Anda di halaman 1dari 27

TUGAS GERONTIK

DISUSUN OLEH:
ALVIKA MILA (2017.03.0044)
EKA MARLIANA (2017.03.0049)
SUMARSONO (2019.03.0678)

DOSEN PEMBIMBING:
Vendi Eko Kurniawan S.Kep.,Ns.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2020
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Lansia


1.1.1 Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa decade (Notoatmojo,
2011). Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks
kebutuhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan tersebut
dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi. Lanjut usia atau usia tua
adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu periodedi mana
seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau
beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).

1.1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam
UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut
diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria
maupun wanita (Padila,2013).

1.1.3 Masalah-masalah Pada Lanjut Usia


Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan
semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di
bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-
peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga
yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan
kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin
lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan
dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat
memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih
mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul
adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di
dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia
di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi,
ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat
disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya
apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan
terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2003).

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas,


nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit
kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan,
sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan
gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab
imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian
ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering
dibanding pria (Watson, 2003).

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan
terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben,
1996 dalam Darmojo, 2000).
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan
terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan
penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah
turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan
tetapi karena penyakit. Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena
menderita gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang
memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang
mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak mampumengontrol diri,
bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia memerlukan
perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan
tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui
petugas panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat
pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini
berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di
jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki.


Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi
penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran
kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut
(Watson, 2003).

1.1.4 Teori-teori Proses Menua


Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis.
Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori
pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.

a) Teori Biologis

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk


membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat
membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah
sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di
biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah
akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika


protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan
kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan
bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda.
Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya usia.

Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun


mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan
yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif
(Homeostasis), seiring dengan pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas
untuk beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses
penyakit akut dan kronik.

Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri


lanjut usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di
lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama
melepaska diri atau menarik diri dari masyarakat.

Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori
ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas,
tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan
aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai
orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti
dan mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru untuk
mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu daru usia
pertengahan kelanjut usia.

Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan


bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus
mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan
dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003).

1.1.5 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia


Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak
lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang besar,
proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada
pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;

a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan
jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau
akumulasi substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini
di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri
lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit
seperti terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih.
1.1.6 Penyakit umum pada lanjut usia

Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua


(Watson,2003) yakni:

1. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi


2. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,
klimakterium, hipertiroid dan hipotiroid
3. Gangguan pada persendian misalnya osteoarthritis gout ataupun penyakit
kolagen lainnya
4. Berbagai macam neoplasma

Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:

1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM, osteomalasia, hipotiroidisme

1.2 Konsep Medis Gout Artritis


1.2.1 Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah
penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada
sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol
kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut,
lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dantendon. Gout
biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi
semakin parah dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.
1.2.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah:

1. Suku bangsa /ras


Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai
dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau
pola makan dan konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan
produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk
sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat
ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam
serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).

1.2.3 Patofisiologi

Menurut Corwin (2009) Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme


serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi
asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan.

a. Presipitasi kristal monosodium urat.


Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan
para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang
bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal.
b.        Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh
leukosit.
c.  Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik
lisosom.
d.     Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini
menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase
radikal kedalam sitoplasma.
e.      Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan
jaringan.

1.2.4 Manifestasi Klinis


Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul
berulang-ulang. Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La
Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan
1.3.1 Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui


anamnesis riwayat kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola
makan, aktivitas, pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan
palpasi (Stanley, Mickey.2007)

a. Anamnesis: Identitas (Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,


alamat, agama, status perkawinan.

b. Riwayat penyakit sekarang: Pengumulan data dilakukan sejak munculnya


keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala
tersebut berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat
analgesic, allopurinol.

c. Riwayat penyakit dahulu: Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan


penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal
kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan
adalah pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.

d. Riwayat penyakit keluarga: Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi
oleh faktor genetic.

e. Aktivitas dulu dan sekarang: Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai
suatu program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.

f. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan
menelan dan mual muntah.
g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
h. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
i. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan
pada sendi.

