Anda di halaman 1dari 23

Asuhan keperawatan kritis

pediatrik

Kelompok 1 :
Apriliansi Mauwe Telao
Yosua Rivo Towehi
Sintia A. Suka
Moh. Sulkifli A. Daiya
A. DEFINISI KEPERAWATAN KRITIS PADA ANAK
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam kehidupan.Secara keilmuan perawatan
kritis fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak
stabil.Untuk pasien yang kritis, pernyataan penting yang harus
dipahami perawat ialah “waktu adalah vital”.Sedangkan Istilah kritis
memiliki arti yang luas penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-
hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari
penyelesaian/jalan keluar.

O
O Keperawatan anak adalah pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan anak dan tehnik
keperawatan anak berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada anak
0-18 tahun dalam keadaan sehat maupun sakit dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
O American Association of Critical-Care Nurses
(AACN) mendefinisikan Keperawatan kritis adalah
keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan
bertanggung jawab atas masalah yang mengancam
jiwa.
B. DEFINISI PICU
O PICU (Pediatric Intensive Care Unit) adalah ruang
perawatan intensif untuk bayi (sampai usia 28 hari)
dan anak-anak yang memerlukan pengobatan dan
perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati
terjadinya kegagalan organ-oragan vital.
O Sebagian besar bayi yang di rawat adalah gangguan
pernapasan (seperti Asfiksia).
O Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan
CO2 dan asidosis jika prosese ini berlangsung
terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan otak
atau kematian, mempengaruhi fungsi vital
lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan
hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarbia
(peningkatan PaCO2)
O Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru
lahir tidak dapt bernafas secara spontan dan
teratur dalam satu menit setelah lahir
c. etiologi
a. Factor ibu :
O Pre eklamsia dan eklamsia, DM, anemia, HT
O Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
O Partus lama dan macet
O Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
O Kehamilan lewat waktu
b. Factor tali pusat
O Lilitan tali pusat
O Tali pusat pendek
O Simpul tali pusat
O Prolapus tali pusat
c. Factor bayi
O Bayi premature ( < 37 minggu)
O Presentasi janin abnormal
O Persalinan dengan tindakan
( ekstraksi vacuum, ekstraksi
forcep)
d. patofisiologi
O Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga
DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang.
O Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus
neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer.
E. GEJALA
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas
meliputi :
O Pernafasan terganggu
O Detik jantung berkurang
O Reflek / respon bayi melemah
O Tonus otot menurun
O Warna kulit biru atau pucat
F. PENATALAKSANAAN
1. Apneu pprimer : nafas cepat, tonus otot berkurang,
sianosis
2. Apneu sekunder : nafas megap-mega dan dalam, denyut
jantung menurun, lemas, tidak berespon terhadap
rangsangan
3. Tindakan ABC
O Assesment/Airway : observasi warna, suara, aktivitas
bayi, HR, RR, Capilary refill
O Breathing : melakukan rangsangan taksil untuk mulai
pernafasan
O Circulation : bila HR < 60 x ermenit atau 80 x permenit,
jika tidak ada perbaiakan dilakukan kompresi
g. Pemeriksaan penunjang
1. Cek Darah
2. Cek Urine
3. Photo Thorax
h. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

1. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
- Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
- Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
- Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta
III/ IV.
- Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama
kehidupan.
- Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1
vena.
b. Eliminasi
- Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
- Berat badan : 2500-4000 gram
- Panjang badan : 44-45 cm
- Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
e. Pernapasan
f. keamanan
2. Analisa Data
a. Data subyektif
- Biodata/identitas pasien
- Identitas orang tua
b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Antenatal (keadaan ibu selama
hamil,kehamilan dengan resiko,pemeriksaan
kehamilan yang tidak kontinyuitas,gerakan janin
selama kehamilan,kehamilan postdate dan preterm).
- Riwayat Natal (Kala I, Kala II).
- Riwayat Post Natal (Apgar Skor Bayi baru
lahir,BBL,Adanya kelainan Kongenital)
c. Pola Nutrisi
- Kebutuhan parenteral
- Kebutuhan nutrisi enteral
- Kebutuhan minum pada neonatus
d. Pola eliminasi (BAB,BAK)
e. Latar Belakang Sosial Budaya
f. Hubungan Psikologis
g. Data Obyektif
- Keadaan Umum
- TTV
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Pemenuhan Kebutuhan O2 Sehubungan dengan
Post Asfiksia Berat
2) Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya
proses persalinan yang lama dengan di tandai akral.

3. Perencanaan/intervensi
DX 1;
 Diagnosa keperawatan;
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan
post asfiksia berat.
• Tujuan dan kriteria
Tujuan;
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
lanjutan

Kriteria;
-Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
-Pernafasan teratur.
-Tidak cyanosis.
-wajah dan seluruh tubuh berwarna kemerahan
-gas darah normal
PH = 7,35 – 7,45
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
lanjutan

• Intervensi:
1.Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala
lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan
meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga
bahu terangkat 2-3 cm.
2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu
3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap
4jam
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri.
• Rasional;
1.Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat
mengurangi kelancaran jalan nafas.
2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk
menjamin pertukaran gas yang sempurna.
3.Deteksi dini adanya kelainan.
4. Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk
jantung dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan
hypoventilasi

DX 2;
 Diagnosa Keperawatan
2. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses
persalinan yang lama dengan ditandai akral
• Tujuan dan Kriteria;
Tujuan;
1.tidak terjadi hiportemia dingin suhu tubuh dibawah 36° C
Kriteria:
1.Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses
persalinan yang lama dengan ditandai akral
2.Akral hangatWarna seluruh tubuh kemerahan
• Intervensi
1.Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses
persalinan yang lama dengan ditandai akral
2.Akral hangatWarna seluruh tubuh kemerahan mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
4.Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5%
bila ASI tidak mungkin diberikan.
• Rasional;
1.Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan
sehingga meletakkan bayi menjadi hangat
2.Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
3.Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat
hipotermia
4.Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam
tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal .
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan
yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan,
tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan.
Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post
Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila
diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria
evaluasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai