsering digunakan
pada prosedur ini adalah posisi untuk mengeluarkansekret
dari segmen bawah perut. Ini karena segmenatas paru
dapatmengalirkan sekretnya dengan memanfaatkan gaya
gravitasi.
b) Tujuan
Untuk mencegah dan menghilangkan obstruksi
bronkial yang disebabkan adanya akumulasi sekresi.
Tindakan ini dilakukan secara bertahap, mulai dari
membaringkan pasien secara bergantian dalam posisi yang
berbeda yaitu satu posisi untuk mendrainase setiap lobus
paru, kepala lebih rendah, pronasi, lateral 25 kanan dan kiri,
serta duduk dalam posisi tegak. Perubahan posisi tersebut
dapat mengalirkan sekresi dari jalan nafas bronkial yang
lebih kecil ke yang lebih besar dan trakea. Sekresi akan
dibuang dengan cara dibatukkan (Smeltzer & Bare, 2013).
c) Perlengkapan
 Bantal-bantal untuk mengatur posisi klien
 Tempat sputum
 Tissue
 Obat kumur
 Prosedur:
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
 Mengatur posisi klien sesuai dengan segmen paru atau
bronkus yang terisisekret

87
 Untuk mengluarkan sekret dari segmen apeks paru,
menempatkan klien pada posisi semi-Fowler dengan
kemiringan
 Melakukan perkusi danvibrasi pada area klavikula dan di
atas skapula (bahu)
 Untuk mengeluarkan sekret dari segmen posterior,
memposisikan klienduduk dengan kepala agak menunduk
kemudian melakukan perkusi danvibrasi pada area bahu
 Untuk mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus
atas, menempatkanklien pada posisi terlentang.
Meletakkan bantal di bawah bokong klien
danmemposisikan kaki klien fleksi
 Untuk mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial
paru,memposisikanklien terlentang dengan kaki tempat
tidur dimiringkan
 Pada laki-laki, melakukan perkusi dan vibrasi pada area
dada kanan(sebatas puting) antara iga IV dan VI.
Sedangkan pada perempuan,menempatkan pangkal
tangan di aksila dan jari-jari di bawah mamae
 Untuk mengeluarkan sekret dari segmen basal lateral,
memposisikan pasienmiring dan meninggikan bagian kaki
tempat tidur pada sudut 30
 Melakukan perkusi dan vibrasi pada area palingatas dari
rusuk terbawah
 Untuk mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal
posterior,menempatkan klien pada posisi tengkurap dan
meninggikan bagian kakitempat tidur 45 cm. Ginjal bagian
pinggul dengan menggunakan 2-3 bantalsehingga posisi
klien seperti jackknife. Melakukan perkusidan vibrasi
padasegmen atas rusuk terbawah di kedua sisinya, bukan
di atas spinal atauginjal
 Untuk mengeluarkan sekret dari segmen basal anterior,
meninggikan kakitempat tidur pada sudut 30. Memiringkan
tubuh pasien pada sisi yangsehat; lengan bagian atas
dapat dinaikkan dan diletakkan di atas kepala dandi antara
kaki dapat diletakkan bantal
 Untuk mengeluarkan sekret dari segmen superior paru,
menempatkanklien pada poisi tengkurap. Menempatkan
dua buah bantal di bawah pangul.Perkusi dan vibrasi area
tengah punggung, di bawah skapula di sisivertebra.

88
b. Memberikan oksigen simple mask
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan
oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan
dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien
dapat melalui beberapa cara yaitu melalui nasal prong (oxygen
canule), masker, simple mask, masker partial rebreather dan
nonrebreather, serta venture mask.
Secara umum tujuan pemberian oksigen adalah:
 Meningkatkan ekspansi dada
 Memperbaiki status oksigenasi pasien dan memenuhi
kekurangan oksigen
 Membantu kelancaran metabolisme
 Mencegah hipoksia
 Menurunkan kerja jantung
 Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dispnea
 Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi
napas pada penyakit paru.

Pemberian oksigen melalui masker dilakukan dengan


langkah-langkah berikut

1) Perlengkapan
 Suplai oksigen dan flowmeter.
 Humidifier dan air suling
 Masker yang akan digunakan
 Bantalan elastis
2) Prosedur
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan masker pada
klien.
 Cuci tangan
 Sambungkan masker dengan set oksigen.
 Letakkan masker wajah, di atas hidung dan mulut. Gunakan
tali elastis agarmasker tidak lepas.
 Gunakan bantalan elastis untuk mengurangi iritasi pada
telinga dan belakang kepala.
 Cuci tangan.
 Jika oksigen diberikan tterus-menerus, lepaskan masker dan
keringkan kulitsetiap 2-3 jam.
 Kaji atau observasi respons klien terhadap pemberian terapi
oksigen

89
c. Melakukan fisioterapi dada
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang
sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang
bersifat akut maupun kronis. Tujuan pokok fisioterapi pada
penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi
otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari
bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret,
memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini
dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif
termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif
karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang
mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian: postural drainage,
perkusi, dan vibrasi. Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang
bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus,
renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontraindikasi relatif
seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas
operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan
serta adanya kejang rangsang.
Adapun cara melakukan fisioterapi dada:
1) Koreksi postur. Posisikan badan tegak
2) Anjurkan untuk tarik napas dalam melalui hidung, kemudian
hembuskan melalui mulut (mulut seperti meniup lilin). Bisa
dilakukan dengan gerakan tangan
3) Lakukan latihan secara rutin pagi dan sore, masing-masing 10-
20 kali
d. Memberikan terapi inhalasi (nebulizer)
Terapi inhalasi merupakan suatu terapi melalui sistem
pernafasan yang ditujukan untuk membantu mengembalikan
atau memperbaiki fungsi pernafasan pada berbagai kondisi,
penyakit, ataupun cidera. Terapi ini telah lama dikembangkan
dan kini sudah diterima secara luas sebagai salah satu terapi
yang berkaitan dengan penyakit-penyakit saluran nafas kronik
seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), selain
pemberian dengan cara peroral, injeksi intramuskular, dan
intravena.
Nebulizer terdapat dua jenis nebulizer yaitu jet dan ultrasonic
nebulizer, yang membedakan dalam kekuatan yang digunakan
untuk membentuk aerosol dari larutan cair. Nebulizer dapat

90
menghasilnya partikel aerosol berukuran 1-5 mikron. Teknik
inhalasi ini tidak memerlukan koordinasi antara inhalasi pasien
dan aktuasi alat, sehingga sangat cocok pemakaiannya pada
pasien pediatri, tua, pasien tidak sadar, atau yang tidak bisa
menggunakan teknik inhalasi pMDI atau DPI. Nebulizer
memiliki kemampuan mengantarkan dosis obat yang lebih
besar dibandingkan dengan perangkat aerosol lainnya, namun
perlu waktu pemberian obat yang lebih lama.
1) Keuntungan dan kelebihan menggunakan nebulizer
a) Keuntungan
 Mampu mengaerosolisasi/menguapkan berbagai macam
larutan obat.
 Mampu menguapkan campuran obat (> satu obat)
 Membutuhkan kerjasama atau koordinasi minimal dari
pasien
 Sangat berguna pada pasien yang masih anak-anak, tua,
pasien yang kondisinya lemah.
 Konsentrasi dan dosis obat dapat dimodifikasi
 Pola nafas yang normal dapat digunakan dan menahan
nafas (breathhold) tidak diperlukan untuk efikasi.
b) Kerugian
 Waktu terapi 5-25 menit
 Peralatan yang diperlukan mungkin besar dan tidak praktis
 Membutuhkan sumber kelistrikkan
 Adanya potensi obat mengenai mata dan menggunakan
sungkup muka
 Keberagaman dalam karakteristik performa pada jenis,
merek, dan model yang berbeda
 Merangkai dan membersihkan perangkat diperlukan.
Kontaminasi dapat terjadi pada ketidaksesuaian
pengaturan obat dan pembersihan yang tidak adekuat.
2) Adapun Prosedur Pemberian Terapi Inhalasi
a) Alat
 Set Nebulisasi seperti sungkup (mask), selang, dan alat
nebulisasi.
 Obat Bronkhodilator yang sudah diresepkan oleh dokter
 Bengkok (untuk membuang zat-zat yang kontak dengan
pasien, atau sampah yang akan dibuang)
 Tissue (untuk membersihkan mulut klien)

91
 Spuit 5 cc (untuk menarik obat atau cairan)
 Aquades (Cairan Steril untuk pencampur obat)
3) Ada 4 tahap dalam melakukan pemberian terapi inhalasi
(Nebulisasi), yaitu:
a) Tahap Pra Interaksi
 Pertama, identifikasi kebutuhan klien akan nebulisasi.
 Lakukan Cuci tangan yang benar dengan 6 langkah 4
gerakan
 Siapkan peralatan yang dibutuhkan, pastikan obat yang
digunakan sesuai resep dokter.
b) Tahap Orientasi
 Beri salam kepada klien, dan pastikan untuk memanggil
nama klien, hal ini untuk mempererat kepercayaan dan
membangun hubungan.
 Selanjutnya, jelaskan tujuan serta prosedur yang akan
dilakukan kepada klien. Pastikan menjelaskan prosedur
tindakan dengan bahasa yang jelas dan dimengerti oleh
klien.
 Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang
prosedur yang dilakukan, jika klien menolak tindakan yang
akan dilakukan, jelaskan kembali manfaat dan kerugian dari
pemberian nebulisasi.

c) Tahap Kerja
 Pertama, pastikan klien mendapatkan privacy seperti
menutup gorden kamar tidur, menutup pintu dan
sebagainya.
 Atur posisi klien, dimana posisi yang paling tepat dalam
melakukan nebulisasi adalah posisi duduk.
 Dekatkan berbagai peralatan didekat pasien (set nebulisasi
dan sebagainya), hal ini bertujuan untuk mempermudah
dalam tindakan terapi nebulisasi.
 Langkah selanjutnya yaitu mengisi nebulator dengan
aquades sesuai takaran yang sudah ditentukan (umumnya
5 cc, namun tentu disesuaikan dengan kebutuhan)
 Setelah itu, Masukan obat kedalam nebulator tersebut.
 Pasang mask menutupi seluruh hidung dan mulut klien.

92
 Setelah mask terpasang, hidupkan alat nebu, dan minta
klien untuk terus menghirup napas dalam.
 Setelah obat habis, (biasanya 15 menit atau sudah tidak
terlihat adanya uap). Matikan alat nebu, dan buka mask
dari hidung / mulut klien.
 Bersihkan mulut serta hidung klien dengan tisue yang telah
tadi siapkan.
d) Tahap Terminasi
 Evaluasi hasil tindakan atau perasaan klien seperti merasa
lebih lega dan sebagainya.
 Selanjutnya, dokumentasikan hasil terapi.
 Lakukan kontrak dengan klien perihal tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
 Pamit kepada klien, dan bersihkan peralatan yang telah
digunakan
 Lakukan cuci tangan kembali
e. Melakukan suction/pengisapan lendir
1) Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk
mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).
Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan
lendir, yang dilakukan dengan memasukkan selang catheter
suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012). Dapat
disimpulkan hisap lendir merupakan tindakan untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan mengeluarkan
sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri
dengan memasukkan catheter suction ke endotracheal tube
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas
yang adekuat.
2) Indikasi
Menurut Smeltzer et al, (2002), indikasi penghisapan lendir
lewat endotrakeal adalah
a) Untuk Menjaga jalan napas tetap bersih (airway
maintenance), apabila:
 Pasien tidak mampu batuk efektif.
 Diduga aspirasi

93
b) Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila
ditemukan:
 Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu
ada suara napas tambahan.
 Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.
 Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban
kerja sistem pernafasan.
 Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.
 Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.
 Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.
3) Prosedur
Prosedur hisap lender ini dalam pelaksanaannya diharapkan
sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan agar
pasien terhindar dari komplikasi dengan selalu menjaga
kesterilan dan kebersihan. Prosedur hisap lender menurut
Kozier & Erb, (2004) adalah:
a) Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa
perlu, dan bagaimana pasien dapat menerima dan
bekerjasama karena biasanya tindakan ini menyebabkan
batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu dalam
mengeluarkan sekret.
b) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
c) Menjaga privasi pasien.
d) Atur posisi pasien sesuai kebutuhan. Jika tidak ada
kontraindikasi posisikan pasien semiflower agar pasien
dapat bernapas dalam, paru dapat berkembang dengan
baik sehingga mencegah desaturasi dan dapat
mengeluarkan sekret saat batuk. Jika perlu, berikan
analgesia sebelum penghisapan, karena penghisapan akan
merangsang refleks batuk, hal ini dapat menyebabkan rasa
sakit terutama pada pasien yang telah menjalani operasi
toraks atau perut atau yang memiliki pengalaman traumatis
sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pasien selama
prosedur penghisapan
e) Siapkan peralatan
f) Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen
100 %.
g) Catheter suction steril sesuai ukuran
h) Pasang pengalas bila perlu.

94
i) Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-
120 mm hg untuk orang dewasa, dan 50-95 untuk bayi dan
anak
j) Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila
perlu.
k) Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan
sarung tangan tidak steril di tangan nondominan untuk
melindungi perawat
l) Pegang suction catether di tangan dominan, pasang
catether ke pipa penghisap.
m) Suction catether tersebut diberi pelumas.
n) Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether
dengan larutan garam steril.
o) Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup
suction catheter untuk menghisap sejumlah kecil larutan
steril melalui catether.Hal ini untuk mengecek bahwa
peralatan hisap bekerja dengan benar dan sekaligus
melumasi lumen catether untuk memudahkan penghisapan
dan mengurangi trauma jaringan selama penghisapan,
selain itu juga membantu mencegah sekret menempel ke
bagian dalam suction catether
p) Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan
pemompaan dengan ambubag sebelum penyedotan.
q) Panggil asisten untuk prosedur ini
r) Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke 12-
15 l / min
s) Jika pasien terpasang trakeostomi atau ett, sambungkan
ambubag ke tracheascanul atau ett
t) Pompa dengan Ambubag 3 - 5 kali, sebagai inhalasi, hal ini
sebaiknya dilakukan oleh orang kedua yang bisa
menggunakan kedua tangan untuk memompa, dengan
demikian volume udara yang masuk lebih maksimal.
u) Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi
pasien.
v) Bereskan alat dan cuci tangan.
4) Komplikasi
Dalam melakukan tindakan hisap lender perawat harus
memperhatikan komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan,
antara lain yaitu (Kozier & Erb, 2002):
a) Hipoksemia

95
b) Trauma jalan nafas
c) Infeksi nosokomial
d) Respiratory arrest
e) Bronkospasme
f) Perdarahan pulmonal
g) Disritmia jantung
h) Hipertensi/hipotensi
i) Nyeri
j) Kecemasan.
f. Memasang dan memonitor transufe darah dan memberikan
obat sesuai program terapi
1) Pengertian
Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi
klien yang memerlukan darah dengan memasukkan darah
melalui vena dengan menggunakan set tranfusi.
2) Tujuan :
 Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan,
trauma, atau perdarahan).
 Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk
mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia
berat.
 Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih
(misalnya, faktor
 pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada
pasien hemofilia).

3) Persiapan Alat
 Kateter besar (18G atau 19G)
 Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
 Set infuse darah dengan filter
 Produk darah yang tepat
 Sarung tangan sekali pakai
 Kapas alcohol
 Plester
 Manset tekanan darah
 Stetoskop
 Thermometer
 Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda
tangani

96
4) Prosedur
 Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien
menerima transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
 Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit
kepala, gatal-gatal atau ruam dengan segera
 Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat
persetujuan
 Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
 Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran
besar
 Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang
 Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan
setelah pemberian
 Infuse darah selesai
 Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah
dari bank darah
 Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
 Ukur tanda vital dasar klien
 Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse
secara perlahan diawali dengan pengisian filter didalam
selang
 Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama
dan tetaplah bersama klien.
 Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama
transfuse,selanjutnya ukur setiap jam.
 Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan
menggunakan pompa infuse.
 Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kebutuhan


Khusus

1. Pengkajian
a. Anamnesa riwayat penyakit
Keluhan utama dari orangtua berupa kekhawatiran terhadap
tumbuh kembang anak dapat mengarah kepada kecurigaan

97
adanya gangguan tumbuh kembang, misalnya anaknya lebih
pendek dari teman sebayanya, kepala kelihatan besar, umur 6
bulan belum bisa tengkurap, umur 8 bulan belum bisa duduk,
umur 15 bulan belum bisa berdiri, 2 tahun belum bisa bicara
dan lain lain. Glascoe (1996) melaporkan bahwa kecurigaan
orangtua terhadap perkembangan anaknya (dengan
membandingkan terhadap anak-anak lain) mempunyai korelasi
yang cukup tinggi dengan gangguan perkembangan tertentu
(walaupun mereka berpendidikan rendah dan belum
berpengalaman mengasuh anak).
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan
otak janin terganggu. Gangguan pada otak inilah nantinya
akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak
nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme Gangguan
pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autisme. Gangguan persalinan
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism
adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia
pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi
selama persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi
saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram).
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan
anak-anak yang lain, tertawa atau cekikikan tidak pada
tempatnya, menghindari kontak mataatau hanya sedikit
melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan
terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari
pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka,
jarang memainkan permainan khayalan, memutar benda,
terpaku pada bendatertentu, sangat tergantung kepada benda
yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu.
b. Pemeriksaan fisik pada anak dengan kebutuhan khusus:
screening menggunakan CHAT, kuisioner gangguan menta
emosional/KMME
American Academic of Pediatrics (AAP) sejak 2001
merekomendasikan CHAT sebagai salah satu alat skrining
untuk deteksi dini gangguan spektrum autistik (autistic
spectrum disorder) anak umur 18 bulan sampai 3 tahun, di
samping PDDST (pervasive developmental disorder screening
test) yang diisi oleh orangtua. CHAT dikembangkan di Inggris

98
dan telah dipublikasikan oleh Cohen dkk. sejak tahun 1992
serta telah digunakan untuk skrining lebih dari 16.000 balita.
Walaupun sensitivitasnya kurang, AAP menganjurkan dokter
menggunakan salah satu alat skrining tersebut. Bila dicurigai
ada risiko autis atau gangguan perkembangan lain maka dapat
dirujuk untuk penilaian komprehensif dan diagnostik.
Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) salah satu
instrumen skrining yang mudah dikerjakan, singkat dan tidak
memerlukan biaya mahal. Sensitifitas CHAT sangat rendah
yaitu 0,18-0,38 pada sampel populasi dan 0,65 pada sampel
klinis, sehingga dilakukan revisi menjadi Modified-Checklist for
Autism in Toddler (M-CHAT).21 Sensitifitas M-CHAT di Amerika
dilaporkan sebesar 0,85 pada sampel populasi dan klinis,
sedangkan spesifisitas sebesar 0,93- 1,0.22 Sensitifitas M-
CHAT di Indonesia sebesar 82,35% dan spesifisitas 89,68%.7
Berbagai perbandingan sensitivitas dan spesifisitas dapat
dilihat pada tabel 5 (lampiran).
Modified Checklist for Autism in Toddler, Revised with
Follow-up (M-CHAT-R/F) diperkenalkan dengan beberapa
perubahan yaitu: tiga item pada M-CHAT dihilangkan karena
menimbulkan bias; dua puluh item sisanya diorganisir lebih
baik; tujuh item (best 7) yang mendeskripsikan GSA diletakkan
pada 10 item pertama; bahasa yang digunakan lebih jelas dan
diberikan contoh untuk mempermudah pertanyaaan; dapat
dilakukan sendiri oleh orangtua. Orangtua dapat diberikan
lembar isian M-CHAT-R/F, memerlukan waktu 5-10 menit,
berisi 20 pertanyaan ya atau tidak yang mudah dimengerti pada
anak usia 18-48 bulan. Orangtua diminta menjawab pertanyaan
lanjutan jika anak terskrining positif untuk menambah informasi
dan mendapatkan contoh perilaku berisiko. Sensitifitas M-
CHAT-R/F di Amerika dilaporkan sebesar 0,854 pada sampel
populasi dan klinis, sedangkan spesifisitas sebesar 0,993.
21,22,24 Uji validitas M-CHAT-R/F belum pernah dilakukan di
Indonesia.
Contoh Deteksi Dini Autis Pada Anak Umur 18-36 bulan
CHAT(Checklist for Autism in Toddler)
1) Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncang-guncang
naik turun (bounched) di paha anda? Ya atau tidak
2) Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain? Ya atau tidak

99
3) Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat
tangga? Ya atau tidak
4) Apakah anak suka bermain “ciluk ba”, petak umpet? Ya atau
tidak
5) Apakah anak pernah bermain seolah-olah membuat
secangkirthe menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko
atau permainan lain? Ya atau tidak
a) Kusioner Masalah Mental dan Emosi (KMME)
Kuisioner Masalah Mental dan Emosional Anak
(KMME) adalah salah satu tes skrining dini yang dapat
digunakan untuk gangguan mental dan emosional yang
ditujukan untuk anak berusia 3-6 tahun. Kuisioner Masalah
Mental Emosional dapat mensuspek diaognosis anak,
dengan skrining ini orang tua dapat segera menindak lanjuti
dan dapat segera mengkonsultasikan kepada tenaga
kesehatan dan dokter.
Hasil penelitian Lilik hanifah dan Mieke Prasetya
Ningrum (2012) dengan judul Gambaran Hasil Deteksi Dini
Masalah Mental Emosional Anak Prasekilah Usia 36
Sampai 72 bulan Di play Group dan TK Chery Kids Club
Islamic Scholl Grogol Sukoharjo Tahun 2012 didapatkan
anak yang tidak mengalami masalah mental emosional
sebanyak 19 anak 65,5%) sedangkan anak yang mengalami
masalah mental emosional anak sebanyak 10 anak (34,5%).
b) KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
 Tujuan: Deteksi dini penyimpangan masalah mental
emosional pada anakpra sekolah
 Jadwal :Tiap 6 bulan pada anak umur 36 – 72 bulan
 Alat :KMME
 Cara :
- Tanyakan secara jelas, satu persatu pada orang tua
- Catat jumlah jawaban “YA”
- Interpretasi :Bila ada jawaban “YA” → kemungkinan +
 Intervensi :
- Bila ada jawaban “YA” beri konseling pada orang tua
dengan bukupedoman pola asuh anak yang mendukung
perkembangan. Lakukanevaluasi 3 bulan → tetap → rujuk.
- Bila jawaban “YA” 2 > → rujuk
c) Contoh Kusioner Masalah Mental Emosi (KMME)

100
 Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab
yang jelas?(Seperti banyak menangis, mudah tersinggung
atau bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang sudah
biasa dihadapinya) Ya atau tidak
 Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman
atau anggota keluarganya?(Seperti ingin merasa sendirian,
menyendiri atau meras sedih sepanjang waktu, kehilangan
minat terhadap hal-hal yang biasa diminati) Ya atau tidak
 Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan
menentang terhadap lingkungan di sekitarnya?(Seperti
melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali
melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya atau
menyiksa binatang atau anak-anak lainnya serta tampak
tidak peduli dengan nasehat-nasehat yang sudah diberikan
kepadanya) Ya atau tidak
 Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan
ketakutan atau kecemasan yang berlebihan yang tidak
dapat dijelaskan asalnya atau tidak sebanding dengan anak
lain seusianya? Ya atau tidak
 Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena
adanya konsentrasi yang buruk atau mudah teralih
perhatiannya sehingga mengalami penurunan dalam
aktivitas sehari-hari atau prestasi belajarnya? Ya atau tidak
c. Persiapan pemeriksaan penunjang
1) Neutrologis
2) Test neupsikologis
3) Test pendengaran
4) MRI (Magnetic resonance imaging)
5) EEG (elektro encepalogram)
6) Pemeriksaan darah
7) Pemeriksaan urine.

2. Masalah keperawatan pada anak kebutuhan khusus : reterdasi


mental, down syndrome, autisme, dan child abuse
a. Reterdasi mental
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak
dengan retardasi mental menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), adalah sebagai berikut

101
1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan
fungsi kognitif
2) Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3) Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas
fisik
4) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan
adaptasi sosial
5) Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
6) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.
b. Down syndrome
Berdasarkan Townsend (2011); Carpenito (2013); dan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia atau SDKI (2017),
pada seorang dengan retardasi mental berkaitan dengan down
syndrome adalah sebagai berikut:
1) Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi pernapasan.
2) Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena
lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
3) Risiko tinggi cedera hiperekstensibilitas sendi, instabilitas
atlantoaksial
4) Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan
mental yang mereka miliki.
5) Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom
down.
c. Autisme
1) Risiko mutilasi diri dibuktikan dengan individu autistik.
2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
3) Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan.
4) Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak
terpenuhinya tugas perkembangan.
d. Child abuse
1) Kekerasan
2) Isolasi social
3) Koping keluarga inefektif
4) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan

102
3. Rencana keperawatan pada anak kebutuhan khusus: reterdasi
mental, down syndrome, autisme, dan child abuse
a. Reterdasi
1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan
fungsi kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang
Kriteria Hasil :
 Tak ada kemunduran mental
 Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan
secara optimal

Intervensi :

a) Kaji tingkat perkembangan anak


b) Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
c) Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
d) Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
e) Pantau tingkat perkembangan anak

Rasional :

a) Informasi data dlm menentukan intervensi


b) Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
c) Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
d) Meningkatkan kemampuan
e) Mengetahui kemajuan / perkembangan anak
2) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan
adaptasi sosial
Tujuan : Anak mampu berinteraksi social
Kriteria Hasil :
 Anak tidak mengisolasi diri
 Anak mapu bergaul dengan lingkungan

Intervensi :

a) Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi


sosial
b) Tingkatkan komunikasi verbal
c) Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
d) Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
e) Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya

Rasional :

103
a) Informasi data dlm menentukan intervensi
b) Melatih anak dalam berkomunikasi
c) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
d) Meningkatkan harga diri anak
e) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
3) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Anak tampak bersih
 Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya

Intervensi :

a) Kaji tingkat kemampuan anak


b) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
c) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
d) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
e) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya

Rasional :

a) Untuk menentukan intervensi


b) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
c) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
d) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
e) Meningkatkan motivasi anak.

b. Down syndrome
1) Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi pernapasan
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
Intervensi:
a) Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional: Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme
infektif

104
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering,
terutama penggunaan postur duduk Rasional: Untuk
mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan
ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin Rasional: Untuk
mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane
mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit
tipe-bulb Rasional: Karena tulang hidung anak tidak
berkembang menyebabkan masalah kronis
ketidakadekuatan drainase mucus
e) Dorong kepatuhan terimunisasi yang dianjurkan Rasional:
Untuk mencegah infeksi
f) Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotic
bila diinstruksikan Rasional: Untuk keberhasilan
penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan
organism resisten
2) Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena
lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
Tujuan : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi
minimal
Intervensi:
a) Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila
perlu Rasional: Untuk menghilangkan mukus
b) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan
anak untuk beristirahat selama pemberian makan Rasional:
Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan
pernapasan mulut

105
c) Berikan makanan padat denga mendorongnya ke mulut
bagian belakang dan samping Rasional: Karena refleks
menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik
d) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy
berdasarkan tinggi dan berat badan Rasional: Memberikan
kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
e) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur Rasional:
Untuk mengealuasi asupan nutrisi
f) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah
makananyang spesifik Rasional: Mengetahui diit yang tepat
3) Risiko tinggi cedera hiperekstensibilitas sendi, instabilitas
atlantoaksial
Tujuan: mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien
dengan sindrom down
Intervensi:
a) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai
dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan
ketahanan Rasional: Untuk menhindari cedera
b) Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga
yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher
Rasional: Menjauhkan anak dari factor resiko cedera
c) Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru,
pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial Rasional: Memberikan
perawatan yang tepat Laporkan dengan segera adanya
tanda- tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher
menetap, hilangnya ketrampilanmotorik stabil dan control
kandung kemih/usus, perubahan sensasi) Untuk mencegah
keterlambatan pengobatan
4) Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan
mental yang mereka miliki.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi

106
Intervensi:
a) Motivasi orang tua agar member kesempatan anak untuk
bermain dengan teman sebaya agar anak mudah
bersosialisasi Rasional: Pertukem anak tidak semaikin
terhambat
b) Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Rasional: Kemampuan berekspresi diharapkan dapat
menggali potensi anak
5) Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom
down.
Tujuan: orang tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada
anaknya
Intervensi:
a) Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan
yang memadai pada anak Rasional: lingkungan yang
memadai mendukung anak untuk berkembang
b) Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik
kasar dan halus serta pentunjuk agar anak mampu
berbahasa Rasional: Kemampuan berbahasa pada anak
akan terlatih
c) Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada
anak dalam aktivitas sehari- hari. Rasional: Aktivitas sehari-
hari akan membantu pertukem anak

c. Autisme
Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan
rasionalisasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada anak
dengan gangguan perkembangan pervasife autisme antara
lain:
1) Risiko mutilasi diri

107
Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku
alternative (misalnya memulai interaksi antara diri dengan
perawat) sebagai respons terhadap kecemasan
Kriteria hasil:
 Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak
memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri
 Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila
merasa cemas
Intervensi
a) Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman,
lingkungan yang kondusif untuk mencegah perilaku
merusak diri. Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk
menjamin keselamatan anak)
b) Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif
sebagai respon terhadap kecemasan Rasional :
pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara
/alternative pemecahan yang tepat.
c) Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat
anak memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk
mencegah menarik – narik rambut, pemberian bantal yang
sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat
gerakan-gerakan histeris Rasional : Untuk menjaga bagian-
bagian vital dari cidera
d) Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu
perawat Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin
hubungan saling percaya dengan pasien
e) Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu –
waktu mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
Rasional : dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada
perilaku-perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman
2) Kerusakan interaksi sosial

108
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada
seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap
responsive pada wajah dan kontak mata dalam waktu yang
ditentukan
Kriteria hasil:
 Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
 Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada
wajah dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam
berinteraksi dengan orang lain
 Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain
Intervensi
a) Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk
meningkatkan keper-cayaan Rasional : Interaksi staf
dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan
kepercayaan
b) Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan
kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa aman dalam
waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress
Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam
waktu-waktu aman bila anak merasa distres
c) Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan
kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
percaya Rasional: Karakteristik-karakteritik ini
meningkatkan pembentukan dan mempertahankan
hubungan saling percaya
d) Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan
interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan yang positif
pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur
dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan Rasional :

109
Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
e) Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang
berusaha keras untuk membentuk hubungan dengan orang
lain dilingkungannya Rasional :Kehadiran seorang yang
telah terbentuk hubungan saling percaya dapat memberikan
rasa aman
3) Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang
pemberi perawatan ditandai dengan sikap responsive dan
kontak mata dalam waktu yang telah ditentukan
Kriteria hasil:
 Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti
oleh orang lain
 Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan
pengungkapan verbal
 Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan
orang lain

Intervensi

a) Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami


tindakan-tindakan dan komunikasi anak Rasional: Hal ini
memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk
memahami tindakan-tindakan dan komunikasi pasien
b) Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai
kepuasan pola komunikasi terbentuk Rasional :
Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi
kecemasan anak sehingga anak akan dapat mulai menjalin
komunikasi dengan orang lain dengan asertif
c) Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk
menguraikan kode pola komunikasi ( misalnya :” Apakah
anda bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?” )
Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan
akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-
pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati
untuk tidak “berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya”
d) Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk
menyampaikan ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar

110
dengan menggunakan contoh Rasional: Kontak mata
mengekspresikan minat yang murni terhadap dan hormat
kepada seseorang
4) Gangguan Indentitas Pribadi
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri
sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam
waktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri
terpisah dari orang lain saat pulang
Kriteria hasil:
 Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari
tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
 Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri
dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia
(mengulangi kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia
(meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)

Intervensi:

a) Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak Rasional :


Interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan data
kepercayaan
b) Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah
selama kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian
dan makan Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat
meningkatkan kewaspadaan anda terhadap diri sebagai
sesuatu yang terpisah dari orang lain
c) Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-
bagian tubuhnya Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat
meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai
sesuatu yang terpisah dari orang lain
d) Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap,
menggunakan sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-
perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati
dengans entuhan sampai kepercayaan anak telah terbentuk
Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan
sebagai suatu ancaman oleh pasien
e) Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian
dari batas-batas tubuh dengan menggunakan cermin dan
lukisan serta gambar-gambar dari anak Rasional: Dapat
memberikan gambaran tentang bentuk tubuh dan gambaran
diri pada anak secara tepat.

111
d. Child abuse
1) Perilaku kekerasan
Tujuan.: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat
berhubungan dengan orang lain.
Kriteria hasil:
 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang
positif yang dimiliki.
 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
kemampuan yang dimiliki.
 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan


prinsip komunikasi terapeutik. Rasional : hubungan saling
percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki
klien.
c) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian
negatif. Rasional : pemberian penilaian negatif dapat
menurunkan semangat klien dalam hidupnya.
d) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan
dan aspek positif klien. Rasional : meningkatkan harga diri
klien.
e) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan. Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang
masih dapat digunakan.
f) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya di rumah sakit. Rasional : mengidentifikasi
kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
g) Berikan pujian. Rasional : meningkatkan harga diri dan
merasa diperhatikan.
h) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan
di rumah sakit. Rasional : agar klien dapat melakukan
kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.

112
i) Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh. Rasional :
menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
j) Beri pujian atas keberhasilan klien. Rasional : meningkatkan
motivasi untuk berbuat lebih baik.
k) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah
dilatih. Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara
teratur.
l) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan. Rasional : tujuan utama dalam
penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan
respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.
m) Beri pujian atas keberhasilan klien. Rasional : meningkatkan
harga diri klien.
n) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah. Rasional :
mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
2) Isolasi social
Tujuan: Klien dapat menerima interaksi social terhadap individu
lainya.
Kriteria hasil
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
 Klien dapat berkomunikasi dengan baik atau jelas dan
terbuka.
 Klien dapat menggunakan koping yang konstruktif.
 Kecemasan klien telah berkurang.

Intervensi

 Psikoterapeutik
 Bina hubungan saling percaya
 Buat kontrak dengan klien : memperkenalkan nama perawat
dan waktu interaksi dan tujuan.
 Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien,
untuk menunjukkan penghargaan yang tulus.
 Jelaskan kepada klien bahwa informasi tentang pribadi klien
tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak
berkepentingan.
 Selalu memperhatikan  kebutuhan klien.
 Berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka

113
 Bicarakan dengan klien tentang sesuatu yang nyata dan
pakai istilah yang sederhana
 Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai,
jelas dan teratur.
 Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraannya dengan
perawat.
 Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaanya
 Kenal dan dukung kelebihan klien
 Tunjukkan cara penyelesaian masalah (koping) yang bisa
digunakan klien, cara menceritakan perasaanya  kepada
orang lain yang terdekat/dipercaya.
 Bahas bersama klien tentang koping yang konstruktif
 Dukung koping klien yang konstruktif
 Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
 Bantu klien mengurangi cemasnya ketika hubungan
interpersonal
 Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada
awal terapi.
 Lakukan interaksi dengan klien  sesering mungkin.
 Temani klien beberapa saat dengan duduk disamping klien.
 Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap, dimulai dari klien dengan perawat, kemudian
dengan dua perawat, kemudian ditambah dengan satu klien
dan seterusnya.
 Libatkan klien dalam aktivitas kelompok.
 Pendidikan kesehatan
 Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain
dengan kata-kata seperti dengan menulis, menangis,
menggambar, berolah-raga, bermain musik, cara
berhubungan dengan orang lain : keuntungan berhubungan
dengan orang lain
 Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan
menarik diri.
 Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap
mengadakan hubungan dengan klien.
 Anjurkan pada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam
aktivitas dilingkungan masyarakat.
 Kegiatan hidup sehari-hari

114
 Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai
dapat melaksanakannya sendiri.
 Bimbing klien berpakaian yang rapi
 Batasi kesempatan untuk tidur
 Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti : majalah,
surat kabar, radio dan televisi.
 Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
 Lingkungan Terapeutik
 Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien
maupun orang lain dari ruangan.
 Cegah  agar klien tidak berada didalam ruangan yang sendiri
dalam jangka waktu yang lama.
 Beri rangsangan sensori seperti : suara musik, gambar
hiasan di ruangan.
3) Koping keluarga inefektif
Tujuan: Koping adatif dapat dilakukan dengan optimal.
Kriteria hasil
 Keluarga dapat mengenal masalah dalam keluarga dan
menyelesaikannya dengan tindakan yang tepat.

