Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN PATENT DUCTUS ARTERIOUS (PDA)

Disusun oleh :

AMELIA DWI NUR INDAH PRATIWI (2017030045)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “laporan
pendahuluan dan askep PDA pada anak” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta
dalam menyusun makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan juga menambah informasi serta
edukasi bagi kami selaku penyusun serta bagi siapapun yang membacanya. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata dan penulisan yang kurang berkenan. Oleh sebab itu, penyusun
berharap adanya kritik dan saran dalam perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Jombang,… September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................


DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................
B. tujuan................................................................................................................................

BAB II . PEMBAHASAN
1. Definisi ............................................................................................................................
2. Etiologi ............................................................................................................................
3. Manifestasi klinis ............................................................................................................
4. patofisilogi .......................................................................................................................
5. Anatomi fisiologi .............................................................................................................
6. komplikasi ........................................................................................................................
7 penatalaksanaan medis .....................................................................................................
8. pemeriksaan diagnostik ....................................................................................................
BAB III . PENUTUP
1. Kesimpulan ......................................................................................................................
2. Saran ................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ductus Arteriosus adalah saluran yang berasal dr arkus aorta VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta descenden. Bayi normal menutup secara
fungsional 10-15 jam setelah lahir secara anatomis mjd ligamentum arteriosum usia 2-3
mgg. Jika tidak menutup à PDA.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah
kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus
arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan
pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu
2 bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum
arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated), atau disertai
kelainan jantung lain.
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yang menghubungkan aorta & arteri
pulmonalis) dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada
pembuluh darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tek yang >
rendah di arteri pulmunal à menyebabkan Left to Right Shunt.
B. Tujuan
1. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak atau Bayi dengan PDA
2. Mengetahui penatalaksanaan Anak atau Bayi dengan PDA
3. Mengetahui cara pemeriksaan fisik Anak atau Bayi dengan PDA
4. Mengetahui pemeriksaan tambahan dan penunjang pada Anak atau Bayi dengan
PDA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Patent Ductus Arterious adalah kegagalan menutupnya ductus arterious (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan,
yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri
pulmonal yang bertekanan rendah. (Suryadi, Rita Yuliani, Keperawatan Anak, Edisi I,
hal 235).
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal
duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara
anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup
disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar
kardiologi FKUI, 2001 ; 227)

2. Etiologi
Secara pasti belum diketahui, akan tetapi berkembangnya paru pada waktu lahir
dan perubahan tekanan oksigen darah pada waktu yang sama merupakan faktor yang
sudah pasti, juga faktor turunan, infeksi dan rubeola. Tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan :
Faktor Prenatal :
o Ibu menderita penyakit infeksi Rubella.
o Ibu alkoholisme, Umur ibu lebih dari 40 tahun.
o Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
o Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
Faktor Genetik :
o Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
o Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
o Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
o Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Ilmu Kesehatan Anak 2, hal: 715)
3. Manifestasi Klinis
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung, machinery murmur (khas
pada DPA), tekanan nadi besar (water hammer pulses), ujung jari hiperemik, resiko
endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. Bayi atau anak dengan PDA
lebih besar menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya :
o Infeksi saluran nafas berulang,
o mudah lelah
o Apnea
o Tachypnea
o Nasal faring
o Retraksi dada
o Hipoksemia
4. Patofisiologi
Duktus arteriosus berfungsi sebagai penghubung antara arteria pulmonalis dan
aorta ketika bayi masih berada dalam uterus. Dalam sirkulasi fetal, keadaan ini
memungkinkan darah diejeksikan oleh jantung kanan (yang berisi darah teroksigenasi
dari ibu) untuk melintas dari arteria pulmonalis ke dalam aorta dengan memintas
(membypass) paru-paru, disamping paru-paru itu sendiri belum dapat melakukan
oksigenasi pada darah tersebut. Pada saat dilahirkan, duktus arteriosus akan menutup.
Oleh karena suatu hal pembuluh darah ini tidak menutup secara sempurna. Bila tidak
menutup maka disebut paten duktus arteriosus (PDA).
Konsekuensi hemodinamika pada PDA bergantung pada ukuran duktus dan
tahanan vaskular pulmonalis. Darah yang mengandung oksigen memintas dari aorta
yang bertekanan tinggi melewati duktus menuju ke dalam arteri pulmonalis yang
bertekanan rendah sehingga terjadi pirau kiri ke kanan. Adanya aliran yang berlebih
melalui arteri pulmonalis, memungkinkan terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi
pulmonal ini menyebabkan ventrikel kanan bekerja lebih berat dan akhirnya mengalami
tidak saja dilatasi, tapi juga hipertrofi ventrikel kanan sehingga menyebabkan
pembesaran jantung bagian kanan. Sementara itu aliran darah aorta cenderung
berkurang, sehingga mengalami penurunan aliran darah keseluruh tubuh. (Suryadi, Rita
Yuliani, Keperawatan Anak, Edisi I, hal 235)
Aliran darah arteri sepanjang sistole dan diastole ke dalam arteri pulmonalis
yang bertekanan rendah, membanjiri paru-paru. Kerja dari kedua ventrikel meningkat,
tetapi terutama kerja dari ventrikel kiri yang harus mensuplai volume perifer yang
normal di samping jumlah yang mengalami pirau. (Rosa M. Sacharin, Prinsip
Keperawatan Pediatrik, Edisi II, hal 395)

5. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan organ berongga, berotot dan berbentuk kerucut. Terletak di
antara paru-paru kiri dan kanan, di daerah yang disebut mediastinum, di belakang badan
sternum, dan 2/3nya terletak di sisi kiri. Basinya berbentuk sirkular pada kerucut
menghadap ke atas dan ke kanan, sedangkan puncaknya mengarah ke abwah, ke depan,
dan ke kiri. Puncak jantung terletak setinggi ruang interkostal ke – 5, sekitar 9 cm dari
garis tengah. Ukuran jantung sekitar 12 cm dari basis ke puncak dengan lebar 9 cm dan
tebal sekitar 6 cm. beratnya kira-kira 250 – 300 gr.
Fungsi jantung:
Jantung merupakan sebuah pompa yang berfungsi mendorong darah ke dalam dan
melalui arteri dan dialirkan ke seluruh tubuh.
(Roger Watson, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat, Edisi 10, hal: 245 – 252)
6. Komplikasi
o Endokarditis
o Obstruksi pembuluh darah pulmonal
o CHF
o Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
o Enterokolitis nekrosis
o Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
o Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
o Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.

7. Penatalaksanaan Medis
o Pengobatan defenitif untuk DPA adalah pembedahan. DPA kecil dapat
dioperasi kapan saja dikehendaki. Pada DPA besar dapat diberika digoksin dan
diuretik untuk mengurangi gagal jantung, meski sering tidak menolong.
o Pada bayi prematur DPA dapat ditutup dengan obat antiprostaglandin,
misalnya indometasin, yang harus diberikan sedini mungkin (usia < 1 minggu).
o Dapat dilakukan dengan alat serupa payung dengan cara penutupan DAP dan
ini merupakan teknik baru yang dimasukkan dengan kateter. (Ngastiyah,
Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, hal 100 – 101)
o Penatalaksanaan Terapeutik
o Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin).
o Pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus.
o Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung. (Suryadi, Rita Yuliani, Keperawatan Anak, Edisi I, hal:
236)
8. Pemeriksaan Diagnostik
o Radiologi
Hal ini akan memperlihatkan pembesaran jantung, terutama dari ventrikel kiri.
o Elektro kardiografi
Memperlihatkan peningkatan aktivitas ventrikel kiri, tetapi terdapat juga
sejumlah peningkatan dalam ventrikel kanan.
o Katerisasi jantung
Diperlukan jika terdapat duktus yang besar.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a Riwayat keperawatan; respon fisiologis terhadap efek defek (sianosis, aktifitas
terbatas).
b Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, napas cepat, sesak napas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery murmur) edema tungkai, hepatomegali.
c Kaji adanya tanda hipoksia kronis, clubbing finger.
d Kaji adanya hyperemia pada ujung jari.
e. Kaji pola makan, pola pertahanan berat badan
f. Pengkajian Fisiologis
Usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak,
respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga, dan penyesuaian
keluarga terhadap stress. (Suryadi, Rita Yuliani, Keperawatan Anak, Edisi I, hal:
236 – 237)
2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan malformasi jantung.


