Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Jantung Kongenital”

Duktus Arteriosus (PDA)

DISUSUN OLEH :

Aulia Shalsabilla

Aghestine Amara Cindy (202141001)

Daut Letare Hutasoit (202141002)

Duwi Innekerisnawati (202141003)

Fina Aprilianita (202141004)

Fuad Adzmi Darmawan (202141005)

Gina Aulia (202141020)


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PRODI KEPERAWATAN BOGOR
TAHUN AJARAN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang Asuhan Keperawatan dalam Penyakit
Jantung Kongenital, seperti, Paten Duktus Arteriosus (PDA dengan melakukan
pendekatan proses asuhan keperawatan meliputi pengkajian, menentukan diagnose,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ini, bertujuan untuk mempelajari kelainan
tersebut. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
hal itu dikarenakan kemampuan penyusun yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari ibu/bapa dosen mata kuliah Keperawatan Anak serta
berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun berharap dengan penulisan makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi para pembaca umumnya serta
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi
di masa yang akan datang.

Tangerang 30 Sep 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................................1

1.1 latar belakang......................................................................................................................1

1.2 Tujuan.................................................................................................................................2

b. Tujuan Khusus..........................................................................................................................2

BAB II..............................................................................................................................................4

TINJAUAN TEORI......................................................................................................................4

2.1 4 konsep dasar Penyakit Patent Duktus Arterious (PDA)................................................20

BAB III.....................................................................................................................................36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA JANTUNG KONGENITAL..........................................36

PENGKAJIAN.......................................................................................................................36

Diagnosa Keperewatan...........................................................................................................40

Rencana Intervensi..................................................................................................................41

Evaluasi...................................................................................................................................48

BAB IV..........................................................................................................................................50

PENUTUP..................................................................................................................................50

4.1 KESIMPULAN.................................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................51

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses embriologi,


khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen. Pembuluh darah berasal dari bahan
mesoderm saat embrio berusia 3 minggu. Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang
membentuk seperti tuba tunggal yang akhirnya berpisah. Hal ini untuk memisahkan darah
oksigenasi serta yang keluar dari paru-paru dan sirkulasi tubuh. Kemudian pada akhir bulan kedua,
ventrikel telah terpisah dan dua atrium juga secara parsial. Keadaan ini tetap hingga setelah lahir
dan pada saat di dalam uterus darah secara bebas (mengingat paru belum berfungsi secara
maksimal) yakni semua darah masuk ke jantung embrio melalui atrium kanan ke dalam vena kava
superior dan inferior. Adanya pembukaan dua atrium dapat memungkinkan separuh darah
menyilang ke sisi kiri dan kemungkinan fungsi pompa jantung di bagi di antara ventrikel.
Kemudian berangsur-angsur terjadi perubahan seiring dengan perkembanganya arkus aorta, suatu
arkus tunggal yang hingga dewasa tetap menjadi aorta dana arkus yang terakhir menjadi aorta
pulmonalis.

Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi akibat kelainan dalam
perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat mengganggu dalam fungsi jantung dan
sirkulasi darah jantung atau yang dapat mengakibatkan sianosis dan asianosis. Penyakit jantung
kongenital secara umum terdiri atas dua kelompok yakni sianosis dan asianosis. Pada kelompok
sianosis tidak terjadi percampuran darah yang teroksigenasi dalam sirkulasi sistemik dan pada yang
asianosis terjadi percampuran sirkulasi pulmoner dan sistemik. Secara umum penyakit jantung
sianotik seperti tetralofifallot dan penyakit jantung nonsianotik seperti cacat sekat ventrikel ,patent
ductus arteriosus (PDA),stenosis aorta, stenosis pulmonal, dan koartasio aorta. Di bawah ini
beberapa macam kelainan jantung bawaan yang sering di jumpai pada anak

Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (pjb) terjadi pada sekitar 8 dari
1000 kelahiran hidup.Insiden lebih tinggi pada yang lahir mati (2%), abortus (10-25%), dan bayi
premature (sekitar 2% termasuk defek sekat ventrikel), tetapi tidak termasuk duktus anteriosus
paten sementara (PDA). Insiden menyeluruh ini tidak termasuk prolaps katup mitral, PDA pada
bayi premature dan katup aorta bicuspid (ada sekitar 0,9% seri dewasa). Pada bayi-bayi dengan
defek jantung congenital, ada spectrum keparahan yang lebar, sekitar 2-3 dari 1000 bayi neonatus

1
total akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama. Diagnosis ditegakkan pada umur 1
minggu pada 40-50% penderita dengan penyakit jantung congenital dan pada umur 1 bulan pada
50-60% penderita. Sejak pembedahan paliatif atau korektif berkembang, jumlah anak yang hidup
dengan penyakit jantung kongenitalbertambah secara dramatis.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

 Mahasiswa/i dapat memahami materi Kelainan Jantung Kongenital pada mata kuliah
Keperawatan Anak , diantaranya Paten Duktus Arteriosus (PDA), dapat mengaplikasiakan
langsung dalam proses keperawatan dalam pembelajaran ataupun saat praktek di lapangan.

b. Tujuan Khusus

 Mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Penyakit Paten Duktus Arteriosus


(PDA) Mahasiswa mampu memahami Asuhan keperawatan pada pasien dengan Atrial Septal
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumsan masalah dalam makalah ini adalah

1. Apa pengertian dari, PDA

2. Apa etiologi dari PDA

3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PDA

4. Apa manifestasi klinis dari PDA

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari PDA

6. Apa pelaksanaan medis dan keperawatan dari penyakit PDA

7. Bagaimana prognosis dan komplikasi dari penyakit, PDA dan

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada makalah ini yaitu dengan
mencari sumber referensi baik dari buku sumber maupun internet dalam menunjang penyusunan
makalah

2
2Penyakit Patent Duktus

Arterious (PDA)

2.3.1 Pengertian

Patent Ductus Arterious adalah kegagalan menutupnya ductus


arterious (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal). Pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus


arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

2.3.2 Etiologi PDA

Faktor Prenatal :

3
 Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
 Ibu alkoholisme.
 Umur ibu lebih dari 40 tahun.
 Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
memerlukan insulin.
 Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

Faktor Genetik :

 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung


bawaan.
 Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
 Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
 Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

2.3.3 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan


oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas).. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik

terdapat tanda gagal jantung:

 machinery murmur (khas pada PDA),


 tekanan nadi besar (water hammer pulse),
 ujung jari hiperemik,
 Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
 Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol
dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari
25 mm Hg)
 Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari
hiperemik
4
 Apnea, Tachypnea
 Nasal fharing
 Retraksi dada
 Hipoksemia
 Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam
jumlah yang besar akan membanjiri paru-paru

2.3.4 Patofisiologi PDA

Paten duktus
arteriosus (PDA) adalah
tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan
mengalirnya darah
secara langsung dari
aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri
pulmonal (tekanan
lebih rendah). Aliran
kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi darah beroksigen yang
jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah
beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan
hipertensi atrium kiri yang progresif. Efek jantung kumulatif
mengakibatkan peningkatan vena dan kapiler pulmonal, yang
menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan
penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi konstriksi arteriol
paru yang progresif.

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan


aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan
( fetus ). Hubungan ini ( shunt ) ini diperlukan oleh karena sistem
5
respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut.
Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari
ibu ( melalui vena umbilikalis ) kemudian masuk ke dalam atrium kanan
dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik
melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian
superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri
subklavia kiri.

Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos


(tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat
serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda
dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
( unfragmented ). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan
spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang
persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian
dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai
(shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler
paru (PVR).

Hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan dapat terjadi jika


keadaan ini tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau bedah.
Sebagian besar PDA mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi
pengaliran duktal dari kanan ke kiri dapat terjadi yang berkaitan dengan
penyakit paru, lesi obstruktif jantung kiri, dan koarktasio aorta.

6
Penutupan PDA terutama bergantung pada respons konstriktor dari
duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang
mempengaruhi penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan
vaskular pulmonal dan sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi
(prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi
prematur dan kurang dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi karena
mekanisme kompensaisi jantungnya tidak berkembang baik dan piaru
kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.

Defek sianosis

PDA

Hipoksia

Kegagalan Duktus arteri untuk menutup saat lahir

Darah masuk ke sistem sirkulasi menuju duktus dengan melalui

pulmonary sistem

Tekanan sistemik lebih besar dari tekanan pulmonal

Aliran kiri ke kanan di aorta ke arteri pulmonal

Ventrikel kanan hipertropi

7
2.2.5 Pemeriksaan penunjang

PDA kecil. Gambaran radiologis dan EKG biasanya


dalam batas normal. Pemeriksaan ekokardiografi tidak menunjukkan
adanya pembesaran ruang jantung atau arteri pulmonalis.

PDA sedang. Pada ruang foto toraks jantung membesar (terutama


ventrikel kiri), vaskularisasi paru yang meningkat, dan pembuluh darah
hilus membesar. EKG menunjukkan hipertropi ventrikel kiri dengan atau
tanpa dilatasi atrium kiri.

PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel


kanan dan kiri, di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-
cabangnya. Pada EKG tampak hipertropi biventrikuler, dengan dominasi
aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.

2.2.6 Penatalaksanaan

a. penatalaksanaan medis

Pada bayi prematur dengan duktus arteriosus persisten dapat


diupayakan terapi farmakologis dengan memberikan :

 endometasin intravena atau per oral dosis 0,2 mg/kgBB


dengan selang waktu 12 jam, diberikan 3 kali. Terapi
tersebut hanya efektif pada bayi prematur dengan usia
kurang dari 1 minggu, yang dapat menutup duktus pada
lebih kurang 70 % kasus, meski sebagian akan membuka
kembali

Pada duktus arteriosus persisten dengan shunt kiri ke kanan


sedang atau besar dengan gagal jantung diberikan terapi:

8
 medikamentosa (yakni digoksin, furosemid Pemeriksaan
Penunjang

PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel


kanan dan kiri, di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-
cabangnya. Pada EKG tampak hipertropi biventrikuler, dengan
dominasi), yang bila berhasil akan dapat menunda operasi sampai 3-6
bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup. Indikasi operasi
duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:

 Duktus arteriosus persisten pada bayi yang tidak memberi


respons terhadap pengobatan medikamentosa;
 Duktus arteriosus dengan keluhan;
 Duktus arteriosus persisten dengan endokarditis infeksius
yang kebal terhadap terapi medikamentosa.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai, hepatomegali.
 Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
 Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
 Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

2.2.7 Prognosis dan Komplikasi

Penderita dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan atau


tidak sedikit gejala jantung; namun manifestasi lambat dapat terjadi.

 Penutupan spontan duktus


 Gagal jantung kongestif paling sering terjadi pada awal
masa bayi bila ada duktus besar tetapi dapat terjadi pada
kehidupan akhir walaupun dengan duktus sedang.
9
 Beban ventrikel kiri yang lama semakin tua kurang
ditoleransi dengan baik.
 Endokarditis infeksius dapat ditemukan pada setiap usia.
 Emboli pulmonal atau sistemik dapat terjadi.
 Hipertensi pulmonal (sindrom Einsenmerger) biasanya
terjadi pada penderita dengan PDA besar yang tidak
mengalami penanganan pembedahan.

2.

besar.

Perhatikan sianosis; hipoksemia atau tanda-tanda asidosis


menunjukkan oklusi dini pirau.

Kaji adanya syndrome Horner.

Pantau adanya komplikasi pascaoperasi pada anak.

Perdarahan

Gagal jantung kongestif jika purau terlalu besar atau hipertensi


pulmonal

Peningkatan aliran darah pulmonal dan hipertensi pulmonal

Pantau respons anak terhadap pemberian obat, digitalis dan


diuretik diberikan jika perlu.

Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi, kurang air mata, kulit


kendur, berat jenis lebih dari 1.020, dan penurunan haluaran urine atau
berat badan.

10
Berikan cairan dengan 50%-75% volume rumatan selama 24jam
pertama(1000 ml/m2; kemudian 1500 ml/m2)

Tingkatkan dan pertahankan status pernapasan yang optimal.

Lakukan perkusi dan drainase postural setiap 2-4 jam.

Gunakan penghisapan bila perlu.

Gunakan spirometer setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian


setiap 4 jam, jika tepat sesuai perkembangan.

Pantau dan redakan rasa nyeri anak.

2.4.8 Komplikasi

Berikut ini adalah Konsekuensi hemodinamik dari tetralogi fallot

 Hipoksia berat
 Kematian mendadak dari disritmia
 Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomosis Blalock-Tausing :
 Perdarahan, terutama terlihat jelas pada anak-anak dengan polisitemia
 Emboli atau trombosis serebi, risiko lebih tinggi dari polisitemia, anemia
atau sepsis
 Gagal jantung kongestif jika piraunya lebih besar
 Oklusi dini pada pirau
 Hemotoraks
 Pirau kanan ke kiri persisten setinggi atrium, terutama pada bayi
 Sianosis persisten
 Kerusakan nervus prenikus
 Efusi pleura

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA JANTUNG KONGENITAL

PENGKAJIAN

a. Identitas klien

12

Anda mungkin juga menyukai