Intervensi

a) Identifikasi dengan keluarga tentang prilaku maladaptif .


Rasional : Keluarga mengenal dan mengungkapkan serta
menerima perasaannya sehingga mempermudah
pemberian asuhan kepada anak dengan benar.
b) Beri reinforcement positif atas tindakan keluarga yang
adaptif. Rasional : Untuk memotivasi keluarga dalam
mengasuh anak secara baik dan benar tanpa menghakimi
dan menyalahkan anak atas keadaan yang buruk.
c) Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan yang
semestinya terhadap anak. Rasional : Memberikan
gambaran tentang tindakan yang semestinya dapat
dilaksanakan keluarga terhadap anak.
d) Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya peran
orang tua sebagai status pendukung dalam proses tumbuh
kembang anak. Rasional : Memberikan kejelasan dan
memotivasi keluarga untuk meningkatkan peran sertanya
dalam pengasuhan dan proses tumbuh kembang anaknya.

115
e) Kolaborasi dalam pemberian pendidikan keluarga terhadap
orang tua. Rasional :Dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman keluarga (orang tua),tentang pentingnya peran
orang tua dalam tumbuh kembang anak,memiliki
pengetahuan tentang metode pengasuhan yang baik,dan
menanamkan kesadaran untuk menerima anaknya dalam
keadaan apapun.
4) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan.: Klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Kriteria hasil:
 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang
biasa dilakukan.
 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
 Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan
secara konstruktif.
 Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
 Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
 Klien dapat menggunakan obat yang benar.

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya. Salam terapeutik,


perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu
yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang,
observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka
pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi
selanjutnya.
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan
perasaannya. Rasional : Informasi dari klien penting bagi
perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan
masalah yang konstruktif.
c) Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel /
kesal Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu
lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien
untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.

116
d) Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat
jengkel. Rasional : Pengungkapan kekesalan secara
konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang
konstruktif pula. Observasi tanda perilaku kekerasan pada
klien. Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh
klien sehingga memudahkan untuk intervensi.
e) Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang
dialami klien. Rasional : memudahkan klien dalam
mengontrol perilaku kekerasan.
f) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan. Rasional : memudahkan dalam
pemberian tindakan kepada klien.
g) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan. Rasional : mengetahui
bagaimana cara klien melakukannya.
h) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien
lakukan masalahnya selesai. Rasional : membantu dalam
memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
i) Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang
dilakukan klien Rasional : mencari metode koping yang
tepat dan konstruktif.
j) Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukan. Rasional : mengerti cara yang benar dalam
mengalihkan perasaan marah.
k) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat”. Rasional : menambah pengetahuan klien
tentang koping yang konstruktif.
l) Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif,
meningkatkan harga diri klien.
m) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
 Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol /
kasur atau olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
 Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel /
kesal.
 Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen
perilaku kekerasan.

117
 Secara spiritual : anjurkan klien berdua,
sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi
kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah
mengontrol kemarahan klien.
n) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara
mengontrol perilaku kekerasan.
o) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang
diberikan.
p) Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut. Rasional :
mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
q) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut. Rasional : meningkatkan harga
diri klien.
r) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah
dipelajari saat jengkel / marah. Rasional : mengetahui
kemajuan klien selama diintervensi.
s) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari
sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien
selama ini. Rasional : memotivasi keluarga dalam
memberikan perawatan kepada klien.
t) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat
berperan dalam perubahan perilaku klien.

4. Implementasi pada anak dengan kebutuhan khsusus


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan
yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi. Rencana tindakan tersebut diterapkan dalam situasi
yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil
yang di harapakan. Tindakan keperawatan harus mendetail.
Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkandan di
lakukan sesuai dengan kondisi pasien

118
5. Evaluasi asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan
khusus
Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah
tindakan keperawatan antara lain:

a. Tidak mengalami kegagalan tumbang


b. Anak mampu berinteraksi social
c. Perawatan diri terpenuhi
d. Komunikasi verbal dapat meningkat
e. Kelurga menerima kondisi anaknya

6. Praktik anamneeses riwayat penyakit


a. Definisi
Anamnesa adalah Cara pemeriksaan yang dilakukan
dengan wawancara baik langsung pada pasien ( Auto
anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo
anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari
anamnese.
b. Tujuan
1) Untuk mendapatkan keterangan sebanyakbanyaknya mengenai
penyakit pasien
2) Membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa
penyakit yang sudah dapat ditegaskan dengan anamnese saja
3) Menetapkan diagnosa banding
Membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya
c. Langkah-langkah anemnesis
1) Mula-mula dipastikan identitas pasien dengan lengkap
(informasi biografi )
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan saat ini
4) Riwayat penyakit terdahulu
d. Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin

119
4) Nama Orang tua
5) Alamat
6) Umur, Penduduk, & Pekerjaan Orang Tua
7) Agama dan Suku Bangsa
e. Keluhan utama
Gangguan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu
pertolongan, dan menyebabkan penderita datang berobat
kemudian ditanya keluhan tambahan.
f. Riwayat kesehatan saat ini
1) Keluhan yang dirasakan pasien sejak gejala pertama sampai
saat dilakukan anamnesis/klien meminta pertolongan pertama
sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi
2) Bagaimana sifat dan hebatnya keluhan
3) Dimana pertama kali keluhan timbul
4) Apa yang sedang dilakukan ketika keluhan itu terjadi
5) Keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan
6) Ada tidaknya usaha untuk mengurangi keluhan sebelum
mendapat pertolongan serta berhasil atau tidak usaha tersebut
g. Riwayat penyakit terdahulu
1) Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi
2) Riwayat keluarga
3) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
4) Status perkawinan
5) Riwayat psikososial
6) Analisis sistem ( review of system )

7. Prosedur pemeriksaan fisik pada anak dengan kebutuhan


khusus
a. Screening dengan menggunakan CHAT

120
Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) salah satu
instrumen skrining yang mudah dikerjakan, singkat dan tidak
memerlukan biaya mahal. Sensitifitas CHAT sangat rendah
yaitu 0,18-0,38 pada sampel populasi dan 0,65 pada sampel
klinis, sehingga dilakukan revisi menjadi Modified-Checklist for
Autism in Toddler (M-CHAT).21 Sensitifitas M-CHAT di Amerika
dilaporkan sebesar 0,85 pada sampel populasi dan klinis,
sedangkan spesifisitas sebesar 0,93- 1,0.22 Sensitifitas M-
CHAT di Indonesia sebesar 82,35% dan spesifisitas 89,68%.7
Berbagai perbandingan sensitivitas dan spesifisitas dapat
dilihat pada tabel 5 (lampiran).
Modified Checklist for Autism in Toddler, Revised with
Follow-up (M-CHAT-R/F) diperkenalkan dengan beberapa
perubahan yaitu: tiga item pada M-CHAT dihilangkan karena
menimbulkan bias; dua puluh item sisanya diorganisir lebih
baik; tujuh item (best 7) yang mendeskripsikan GSA diletakkan
pada 10 item pertama; bahasa yang digunakan lebih jelas dan
diberikan contoh untuk mempermudah pertanyaaan; dapat
dilakukan sendiri oleh orangtua. Orangtua dapat diberikan
lembar isian M-CHAT-R/F, memerlukan waktu 5-10 menit,
berisi 20 pertanyaan ya atau tidak yang mudah dimengerti pada
anak usia 18-48 bulan. Orangtua diminta menjawab pertanyaan
lanjutan jika anak terskrining positif untuk menambah informasi
dan mendapatkan contoh perilaku berisiko. Sensitifitas M-
CHAT-R/F di Amerika dilaporkan sebesar 0,854 pada sampel
populasi dan klinis, sedangkan spesifisitas sebesar 0,993.
21,22,24 Uji validitas M-CHAT-R/F belum pernah dilakukan di
Indonesia.Contoh Deteksi Dini Autis Pada Anak Umur 18-36
bulan CHAT(Checklist for Autism in Toddler)
b. Pemeriksaan dengan kuisioner gangguan mental
emosional/KMME

1) Langkah-langkah melakukan KMME


Tanyakan Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas
dan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,
nyaring,satu persatu perilaku yang tertulis satu persatu perilaku
yang tertulis  pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.
Catat dan hitung berapa ban n hitung berapa banyak jumlah
jwaban yak jumlah jwaban ‘YA’.

121
Interpretasi: Bila ada satu atau lebih jawaban YA, maka
kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
2) Intervensi
a) Bila jawaban jawaban YA hanya ada 1, maka: Lakukan
Lakukan konseling konseling kepada orang tua
menggunakan menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh
Yang Mendukung Perkembangan Anak.
b) Lakukan evaluasi setelah 3  bulan, bila tidak ada
perubahan maka anak dirujuk ke Rumah Sak ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas it yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak .
c) Bila ditemukan ditemukan dua atau lebih jawaban jawaban
YA, maka tindakan tindakan yang perlu dilakukan dilakukan
adalah merujuk anak ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak. Rujukan harus
diserta Rujukan harus disertai informasi mengenai i
informasi mengenai jumlah dan masalah jumlah dan
masalah mental emosional yang emosional yang
ditemukan.

8. Prosedur persiapan untuk pemeriksaan penunjang pada anak


kebutuhan khusus
Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan kelainan
neurodevelopmental yang ditandai dengan adanya kegagalan
interaksi sosial, kesulitan berkomunikasi dan adanya tingkah
laku repetitif - restriktif dengan onset sebelum usia 3 tahun.
Gangguan yang termasuk dalam kriteria diagnosis ASD adalah
autistic disorder, pervasive developmental disorder not
otherwise specified (PDDNOS) dan Asperger’s disorder (APA,
1994). Childhood Autism Rating Scale lebih sering digunakan
untuk mengevaluasi tingkah laku, adaptasi terhadap
perubahan, respon pendengaran, komunikasi verbal dan
interaksi dengan orang lain pada anak usia 2 tahun ke atas.
Tingkah laku anak dirangking dan scoring berdasarkan skala
perbandingan pada anak normal di umur yang sama (Filipek PA
et al,1999).

a. METODE TERAPI YANG DITERAPKAN

122
Terapi Perilaku Dengan Metode Lovaas (Program Dtt) Suatu
program modifikasi perilaku yang dikembangkan oleh Prof.Ivar
O.Lovaas, dkk dari University of California Los Angles (UCLA)
di Amerika Serikat. Program DTT(Discrete Trial Training) dari
Lovaas ini didasari oleh metode ABA (Applied Behaviour
Analysis) atau aplikasi analisis perilaku. Merupakan terapi yang
didasarkan pada pendekatan behavioristik, melibatkan peran
aktiforangtua di rumah. Diberikan sejak anak usia dini, 30-40
jam/ minggu, one-on-one.
1) Tujuan Terapi
Tujuan terapi adalah mementuk tingkah laku yang dapat
diterima lingkungan dan menghilangkan/mengurangi tingkah
laku bermasalah Rangkaian tingkah laku
2) Faktor Penentu Keberhasilan
a) Dilaksanakan sejak usia dini (<3 th)
b) Intensif (sekitar 40 jam seminggu)
c) Dilakukan dimanapun anak berada secara konsisten
d) Hubungan yang dekat secara emosinal antara anak dengan
terapis
e) Kreativitas dalam bentuk materi dan cara penyampaiannya
b. TERAPI OKUPASI
Konsep Dasar Terapi Okupasi Konsep dasar terapi okupasi
membahas tentang pengertian, indikasi, fungsi, jenis, dan
tahapan terapi okupasi serta tahapan terapi okupasi kelompok,
selengkapnya dijabarkan dalam uraian berikut ini:
Pengertian Terapi Okupasi, Terapi okupasi merupakan salah
satu bentuk psikoterapi suportif yang penting dilakukan untuk
meningkatkan kesembuhan pasien (Buchain et al, 2003).
Terapi okupasi (Occupational terapy) merupakan suatu ilmu
dan seni dalam mengarahkan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,
meningkatkan kemampuan dan mempermudah belajar keahlian
atau fungsi yang dibutuhkan dalam tahap penyesuaian diri
dengan lingkungan. Juga untuk meningkatkan derajat
kesehatan (Budiman & Siahan, 2003).
c. TERAPI WICARA
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu gangguan
tumbuhkembang yang paling sering ditemukan pada anak.

123
Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering
dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter.
Terapi wicara adalah langkah tepat yang dianjurkan oleh
dokter spesialis tumbuh kembang anak. Terapi ini wajib
dilakukan pada buah hati Anda yang mengalami
masalahketerlambatan bicara (speech delay) Catatan Dokter
Spesialis: Terapi wicara dilakukan oleh seorang Speech-
language pathologists (SLPs), atau lazimnya dikenal sebagai
terapis wicara. Dengan menilai kemampuan berbicara, bahasa,
komunikasi kognitif, dan keterampilan menelan pada anakanak
dan orang dewasa, seorang terapis wicara dapat
mengidentifikasi jenis masalah komunikasi dan cara terbaik
untuk melatih kemampuan berbicaramereka. Terapi dilakukan
pada masalah di bidang artikulasi; Difluency(ketidaklancaran
berbicara); gangguan makan, gangguan bunyi suara (sengau),
serta gangguan bahasa reseptif dan ekspresif.
d. Terapi Artikulasi
Dalam latihan artikulasi atau pembentukan suara, peran
terapis dalam memberikan contoh pembentukan bunyi serta
suku katayang tepat kepada anak, harus dilakukan secara
konsisten selama aktivitas berlansung. Tingkat kesulitan
aktivitas bermain harus disesuaikan dengan usia dan jenis
kebutuhan anak. Terapis akan memberikan contoh bagaimana
memproduksi suara dengan tepat dengan cara memeragakan
secara gambling pergerakan lidah dan alat ucapan lainnya
sehingga sebuah bunyi –misalnya „r‟- dapat dihasilkan dengan
baik dan tepat.
e. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus
1) Pemantauan sejak dini
2) Adaptasi dengan anak
3) Beri motivasi dan perhatian
4) Pemikiran orang tua harus terbuka
5) Ajarkan kemandirian sedari dini
6) Bekerja sama dengan sekolah
7) Memberikan terapi pada anak
8) Ajari anak mengeksplorasi diri

Masalah anak berkebutuhan khusus merupakan


masalah yang cukup kompleks secara kuantitas maupun
kualitas. Mengingat berbagai jenis anak berkebutuhan khusus
mempunyai permasalahan yang berbeda-beda, maka

124
dibutuhkan penanganan secara khusus. Jika anak
berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan yang tepat,
khususnya keterampilan hidup (life skill) sesuai minat dan
potensinya, maka anak akan lebih mandiri. Namun, jika tidak
ditangani secara tepat, maka perkembangan kemampuan anak
mengalami hambatan dan menjadi beban orangtua, keluarga,
masyarakat dan negara.

Orang tua atau keluarga sebagai pemberi layanan utama


terhadap anak berkebutuhan khusus, pada umumnya masih
kurang mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk
memberikan persamaan hak dan kesempatan bagi anak-anak
tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan orangtua
ataukeluarga tentang bagaimana merawat, mendidik,
mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut.
Orangtua atau keluarga merupakan faktor terpenting dalam
memfasilitasi tumbuh kembang dan perlindungan anak
berkebutuhan khusus.

Melalui Panduan ini diharapkan para orangtua atau


keluarga, dan masyarakat dapat memberikan penanganan
yang terbaik untuk anak berkebutuhan khusus, agar mereka
dapat mandiri secara optimal. Panduan ini dilengkapi dengan
lampiran cara penanganan anak berkebutuhan khusus yang
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi.

9. Prosedur tindakan pada anak kebutuhan khusus


a. Konseling keluarga
1) Pengertian Konseling Keluarga
Family Counseling (konseling keluarga) didefinisikan
sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu
keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis, sehingga
setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman (comfortable).

2) Prinsip-prinsip konseling keluarga:


a) Bukan metode baru untuk mengatasi human problem.
b) Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang lebih
penting dari yang lain.
c) Situasi saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga
dan prosesnyalah yang harus diubah.

125
d) Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari permasalahan
keluarga, karena hal ini hanya membuang waktu saja untuk
ditelusuri.
e) Selama intervensi berlangsung, konselor/terapist
merupakan bagian penting dalam dinamika keluarga, jadi
melibatkan dirinya sendiri.
f) Konselor/terapist memberanikan anggota keluarga untuk
mengutarakan dan berinteraksi dengan setiap anggota
keluarga dan menjadi ³intra family involved´.
g) Relasi antara konselor/terapist merupakan hal yang
sementara. Relasi yang permanen merupakan penyelesaian
yang buruk.
h) Supervisi dilakukan secara riil/nyata (conselor/therapist
center) (Perez,1979).
3) Tujuan Konseling Keluarga:
a) Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara
emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling
bertautan di antara anggota keluarga.
b) Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan
bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini
mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi,
harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
c) Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai
dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang
akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
d) Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak
relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
b. Pemenuhan ADL
Activity of Daily Living (ADL) Istilah Activity of Daily Living
(ADL) atau aktivitas kegiatan harian yanglebih familiar dalam
dunia Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)dikenal
dengan istilah “Bina Diri”. Bina Diri mengacu pada suatu
kegiatan yan gbersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan
berkaitan dengan dilatihkan bahwa menyangkut kebutuhan
individu yang harus dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang
lain bila kondisinya memungkinkan. Beberapa istilah yang biasa
digunakan untuk menggantikan istilah Bina Diri yaitu “Self Care”,
“Self Help Skill”, atau “PersonalManagement”. Istilah-istilah
tersebut memiliki esensi sama yaitu membahas tentang
mengurus diri sendiri berkaitan dengan kegiatan rutin

126
harian.Ditinjau dari arti kata: Bina berarti membangun/proses
penyempurnaan agar lebih baik, maka Bina Diri adalah usaha
membangun diri individu baiksebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial melalui pendidikan dikeluarga, di sekolah, dan di
masyarakat sehingga terwujutnya kemandirian dengan
keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai.
Istilah Bina Diri lebih luas dari istilah mengurusdiri, menolong
diri, dan merawat diri, karena kemampuan bina diri
akanmengantarkan anak berkebutuhan khusus dapat
menyesuaikan diri dan mencapai kemandirian.Pembelajaran
Bina Diri diajarkan atau dilatihkan pada ABK mengingat dua
aspek yang melatar belakanginya. Latar belakang yang utama
yaitu aspek kemandirian yang berkaitan dengan aspek
kesehatan, dan latar belakanglainnya yaitu berkaitan dengan
kematangan sosial budaya. Beberapa kegiatan rutin harian yang
perlu diajarkan meliputi kegiatan atau keterampilan
mandi,makan, menggosok gigi, dan ke kamar kecil (toilet);
merupakan kegiatan yangsangat erat kaitannya dengan aspek
kesehatan seseorang. Kegiatan atau keterampilan bermobilisasi
(mobilitas), berpakaian dan merias diri (grooming)selain
berkaitan dengan aspek kesehatan juga berkaitan dengan
aspek social lbudaya, hal ini sejalan dengan Arifah A. Riyanto
(1979 : 93) yang menyatakan,ditinjau dari sudut social budaya
maka pakaian merupakan salah satu ala tuntuk berkomunikasi
dengan manusia lain. Dengan demikian jelaslah bahwapakaian
ini bukan saja untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis
material, tetapi juga akan berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan social psikologis.
Agar lebih jelas, urutan kegiatannya disajikan dalam gambar
berikut ini:
1) Kebersihan Diri Mencuci Tangan Dengan Waskom
2) Mencuci Tangan Dengan Air Keran
3) Mencuci Muka
4) Mencuci Kaki
5) Menyikat Gigi
6) Buang Air Besar (BAB)
7) Buang Air Kecil (BAK)
8) Makana.Makan Menggunakan Tangan
9) Makan Menggunakan Sendok
10) Makan Menggunakan Sendok Dan Garpu

127
11) Minum
12) Berhias Diri
13) Berpakaian seperti memakai Pakaian dalam Kaos dalam dan
celana dalam
14) Memakai Pakaian Luar: Kaos oblong Celana luar.
15) Memakai kaos kaki dan bersepatu.
c. Pemenuhan istirahat
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak
harus dipenuhi oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang
cukup, akan membuat tubuh baru dapat berfungsi secara
optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda
pada setiap individu. Istirahat berarti suatu keadaan tenang,
relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan
gelisah. Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas
sama sekali. Berjalan-jalan di taman terkadang juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan  menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh,
dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir
sepertiga dari waktu individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut
didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau
mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi
stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan
dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari
Kebutuhan istirahat tidur.
1) Pola tidur
a) Pola tidur biasa atau NREM
Pola/tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non
Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola
tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur
gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM
lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada
orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (lihat
gambar). Tanda-tanda tidur NREM adalah :
 Mimpi berkurang
 Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
 Tekanan darah turun
 Kecepatan pernafasan turun

128
 Metabolisme turun
 Gerakan mata lambat

Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan


pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara
di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah
terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat)
tahap yang masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola
gelombang otak.

 Tahap I, Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung


selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar
menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata
bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan
pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu
seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha
yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat
di bangunkan dengan mudah. Ketika bangun seseorang
merasa seperti telah melamun.
 Tahap II, Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan
proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak,
kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas,
suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak
ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K
komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam
waktu 10 sampai dengan 15 menit. Pada tahap ini
merupakan periodetidur bersuara, kemajuan relaksasi,
untuk bangun relatif mudah.
 Tahap III, Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam.
Otot-otot dalam keadaan santai penuh, kecepatan jantung,
pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik.
Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan dan jarang
bergerak. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan
terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
 Tahap IV, Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang
ditandai dengan predominasi gelombang delta yang
melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun.
Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan. Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur

129
NREM dan berakhir dengan tidur REM. Tahap ini
berlangsung 15-30 menit.
b) Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola/tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid
Eye Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini
disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”,
yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas
otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini
merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam
keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke
arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap
keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola/tipe tidur
ini, ditandai dengan :
 Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul
sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah
bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat
diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur
NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM
tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
 Mengigau atau bahkan mendengkur (ngorok)
 Otot-otot kendor (relaksasi total)
 Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering
lebih cepat
 Perubahan tekanan darah
 Gerakan otot tidak teratur
 Gerakan mata cepat
 Pembebasan steroid
 Sekresi lambung meningkat
 Ereksi penis pada pria

Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam


tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara
mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis
dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur
nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur
malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur
tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak
4 – 6 siklus.

130
d. Pemenuhan nutrisi
Tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energy
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme
dengan berbagai berbagai keseimbangan air, mineral, dan
cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit
(Notoatmodjo,2003). Zat gizi adalah komponen pembangun
tubuh manusia. Zat pembangun tersebut dibutuhkan untuk
membentuk, mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh.
Anak berkebutuhan khusus tak bisa mendapatkan gizi seimbang
bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Menurut dr. Tri Gunadi, AMD. OT, S.Psi, , biasanya mereka
enggan untuk makan karena cara pengolahan dan cara
pemberian makan yang salah Jika anak enggan untuk makan
maka lambat laun kebutuhan gizinya tak akan tercukupi."Cara
pengolahan yang salah, cara memberikannya salah," Anak
berkebutuhan khusus perlu didampingi para orangtua ketika
mereka hendak makan.Orang tua harus paham dan
mengajarkan anak berkebutuhan khusus bagaimana cara
makan yang benar. "Seringkali orangtua salah dalam
memberikan makan, misalnya contoh tidak mengajari makan.
Yang jadi masalah pada anak berkebutuhan khusus adalah
orangtua yang salah dalam cara pemberian makan Menurut dr.
Tri cara makan merupakan sebuah keterampilan dan bagi anak
berkebutuhan khusus keterampilan tersebut harus diajarkan
terlebih dahulu oleh para orangtua agar kebutuhan gizinya tetap
terpenuhi.
Penyebab anak berkebutuhan khusus tak tercukupi
kebutuhan gizinya Anak berkebutuhan khusus tak bisa
mendapatkan gizi seimbang bisa disebabkan oleh beberapa
faktor. Anak berkebutuhan khusus perlu didampingi para
orangtua ketika mereka hendak makan.. "Makan adalah sebuah
keterampilan dan keterampilan itu harus terpenuhi dan
keterampilan itu harus diajarkan," tutur dr. Tri.
Melihat anak berkebutuhan khusus sulit untuk
menghabiskan makanannya membuat para orangtua melakukan
berbagai macam cara agar makanan tersebut bisa habis. Salah
satu contoh, orang tua membiarkan anak makan sambil
bermain, padahal cara tersebut fatal untuk dilakukan karena tak

131
bisa mengajari anak berkebutuhan khusus untuk mengetahui
bagaimana cara makan yang benar. "Seringkali orangtua salah
mengajarinya. Makan sambil main-main di taman, makan sambil
tidur-tiduran di tempat tidur itu yang menjadi anaknya tak
mempunyai keterampilan. tubuh dalam pertumbuhan atau
perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak,
memperoleh energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
mengatur metabolisme dengan berbagai berbagai
keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga
berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap
berbagai penyakit (Notoatmodjo,2003). Zat gizi adalah
komponen pembangun tubuh manusia. Zat pembangun tersebut
dibutuhkan untuk membentuk, mempertahankan dan
memperbaiki jaringan tubuh.
e. Stimulasi tumbuh kembang dan kemampuan komunikasi
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting
dikenali oleh orang tua. Seringkali permasalahan tentang
tumbuh kembang anak ini tidak dikenali oleh orang tua terutama
bagi mereka yang baru pertama kali mempunyai anak.
Kurang nya pengetahuan orang tua tentang risiko tinggi
gangguan tumbuh kembang anak maupun kurangnya informasi
yang didapat dapat menyebabkan keterlambatan penegakkan
diagnosis dan intervensi dini. Akibatnya adalah prognosis untuk
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
kemampuan genetiknya dapat terganggu.
Apa itu anak berkebutuhan khusus? Adalah anak yang
mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-
intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara
signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusianya. Jenis
anak berkebutuhan khusus terbagi dalam beberapa kategori,
yaitu :
1) Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami
gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh
(total) atau sebagian (low vision)
2) Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami
gangguan pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruhh,
dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan
berbicara

132
3) Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki
intelegensia yang signifikan berada dibawah rata-rata
seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa perkembangan.
4) Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan
gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan,
kelainan bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
5) Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrool sosial,
serta berperilaku menyimpang.
6) Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity
disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang ditandai dengan sekumpulan masalah
berupa gangguan pengendalian diri masalah rentang atensi
atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berfikir dan mengendalikan
emosi.
7) Anak dengan gangguan spectrum autism atau autism spectrum
disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam
tiga area dengan tingkatan berbeda-beda yaitu kemampuan
komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang
repetitive dan stereotipi (berulang dan sama)
8) Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua
atau lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan,
layanan, pendidikan khusus, dan alat bantu belajar yang
khusus.
9) Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang
memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi
belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama
dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
akademik maupun non akademik.
10) Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak
yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan
bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata
yang disebabkan oleh factor fisik, psikologis dan lingkungan
baik reseptif maupun ekspresif.

Bervariasinya tipe anak berkebutuhan khusus dan


masing-masing jenis tersebut mempunyai permasalahan yang
berbeda maka dibutuhkan penanganan khusus baik itu dari

133
keluarga,lingkungan,sekolah maupun intervensi medis maupun
rehabilitasi medic, pendampingan psikologi anak bila diperlukan
demi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Beberapa hal yang harus kita laksanakan agar hak
anak berkebutuhan khusus agar tercapai pertumbuhan dan
perkembangannya secara optimal adalah

 Secara Umum :
Bagi orang tua maupun keluarga bisa menerima dan
ikhlas, bahwa setiap anak adalah titipan dan amanah
Tuhan YME. Sehingga orang tua tidak kecewa maupun
membanding-bandingkan dengan anak lainnya, tidak
menelantarkan hingga menyembunyikannya.
Orang tua maupun keluarga harus memenuhi semua
hak anak berkebutuhan khusus yang sama dengan anak
tanpa berkebutuhan khusus. Hak anak adalah sama,
mempunyai hak untuk mendapatkan kasih sayang,cinta ,
perlindungan, nutrisi yang baik, sandang pangan dan
papan yang cukup, mendapatkan imunisasi dan pelayanan
kesehatan, hak untuk bersosialisasi dan membaur dengan
masyarakat Bagi masyarakat hendaknya secara dini mulai
menghilangkan stigma yang tidak baik tentang anak
berkebutuhan khusus, memberikan kesempatan anak
berkebutuhan khusus agar bisa membaur dan
bersosialisasi, mendapatkan pendidikan yang sesuai. Bagi
pemerintah hendaknya pendataan anak berkebutuhan
khusus dilakukan secara nasional sehingga bantuan
kepada keluarga baik itu bantuan materi,alat bantu,maupun
pendidikan dapat diperoleh secara mudah dan merata oleh
keluarga, sehingga keluarga merasa terbantu dan
semangat memberikan yang terbaik untuk anak mereka.

 Secara khusus
Orang tua harus rutin setidaknya berkonsultasi
dengan tim tenaga medis terdekat yang mempunyai
kompetensi dalam menangani kasus anak berkebutuhan
khusus secara integrasi ( dokter spesialis anak atau dokter
sub spesialis tumbuh kembang/neurologi anak, dokter
spesialis rehabilitasi medis dan tim rehabilitasi medis
(fisioterapi – terapi wicara – terapi okupasi

134
–prostetic/ortotik), psikologi, dan spesialis lainnya (mata,
THT, jiwa, bedah orthopedic, atau spesialis lain) sesuai
jenisnya. Konsultasi ini sebaiknya terjadwal dan dengan
perencanaan yang baik sehingga orang tua tidak
mengalami kebingungan maupun kendala waktu dan biaya
dapat diatasi.
Selalu menindaklanjuti saran dan petunjuk dari tim
tenaga medis Melakukan stimulasi dan intervensi di rumah
sesuai petunjuk dokter anak dan timnya sesuai dengan
jenis dan kebutuhan anak (setiap jenis anak berkebutuhan
khusus akan mempunyai jenis stimulasi dan intervensi yang
berbeda sesuai kebutuhannya Memasukkan anak ke
sekolah yang sesuai dan mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh anak sehingga anak secara perlahan dapat
hidup mandiri dan mempunyai ketrampilan tertentu sesuai
potensinya.
f. Pemberian obat sesuai terapi
Terapi perlu untuk diberikan pada anak kebutuhan khusus
agar kondisi anak menjadi lebih baik. Beberapa terapi yang
dapat digunakan untuk AKB menurut Veskarisyanti (2008)
adalah sebagai berikut :
1) Terapi Biomedik
Obat-obatan juga dipakai terutama pada anak autisme,
tetapi sifatnya sangat individual dan perlu hati-hati. Dosis dan
jenis obat sebaiknya diserahkan kepada dokter spesialis yang
memahami dan mempelajari autisme. Baik obat maupun
vitamin hendaknya diberikan secara hati-hati, karena obat dan
vitamin memberikan efek yang tidak dikehendaki.
2) Terapi Okupasi
Terapi okupasi merupakan terapi yang berguna untuk
melatih otot-otot halus anak. Menurut penelitian hampir semua
kasus anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Dengan terapi ini anak akan
dilatih untuk membuat semua otot dalam tubuhnya berfungsi
dengan tepat.
3) Terapi Integrasi Sensoris
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan
mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari
tubuh maupun lingkungan, dan kemudian meghasilkan respon
yang terarah. Terapi sensoris berguna untuk meningkatkan

135
kematangan susunan saraf pusat, sehingga lebih mampu untuk
memperbaiki struktur dan fungsinya. Aktivitas ini merangsang
koneksi sinaptik yang lebih kompleks, dengan demikian bisa
meningkatkan kapasitas untuk belajar.
4) Terapi Bermain
Landreth dalam Veskarisyanti (2008) mengemukakan bahwa
terapi bermain merupakan pemanfaatan pola permainan
sebagai media yang efektif dari terapis, melalui kebebasan
eksplorasi dan ekspresi diri. Bermain merupkan bagian integral
dari masa kanak-kanak, salah satu media yang unik dan
penting unntuk memfasilitasi perkembangan: ekspresi bahasa,
keterampilan komunikasi, perkembangan emosi, keterampilan
sosial, keterampilan pengambilan keputusan dan
perkembangan kognitif pada anak-anak.
5) Terapi Perilaku
Terapi perilaku berupaya untuk melakukan perubahan pada
anak autistic dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan
perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan. Tujuan
penanganan pada terapi perilaku adalah untuk meningkatkan
pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Dari hasil
terapi ini dapat signifikan bila mampu diterapkan secara
intensif, teratur dan konsisten pada anak usia dini.
6) Terapi Fisik
Beberapa penyandang autisme memiliki gangguan
perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang tonus ototnya
lembek sehingga jalannya kurang kuat, keseimbangan
tubuhnya juga kurang bagus. Fisioterapi dan terapi sensoris
integras akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-
otot dan memperbaiki keseimbangan tubuh anak.
7) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa. Kadang-kadang bicaranya
cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk
memakai kemampuan bicaranya untuk berkomunikasi/
berinteraksi dengan orang lain. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal, materi speech therapy sebaiknya dilakukan
berkolaborasi dengan metode ABA. Selain itu, mereka juga
harus memahami langkah-langkah dalam metode lovas
sebagai dasar materi yang akan diberikan.
8) Terapi Musik

136
Terapi musik adalah suatu terapi yang menggunakan musik
untuk membantu seseorang dalam fungsi kognitif, psikologis,
fisik, perilaku, dan sosial yang mengalami hambatan kecacatan.
Terapi musik dilakukan dengan mengajak anak secara rutin
meluangkan waktunya dan memperkenalkan dia dengan
bermacam-macam alat musik yang nantinya musik ini akan dia
pilih dan diajarkan cara bermain yang benar.
9) Terapi Perkembangan
Terapi ini didasari oleh adanya keadaan bahwa anak dengan
autis melewatkan atau kurang sedikit bahkan banyak sekali
kemampuan
10) Terapi Visual Individu autistic lebih mudah belajar dengan
melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
komunikasi melalui gambar-gambar. Beberapa video games
bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan
komunikasi.
11) Terapi Medika mentosa
Terapi medikamentosa disebut juga dengan terapi obat-
obatan (drug therapy). Terapi ini dilakukan dengan memberikan
obat-obatan oleh dokter yang berwenang. Namun belum ada
obat khusus untuk dapat menyembuhkan anak autisme. Obat-
obatan biasanya hanya untuk menghilangkan gelaja dari
autisme tersebut seperti hiperaktivitias, menyakiti diri sendiri
(agresif), merusak (destruktif), dan gangguan tidur. Reaksi anak
terhadap obat berbeda-beda, ada anak yang cocok dengan
obat A, tapi tidak cocok dengan obat B, atau sebaliknya.
12) Terapi Melalui Makanan
Terapi melalui makanan (diet therapy) diberikan untuk anak-
anak dengan masalah alergi makanan tertentu. Disisi lain, ada
pula beberapa makanan yang mengandung zat yang dapat
memperberat gejala autis pada anak. Pada jenis terapi ini
biasanya ditemukan anak penderita autis terkadang susah
makan atau mengalami alergi ketika mengkonsumsimakanan
tertentu, oleh sebab itu dalam terapi ini diberikan solusi tepat
bagi para orang tua untuk menyiasati menu yang cocok dan
sesuai bagi putra-putrinya sesuai dengan petunjuk ahli
mengenai gizi makanan. Dari pemaparan di atas dapat
diketahui bahwa untuk menangani anak dengan gangguan
autisme dapat dilakukan dengan banyak macam terapi, yaitu

137
terapi biomedik, okupasi, intregasi sensoris, terapi bermain,
terapi perilaku, terapi fisik, terapi wicara, terapi musik, terapi
perkembangan, terap visual, terapi medikamentosa, dan terapi
melalui makan. Namun dalam pemberian terapi hendaknya
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak, agar
penanganannya dapat dilakukan dengan maksimal

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan


Kebutuhan Aman/Nyaman Patologis Dari Sistem Termoregulasi
Dan Imun

1. Pengkajian
Menurut Lestari tahun (2016) pengkajian kejang demam
meliputi :

a. Anamanesis
1) Identitas pasien
a) Nama anak, Nama harus jelas dan lengkap disertai dengan
nama panggilan akrabnya.
b) Umur, Usia anak juga perlu menginterpretasikan data
pemeriksaan klinis anak serta untuk menentukan saat
pemberian dosis obat pada anak.
c) Jenis kelamin, Dikaji untuk identitas dan penilaian data
pemeriksaan klinis, misalnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan reproduksi
d) Alamat, Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien dan
kondisi pasien
e) Anak keberapa, Agar mengetahui ada berapa anggota
dalam satu keluarga dan untuk mendaptkan data
genogram.
f) Nama orang tua, Dikaji agar jelas dan tdak keliru dengan
orang tua pasien yang lain
g) Agama, Keyakinan orang tua pasien dan merupakan
pedoman hidup dan dapat dijadikan pegangan dalam
mengmbil keputusan untuk memberikan tindakan
keperawatan dalam spiritual.

138
h) Pendidikan, Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang
diperoleh serta ditentukan pola penektan anamnesis.
i) Pekerjaan, Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua
dalam menentukan tindakan dan keperawatan yang dapat
dilakukan sesuai dengan kemampuan orang tua untuk
membiayai perawatan anaknya
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama, biasanya anak mengalami peningkatan
suhu tubuh >38 °c, pasien mengalami kejang dan bahkan
pada pasien kejang demam sederhana biasanya
mengelami kejang 1 kali dengan durasi 15 detik dan
mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat kesehatan sekarang, biasanya orang tua klien
mengatakan badan anaknya terasa panas, anaknya sudah
mengalami kejang 1 kali atau berulang dan durasi
kejangnya berapa lama, tegantung jenis kejang demam
yang dialami anak
c) Riwayat kesehatan lalu, khusus anak usia 0-5 tahun
dilakukan pengkajian prenatalcare, natal dan postnatal.
Untuk semua usia biasanya pada anak kejang demam
sederhana, anak pernah mengalami jatuh atau kecelakaan,
sering mengkonsumsi obat bebas dan biasanya
perkermbangannya lebih lambat.
d) Riwayat kesehatan keluarga, biasanya orang tua anak atau
salah satu dari orang tuanya ada yang memiliki riwayat
kejang demam sejak kecil.
e) Riwayat imunisasi, anak yang tidak lengkap melakukan
imunisasi biasanya lebih rentan terkena infeksi atau virus
seperti virus influenza

2. Pemeriksaan fisik
Menurut Lestari (2016) pemeriksaan fisik meliputi sebagai
berikut:

a. Pemeriksaan fisik Keadaan umum biasanya anak rewel dan


menangis, kesadaran composmentis.
b. TTV (tanda-tanda vital) suhu tubuh biasanya >38 °c, respirasi
untuk anak 20-30 kali / menit, nadi pada anak usia 2 - 4 tahun
100 - 110 kali /menit.

139
c. BB (berat badan), biasanya pada anak kejang demam
sederhana tidak mengalami penurunan berat badan yang
berarti.
d. Kepala, tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e. Mata, kedua mata simetris antara kiri dan kanan, sklera anemis
dan konjungtiva pucat.
f. Hidung, penciuman baik dan tidak ada pernapasan cuping
hidung, bentuk hidung simetris, mukosa hidung berwarna
merah mudah.
g. Mulut, gigi lengkap dan tidak ada caries, mukosa bibir pucat
dan pecah pecah, tongsil tidak hiperemis.
h. Leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
i. Thoraks (dada), inspeksi biasanya gerakan dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi, biasanya
vremitus kiri kanan sama. Auskultasi, biasanya ditemukan
suara nafas tambahan
j. Jantung, biasanya mengalami penurunan dan peningkatan
denyut jantung. Inspeksi, cordis tidak terlihat. Palpasi, iktus
cordis di ICS V teraba. Perkusi, batas kiri jantung: ICS II kiri di
line parastrenalis kiri (pinggang jantung), ICS V kiri agak ke
mideal linea midclavicularis kiri. Batasan bawah kanan jantung
disekitar ruang intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis
kanan, batas atasnya di ruang intercostal II kanan linea
parasternalis kanan. Auskultasi, bunyi jantung s1 s2 lup dup.
k. Abdomen, lemas dan datar, tidak ada kembung, tidak ada nyeri
tekan.
l. Anus, biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia dan tidak
ada lecet pada anus.
m. Ekstermitas atas dan bawah tonus otot mengalami kelemahan
dan CRT >2 detik, akral teraba dingin. Penilaian tingkat
kesadaran Compos mentis (consclus), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15-14. Apatis, yaitu keadaan
kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh, nilai 13-12. Delirium, yaitu gelisa dan
disorentasi (waktu, tempat dan orang), membrontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai GCS: 11-10.
Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)

140
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai
GCS: 9-7. Stupor (spoor koma), yaitu kesadaran seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6-4. Coma
(comatose), yaitut idak biasa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya), nilai GCS: ≤3.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Widal
b. Pembiakan kuman dan cairan tubuh
c. Ultrasonografi, endoskopi, atau scanning

4. Masalah Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Rasa


Aman Nyaman (Kejang Demam & Campak)
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan sirkulasi otak
c. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipoksemia
f. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan
neurologis atau kejang
h. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
gangguan kejang

5. Rencana keperawatan pada anak gangguan kebutuhan


aman/nyaman
NO
NANDA NOC NIC
.
1. Hipertermia a. Termoregulasi Perawatan
Batasan Kriteria hasil : demam

141
kerakteristik 1) Merasa 1. Pantau suhu
a. Apnea merinding saat dan ttv lainnya
b. Bayi tidak dingin 2. Monitor warna
dapat 2) Berkeringat kulit dan suhu
mempertaha saat panas 3. Monitor
nkan 3) Tingkat asupan dan
menyusu pernapasan keluaran,
c. Gelisah 4) Melaporkan sadari
d. Hipotensi kenyamanan perubahan
e. Kulit suhu kehilangan
kemerahan 5) Perubahan cairan yang tak
f. Kulit terasa warna kulit dirasakan
hangat 6) Sakit kepala 4. Beri obat atau
g. Latergi cairan IV
h. Kejang 5. Tutup pasien
i. Koma dengan selimut
j. Stupor atau pakaian
k. Takikardia ringan
l. Takipnea 6. Dorong
m. Vasodilatasi konsumsi
Faktor yang cairan
berhubungan 7. Fasilitasi
a. Peningkatan istirahat.
laju Terapkan
metabolisme pembatasan
b. Penyakit aktivitas jika di
c. sepsis perlukan
8. Berikan
oksigen yang
sesuai
9. Tingkatkan

142
sirkulasi udara
10.Mandikan
pasian dengan
spon hangat
dengan hati-
hati
Pengaturan suhu
1. Monitor suhu
paling tidak
setiap 2 jam
sesuai
kebutuhan
2. Monitor dan
laporan
adanya tanda
gejala
hipotermia dan
hepetrmia
3. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
adekuat
4. Berikan
pengobatan
sesuai
kebutuhan
Manajemen
pengobatan
1. Tentukan obat
apa yang
diperlukan,

143
dan kelola
menurut resep
atau protokol
2. Monitor
efektivitas cara
pemberian
obat yng
sesuai
Manajemen
kejang
1. Pertahankan
jalan nafas
2. Balikan badan
pasien ke satu
sisi
3. Longgarkan
pakaian
4. Tetap disisi
pasien saat
kejang
5. Catat lama
kejang
6. Monitor tingkat
obat-obatan
anti epilepsi
dengan benar
2. Keridakefektifan a. Status sirkulasi Terapi okasigen
perfusi jaringan 1) Tekanan 1. Periksa mulut,
serebral darah sistol hidung dan
Faktor resiko 2) Tekanan sekret trakea
a. Gangguan darah diastol 2. Pertahankan

144
serebrovaskul 3) Tekanan nadi jalan napas
er 4) PaO2 yang paten
b. Penyakit 5) PaCO2 3. Atur perlatan
neurologis 6) Saturasi oksigenasi
okasigen 4. Monitor aliran
7) Urine output oksigen
8) Capillary refill 5. Pertahankan
b. Status neurologi posisi pasien
1) Kesadaran 6. Observasi
2) Fungsi tanda-tanda
sensorik dan hipoventilasi
motorik 7. Monitor
kranial adanya
3) Tekanan kecemasan
intrakranial pasien
4) Ukuran pupil terhadap
5) Pola istirahat oksigenasi
6) Orientasi Manajemen
kognitif edema serebral
7) Aktivitas 1. Monitor
kejang adanya
8) Sakit kepala kebingungan,
perubahan
pikiran,
keluhan
pusing,
pingsan
2. Monitor ttv
3. Monitor status
pernafasan
4. Catat

145
perubahan
pasien dalam
beresponterha
dap stimulas
5. Monitor
kerakteristik
cairan
serebrospinal
6. Berikan anti
kejang sesuai
kebutuhan
7. Batasi cairan
8. Posisikan
tinggikeplas
300 atau lebih
Monitoring
peningkatan
intrakranial
1. Monitor
tekanan
perfusi
serebral
2. Monitor
jumlah, nilai
pengeluaran
cairan
3. Monitor intake
dan output
4. Monitor suhu
dan lumlah
leukosit

146
5. Berikan
antibiotik
Monitor tanda-
tanda vital
1. Monitor
takanan
darah, nadi,
suhu dan
pernafasan
2. Monitor
kualitas dari
nadi
3. Monitor
frekuensi
pernafasan
4. Monitor pola
pernafasan
3. Ketidakefektifan a. Status Terapi oksigen
pola napas pernapasan : 1. bersihkan
Batasan ventilasi mulut, hidung
kerakteristik Kriteria hasil dan sekret
a. Branipnea 1) Frekuensi trakea dengan
b. Dispnea pernapasan tepat
c. Penggunaan 2) Irama 2. pertahankan
otot pernafasan kepatenn jalan
bantupernafas 3) Kedalaman nafas
an pernapasan 3. berikan
d. Penurunan 4) Penggunaan oksigen
kapasitas vital otot bantu tambahan
e. Penurunan nafas seperti yang
tekanan 5) Suara nafas diperintahkan

147
ekspirasi tambahan 4. monitor aliran
f. Penurunan b. Status oksigen
tekanan pernapasan : Monitor
inspirasi kepatenan jalan neurologi
g. Pernapasan nafas 1. pantau ukuran
bibir Kriteria hasil pupil bentuk
h. Pernafasan 1) Frekuensi kesimetrisan
cuping hidung pernafasan dan reaktivitas
i. Pola nafas 2) Pernafasan 2. monitor tangkat
abnormal cuping hidung kesadaran
j. Takipnea 3) mendesah 3. monitor GCS
Faktor yang 4. monitor status
berhubungan pernafasan
a. Cedera Monitor TTV
medula 1. monitor TD,
spinalis nadi, suhu, dan
b. Gangguan RR
neurologis 2. catat adanya
c. nyeri fluktuasi
tekanan
3. monitr kualitas
nadi
4. monitor
frekuansi dan
irama
pernafasan
5. monitor suara
paru

148
6. Implementasi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kebutuhan Rasa
Amam Nyaman
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Asmadi, 2012). Implementasi
keperawatan dilakuka semuanya sesuai dengan intervensi
yang ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
kesenjangan implementasi antara teori dan studi kasus.

7. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan


Kebutuhan Aman Nyaman
Tahap evaluasi merupakan hal penentuan kemajuan
pasien terhadap hasil yang diharapkan (Asmadi, 2008).
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada An. E.M sesuai
dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada intervensi
keperawatan. Evaluasi pada diagnosa hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi masalah teratasi, sedangkan diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
masalah belum teratasi. Hal ini menunjukan bahwa ada
kesenjangan antara teori dan studi kasus.

8. Dokumentasi Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Aman


Nyaman
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan
tentang tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan
pelaksanaan keperawatan secara menyeluruh, sistematis dan
terstruktur sebagai pertanggunggugatan terhadap tindakan
yang dilakukan perawat terhadap klien dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan (Prabowo, 2016).

Berdasarkan penjelasan Ali (2009), Dokumentasi


keperawatan merupakan dokumentasi yang legal bagi profesi
keperawatan. Oleh karena itu, dokumentasi keperawatan harus
memenuhi standar yang telah ditentukan. Komisi Gabungan
Akreditasi Organisasi Pelayanan Kesehatan (JCAHO)
merekomendasikan standar dokumentasi keperawatan yang
meliputi :

a. Pengkajian awal dan pengkajian ulang.


b. Diagnosis keperawatan dan kebutuhan asuhan keperawatan
klien.
c. Rencana tindakan asuhan keperawatan.

149
d. Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan atas respon
klien.
e. Hasil dari asuhan keperawatan dan kemampuan untuk tindak
lanjut
f. asuhan keperawatan setelah klien dipulangkan.
Kebutuhan rasa aman adalah suatu keadaan yang membuat
seseorang merasa nyaman, terlindungi dari ancaman
psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri. Dokumentasi
asuhan keperawatan dalam pemenuhan rasa aman nyaman
berarti perawat harus mendokumentasikan/menuliskan asuhan
keperawatan dimulai dari tahap pengkajian hinggan tahap
evaluasi saat menangani klien dengan gangguan rasa aman
nyaman. Dokumentasi ini bertujuan untuk melihat keefektifan
serta untuk pertanggung jawaban dari tindakan keperawatan
yang dilakukan.

9. Praktik Anamnesa pada Anak dengan Gangguan Rasa Aman


Nyaman Patologis Sistem Termoregulasi dan Imun
Anamnesa adalah: Cara pemeriksaan yang dilakukan
dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto
anamnese) atau pada orang tua atau sumber lain (Allo
anamnese) utntuk menggali tentang status kesehatan klien.
dalam anamnesis ini perawat membangun hubungan saling
percaya antara klien dengan perawat. 80% untuk menegakkan
diagnosa didapatkan dari anamnese.

Langkah-langkah anamnesis: Mula-mula dipastikan


identitas pasien dengan, lengkap (informasi biografi), Keluhan
utama, Riwayat kesehatan saat ini, Riwayat penyakit terdahulu.

a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
nama orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa,
agama.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, suku, bangsa, agama, dan hubungan dengan
klien.
3) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian: panas.

150
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit: sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan
menurun, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah.
5) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik itu penyakit
keturunan, menulaataupun penyakit yang sama.
7) Riwayat Sosial
Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial
klien.
8) Kebutuhan Dasar
a) Makanan dan Minuman
Biasa klien mengalami penurunan nafsu makan, dan susah
untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
b) Pola Tidur
Biasa klien susah untuk tidur karena klien merasa gelisah
dan berkeringat.
c) Mandi
Berapa kali klien mandi dalam 1 hari.
d) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar
dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi
cair.

10. Prosedur Pemeriksaan Fisik pada Anak dengan Gangguan


Rasa Aman Nyaman
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran: composmentis, apatis, letargi, somnolen, sopor,
koma.
2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi,
pernafasan, tekanan darah dan suhu. Pemeriksaan ini
merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem
tubuh secara keseluruhan.

151
3) Pemeriksaan Nadi
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
a) Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
b) Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
c) Arteri carotis : Pada leher
d) Arteri femoralis : Pada lipatan paha
e) Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
f) Arteri popliteal : pada lipatan lutut
g) Arteri bracialis : Pada lipatan siku

Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang


adalah:

a) Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit


b) Anak usia 1-10 tahun : 70 – 120 kali per menit
c) Anak usia 11-17 tahun : 60 – 100 kali per menit
d) Dewasa : 60 – 100 kali per menit
e) Usia Lanjut : 60 – 70 kali per menit
4) Pemeriksaan Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada dasarnya tidak hanya
dilakukan pada arteri brachialis di lengan, namun pada
beberapa tempat lainnya seperti di pergelangan kaki (arteri
tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis) dan betis/di area
bawah lutut (arteri poplitea) juga dapat dilakukan pemeriksaan.

Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia


seseorang adalah:
a) Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
b) Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
c) Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
d) Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
e) Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
f) Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
g) Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
h) Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
i) Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
j) Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
k) Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

152
5) Pemeriksaan Pernapasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekwensi, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Berikut adalah usia
dan frekuensi per menitnya:
a) Bayi baru lahir : 35-40 x/i
b) Bayi (6 bulan) : 30-50 x/i
c) Toodler : 25-32 x/i
d) Anak-anak : 20-30 x/i
e) Remaja : 16-19 x/i
f) Dewasa : 16-24x/i
g) Pemeriksaan Suhu

Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau


peradangan yakni demam (di atas > 37°C). Suhu tubuh yang
jatuh atau hipotermia juga dinilai. Untuk pemeriksaan yang
cepat, palpasi dengan punggung tangan dapat dilakukan, tetapi
untuk pemeriksaan yang akurat harus dengan menggunakan
termometer. Termometer yang digunakan bisa berupa
thermometer oral, thermometer rectal dan thermometer axilar.

Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:

a) Ketiak/ axila, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10


– 15 menit.
b) Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan
sekitar 3 – 5 menit.
c) Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3
menit.
d) Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu
tubuhnya berada pada 36ºC – 37,5ºC.
6) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien perlu dipersiapkan
sehingga kenyamanan tetap terjaga, misalnya pasien dianjurkan
buang air kecil terlebih dahulu. Jaga privasi pasien dengan
hanya membuka bagian yang akan diperiksa, serta ajak teman
ketiga bila pemeriksa dan pasien berlainan jenis kelamin. Beri
tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. Atur posisi
pasien untuk mempermudah pemeriksaan.
a) Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk
dan fungsi kepala. Pengkajian diawalai dengan inspeksi

153
kemudian palpasi. Observasi bentuk, kebersihan, ada bekas
trauma atau tidak.
b) Mata
Dalam inspeksi mata, bagian-bagian mata yang perlu
diamati adalah bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
dan pupil. Amati bola mata terhadap adanya protrusi,
gerakan mata, lapang pandang, dan visus. Amati kelopak
mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan. Amati
konjungtiva dan sclera. Umumnya mulai terlihat cekung atau
tidak.
Cara palpasi mata: Pada palpasi mata dikerjakan
dengan tujuan untuk mengetahui tekanan bola mata dan
mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan
bola mata secara lebih teliti, diperlukan alat tonometri yang
memerlukan keahlian khusus. Lakukan palpasi pada kedua
mata. Bila tekanan bola mata meninggi, mata teraba keras.
c) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan
untukmengetahui keadaan teling luar, saluran telinga,
gendang telinga/membrane tipani, dan pendengaran. Alat
yang perlu disiapkan dalam pengkajian antara lain otoskop,
garpu tala dan arloji.
d) Hidung
Inspeksi & palpasi  epistaksis, ingus
e) Mulut/Gigi
Inspeksi  bibir, gigi, lidah, palatoskisis. biasanya mukosa
bibir klien akan kering dan pucat.
f) Leher
Inspeksi & palpasi  pembesaran kelenjar thyroid
g) Dada
Dada diinspeksi terutama postur, bentuk, dan
kesimetrisan ekspansi, serta keadaan kulit. Postur dapat
bervariasi, misalnya pada pasien dengan masalah
pernafasan kronis, klavikulanya menjadi elevasi. Bentuk
dada berbeda antara bayi dan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk melingkar dengan diameter dari depan ke
belakang (anteroposterior) sama dengan diameter
transversal.

154
h) Abdomen
Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui
bentuk dan gerakan – gerakan abdomen. Biasanya
pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan
ada peningkatan bising usus
i) Genitalia
Inspeksi & palpasi  tumor, luka parut, PMS, dll.
j) Ekstremitas
Inpeksi, palpasi, perkusi : bentuk, ukuran,kelainan.
k) Punggung
Inspeksi, palpasi  skoliosis, kifosis, lordosis.
l) Kulit
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.

11. Prosedur persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostic


a. Pra instrumen
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara
petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama
yang baik akan menganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium
1) Persiapan penderita
a) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori
akan mengakibatkan peningkatan volume plasma,
sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. perubahan volume plasma akan mengakibatkan
perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan
jumlah sel darah
b) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan hematologi misalnya: asam folat, Fe, vitamin
B12, dll. Pada pemberiankortikosteroid akan menurunkan
jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan
jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian tranfusi darah
akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan
pembacaan morfologi sediaan apus darag tepi maupun
penilaian hemostatis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostatis.

155
c) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil
pada pagi hari terutama pada pasien rawat inap. Kadar
beberapa zat terlarut dalam urine akan menjadi lebih pekat
pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila
kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus
atas perintah dokter.
Selain itu, juga ada pemeriksaan yang tidak melihat
waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan
memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito.
Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan
kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang
dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi
serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada
sore hari dengan selisih 40-100 mg/dl. Jumlah eosifonil
akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan
lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
d) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume
plasma 10% demikian pula sebaliknya. Hal lain yang
penting pada pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan
sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat
penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi
objek
2) Persiapan alat yang akan dipakai
a) Persiapan alat. Dalam mempersiapkan alat yang akan
digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga
tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam
bekerja.
b) Pengambilan darah. Yang harus dipersiapkan antara lain,
kapas alkohol 70%, karet pembendung (turniket), spuit
sekali pakai umumnya 2,5 ml atau 5ml, penampung kering
bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti
koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung
pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang
diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung anti
koagulan.
c) Penampungan urine. Digunakan botol penampung urine
yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat

156
dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urine
kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan
memakai pengawet urine.
d) Penampung khusus. Biasanya diperlukan pada
pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang
lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap
identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis
pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
3) Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan,
lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai
etika dan sopan santun, neritahukan apa yang akan dikerjakan.
Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga
tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien
lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan
darah karena vena akan konstruksi. Darah dapat diambil dari
vena, arteri atau kapiler.
Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada
kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis.
Lokasi pengambilan darah vena umunya di dawrah fossa cubiti
yaitu vena cubiti atau di daerah dekat yang dipilih tidak di
daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis)
atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler
umunya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari
tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada
bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
4) Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering
terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan:
a) Catat dalam buku ekspedisi dan cocokkan sampel dengan
label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat
dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
b) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang
mengandung antikoagulan
c) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
d) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan
penundaan
e) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti
darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan

157
suhu 4-8°C dalam air es bukan es batu sehingga tidak
terjadi hemolisis.

Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar


15-30 menit. Peruahan akibat tertundanya pengiriman sampel
sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh
penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan salah
pengobatan pasien.

Pada urine yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat


bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut
misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga
berubah sesuai dengan waktu.

12. PROSEDUR TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


AMAN DAN NYAMAN
a. Tepid water sponge
Tepid sponge adalah tindakan mengompres menggunakan
handuk atau waslap yang di basahi dengan air hangat.tepid
sponge merupakan salah satu teknik kompres hangat untuk
menurunkan suhu tubuh febris
1) Tujuan
a) Untuk mengontrol kehilangan panas tubuh melalui
penguapan
b) Memberikan rasa nyaman
c) Menurunkan suhu tubuh yang demam
2) Alat dan bahan
a) Sarung tangan
b) Baskom mandi
c) Waslap
d) Air hangat (37 derajat)
e) Handuk pengering
f) Termometer
g) Selimut tidur
h) Selimut mandi
i) Baki dan alas
3) Prosedur pelaksanaan
a) Identifikasi kebutuhan pasien
b) Siapkan alat dan bahan
c) Berikan salam terapeutik
d) Jelaskan prosedur dan tujuan yang akan di lakukan

158
e) Dekatkan alat
f) Tutup sampiran untuk menjaga privalsi pasien
g) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
h) Ukur suhu tubuh pasien
i) Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang tidak
di kompres
j) Periksa suhu air
k) Rendamkan waslap ke dalam air hangat, letakkan di bawah
ketiak dan lipatan paha
l) Secara perlahan ekstremitas di kompres selama 5 menit
m) Bila suhu belum turun maka di lanjutkan ke punggung dan
bokong selama 3-5 menit,kaji ulang suhu tubuh pasien
setiap 5 menit
n) Ganti air bila sudah tidak hangat
o) Bila suhu turun sedikit di atas normal hentikan prosedur
p) Keringkan ekstremitas dan bagian tuibuh secara
menyeluruh,selimuti dengan selimut tipis dan menyerap
keringat
q) Ganti linen bila basah
r) Evaluasi respon klien
s) Rapikan peralatan
t) Buka sampiran
u) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
v) Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
b. Teknik restain pada anak
1) Prosedur kerja
a) Teknik jacket atau vest restain
 Mengumpulkan data tentang klien
 Menyiapkan alat
 Memilih alat restain yang tepat
 Memasang restain pada klien dengan cepat dan tepat
 Bantu klien duduk jika ada kontra indikasi
 Pasang jaket restain ke tubuh pasien jaket ini seperti
baju,tidak berlengan dan ada dua buah tempat tali di bawah
mengelilingi bawah kasur
 Pastikan tidak ada bgai vast yang berkerut di bagian
punggung pasien
 Masukkan genggaman tangan di antara restain dan pasien
untuk memastikan bahwa pernafasan tidak di batasi oleh
restain

159
 Hindari mengikat restain pada slide rail tempat tidur
 Mengamankan restain dari jangkauan klien
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai
kebutuhan
 Memeriksa bagian tubuh yang di restain
 Memperhatikan respon klien
 Menyimpulkan tindaka yang akan di lakukan
 Mengakhiri tindakan restain
b) Teknik baju restain
 Mengumpulkan data tentang klien menyiapkan alat
 Menyiapkan alat
 Memilih alat restain yang tepat
 Memasang alat restain pada klien dengan cepat dan tepat
 Pegang pundak klien dan tangan yg agrasif,berjalan di
belakang klien dan tetap posisi menyerbu
 Pakaikan baju dengan cepat
 Handle lengan klien ke belakang(seperti orang di borgol)
 Mengamankan restain dari jangkauan klien
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai
kebutuhan klien
 Memeriksa bagian tubuh yang di restain
 Mengakhiri kegiatan restain
c) Teknik restain ekstremitas
 Menyiapkan alat
 Memasang alat restain dengan cepat dan tepat kepada
klien
 Amankan kiien dan posisikan klien ke posisi tengkurap
dengan satu tangan di belakang sedangkan perawat
lainnya memegangi kaki
 Ikat atau beri restain dari tangan yang dominan atau yang
paling kuat tangan berikutnya,kaki yang dominan kemudian
kaki berikutnya
 Ikat dengan cara memberi sampul clove restain kemudian
ikatkan pada lubang bawah tempat tidur dan begitu
seterusnya
 Pada saat mengika gunakan satu jari untuk menahan agar
ikatan tidak terlalu kuat (bisa membunuh klien)
 Posisi pengikatan adalah satu tangan berada di atas dan
satu di samping

160
 Hinder mengikat restain pada side rail tempat tidur
 Mengamankan restain dari jangkauan klien
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai
kebutuhan
 Memeriksa bagian tubuh yang di restain
 Memperhatikan respon klien
 Menyimpulkan tindakan yang akan di lakukan
 Mengakhiri tindakan restain
d) Teknik mummy restain
Teknik ini di lakukan untuk bayi agar tidak bergerak
dan jatuh atau untuk mengontrol pergerakan selama
pemeriksaan. Bentuknya seperti gurita dan gruto bedanya
adadua lapis,lapisan pertama di ikat ke tempat tidur
sedangkan lapisan kedua di ikat ke bayi atau anak seperti
gurita.
c. Penatalaksanaan kejang pada anak
1) lakukan pendekatan dengan tenang
2) Memperbaiki sirkulasi udara dengan mempersilakan selain
petugas untuk keluar ruangan
3) Membaringkan anak di tempat yang datar dengan posisi
miring,kaki bagia di atas di tekuk untuk mencegah bahaya
tersedak ludah atau muntahan
4) Letakkan bantal atau selmut di bawah kepala anak
5) Menahan gerakan anak atau untuk paksaan
6) Masukkan apapun ke dalam mulut anak
7) Memberikan makanan atau minuman
8) Longgarkan pakaian yang ketat
9) Singkirkan benda-benda yang keras atau berbahaya
10) Memberikan deazepan melalui dubur untuk mengatasi
kejangnya
11) Apabila tidak tersedia diazepam suppositoria maka bisa berikan
diazepam injeksi atau intravena
12) Memastikan jalan tidak tersumbat
13) Memberikan oksigen melalui fase mask 2 ml/menit
14) Awasi tanda-tanda gangguan pernafasan dengan menghitung
jumlah pernafasan tidaknya pernafasan cubing hidung
15) Apabila kejang teratasi maka di lanjutkan pemberian
fenobarbital secara IV langsung setelah kejang berhenti dengan
dosis awal :
a) Bayi 1 bulan – 1 tahun :50 mg

161
b) Di bawah 1 tahun :75 mg
16) Hitung lama periode postiktal (pasca kejang
17) Jangan memberi makan atau minum samapai anak benar-
benar sadar dan refleks menelan pulih
18) Melakukan evaluasi tindakan
19) Membereskan alat
20) Mencuci tangan mencatat lembar kegiatan dalam catatan
perawatan
d. Prinsip isolasi pada anak dengan campak
1) Istirahat yang cukup : Kurangi aktivitas fisik dan bermain.
Waktu tidur yang cukup yaitu 8-10 jam dapat memulihkan
sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan virus
berkembang biak di dalam tubuh
2) Batasi kontak : Karena campak sangat mudah tertular lewat
udara, sebaiknya batasi kontak anak dengan orang lain, apalagi
bila ada bayi yang belum menerima vaksin campak. Anggota
keluarga lainnya yang belum pernah mengalami campak juga
harus berhati-hati.
3) Kontrol makanan : Konsumsi makanan yang bergizi memegang
peranan yang penting dalam proses penyembuhan anak.
Utamakan makanan 4 sehat 5 sempurna, dengan menambah
porsi sayur dan buah yang mengandung banyak vitamin. Lalu
hindari makanan yang digoreng dan dingin untuk sementara
waktu
4) Jaga kebersihan (mandi) : Setelah anak tidak panas, Anda
dapat memandikan si kecil, untuk mengurangi gatal dan
memberikan kenyamanan. Pakailah sabun bayi yang tidak
mengiritasi kulit. Atau solusi lain, Ibu boleh lap tubuh anak
dengan handuk basah kemudian sehabis mandi dibedaki salicil
talc untuk mengurangi gatal. Selain itu, selama sakit dan
pemulihan, siapkan peralatan pribadi khusus untuk si kecil
meliputi handuk dan peralatan makan seperti piring, sendok,
garpu dan gelas. Hal ini untuk menghindari penularan lewat
kontak tidak langsung
5) Hindari dehidrasi : Demam tinggi yang dialami anak saat
campak menguras cairan dan elektrolit tubuh. Berikan minum
air putih yang cukup untuk menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang bila anak juga mengalami muntah
dan diare saat campak.

162
6) Pastikan anak menerima vaksim campak saat anak berusia 9
bulan. Kemudian, booster diberikan pada usia 15 bulan.
Berikan vaksin campak segera pada individu dewasa yang
belum pernah menerimanya.

13. PEMBERIAN OBAT SESUAI PROGRAM TERAPI


a. Penatalaksanaan pada anak kejang
1) Diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kgBB bolus pelan 1 – 2
mg/menit (3 – 5 menit), dosis maksimal 20 mg.
2) Bila belum terpasang akses intravena atau dilakukan di
Rumah, bisa diberikan diazepam rektal 0.5 – 0.75 mg/kgBB
atau 5 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk BB > 10 kg
3) Bila diazepam rektal diberikan oleh orang tua di Rumah,
dengan 2 kali pemberian diazepam rektal berselang 5 menit,
kejang masih belum berhenti, anjurkan ke Rumah Sakit dan
diberikan diazepam intravena
4) Bila kejang belum berhenti setelah tatalaksana awal, berikan
Fenitoin intravena dosis awal 10 – 20 mg/kgBB/pemberian
(kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit)
5) Bila kejang berhenti, fenitoin diberikan kembali 4 – 8
mg/kgBB/hari 12 jam setelah dosis awal.
6) Bila kejang belum berhenti, rawat ruang intensif untuk
diberikan obat-obatan anestesi
b. Penatalaksanaan pada anak campak
1) Paracetamol (asetaminofen), buprofen atau aspirin, untuk
menurunkan demam dan meringankan nyeri badan.
2) Hindari pemberian aspirin pada anak di bawah 16 tahun dan
perhatikan pemberian dosis obat-obatan tersebut, untuk
mencegah gangguan hati.
3) Minum air putih 6-8 gelas per hari, untuk mencegah dehidrasi.
4) Pemberian vitamin A, untuk mencegah komplikasi campak.
5) Istirahat yang cukup, untuk membantu sistem pertahanan
tubuh.
6) Gunakan humidifier untuk mengurangi batuk dan nyeri
tenggorokan. Bila tidak memiliki humidifier, letakkan
semangkuk air hangat yang telah dicampur satu sendok teh
perasan air lemon, dan dua sendok madu di ruangan.
7) Bersihkan kotoran mata dengan kain bersih dan hangat.
8) Jauhi asap rokok

163
9) Antibiotik biasanya diberikan bila telah terjadi komplikasi.
Infeksi campak disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak
berguna pada infeksi virus.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Jantung Bawaan terhadap angka kematian bayi
dan anak cukup tinggi sehingga dibutuhkan tata laksana PJB yang
cepat, tepat dan spesifik. Penyakit Jantung Bawaan penyebab
kematian pada bayi dan anak tertinggi di negara maju sedangkan
kematian akibat penyakit jantung bawaan di negara berkembang,
akan meningkat 13,7% pada laki-laki dan 12% pada perempuan.
Meskipun saat ini telah disepakati bahwa banyak faktor penyebab
penyakit jantung bawaan, namun belum ada upaya yang jitu untuk
mencegah penyakit jantung bawaan

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki


perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak
seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu
yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut
Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi
atau fisik.

Termoregulasi merupakan salah satu hal penting dalam


homeostasis.Termoregulasi adalah proses yang melibatkan
homeostatik yangmempertahankan suhu tubuh dalam kisaran
normal, yang dicapai denganmempertahankan keseimbangan
antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang
dikeluarkan (Brooker, 2008).Manusia biasanya berada pada

164
lingkungan yang suhunya lebih dingindaripada suhu tubuh mereka.
Oleh karena itu, manusia terus menerusmenghasilkan panas
secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya.Sistem
termoregulasi dikendalikan oleh hipotalamus di otak,
yang berfungsi sebagai termostat tubuh. Hipotalamus mampu beres
pon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01

Pusat termoregulasimenerima masukan dari termoreseptor


di hipotalamus itu sendiri yang berfungsimenjaga temperatur ketika
darah melewati otak (temperatur inti) dan reseptor dikulit yang
menjaga temperatur eksternal. Keduanya, diperlukan oleh
tubuhunyuk melakukan penyesuaian. Dalam individu yang sehat,
suhu inti tubuhdiatur oleh mekanisme kontrol umpan balik yang
menjaga hampir konstansekitar 98,6 C sepanjang hari, minggu,
bulan atau tahun

Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling


sering ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4
bulan sampai 4 tahun. Kejang demam merupakan gangguan
transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam.
Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang
paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang
sekitar 4% anak. Pada setiap anak memiliki ambang kejang yang
berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta rendahnya
ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang
dapat terjadi pada suhuu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang
kejang yang tinggi kejang baru akan terjadi pada suhu 40ºC atau
bahkan lebih, kejang demam sederhana kejang demam yang
berlangsung singkat kurang 15 menit

B. Saran
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami sangat menerima saran maupun
krtikan dari pembaca demi kesempurnaan buku ini.