b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan.

3. Perencanaan

DIAGNOSA 1
Penurunan curah jantung berhubungan malformasi jantung.
Tujuan: Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung.
Kriteria hasil: Curah jantung kembali normal.

Intervensi Rasionalisasi
o Observasi kualitas denyut - Mempertahankan curah
jantung, warna dan jantung yang adekuat
kehangatan kulit
o Tegakkan derajat sianosis
(sirkunder, membran
mukosa, clubbing)
o Monitor tanda-tanda CHF
(gelisah, takikardi, takipnea,
sesak, oliguria, dan
hepatomegali)
o Berkolaborasi dalam
pemberian diagnosis sesuai
order menggunakan teknik
pencegahan bahaya toksitas
o Pemberian pengobatan
untuk menurunkan afterlood

o Observasi kualitas dan - Mengurangi adanya


kekuatan denyut jantung, peningkatan resistensi
nadi perifer, warna dan pembuluh paru:
kehangatan kulit
o Tegakkan derajat sianosis
(sirkumoral, membran
mukosa, clubbing).
o Monitor tanda-tanda CHF
(gelisah, takikardi,
tachypnea, sesak, mudah
lelah, periorbital edema,
oliguria, dan hepatomegali).

o Ijinkan anak untuk sering - Mempertahankan tingkat


beristirahat, dan hindarkan aktivitas yang adekuat :
gangguan pada saat tidur
o Anjurkan untuk melakukan
permainan dan aktivitas
ringan
o Bantu anak untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan
usia, kondisi dan kemampuan
anak.

DIAGNOSA 2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
Tujuan: Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh darah.
Kriteria hasil: Kualitas dan irama pernapasan baik / normal.

Intervensi Rasionalisasi
o Monitor kualitas dan - Mengurangi adanya
irama pernapasan peningkatan resisten
o Atur posisi anak dengan pembuluh darah.
posisi fowler
o Hindari anak dari orang
yang terinfeksi
o Berikan nutrisi yang
optimal
o Berikan oksigen bila
ada indikasi
o Berikan istirahat yang
cukup

DIAGNOSA 3
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan.
Tujuan: Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Kriteria hasil; Tidak terjadi infeksi.

Intervensi Rasionalisasi
o Berikan istirahat yang - Dengan terpenuhinya
cukup kebutuhan nutrisi
o Hindarkan kontak memperkuat antibody akan
dengan individu yang terhadap infeksi
terinfeksi
o Berikan kebutuhan
nutrisi yang cukup
4. Perencanaan Pemulangan

- Kontrol sesuai waktu yang ditentukan


- Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan
kondisi penyakit
- Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
Teknik pemberian obat
Teknik pemberian makanan
Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda
komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.
BAB III

PENUTUP

. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana
tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh
darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup
12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila
duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3
bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus (DA)
kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar dapat
mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka
gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik
dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan
risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi
kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada
usia 60 tahun.
B. Saran
1. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
2. makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/05/makalah-patent-ductus
arteriosus-pda.html
https://ilirdha.wordpress.com/2012/10/12/asuhan-keperawatan-patent-ductus-arterious-
pda
http://eprints.ums.ac.id/25974/13/naskah_publikasi
http://nursinghomeindonesia.blogspot.com/2016/10/askep-pada-anak-dengan-patent-
ductus.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai