Disusun Oleh :
Tahun 2023
A. Konsep Teori Lansia
1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (
Notoatmojo, 2011). Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung
dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan
tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi. Lanjut usia atau
usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu
periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock,
2009) dalam (Amel, 2018).
2. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
6. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik (Siti Nur Kholifah, 2016).
B. Konsep Medis
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian(mortalitas). (Triyanto E, 2014)
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-
arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari
jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan organ-organ tubuh.
(Pudiastuti, 2016)
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan
jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Pudiastuti R D,
2016).
2. Etiologi
Penyebab dari hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer
(essensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau essensial adalah
hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dialami oleh 90% penderita
hipertensi dan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi yang terjadi akibat
penyebabnya yang sudah jelas yaitu hipertensi sekunder (Bell et al., 2015).
Meskipun hipertensi primer penyebabnya belum diketahui namun
diperkirakan ada beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembanganya hipertensi primer seperti faktor keturunan, jenis kelamin,
usia, diet, berat badan, dan gaya hidup. Hipertensi sekunder disebabkan karena
penyakit ginjal atau gangguan tiroid, penggunaan kontrasepsi oral, coarctation
aorta, kehamilan, gangguan pada endokrin, luka bakar (Udjianti, 2013).
3. Manifestasi Klinis
Hipertensi dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena biasanya tidak
memiliki tanda atau gejala peringatan, dan banyak orang tidak mengetahuinya
memilikinya. Bahkan ketika tingkat tekanan darah sangat tinggi, kebanyakan
orang tidak memiliki tanda atau gejala apapun. Sejumlah kecil orang mungkin
mengalami gejala seperti sakit kepala tumpul, muntah, pusing, dan mimisan
lebih sering. Gejala-gejala ini biasanya tidak terjadi sampai tingkat tekanan
darah telah mencapai tahap yang parah atau mengancam jiwa. Satu-satunya
cara untuk mengetahuinya yang pasti jika seseorang memiliki hipertensi adalah
melakukan pemeriksaan dengan dokter atau lainnya dengan profesional
perawatan kesehatan mengukur tekanan darah (Olin and Pharm, 2018).
4. Patofisiologis
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan
hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini akan menyebabkan resistensi perifer
akan meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk mengatasi
resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ vital seperti
jantung, otak dan ginjal akan menurun. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui simaptis ke
ganglia simaptis. Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah. Pelepasan
noreprinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriksi (Smeltzer & Bare, 2013).
Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Tambahan aktivitas vasokontriksi ini terjadi karena
medulla adrenal mengsekresi epineprin dan korteks adrenal mengsekresi
kortisol dan steroid yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh
darah. Vasokontriksi ini mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dan
menyebabkan terjadinya pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, dan menyebakan terjadinya peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare,
2013).
Terdapat beberapa faktor yang mengontrol tekanan darah dan berkontribusi
mengembangkan hipertensi primer. Dua faktor utama meliputi masalah
hormon yaitu hormone natriuretik dan reninangiotensin-aldosteron system
(RAAS) serta mekanisme atau gangguan elektrolit (natrium, klorida,
potasium). Hormon natriuretik menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium
dalam sel yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Reninangiotensi-
aldosteron system mengatur sodium, potassium dan volume darah yang akan
mengatur tekanan darah di arteri (pembuluh darah membawa darah menjauhi
hati). Dua hormon yang terlibat dalam RAAS yaitu angiotensin II dan
aldosterone. Angiotensin II menyebabkan penyempitan pembuluh darah,
meningkatkan pelepasan bahan kimia yang meningkatkan tekanan darah dan
meningkatkan produksi aldosteron.
Penyempitan pembuluh darah dapat meningkatkan tekanan darah yang juga
terjadi tekanan pada jantung. Aldosterone menyebabkan natrium dan air tetap
berada dalam darah. Akibatnya ada volume darah yang lebih besar dan akan
meningkatkan tekanan pada jantung dan meningkatkan tekanan darah. Tekanan
darah arteri adalah tekanan dalam pembuluh darah khususnya pembuluh darah
arteri yang diukur dalam millimeter air raksa (mmHg). Dua nilai tekanan darah
arteri adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (Bell et al.,
2015).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi meliputi: a.
Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisasi untuk mengetahui protein dalam urin darah, glukosa
f. Pemeriksaan: renogram, pielogram dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan
terapi non farmakologis : a. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis hipertensi dapat dilakukan dipelayanan strata
primer/Puskesmas, sebagai penanganan awal. Berbagai penelitan klinik
membuktikan bahwa obat anti-hipertensi yang diberikan tepat waktu dapat
menurunkan kejadian stroke 35-40%, infark miokard 20-25% dan gagal
jantung lebih dari 50.
7. Komplikasi
Hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan komplikasi berikut:
a. Arteriosklerosis (pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi
lainnya ke organ tubuh mengeras dan menjadi lebih sempit):
Arteriosklerosis bisa menyebabkan penyakit serius, misalnya penyakit
jantung dan stroke.
b. Aneurisma (pembuluh darah yang bengkak): hipertensi yang tidak
terkendali bisa menyebabkan pembuluh darah menjadi tipis dan
mengembang, dan mengakibatkan aneurisma. Hal ini bisa berakibat fatal
jika aneurisma pecah.
c. Gagal jantung: peningkatan tekanan darah akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah, memberikan beban tambahan pada jantung; dan akan
menyebabkan kegagalan jantung.
d. Stroke: pecahnya aneurisma di otak bisa menyebabkan stroke. Hipertensi
yang tidak terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan darah di arteri
karotis (arteri di leher). Bekuan darah tersebut bisa menyebabkan stroke
emboli bila memasuki otak.
e. Gagal ginjal: hipertensi yang tidak terkendali akan memengaruhi arteri di
ginjal, menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal.
f. Retinopati (kerusakan pembuluh darah pada jaringan peka cahaya di
bagian belakang mata): hipertensi yang tidak terkendali akan
memengaruhi arteriol (cabang arteri) di mata, sehingga menyebabkan lesi
(Palmer and Williams, 2018).
8. Discharge Planning
Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk pulang
dan beradaptasi dengan lingkungan dalam upaya meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya.
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang
diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan
dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama.
a. Pengumpulan data
Identitas Klien Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis
kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk
MRS dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi 2 hal yaitu:
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Dalam penulisannya keluhan utama disampaikan dengan jelas
dan padat, dua atau tiga suku kata yang merupakan keluhan yang
mendasari klien meminta bantuan pelayanan kesehatan atau
alasan klien masuk rumah sakit.
2) Keluhan saat dikaji Berbeda dengan keluhan utama saat masuk
rumah sakit, keluhan saat dikaji didapat dari hasil pengkajian pada
saat itu juga. penjelasan meliputi PQRST:
a) P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya
penyakit, hal yang meringankan atau memperberat gejala.
b) Q : Qualiative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan.
c) R: Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah yang di
keluhkan.
d) S: Severity derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut.
e) T: Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan
frekuensinya, waktu tidak menentu, biasanya dirasakan
secara terus-menerus. (Bararah, 2012).
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang riwayat kesehatan pasien dan pengobatan
sebelumnya. Berapa lama klien menderita, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi medis apa saja, mendapatkan
pengobatan apa saja, bagaimanakah cara penggunaan obatnya
apakah teratur atau tidak.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit atau penyakit-penyakit lain.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dapat dilihat di riwayat kesehatan keluarga apakah ada genogram
keluarga yang juga menderita penyakit tersebut.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi tentang penyakit mengenai perilaku perasaan
dan emosi yang dialami penderita berhubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
7) Pola aktivitas
a) Pola nutrisi
Pola aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum
sakit dan sesudah masuk rumah sakit. Peningkatan nafsu
makan, mual, muntah, penurunan atau peningkatan berat
badan, banyak minum dan perasaan haus.
b) Kebutuhan eliminasi
Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan
eliminasi, kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan
yang dirasakan klien pada saat BAB dan BAK. Perubahan pola
berkemih (polyuria), nokturia, kesulitan berkemih, diare.
c) Istirahat Tidur
Pada pasien tersebut sering mengalami gangguan tidur, keletihan, lemah,
sulit bergerak maupun berjalan, kram otot dan tonus otot menurun, takikardi dan
takipnea pada saat istirahat. Pada penderita yang jarang berolahraga dan beraktivitas,
zat makanan yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh
sebagai lemak dan gula.
d) Personal Hygine
Menjaga kulitnya selalu bersih dan kering khususnya didaerah
lipatan seperti paha, aksila, dibawah payudara karena
cenderung terjadi luka akibat gesekan dan infeksi jamur.
e) Aktivitas dan Latihan
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan
dirumah sakit dibantu atau secara mandiri. Karena pasien DHF
biasanya letih dan lemah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman
b. Gangguan pola tidur
c. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi, pusat tujuan pada
klien, menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih intervensi
keperawatan agar dengan mudah mencapai tujuan. Tahapan ini memberi
kesempatan kepada perawat, pasien atau klien, serta orang terdekat klien dalam
merumuskan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang
dialami oleh klien tersebut.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Hidayat, 2021).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya
(Krismonita, 2021). Evaluasi keperawatan bertujuan untuk mungukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien dan untuk melihat kemampuan
klien dalam mecapai tujuan (Hidayat, 2021).
DAFTAR PUSTAKA