165
DAFTAR PUSTAKA

Axton S and Terry F. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Edisi


3. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC.

Djer, M Mulyadi. 2014. Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa


Operasi (Kardiologi Interveni) Petunjuk Praktis Menangani Pasien
Dan Mengeduksi Keluarga. Jakarta: Sagung Ceto.

Irnizarifka. 2011. Buku SakuJantung Dasar. Bogor : Penerbit Ghalia


Indonesia.

Kasron. 2012. Kelainan Dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta


Pengobatannya. Yogjakarta : Nuha Medika.

Muttaqin, A. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Padila.2013.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogjakarta: Nuha


Medika.

Rilantono,Lily l. 2013. Penyakit Jantung Kardiovaskuler (PKV). Jakarta :


FKUI.

Robbins S, Kumar V, dan Cotan R. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins,


Edisi 7.Dialihbahasakan oleh Pendit B. Jakarta : EGC.

Rudolph, Abraham M., Hoffman J I., E.Rodolph & Colin D. 2007. Buku
Ajar Pediatrik Rudolp Volume 3.Jakarta : EGC.

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler.


Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Wilkinson H Judith and Ahren Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan edisi 9,Diagnosis Nanda,Intervensi : NIC,Kriteria
Hasil NOC. Jakart : EGC.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik volume II.


Jakarta : EGC.

Yuli, R.A. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC&NOC. Jakarta : EGC.

166
Lovinger, Sophie L. Child Psychotherapy: From Initial Therapeutic Contact
to Termination. New Jersey: Jason Aronson, Inc., 1998

Chethik, Morton. Techniques of Child Therapy. 2nd edition. New York:


TheGuilford Press, 2000

Whaley and Wong. Nursing Care infants and children. Fourth


Edition,Mosby YearBook,Toronto Canada, 1991Hurlock E B, 1991,

Perkembangan Anak Jilid I, Erlangga Jakarta.Soetjiningsih, Tumbuh


Kembang Anak, EGC,Jakarta., 1995

Lestari Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

http://minddisorders.com.Ob-PsPlay theraphy,html=ixzz2oNirDypo

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1065/1/Angela%20Marici.pdf

https://www.academia.edu/40349383/
Makalah_KDM_Pemenuhan_Kebutuhan_Oksigenasi

http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/repository/
Nia_Angraini_Putri_143110258_.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/6156/3/BAB%202.pdf

https://www.academia.edu/34375576/Makalah_KDK_Posisi_Pasien

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
bdff072ef953de710b35a00cdf6cabb3.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srihartini-7217-3-
babii.pdf

https://rspmanguharjo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/Leaflet-
Fisioterapi-Dada.pdf

https://rspmanguharjo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/Leaflet-
Fisioterapi-Dada.pdf

https://pdfcoffee.com/askep-anak-berkebutuhan-khusus-2-pdf-free.html

https://www.researchgate.net/publication/
312199639_Deteksi_Dini_Gangguan_Tumbuh_Kembang_Balita

167
https://pdfcoffee.com/kuesioner-masalah-mental-emosional-kmme-pdf-
free.html

https://pdf-asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan
autismedocx_compress.pdf

https://www.scribd.com/document/490134176/Askep-Oksigenasi

http://eprints.ners.unair.ac.id/1162/1/116%20Modul%20Pembelajaran
%20Kebutuhan%20Oksigen_2.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/414/3/LUH%20PUTU
%20ROSITA%20DEWI%20P07120015114-23-34%20%281%29.pdf

http://bppsdmk.kemkes.go.id › ...PDF Kebutuhan Dasar Manusia II -


Badan PPSDM Kesehatan

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
repository.poltekeskupang.ac.id/1065/1/Angela
%2520Marici.pdf&ved=2ahUKEwix78TKhLb2AhWKT2wGHZv5Bz0QFnoE
CAoQAQ&usg=AOvVaw2g57dopf4NmPf6udTFo6M3

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309079/penelitian/
ABK+TUK+TENDIK.pdf

https://www.poltekkeskupang.ac.id/informasi/download/category/8-
mkjk.html?download=40:periksa&start=20

http://repository.unimus.ac.id/2980/3/BAB%20II.pdf

https://osf.io/fwvm8/download/?format=pdf

http://repo.stikesperintis.ac.id/132/1/10%20M%20AZMI%20YAHYA.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4.%20BAB%202.pdf

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1528/

https://slideplayer.info/slide/12009561/

http://scholar.unand.ac.id/29690/2/BAB%20I.pdf

168
http://repository.ump.ac.id/3810/3/Ahmad%20H%20Aziz%20BAB
%20II.pdf

https://adoc.tips/download/asuhan-keperawatan-pemenuhan-kebutuhan-
rasa-aman-nyaman-nyer.html

169
SOAL UKOM
1. Arteri pulmonalis merupakan salah- satu kelompok arteri yang
membawa darah yang tidak mengandung oksigen. sebutkan apa
saja yang mempengaruhi tekanan didalam arteri
A. Curah fentrikel kiri dan resistensi darah melalui pembuluh darah
pulmonal
B. Curah fentrikel kanan dan resistensi aliran darah melalui
pembuluh darah pulmonal
C. Curah jantung kiri dan resistensi aliran darah melalui aorta
D. Curah jantung kanan dan resistensi aliran darah melalui aorta
E. Curah jantung kanan.
2. Sistem konduksi yang berfungsi memperlambat kecepatan
konduksi adalaha.
A. Nodal atrioventrikular
B. Nodus sinoantrial
C. Hispurkinje
D. Nodal sinoantrial dan his-purkinje
E. Nodal atrioventrikular dan nodal sinoantrial
3. Berikut yang bukan merupakan fator-faktor yang mempengaruhi
pernapasan pertama diantaranya adalah
A. Penekanan toraks
B. Berkurangnya oksigen dan penimbunan karbondioksida
C. Peningkatan PO2 dan PH, disertai dengan penurunan PCO2
D. Redistribusi curah jantung sesudah tali pusat diklem.
E. Penurunan suhu tuoksige
4. Dalam mekanisme pertahanan sistem pernapasan pada saluran
pernapasan bawah salah satunya adalah refleks batuk, apa saja
fungsi dari refleks batuk tersebut dalam sistem pertahanan
pernapasan
A. Fasilitator untuk membersihkan mukosilier dan pencegah
terjadinya kontaminasi hebat sejak dari atas laring.

170
B. Untuk mempertahankan aliran satu arah
C. Menurunkan kontraksi otot miocardial begitu juga dengan
cardiac outputdan cadangan jantung
D. mengalirkan oksigen keseluruh tubuh
E. memompa darah !ang mengandung oksigen
5. Pada saat kita berolahraga kapasitas paru-paru kita kan
bertambah. Berapa pertambahan kapasitas paru-paru kita?
A. 2+3 liter
B. 3+4 liter
C. 4+5 liter
D. 5+6 liter
E. 6+7 liter
6. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang interna
dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak, dahak tidak bisa
keluar. Pada pengkajian ditemukan pasien merasa nyaman dengan
posisi duduk, tidak ada nafsu makan dan cepat  lelah. Dari
pemeriksaan fisik terdengar ronchi paru lobus kanan atas,
pernafasan 28 kali permenit, nadi 90 kali permenit, tekanan darah
130/80mm Hg. Hasil pemeriksaan AGD : pH 7,40, pO 2 80 mmHg,
pCO2 35 mmHg, HCO3 26 mmol.Apakah masalah keperawatan
utama pada pasien?
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Pola nafas tidak efektif
5. Intoleransi aktivitas
7. Seorang laki-laki berusia 38 tahun dirawat diruang
interna dengan diagnosa medis asma. Pada pengkajian
ditemukan  saat ini kondisinya sudah membaik dan diperbolehkan
untuk pulang. Pada saat perawatan, didapatkan data faktor
penyebab timbulnya asma adalah karena alergi dan merokok

171
sudah 10 tahun. Apakah pendidikan kesehatan yang perlu
diberikan pada pasien sebelum pulang ?
A. Hindari stress
B. Berolah raga, makan secara teratur
C. Berhenti merokok, menghindari alergen
D. Berolah raga, menghindari makanan merangsang
E. Melakukan kontrol dan  minum obat secara teratur
8. Seorang laki-laki berusia 47 tahun dirawat diruang interna dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak, lemah dan banyak
mengeluarkan keringat. Pada pengkajian ditemukan pasien
mengatakan batuk lebih dari satu bulan, selama dirumah pasien
pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak nafsu makan. Hasil
pemeriksaan fisik pernafasan 26 kali permenit, nadi 88 kali
permenit, tekanan darah 130/80 mmHg. Apakah pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan untuk melengkapi data pengkajian
pasien?
A. Foto thorak
B. Darah rutin
C. CT scan
D. MRI
E. BTA
9. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang interna dengan
diagnosis medis TBC Paru. Pada pengkajian ditemukan
adanya batuk berdahak, demam, keringat dingin, dan tidak nafsu
makan. Pemeriksaan fisik ditemukan  BB 50 kg, TB 155 cm,
pernafasan 26 kali permenit, suhu 27.8ºC, tekanan darah 110/70
mmHg, hasil BTA +. Pasien sedang dilakukan pemeriksaan
laboratorium darah.Apakah hasil pemeriksaan darah  yang mungkin
muncul pada pasien tersebut?
A. Trombosit menurun
B. Elektrolit meningkat

172
C. Sel darah putih meningkat
D. Sel darah merah menurun
E. Laju endap darah meningkat
10. Seorang perempuan berusia 35 tahun, dirawat di
ruang interna dengan keluhan batuk berdahak dan sesak nafas.
Dari pengkajian didapat dahak tidak bisa keluar, ronchi pada paru
kanan, pernafasan 26 kali permenit. Menurut rencana pasien akan
dilakukan tindakan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan
dahak. Apakah tindakan  pertama yang dilakukan perawat pada
pasien tersebut?
A. Memberikan posisi duduk
B. Memberikan minum air hangat
C. Meletakan kepala pasien lebih tinggi dari kaki
D. Memeriksa nadi dan tekanan darah setiap 30 menit
E. Meletakan dua bantal pada pergelangan kaki dan leher
11. Seorang laki-laki berusia 44 tahun dirawat dengan TB aktif.
Pernapasan 24 x/menit, ronchi pada kanan dan kiri paru, produksi
sputum banyak. Indeks massa tubuh 16, pucat dan terlihat sesak
serta kelelahan. Apakah prioritas diagnosa keperawatan yang
tepat dari kasus di atas?
A. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
B. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan akumulasi
secret
C. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan infeksi
bronchial
D. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan
kekurangan energi
E. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
hipermetabolik
12. Seorang pria usia 60 tahun mengeluh batuk berdahak sejak tiga
hari yang lalu. Batuk semakin sering muncul jika udara dingin dan

173
pada waktu malam hari. Menurut pasien, sekret yang keluar
berwarna hijau dan sangat kental. Saat dilakukan auskultasi,
didapatkan suara ronchi pada bagian basal paru dextra. Apakah
diagnose keperawatan prioritas yang muncul pada pasien ?
A. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
B. Kurang pengetahuan berhubungan dengan batasan informasi
yang tidak adekuat
C. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
kadar asam dalam darah
D. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret pada jalan nafas
E. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas bagian bawah dan atelektasis
13. Seorang pria umur 55 tahun menderita asma bronchiale, mengeluh
sesak nafas. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan RR : 36 x
/menit, terdapat pernafasan cuping hidung dan retraksi intercostal.
Bagaimanakah posisi yang tepat dianjurkan perawat dengan
kondisi pasien di atas ?
A. Posisi supine
B. Posisi semifowler
C. Posisi trendelberg
D. Posisi fowler tinggi
E. Posisi miring kanan
14. Seorang ibu dari anak berusia 3 tahun menginformasikan kepada
perawat bahwa anaknya terus-menerus menggaruk kulit sehingga
kulit menjadi kemerahan. Manakah pengkajian data yang
menunjukan anak mengalami skabies?
A. Terlihat garis halus merah keabuan
B. Lesi berwarna keunguan
C. Kulit tebal dan ada kerak kulit kekuningan
D. Adanya gelembung-gelembung di kulit berisi cairan

174
E. Kulit mengelupas berwarna keunguan
15. Seorang anak laki-laki usia 9 tahun dirawat di rumah sakit dengan
keluhan buang air besar encer 10-12 kali, pasien mengatakan
mules dan nyeri pada abdomen, serta lema. Pada pengkajian
ditemukan frekuensi nadi 100x/menit, suhu 38,5°C, turgor menurun,
mata cekung dan pasien tampak lemas. Apakah masalah
keperawatan utama pada kasus diatas ?
A. Nyeri akut
B. Hipertermia
C. Intoleransi aktifitas
D. Gangguan integritas kulit
E. Kekurangan volume cairan
16. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang interna
dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak, dahak tidak bisa
keluar. Pada pengkajian ditemukan pasien merasa nyaman dengan
posisi duduk, tidak ada nafsu makan dan cepat  lelah. Dari
pemeriksaan fisik terdengar ronchi paru lobus kanan atas,
pernafasan 28 kali permenit, nadi 90 kali permenit, tekanan darah
130/80mm Hg. Hasil pemeriksaan AGD : pH 7,40, pO2 80 mmHg,
pCO2 35 mmHg, HCO3 26 mmol.Apakah masalah keperawatan
utama pada pasien?
C. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
D. Bersihan jalan nafas tidak efektif
E. Gangguan pertukaran gas
F. Pola nafas tidak efektif
G. Intoleransi aktivitas
17. Seorang laki-laki berusia 38 tahun dirawat diruang
interna dengan diagnosa medis asma. Pada pengkajian
ditemukan  saat ini kondisinya sudah membaik dan diperbolehkan
untuk pulang. Pada saat perawatan, didapatkan data faktor
penyebab timbulnya asma adalah karena alergi dan merokok

175
sudah 10 tahun. Apakah pendidikan kesehatan yang perlu
diberikan pada pasien sebelum pulang ?
A. Hindari stress
B. Berolah raga, makan secara teratur
C. Berhenti merokok, menghindari alergen
D. Berolah raga, menghindari makanan merangsang
E. Melakukan kontrol dan  minum obat secara teratur
18. Seorang laki-laki berusia 47 tahun dirawat diruang interna dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak, lemah dan banyak
mengeluarkan keringat. Pada pengkajian ditemukan pasien
mengatakan batuk lebih dari satu bulan, selama dirumah pasien
pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak nafsu makan. Hasil
pemeriksaan fisik pernafasan 26 kali permenit, nadi 88 kali
permenit, tekanan darah 130/80 mmHg. Apakah pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan untuk melengkapi data pengkajian
pasien?
A. Foto thorak
B. Darah rutin
C. CT scan
D. MRI
E. BTA
19. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang interna dengan
diagnosis medis TBC Paru. Pada pengkajian ditemukan
adanya batuk berdahak, demam, keringat dingin, dan tidak nafsu
makan. Pemeriksaan fisik ditemukan  BB 50 kg, TB 155 cm,
pernafasan 26 kali permenit, suhu 27.8ºC, tekanan darah 110/70
mmHg, hasil BTA +. Pasien sedang dilakukan pemeriksaan
laboratorium darah.Apakah hasil pemeriksaan darah  yang mungkin
muncul pada pasien tersebut?
A. Trombosit menurun
B. Elektrolit meningkat

176
C. Sel darah putih meningkat
D. Sel darah merah menurun
E. Laju endap darah meningkat
20. Seorang perempuan berusia 35 tahun, dirawat di
ruang interna dengan keluhan batuk berdahak dan sesak nafas.
Dari pengkajian didapat dahak tidak bisa keluar, ronchi pada paru
kanan, pernafasan 26 kali permenit. Menurut rencana pasien akan
dilakukan tindakan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan
dahak. Apakah tindakan  pertama yang dilakukan perawat pada
pasien tersebut?
A.  Memberikan posisi duduk
B. Memberikan minum air hangat
C. Meletakan kepala pasien lebih tinggi dari kaki
D.  Memeriksa nadi dan tekanan darah setiap 30 menit
E. Meletakan dua bantal pada pergelangan kaki dan leher
21. Seorang pria umur 55 tahun menderita asma bronchiale, mengeluh
sesak nafas. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan RR : 36 x
/menit, terdapat pernafasan cuping hidung dan retraksi intercostal.
Bagaimanakah posisi yang tepat dianjurkan perawat dengan
kondisi pasien di atas........
A. Posisi supine
B. Posisi Semifowler
C. Posisi trendelberg
D. Posisi fowler tinggi
E. Posisi miring kanan
22. Tn. G berusia 67 tahun dirawat sejak 7 hari yang lalu karena stroke.
Tingkat kesadaran koma, tidak berespon saat dirangsang nyeri,
terkadang bunyi nafas seperti ngorok dan adanya penumpukan
sputum pada jalan napas. Tindakan yang dapat dilakukan pada
kasus diatas adalah......
A. Pemesangan jalan napas buatan

177
B. Pengisapan lendir (suction)
C. Pemberian obat bronkodilator
D. Latihan napas dan batuk efektif
E. Pemasangan oksigen 4L/menit
23. Seorang anak berusia 7 tahun dibawah ke rumah sakiit karena
sesak nafas, lemah, dan sianosis. Hasil pemeriksaan didapatkan
RR 30x/menit, wajah pucat, dan bunyi nafas “ngiiikkk”. Tindakan
keperawatan yang dilakukan pada anak tersebut adalah....
A. Pemberian oksigen melalui nasal kanula
B. Pemberian obat bronkodilator
C. Latihan nafas dalam
D. Pemberian obat oral
E. Latihan batuk efektif
24. Seorang perempuan usia 74 tahun masuk dengan keluhan
sesak,saat ini perawatan hari ke 3. Hasil pengkajian didapatkan
pasien batuk disertai lendir, ronchi pada semua lapang paru. TTV :
TD = 120/80 mmHg, N=56x/mnt P=26x/mnt dan S=36⁰C. Hasil
EKG : bradikardia, Q patologis II,III, AVF, V5 -V6. Hasil Thoraks:
efusi pleura kanan dan LVH. Apakah diagnosa keperawatan pada
kasus diatas ?
A. Penurunan curah jantung
B. Intoleransi aktivitas
C. Kerusakan pertukaran gas
D. Bersihan jalan napas tidak efektif
E. Kelelahan
25. Seorang perempuan (23 tahun) tiba-tiba mengalami sesak nafas
saat dilakukan transfusi darah. Frekuensi nadi 40x/menit dan
terdengar bunyi stridor. Apakah tindakan mandiri yang tepat
dilakukan perawat untuk mengatasi masalah diatas?
A. Memberikan oksigen 10L/menit
B. Melakukan intubasi untuk membebaskan jalan napas

178
C. Melakukan chin lift untuk membuka jalan nafas
D. Menghentikan pemberian tranfusi darah
E. Memberikan adrenalin 0,5-1 mg
26. Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya autism adalah
A. Pemotongan tali pusat terlalu lambat,
B. Komplikasi selama persalinan,
C. Cepatnya persalinan,
D. Letak presentasi tinggi( > 3500 gram).
E. Lamanya pembukaan
27. Salah satu ciri adanya gangguan tumbuh kembang pada anak yaitu
A. Kepala kelihatan kecil
B. Umur 6 bulan sudah bisa tengkurap
C. Umur 8 bulan belum bisa duduk
D. Umur 15 bulan sudah bisa berdiri
E. 2 tahun sudah bisa bicara
28. Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak
yang lain selain itu anak autis juga..
A. Tertawa atau cekikikan
B. Kontak mata
C. Membentuk pribadi yang terbuka
D. Menunjukkan ketidakpekaan terhadap rasa nyeri
E. Tidak terpaku pada benda tertentu
29. Yang tidak termasuk dalam pemeriksaan penunjang pada anak
berkebutuhan khusus adalah
A. Neutrologis
B. Test neupsikologis
C. Test pendengaran
D. MRI (Magnetic resonance imaging)
E. Pemeriksaan EKG
30. Tes kusioner masalah mental emosi diberikan pada usia

179
A. 12 bulan
B. 14 bulan
C. 18 bulan
D. 24 bulan
E. 36 bulan
31. Penyebab dari sindrom down adalah
1. Adanya trauma saat kehamilan
2. Ibu dengan berat badan rendah
3. Usia ibu di bawah 20 tahun
4. Kelainan pada kromosom ke 21 dan 15
5. Ayah yang mengalami sindrom down
32. Ciri-ciri anak yang mengalami Sindrom dowm yaitu
1. Mata cekung.dan pucat
2. Wajah tidak simetris (jarak antara kedua mata kedua jauh.
3. Nyeri pada bagian kepala
4. Hiperaktif
5. Bicara tidak jelas dan suka menyendiri
33. Diantara tindakan berikut termasuk upaya pencegahan sindrom
down adalah
A. Melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis
bagi para ibu hamil.
B. Melakukan diet yang baik pada ibu hamil
C. Melakukan pemeriksaan yang rutin saat kehamilan
D. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi baik saat
kehamilan
E. Istirahat yang cukup bagi
34. Diagnosa pertama bagi anak sindrom down adalah
A. Risiko tinggi infeksi
B. Risiko tinggi konstipasi
C. Gangguan citra tubuh
D. Gangguan rasa nyaman:nyeri

180
E. Risiko tinggi cedera
35. Peran perawat dalam kasus orang tua yang memiliki anak dengan
sindrom down adalah:
A. Menyarankan orang tua agar memberikan pendidikan yang
sama dengan anak normal.
B. Memberikan penyuluhan bahwa anak sindrom down itu
juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya
yaitu kasih sayang dan pengasuhan.
C. Mengajarkan orang tua untuk tegas dan disiplin pada anak
D. Membiarkan anak
36. Seorang anak perempuan berusia 21 bulan dibawa orangtuanya ke
UGD Rumah sakit dengan keluhan BAB cair lebih dari 11 kali
sehari. Dari hasil pengkajian didapatkan ubun-ubun terapa cekung,
turgor kulit jelek / tidak elastis. TTV menunjukkan data HR = 115
x/menit, RR = 34 x/menit, suhu 37,8 derajat celsius. Apakah
tindakan keperawatan yang tepat pada kasus diatas?
a. Beri larutan rehidrasi oral sedikit tapi sering
b. Observasi intake dan output cairan
c. Kaji toleransi pemberian makanan
d. Beri cairan infuse
e. Timbang BB anak
37. Seorang ibu muda membawa balita laki-laki dengan usia 4 tahun ke
poli anak dengan keluhan diare sebanyak 9 x/ hari, anak
jugamengalami muntah-muntah sebanyak 4x/hari. Dari hasil
pengkajian : keadaan umum lemah, turgor kullit tidak elastis,
mukosa bibir kering, kulit sekitar anus terlihat kemerahan, dan anak
terlihat malas minum serta rewel. Anak selalu menangis jika
perawat.mendekatinya Apakah masalah keperawatan utama pada
anak tersebut?
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kekurangan volume cairan tubuh

181
3. Gangguan integritas kulit
4. Risiko tinggi infeksi
5. Ansietas
38. Seorang anak laki-laki dengan usia 6 tahun dirawat di ruang anak.
Anak mengeluh gusi dan hidung berdarah nyeri sendi dan tulang,
letih, tidak mau makan. Anak merupakan langganan rumah sakit
tersebut karena tiap 3 bulan anaknya selalu opname. Hasil
pengkajian didapatkan data: keadaan umum lemah, nyeri sendi dan
tulang dengan skala 7. Pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran
hati dan limfa. Hasil TTV meunjukkan RR = 23 x/menit, T = 37.8
derajat celsius. Hasil laboratorium Hb 6 g/dl,.Apakah masalah
keperawatan utama pada kasus anak tersebut?
A. Nyeri akut
B. Hipertermia
C. Intoleransi aktivitas
D. Risiko perdarahan
E. Risiko infkesi
39. Seorang anak perempuan berusia 11 tahun dirawat di ruang anak
dengan pusing, mual dan demam. Dari hasil pengkajian
didapatkan: anak terlihat lemas, mual dan terdapat bercak ptekie.
Anak tersebut sempat mengalami mimisan sebelum dirawat di
rumah sakit. Saat ini anak telah diberikan rehidrasi untuk
mencegah syok. Apa yang harus dievaluasi pada kasus terse-but?
A. Turgor kulit
B. Suhu tubuh
C. Tekanan darah
D. Frekuensi napas
40. Seorang pasien balita perempuan dengan usia 3 tahun dibawa
ibunya ke puskesmas karena anak belum bisa berjalan. Ibu
mengatakan anaknya tidak pernah dilakukan pemeriksaan
pertumbuhan dan perkembangan. Petugas langsung melakukan

182
pemeriksaan berat badan anak. Apakah prosedur selanjutnya pada
kasus diatas?
A. Menanyakan perkembangan anak dengan kpsp
B. Memposisikan anak senyaman mun-gkin
C. Melakukan tes daya dengar
D. Mengukur lingkar kepala
E. Melakukan tes daya lihat
41. Berikut ini yang BUKAN merupakan karakteristik anak dengan
kebutuhan khusus adalah …
A. Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
B. Mengucapkan kata yang diulang-ulang
C. Gangguan jiwa psikotik
D. Perilaku hiperaktif
E. Menangis
42. Saat interaksi dengan anak dengan hiperaktif perawat berkata,
“Bagaimana perasaanmu saat ini?”, “Saya lihat kamu gelisah, ayo
duduk di sini.”Fase komunikasi yang sedang terjadi pada kasus di
atas adalah …
A. Fase pendahuluan
B. Fase prainteraksi
C. Fase kerja
D. Fase orientasi
E. Fase dilatasi
43. Berikut komunikasi yang sedang terjadi antara perawat dan pasien
dengan kebutuhan khusus.
Perawat : Apa minuman yang kamu sukai?
Pasien : . . . opi.
Perawat : Ko-pi (mendekatkan wajah, menggunakan bahasa tubuh
sambil menunjuk ke minuman kopi).
Respons nonverbal yang digunakan perawat untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi pasien adalah …

183
A. Bertanya
B. Mengulang
C. Ko-pi
D. Menunjuk kopi
E. Berbaring
44. Gangguan bicara pada anak dengan kebutuhan khusus, yaitu
mereka menunjukkan ketidakmampuan berpikir dengan taraf
kecerdasan di bawah normal disebut dengan …
A. Dislogia
B. Disartria
C. Disaudia
D. Disglosia
E. Dispepsia
45. Seorang anak diantar ke poli jiwa oleh ibunya karena tidak pernah
bisa duduk diam, selalu mondar-mandir, dan naik-naik ke kursi
sambil menyanyi yang sulit didengarkan.Perawat datang dan
menghampiri pasien, “Hallo, apa kabar? Ayo, kita ngobrol tentang
perilaku kita?
Fase komunikasi/interaksi yang sedang terjadi dalam komunikasi
tersebut adalah…
A. Fase kontrak
B. Fase praorientasi
C. Fase orientasi
D. Fase kerja
E. Terminasi
46. Seorang perawat sedang mengumpulkan data anak yang baru
masuk RS dengan diagnosa kejang. Manakah tindakan
keperawatan yang paling tepat dalam menentukan penyebab
kejang?
A. Mengecek baju anak
B. Menanyakan pada anak apa yang terjadi selama kejang

184
C. Mengkaji riwayat keluarga terkait gangguan psikologis
D. Mengkaji riwayat berdasarkan faktor pencetus yang
mungkin terjadi sebelum kejang
E. Kaji riwayat keluarga terkait adanya penyakit DM
47. Seorang anak laki-laki usia 4 tahun di bawa ibunya ke klinik dengan
keluhan panas yangsudah berlangsung 4 hari disertai mimisan satu
kali dan tidak mau makan. Hasil pengkajiandidapatkan pada
mukanya tampak kemerahan, suhu 38 derajat C, RR 30x/menit,
nadi 98x/menit.Apakan masalah keperawatan yang utama dan
tepat pada kasus diatas?
A. Hipertermi 
B. Intoleran aktivitas
C. Resiko devisit cairan
D. Gannguan pertukaran gas
E. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
48. Seorang ibu dating ke klinik bersama anaknya usia 5 tahun,
dengan keluhan demam,sebelumnya anak tersebut sudah minum
obat lima jam yang lalu tetapi belum juga turundemamnya. Jadi
kapan boleh diberikan obat penurun panas ulang setelah
pemberian pertama?
A. 4-5 jam setelah pemberian obat sebelumnya 
B. 4-6 jam setelah pemberian obat sebelumnya
C. 4-7 jam setelah pemberian obat sebelumnya
D. 4-8 jam setelah pemberian obat sebelumnya
E.  4-9 jam setelah pemberian obat sebelumnya
49. Seorang anak usia 2 tahun di bawa orang tua ke UGD RS Mutiara
Bunda dengan keluhanmuntah-muntah, badan panas, suhu tubuh
38,5 derajat C dan tadi pagi anak kejan dua kali selamakurang
lebih lima menit tiap kali kejang. Saat kejang, pada awalnya tangan
anak kaku dan diikuti badan anak kaku, anak tidak menyahut saat
dipanggil. Apakah yang dialamai oleh anak pada kasus diatas?

185
A. Epilepsy 
B. Kejang demam
C. Kejang demam plus
D. Kejang demam kompleks
E. Kejang demam sederhana
50. Seorang anak berusia 3 tahun masuk RS dengan keluhan kejang
demam sejak 2 jam yang lalu, setelah dilakukan pemfis
didapatkan T=380 C, kulit anak tampak kemerahan dan hangat
saat disentuh, RR 24x/menit. Apa masalah masalah keperawatan
yang dapat diangkat dari kasus diatas?
A. Hipertermi
B. Kelebihan volume cairan
C. Nyeri akut
D. Pola nafas tidak efektif
E. Kekurangan cairan dan elektrolit
51. Seorang anak perempuan umur 4 tahun diantar orang tuanya ke
UGD karena demam selama 3 hari dan muntah-muntah. Hasil
pengkajian didapatkan data: pasien tampak lemas, mukosa bibir
kering, turgor kulit kurang elastis, akral dingin, nadi 100 x/i, suhu
tubuh 38,6°C, pernapasan 28 x/i, petikie pada ekstremitas.
Manakah rencana tindakan yang utama untuk memperbaiki status
cairan pada anak tersebut?
A. Kaji tanda-tanda dehidrasi
B. Ukur intake dan out put
C. Beri banyak minum
D. Beri antiemetik sesuai terapi
E. Berikan cairan parenteral sesuai program
52. An. A berusia 5 tahun dengan berat badan 15 kg dirawat di ruang
Kemuning dengan diagnosa kejang demam. Pada pukul 14.30
WITA, ibu anak tersebut berteriak memanggil perawat karena
anaknya kejang kembali. Saat didatangi ke tempat tidurnya, mata

186
anak tersebut membuka lebar mengarah ke atas dan giginya
terkunci rapat. Apakah tindakan pertama yang harus dilakukan
perawat?
A. Melonggarkan pakaian dan memiringkan kepala anak
B. Memasang oropharingeal airway tube
C. Memberikan oksigen nasal kanul
D. Memberikan suntikan diazepam IV
E. Memberikan diazepam per rectal
53. Seorang anak perempuan berusia 6 bulan dibawa orang tuanya ke
IGD RS dengan keluhan lemas. Berdasarkan hasil pemeriksaan
diperoleh data: mukosa bibir dan mulut kering dan ubun-ubun
cekung, tampak rewel dan menangis serta berontak bila disentuh
perawat, frekuensi napas 26x/i, frekuensi nadi 120x/i, suhu 37,5°C,
mendapatkan terapi infuse Dextrose 5%. Perawat pelaksana yang
menangani anak tersebut melakukan pemasangan infuse, tetapi
setelah dicoba beberapa kali ternyata gagal. Akhirnya perawat
menunda pemasangan infuse. Apakah prinsip etik yang diabaikan
oleh perawat?
A. Eficience
B. Beneficence
C. Maleficence
D. Justice
E. Fear
54. An. P (7 tahun) dirawat di RS sejak 5 hari yang lalu. An. P tampak
lemah, mengeluh nyeri pada bagian abdomen dan sakit kepala, An.
P demam terus menerus, lidah tampak kotor dan kehilangan napsu
makan. Ibu An. P mengatakan anaknya sudah mengalami demam
naik turun sejak seminggu sebelum masuk RS. Berdasarkan
pemeriksaan widal diperoleh titer O 1/320; leukosit 4200/mm 3;
eritrosit 4,2 x 106/mm3; Trombosit 240.000/mm3. Apa masalah
keperawatan yang tidak muncul pada An. P?

187
A. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
B. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
C. Resiko tinggi defisit volume cairan
D. Resiko tinggi infeksi
E. Intoleransi aktivitas
55. Seorang bayi laki-laki lahir dengan BB 2 kg, proporsi kepala tampak
lebih besar daripada badan, frekuensi nadi 100x/i, suhu 35,6°C.
Apakah diagnosa keperawatan prioritas dari kasus di atas?
A. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d efek dari
incubator
B. Infeksi b/d imaturitas immunoglobulin
C. Gangguan keseimbangan suhu tubuh; hipotermia b/d
proses adaptasi dengan lingkungan luar rahim
D. Gangguan pola napas b/d imaturitas organ pernapasan
E. Inefektifitas jalan napas b/d penumpukan sekret
56. Seorang perawat sedang mengumpulkan data anak yang baru
masuk RS dengan diagnose kejang. Manakah Tindakan perawat
yang paling tepat dalam menentukan penyebab kejang?
A. Mengecek BJU anak
B. Menanyakan kepada ana kapa yang terjadi selama kejang
C. Mengkaji riwayat keluarga terhadap gangguan psikologis
D. Mengkaji Riwayat berdasarkan factor pencetus yang
mungkin terjadi sebelum kejang
E. Kaji riwayat keluarga tentang adanya penyakit DM
57. Seorang anak laki-laki berumur 1 bulan dengan diare dirawat di
rumah sakit. Ibu klien mengatakan klien buang air sudah 8x,
muntah dan gtidak mau minum ASI, mata cekung, mukosa bibir
kering, berat badan turun drastic, apatis. Apakah rencana
keperawatan utama pada kasus diatas?
A. Berikan cairan pedialit
B. Teruskan pemberian ASI saja

188
C. Berikan cairan RL dan oralit
D. Berikan cairan dekstros dan NaCl
E. Berikan diet secara bervariasi
58. Seorang anak laki-laki umur 2 tahun dirawat. Menurut ibu klien
anaknya sesak dan batuk-batuk, panas, rewel. Hasil pengkajian
didapatkan bayi sesak, batuk, retraksi dada, pernafasan 30x/menit,
nadi 100x/menit, suhu tubuh 38°C, terdapat ronkhi, terpasang O2
1liter/menit dengan nasal kanul. Berapakah konsentrasi oksigen
yang didapatkan?
A. 24%
B. 44%
C. 30%
D. 60%
E. 40%
59. Seorang perawat anak mendemonstrasian cara pembuatan larutan
oralit pada seorang ibu yang anaknya mengalami diare.
Selanjutnya perawat meminta kepada orangtua anak tersebut untuk
memberikan cairan oralit kepada anaknya sampai habis.
Apakah peran perawat pada kasus diatas?
A. Care giver
B. Educator
C. Advocacy
D. Kolaborasi
E. Konseling
60. Pada seorang anak usia toddler yang dirawat diruang anak dengan
keluhan diare dilakukan pengkajian berat badan, hasil
menunjukkan anak memiliki berat badan 12kg. pada hari rawat
ketiga saat dikaji berat badan anak menurun menjadi 11kg.
Apakah derajat dehidrasi yang dialami anak pada kasus diatas?
A. Dehidrasi sangat ringan
B. Dehidrasi ringan

189
C. Dehidrasi sedang
D. Dehidrasi berat
E. Dehidrasi sangat berat

190

Anda mungkin juga menyukai