1.3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
c. Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
(Sarif, 2012)

1.3.3 Intervensi Keperawatan


Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
1. gangguan rasa nyaman nyeri
- Tujuan jangka panjang:
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah nyeri klien teratasi
- Tujuan jangka panjang:
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien
dapat mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan
benar,
Kriteria hasil:
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3
Rencana tindakan:
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri (0-
10).
2. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil. tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan.
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk
di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
4. Dorong untuk sering ubah posisi
5. Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan
yang mennyentak.
7. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
8. Berikan masase yang lembut.
9. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.

2. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan


 Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu
berjalan dengan baik
- Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan
ROM dengan criteria
1. mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
2. dapat mempraktekan latihan ROM

Rencana tindakan:
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi
penderita gangguan mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk
menggukan alat bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi (steroid).

3. Resiko injury
- Tujuan jangka panjang:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
cidera klien tidak terjadi.
- Tujuan jangka pendek:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien

Rencana:
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada
lanjut usia dan akibatnya
2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada
lanjut usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system
tubuh, akibat perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar
klien tidak jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat
digunakan peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi
penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi
lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah


- Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam
Pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan 
dirumah.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang
diberikan oleh dokter atau perawat. 
2. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama
obat, dosis, tujuan dan efek samping
3. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan
istirahat yang teratur.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako
terapeutik. 
5. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin
dibutuhkan.
6. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
7. Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.
BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian

1. Identitas
Nama : Ny. A
Tempat tgl lahir : percut, 7 januari 1943
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : melayu
Alamat : dusun XI desa percut

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi

a) Pekerjaan saat ini


Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang kadang kalau ada
kemauan klien pergi ke kebun yang ada di samping rumahnya.
b) Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan pekerjaanya dulu adalah petani
c) Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatan dulu dari hasil yang ada
dikebunnya.
d) Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk makan sehari-hari.

3. lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian

a) Ruangan
Terkesan tidak rapi atau berantakan
b) Penerangan
Kurang
c) Sirkulasi udara
Kurang karena hanya terdapat satu jendela didepan rumah
d) Sumber air minum
PAM
e) Keadaan kamar mandi
Kecil dan lantai licin dan berlumut
f) Pembuangan sampah
Ditumpuk didepan rumah
g) Resiko injury
Kamar mandi berlumut dan licin

4. Riwayat kesehatan

a) Status kesehatan saat ini:


1) Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakt seperti
kesemutan, kebas pada bagian kaki dan juga pada bagian pinggang.
Klien tidak pernah melakukan latihan pergerakan, klien tidak pernah
berolahraga paling nyapu halaman.

b) Riwayat kesehatan masalalu


Ny. A belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah
pusing, batuk dan pilek.
Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat diwarung jika
tidak sembuh baru di bawa ke puskesmas.

c) Pola kebiasaan
1) Makan dan minum
Ny. A mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya
sedikit tergantung nafsu makannya.
2) Eliminasi
Ny. A mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan
mandiri, tetapi keluhan yang dirasakan tidak dapat mengontrol BAK jika
mau ke kamar mandi, kadang sudah keluar sendiri sebelum sampai ke
kamar mandi.
3) Toileting
a. Mandi: Ny. A mengatakan mandi 1 hari sehari dilakukan sendiri
b. Gosok gigi: jarang dilakukan, karena merasa giginya sudah ompong
semua
c. Mencuci rambut: seminggu sekali
d. Berpakaian dan berhias: memakai sendiri tanpa bantuan.
d) Istirahat tidur
Ny. A mengtakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.
A beristiahat di dalam rumah atau diluar rumah
e) Aktivitas
Ny. A mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih
dilakukan secara mandiri tetapi Ny. A mengatakan sudah tidak mampu
berjalan jauh.
f) Neurosensori
Ny.A mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.
g) Psikososial
a. Hubungan social
Ny. A mengatakan tiak mengikuti salah satu kegiatan di masyarakat
dengan alas an sudah tua
b. Konsep diri
Ny. A mengatakan semua bagian tubuhnya di sukai. Sekarang peran Ny. A
adalah sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat sebagai
tempat mengadu

h) Nilai dan keyakinan spiritual


Ny. A beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti
menyembuhkan apapun yang terjadi pada diri kita.

i) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
sadar penuh (kompos mentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat
dan situasi baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-
acakan
b. tanda-tanda vital
TD: 130/90 mmHg
 kepala dan rambut: rambut sebagian sudah beruban, tmpak
berminyak dan berbau.
 Mata masih dapat melihat dengan jelas
 Telinga bersih, fungsi pendengaran masih baik.
 Mulut, gigi, bibir: mulut bau,

3.1.1 Pengelompokan Data

DS:

 Ny. A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu


 Keluarga mengatakan ibu tidak pernah mau jalan pagi
 Ny. A mengatakan dia tidak mampu jalan jauh, kedua kaki saya
kebas, kesemutan.
 Keluarga mengatakan “ya memeng beginilah keadaan rumah kami”
 Ny. A mengatakan mandi 1 kali sehari
 Ny. A mengatakan jarang gosok gigi, dan mencuci rambut seminggu
sekali.

DO:

 Postur tubuh tidak stabil saat berjalan


 Prubahan gaya jalan lambat, kaki diseret
 Ny. A tampak dapat jalan tapi sempoyongan
 Nilai oto 3/5
 Lantai kamar mandi licin dan berlumut
 Perabotan dan peralatan tidak rapi
 Penerangan didalam rumah kurang
 Rambut tampak berminyak dan lusuh
 Mulut, gigi tampak kotor
 Rambut di ikat tapi acak-acakan.

3.1.2 Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS: Ketidakmauan Kerusakan
 Ny. A mengatakan untuk melakukan mobilitas fisik
merasakan sakit pada pergerakan
bagian kaki, seperti
kesemutan dan kebas dan
juga bagian pinggangnya
 Ny. A mengatakan dia
tidak pernah berolahraga,
paling nyapu
 Keluarga mengatakan
ibunya tidak mau jalan-
jalan pagi, karena katanya
dingin.
DO:
 Postur tubuh tidak stabil
ketika berjalan tremor.
 Perubahan gaya jalan
lambat, kaki diseret.
 Nilai otot 3/5
2 DS: Ketidakmampuan Resiko injury
 Ny. A mengatakan dia dalam bergerak
sudah tidak mampu
berjalan jauh, kedua kaki
saya kebas dan kesemutan
 Keluarga mengatakan “ya
beginilah rumah kami
seperti ini”
DO:
 Ny. A tampak berjalan tapi
sempoyongan
 Lantai kamar mandi licin
dan berlumut
 Perabotan dan peralatan
tidak rapi penerangan
kurang.
 Nilai oto 3/5

3.2 Diagnosa Keperawatan


Nama: Ny. A
Umur: 72 Tahun

No Dx Diagnose Keperawatan
1 Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan
pergerakan di tandai dengan Ny.A mengatakan merasakan
sakit pada bagian kaki, seperti kesemutan, kebas, Ny.A
mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu, postur
tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor perubahan gaya jalan
lambat kaki diseret.
2 Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak ditandai
dengan Ny.A mengtakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh,
kedua kaki saya kebas, dan kesemutan, keluarga mengatakan “
ya beginilah rumah kami seperti ini”, Ny.A tampak berjalan
tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan berlumut,
perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang

3.3 Intervensi Keperawatan


Nama: Ny. A
Umur: 72 Tahun

No Diagnose NOC NIC


Dx keperawatan
1 Kerusakan Tujuan jangka panjang: 1. Kaji pengetahuan klien dan
mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan keluarga dalam hal perawatan
ketidakmauan kunjungan selama 4 kali bagi penderita gangguan
untuk melakukan dalam seminggu klien mobilitas
pergerakan di mampu berjalan dengan 2. Nilai keyakinan klien terhadap
tandai dengan Ny.A baik setiap usaha perawatan
mengatakan 3. Monitor cara latihan yang telah
merasakan sakit Tujuan jangka pendek: dilakukan oleh klien
pada bagian kaki, Setelah 3 kali kunjungan 4. Monitor tanda-tanda vital
seperti kesemutan, klien mampu melakukan 5. Monitor kekuatan otot dan ROM
kebas, Ny.A latihan pergerakan ROM pada klien
mengatakan dia dengan criteria 6. Diskusikan cara-cara melatih
tidak pernah 1. mampu pergerakan pada klien
berolahraga, paling menyebutkan 7. Demonstrasikan cara-cara
nyapu, postur tubuh manfaat latihan melatih pergerakan pada klien
tidak stabil ketika ROM dan keluarga.
berjalan tremor 2. dapat
perubahan gaya mempraktekan
jalan lambat kaki latihan ROM
diseret.
2 Resiko injury b/d klien tidak mengalami 1. Kaji pengetahuan klien dan
ketidakmampuan jatuh selama dalam keluarga terhadap perubahan
dalam bergerak perawatan 1 minggu fisik pada lanjut usia dan
ditandai dengan ditandai dengan: akibatnya
Ny.A mengtakan a) Tidak ada laporan 2. Monitor tanda-tanda jatuh pada
dia sudah tidak jatuh darikeluarga klien
mampu berjalan atau klien 3. Diskusikan dengan klien dan
jauh, kedua kaki b) Tidak terdapat keluarganya mengenai
saya kebas, dan tanda-tanda jatuh perubahan pada lanjut usia
kesemutan, pada klien proses menua, batasan lanjut
keluarga usia, perubahan pada system
mengatakan “ ya tubuh, akibat perubahan.
beginilah rumah 4. Gali pengetahuan klien dan
kami seperti ini”, keluarga mengenai upaya
Ny.A tampak pencegahan agar klien tidak
berjalan tapi jatuh
sempoyongan, 5. Monitor sumber-sumber dalam
lantai kamar mandi keluarga yang ada dan dan
licin dan berlumut, dapat digunakan peralatan biaya
perabotan dan tenaga
peralatan tidak rapi, 6. Kaji factor pendukung
penerangan kurang terjadinya jatuh: kondisi rumah,
kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara
pencegahan jatuh pada klien
modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga
untuk mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama: Ny. A
Umur: 72 tahun

No Tgl/jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Para


Dx f
1 3-12-15 1. Melakukan pengkajian Jam: 09.30 WIB
08.00 pengetahuan Ny. A dan S:
keluarga mengenai peranan  Ny. A mengatakan
gangguan mobilitas “biasanya tiap bangun
2. Melakukan penilaian tidur saya gerak-
keyakinan Ny. A terhadap gerakkan, tapi tidak
setiap usaha perawatan pernah saya jalan-jalan
3. Memonitor cara latihan yang keluar rumah karena
telah dilakukan oleh Ny. A dingin
4. Mengukur tanda-tanda vital  Ny. A mengatakan “saya
5. Menilai kekuatan otot dan inginnya tetap berusaha
ROM pada Ny. A untuk sehat, tapi
6. Diskusikan cara-cara melatih namanya orang tua, ya
pergerakan pada klien tetap sering tidak enak
7. Demonstrasikan cara-cara badan
melatih pergerakan pada O:
klien dan keluarga  Ny. A dapat
mencontohkan gerakan
yang biasanya dilakukan
 Ttv: 120/80 mmHg
A: tujuan belum berhasil
P: lanjutkan intervensi
1. Diskusikan cara-cara
melatih pegerakan pada
klien
2. Demonstrasikan cara-
cara melatih pergerakan
pada klien dan keluarga
2 3-12-15 1. Melakukan pengkajian Pukul: 09.00 WIB
08.30 pengetahuan Ny. A dan S:
keluarga mengenai  Ny. A mengatakan “saya
perubahan fisik pada lanjut tahu sudah tua beda
usia dan akibatnya dengan dulu, semua
2. Menggali pengetahuan Ny. A sudah harus hati-hati Ny.
dan keluarga mengenai A mengatakan biasanya
upaya pencegahan agar Ny. kalau jalan saya
A tidak jatuh menggunakan kayu.
3. Menilai sumber-sumber O:
dalam keluarga yang ada dan  Lantai kamar mandi licin
dapat digunakan peralatan dan berlumut
biaya dan tenaga  Perabotan dan peralatan
4. Mengkaji factor pendukung tidak rapi
terjadinya jatuh: kondisi  Ada anak tetangga untuk
rumah kondisi penderita kesulitan untuk masuk
5. Menilai jatuh dan tanda rumhn
tanda A:
6. Kaji factor pendukung Tujuan belum tercapai
terjadinya jatuh: kondisi
rumah, kondisi penderita P: lanjutkan intervensi dengan
7. Diskusikan cara-cara diskusikan perubahan pada
pencegahan jatuh pada klien lanjut usia dan cara-ara
modifikasi lingkungan pencegahan jatuh.
8. Beri motivasi klien dan
keluarga untuk
mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.

1 6-12-15 1. Mendiskusikan cara-cara Pukul: 16.00 WIB


14.30 melatih pergerakan pada Ny. S:
A  Ny. A mengatakan
2. Melakukan demontrsi cara “biasanya saya
latihan ROM aktif pada Ny. melakukan gerakan itu,
A dan keluarga keluarga mengatakan
3. Mengukur tanda-tanda vital terima kasih karena telah
pra dan paskal latihan diberikan gambaran
untuk latihan
O:
 TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD:
130/90mmHG
 Ny. A dapat
mendemonstrasikan
ulang latihan ROM aktif
dalam diskusi
memperhatikan
A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi dan
evaluasi pelaksanaan senam
ROM, memberi motivasi.
2 6-12-15 1. Mendiskusikan perubahan Pukul: 16.30 WIB
15.30 pada lanjut usia: proses S:
menua, batasan lanjut usia Ny. A mengatakan yang
perubahan pada system dikatakan itu benar, kaena saya
tubuh akibat perubahan O:
2. Mendiskusikan cra-cara Ny. A tempat aktif dalam diskusi
pencegahan jatuh pada Ny. A dan memperhatikan tidak ada
modifikasi lingkungan laporan Ny. A jatuh dan tanda-
3. Monitor tanda-tanda jatuh tanda jatuh
dan minta keluarga untuk A: tujuan berhasil
melaporkan jika terjadi jatuh P: lakukan kunjungan
selanjutnya untuk memonitor
terjadinya jatuh dan member
motivasi atas usaha yang diambil
1 7-12-15 1. Melakukan evaluasi pada Pukul: 10.00 WIB M
08.00 Ny. A laihan ROM yang S: E
telah diajarkan  Ny. A mengatakan “saya R
2. Mendorong Ny. A untuk tadi sudah senam seperti R
melakukan latihan secara yang diajarkan Y
teratur 2 kali sehari  Keluarga mengatakan
3. Mengukur tanda-tanda vital “ya kami tadi juga ikut
4. Member pujian atas senam, kami akan
keberhasilan yang telah membantu ibu untuk
dicapai latihan setiap hari
 Ny. A mengatakan kaki
saya sudah tidak ngilu
setelah aya gerakkan
O: Ekspresi wajah Ny. A tampak
segar
TTV, TD: 130/80 mmHg
A: Tujuan berhasil
P: Lakukan terminasi dan
berikan latihan stimulant seperti
minyak.

2 7-12-15 1. Member motivasi Ny. A dan Pukul: 111.00 WIB


09.00 keluarga untuk S:
mempraktekkan cara Ny. A mengatakan terimakasih
pencegahan saya akan meminta anak saya
2. Member pujian atas usaha untuk membuat pegangan di
yang dilakukan kamar mandi dan di depan
3. Memonitor tanda-tanda jauh rumah
pada Ny.A O:
Tidak terdapat tanda-tanda jatuh
dan laporan jatuh pada Ny. A
A: tujuan berhasil
P: lakukan terminasi dan
evaluasi kondisi Ny.a dan
keluarganya untuk melakukan
modifikasi lingkungan rumah

Anda mungkin juga menyukai