Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PDA (PATENT DUCTUS ARTERIOSUS) PADA

ANAK

Oleh:
ADRIANUS OELEU
NIM: 231112021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
2024
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesaatas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada Anak”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.
Penulis juga menerima kritik maupun saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhinya penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Kefamenanu, 8 April 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALA
MAN JUDUL ................................................................................... ii
PRAKA
TA
................................................................................................... iii
DAFTA
R
ISI ................................................................................................ iv
BAB 1.
PENDA
HULUA
N ........................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................. 1
2. Tujuan........................................................................................... 2
3. Manfaat......................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ....................................................................... 3
4. Pengertian ..................................................................................... 3
5. Etiologi .......................................................................................... 6
6. Manifestasi Klinis......................................................................... 8
7. Patofisiologi................................................................................... 10
8. Komplikasi.................................................................................... 12
9. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 13
10. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ............................................ 16
11. Pengkajian .................................................................................... 16
12. Diagnosa........................................................................................ 21
13. Intervensi ...................................................................................... 21
14. Implementasi ................................................................................ 34
15. Evaluasi......................................................................................... 37
BAB 4. PENUTUP....................................................................................... 41
16. Kesimpulan................................................................................... 41
17.Saran
3
............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses
embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan
oksigen. Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang
memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah
rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal.
Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan
tangan pemiliknya (Ethel, 2003: 228). Pembuluh darah berasal dari bahan
mesoderm saat embrio berusia 3 minggu. Pada saat awal, terbentuk empat
ruangan yang membentuk seperti tuba tunggal yang akhirnya berpisah. Hal ini
untuk memisahkan darah oksigenasi serta yang keluar dari paru-paru dan
sirkulasi tubuh. Kemudian pada akhir bulan kedua, ventrikel telah terpisah dan
dua atrium juga secara parsial. Keadaan ini tetap hingga setelah lahir dan pada
saat di dalam uterus darah secara bebas (mengingat paru belum berfungsi
secara maksimal) yakni semua darah masuk ke jantung embrio melalui atrium
kanan ke dalam vena kava superior dan inferior. Adanya pembukaan dua atrium
dapat memungkinkan separuh darah menyilang ke sisi kiri dan kemungkinan
fungsi pompa jantung di bagi di antara ventrikel. Kemudian berangsur-angsur
terjadi perubahan seiring dengan perkembanganya arkus aorta, suatu
arkus tunggal yang hingga dewasa tetap menjadi aorta dana arkus yang terakhir
menjadi aorta pulmonalis.
Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara
fungsional menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional
duktus, normalnya terjadi segera setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir
premature, duktus paten biasanya mempunyai susunan anatomi yang normal dan
keterbukaan merupakan akibat dari hipoksia dan imaturitas. Duktus yang tetap
terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu jarang menutup
secara spontan.( Behrman dkk., 2000)
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima
yang paling sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung
koengenital. Di Amerika Serikat, diperkirakan
1 bahwa dari 1000 kelahiran hidup
ditemukan 1 kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah
2:1, dan kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga
mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat
badan
<1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain
(Wahab, 2009).Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi
cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada
bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah. Oleh sebab itu perlu adanya
suatu tindakan pencegahan dan juga penanggulangan terjadinya kasus PDA ini

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan
dan pembaca mengenai “ Asuhan Keperawatan PDA (Patent Ductus
Arteriosus) pada Anak”.
2. Tujuan Khusus
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan pembaca
mengenai :Konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak
3. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pegetahuan terkait
konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak dan konsep
asuhan keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak.

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan
(PJB) yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan penutupan
secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk., 2015)
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya pembuluh
darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini normal
pada saat bayi dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini
tidak menutup secara sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA
merupakan saluran penting bagi aliran darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta
desendens, terletak distal dari percabangan arteri subklavia kiri. PDA sering
ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama
setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu pertama.
Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat
menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan
pertama, tipis kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin, 2009).
Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus (PDA)
merupakan salah satu masalah jantung yang sering terjadi dalam beberapa minggu
pertama atau beberapa bulan setelah kelahiran. Hal ini ditandai dengan persistensi
hubungan janin normal antara aorta dan arteri pulmonalis yang memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) yang harus masuk ke tubuh untuk disirkulasikan
melalui paru-paru. Pada umumnya semua bayi dilahirkan dengan hubungan antara
aorta dan arteri pulmonalis. Sementara saat bayi berkembang di rahim, darah tidak
diperlukan untuk disirkulasikan melalui paru-paru karena oksigen diberikan
melalui plasenta. Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam
tubuh.
Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru
pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas

3
untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai mengalir
untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus arteriosus tidak diperlukan untuk
melewati paru-paru. Dalam keadaan normal, beberapa hari pertama setelah
kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak lagi melewatinya. Pada
beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka (paten) dan
kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA). Pembukaan antara
aorta dan arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen (merah) menyebar
ke paru-paru. Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali lebih sering pada
anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford Children’s Health,
2017)

Gambar 1.1 Patent Ductus Arteriosus


(Sumber: Stanford Children’s Health, 2017)

4
Gambar 1.2 Aliran Darah Pada Jantung Normal dan Duktus Arteriosus
Paten ( Sumber: Wahab, 2009)

Gambar 1.3 Perbandingan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Pada Jantung
Normal Dan Paten Ductus Arteriosus
(Sumber : Wahab, 2009)

5
2.2 Etiologi
Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum diketahui
secara pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.
Faktor- faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor Prenatal, seperti:
a. Ibu menderita penyakit infeksi, seperti Rubella
b. Ibu dengan riwayat sering minum-minuman beralkohol
c. Umur ibu saat hamil berusia lebih dari 4 tahun
d. Ibu yang menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
e. Ibu yang sering meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik, seperti:
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah ataupun ibu menderita penyakit jantung bawaa.
c. Kelainan pada kromosom, seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung
dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109).

Sedangkan menurut Wahab (2009), prematuritas dianggap sebagai penyebab


terbesar timbulnya patent duktus arteriosus (PDA). Pada bayi prematur, gejala
cenderung timbul sangat awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress
pernafasan. Paten duktus arteriosus (PDA) juga lebih sering terdapat pada anak
yang lahir di tempat yang tinggi atu di daerah peguungan. Hal ini terjadi karena
adanya hipoksia dan hipoksia ini menyebabkan duktus gagal menutup. Selain itu
penyakit rubella yang terjadi pada trimester I kehamilan juga dihubungkan dengan
terjadinya duktus arteriosus paten. Bagaimana infeksi rubella pada ibu dapat
menganggu proses penutupan duktus ini belum jelas diketahui, tetapi diduga bahwa
infeksi rubella ini mempunyai pengaruh langsung pada jaringan duktus.

Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah
6
1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus
arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung
adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosom
Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus
arteriosus. Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital
pada trimester pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu (terkait
dengan patent ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri pulmonalis),
sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin ibu, dan
penggunaan fenitoin ibu.
3. Prematuritas
Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi
terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat, termasuk
ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan paru-paru
yang belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar
dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada
ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang belum
matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian
tinggi, terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.
4. Penyebab Lain
Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin, ketinggian
tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.

7
2.3 Manifestasi Klinis

Menurut Muttaqin (2009), gambaran klinis pada PDA (Patent Ductus


Arteriosus) umumnya muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:
1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yang berarti biasanya tidak
memberikan gejala. Tekanan arteri pulmonal normal dan pebandingan aliran
pulmonal dengan aliran sistemis <1,5 : 1. Jantung tidak membesar. Diagnosis
sangat mudah ditegakkan karena pada auskultasi terdapat bising kontinu di garis
sternal kiri atas. Foto rontgen paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang
mungkin terjadi ialah endokarditis, kasifikasi duktus, dan gagal jantung kiri;
2. PDA sedang gejala akan timbul biasanya pada usia 2-5 bulan, tetapi biasanya
tidak berat. Pada pasien yang mengalami kesulitan makankali mender, seringkali
menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badannya masih
tergolong dalam batas normal. PDA juga sering muncul dengan tekanan arteri
pulmonal <1/2 tekanan aorta. Perbandingan aliran pulmoner dan aliran simpatis
adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1. Umumnya klien asimptomatik, kecuali pada anak
kecil dapat ditemukan dispnea dan gagal jantung kiri. Bising kontinue, bising
machinery, sama seperti PDA kecil, tetapi foto Rontgen toraks memperlihatkan
adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, dan
vaskulaisasi paru yang meningkat;
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu
pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn makan dan minum
sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien akan
tampak dispnea ataupun takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan

8
tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru
dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi prematur atau usia
2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan. Beberapa diantaranya dapat hidup
terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2009).
Menurut Children National Health System (2017) ukuran sambungan antara
aorta dan arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis gejala yang dicatat, tingkat
keparahan gejala, dan juga usia di mana patent duktus arteriosus itu pertama kali
terjadi. Semakin besar lubang, maka akan semakin besar jumlah darah yang
melewati dan membebani paru-paru. Seorang anak dengan duktus arteriosus paten
kecil mungkin tidak memiliki gejala apapun. Namun untuk bayi lain dengan PDA
yang lebih besar mungkin menunjukkan gejala yang berbeda. Berikut adalah gejala
yang paling umum dari PDA. Setiap anak mungkin akan mengalami gejala secara
berbeda. Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:
1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk

2.4 Patofisiologi PDA


a. Patofisiologi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan
ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran

9
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus
arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor
(pO2). (Wahab, S. 2009 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri
pulmonalis (karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju
aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan
timbul sianosis (Wahab, 2009)
b. Pathway PDA
2.5 Komplikasi
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
Jika terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui
PDA dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal.
Selain itu hipertensi paru juga dapat menyebabkan kerusakan pada paru-
paru
secara permanen.
2. Gagal Jantung
Lama kelamaan PDA dapat menyebabkan otot jantung menjadi melemah
dan menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung sendiri merupakan suatu
kondisi kronis dimana jantung tidak dapat memompa jantung secara
efektif.
3. Endokarditis (infeksi jantung)
Seseorang dengan masalah jantung struktural seperti PDA memiliki
resiko
tinggi untuk terjadinya endokarditis dibandingkan orang yang tidak
memiliki masalah PDA. Endokarditis merupakan suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Arithmia (detak jantung tidak teratur)
Pembesaran hati karena PDA dapat meningkatkan risiko terjadinya
arithmia. Peningkatan risiko arithmia ini biasanya terjadi pada PDA yang
besar.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terdi pada bayi prematur.
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan ini terjadi pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa
atau submukosa yang sering terjadi pada bayi prematur.
9. Gangguan paru yang terjadi secara bersamaan
Misalnya sindrom gawat nafas.
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah
trombosit.
12
11. Hiperkalemia (penurunan pengeluaran urine)
12. CHF
Merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh (Ebbersole, Hess 1998). CHF ini akan menjadi kronik apabila
disertai dengan penyakit-penyakit seperti hipertensi, penyakit katub

13
jantung kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut
dan berkembang secara tiba-tiba pada infark miokard.
13. Kegagalan pertumbuhan ( Ganes dkk., 2011)

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Foto Thorax, Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler pada paru meningkat.
2. Ekhokardiografi, Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi preterm (disebabkan
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke
kanan).
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi(EKG), bervariasi sesuai tingkat keparahan pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar.
5. Kateterisasi jantung, hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau jika ada kecurigaan defek
tambahan lainnya (Betz & Sowden, 2002)

2.7 Penatalaksanaan Medis

PDA dapat mengalami endokarditis, kalsifikasi, dan gagal jantung, sehingga


semua PDA dianjurkan untuk dioperasi. Secara teknis operasi ligasi PDA adalah
operasi jantung yang paling ringan dan mortalitasnya paling rendah (sampai 0%).
Saat terbaik untuk operasi adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tetap dapat
dilakukan pada setiap umur. PDA besar dengan kelainan vaskuler paru obstruktif
berat, mempunyai resistensi vaskular paru 1µm² , selalu disertai kelainan vaskular
paru obstruktif yang berat. Hal ini merupakan kontraindikasi untuk operasi pada
orang dewasa (Muttaqin, 2009)
Menurut Wahab (2009) tujuan dari penatalaksanaan PDA yang tidak
terkomplikasi adalah untuk menghentikan shunt kiri-ke-kanan. Pada penderita
14
dengan PDA kecil, penutupan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
endokarditis, sedangkan pada PDA sedang dan besar untuk menangani gagal
jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonar.
Penatalaksanaan ini dibagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan
tujuan terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup. Jenis
obat yang sering diberikan adalah
a. Golongan obat-obatan steroid anti-inflamasi (indometasin/indosin).
Berfungsi untuk menekian produksi prostaglandin dengan cra menurunkan
aktivitas cyclo-oksigenase.
Dosis yang bisa diberikan yaitu 0,2 mg/kg IV pada 12 jam I, di ikuti 0,1 mg/kg
IV
pada 12 jam berikutnya.
Kontraindikasinya: hipersensitivitas, perdarahan gastrointestinal, dan insufisiensi
ginjal.
Efek samping: nefritis, gagal ginjal, dan leukopenia.
b. Prostaglandin E1 (Alprostil, Prostin VR)
Berfungsi untuk mempertahankan patensi duktus arteriosus, terutama jika sudah
ada shunt dari kanan-ke-kiri (Sindrom Eisenmenger). Obat ini diberikan sebelum
tindakan operasi penutupan duktus dilakukan, dan efektif pada bayi prematur
Dosis awal: 0,05-0,1 mcg/kg/min IV
Dosis rumatan: 0,01-004 mcg/kg/min IV
Kontraindikasi: hipersensitivitas dan sindrom distress penafasan.
Efek samping: apnea, kejang, demam, hipotensi, dan penegangan aggregasi
trombosit.
2. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi.
Mortalitas tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan
antara umur beberapa bulan sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang
kecil ini menyebabkan banyak dokter lebih aktif melakukan operasi pada umur
muda karena menunggu penutupan spontan mempunyai resiko lebih besar
daripada
15
operasi.
Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat
ditunda 3 bulan lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara
spontan. Indikasi untuk melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada
terapi medikamentosa, trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa
tehnik operasi yang dipakai untuk menutup duktus, seperti penutupan dengan
menggunakan tehnik cincin dan metode ADO (Amplatzer Duct Occlluder).

16
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PDA

3.1 Pengkajian
I. Identitas (Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional
menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. Insidens PDA
( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering pada bayi perempuan yaitu 2 x
lebih banyak terjadi daripada bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi
prematur diperkirakan insidennya sebesar 15 %. PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan
atau juga bisa karena kelainan kromosom.
II. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya mengalami keluhan lelah dan sesak napas.
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat
lelah. Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea (sesak), takipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan ibu sewaktu mengandung mulai dari gaya hidup
(diet, latihan, olah raga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alcohol,
stress, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan jamu, serta riwayat
penyakit kardiovaskuler), perlu juga ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga yang dapat menyebabkan PDA.
Faktor kesehatan keluarga yang dikaji mencakup penyakit jantung
congenital, di dalam keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat
penyakit genetik/penyakit yang serupa terutama pada klien PDA, karena
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
17
IV. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat
merokok, dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh radiasi,
penyakit virus maternal (misalnya: influenza, gondongan atau rubella)
atau usia ibu di atas 40 tahun saat hamil.
V. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit. Serta keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi
perkembanganya.
VI. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi, cara
pemberian ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama
pemberian asi berapa tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan
anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan
kepada anak dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
VII. Riwayat Psikososial/perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
e. Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya
f. Kebiasaan anak
g. Respon keluarga terhadap penyakit anak
h. Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress

18
VIII. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak ,
karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas
aktifitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta
mudah lelah sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu.

IX. Riwayat Spiritual


Identifikasi suport sistem yang ada dalam keluarga dan bagaimana cara
keluarga mengenalkan nilai dan norma agama kepada anak.
X. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi orang tua mengenai alasan mereka membawa anaknya ke
rumah sakit, bagaimana perasaan orang tua mengenai kondisi anak saat
ini apakah cemas, takut, khawatir atau biasa saja. Tanyakan juga kepada
orang tua apakah orang tua apakah selalu menemani saat di
rumah sakit.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi perasaan anak saat berada di rumah sakit apakah senang,
cemas, takut dll. Dan apakah anak selalu menangis saat di rumah
sakit.
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran :
Compos mentis
2. Keadaan Umum
Klien
Pada anak dengan
a. Suhu
PDA biasanya: Tidak normal (normal 36oC- 37o C)
lemah
b. Nadidan tidak
: Takikardi, batas normal (pada bayi : 120-130x/menit);
bergairah.
(pada anak-anak : 80-90x/menit)
3. Tanda-tanda Vital

19
c. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit) ; (anak : 20-
30x/menit)
d. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas
normal (bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)
4. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.
2) Adanya deformitas dada
3) Bunyi jantung (murmur)
4) Titik impuls maksimum
b. Tampilan umum
1) Tingkat aktivitas
2) Perilaku (atau ketakutan)
3) Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki
c. Kulit
1) Pucat
2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan
lidah, konjungtiva, area vaskularisasi tinggi.
3) Diaforesis.
d. Edema
Periorbital dan ekstremitas
6. Sistem Respirasi
a. Bernapas
1) Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan.
2) Pola napas (dispnea atau takipnea), khususnya setelah kerja fisik
seperti makan, menangis, mengejan.
3) Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan
supraklavikular).
4) Pernapasan cuping hidung.
5) Posisi yang nyaman.

20
b. Hasil auskultasi toraks
1) Bunyi napas merata
2) Bunyi napas
abnormal (bising,
ronki, mengi)
3) Fase inspirasi dan
ekspirasi
memanjang.
4) Serak, batuk, dan
stridor
c. Hasil pemeriksaan toraks
Lingkar dada dan bentuk dada
d. Tampilan umum
1) Warna (merah muda,
pucat, sianosis,
akrosianosis)
2) Tingkat aktivitas
3) Perilaku (apatis, tidak
aktif, gelisah, dan/atau
ketakutan)
7. Status Hidrasi
Biasanya anak dengan kelainan jantung mudah berkeringat dan
banyak keringat.
B. Pemeriksaan fisik (ROS : Review of System)
1. Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan (marchinery murmur),
adanya otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan
darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4. Perkemihan B4
(Bladder) Produksi urin menurun
(oliguria).
5. Pencernaan B5 (Bowel) 21

Nafsu makan menurun


(anoreksia), porsi makan tidak
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya kelebihan cairan
dalam paru.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

22
3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


1. Domain Kriteria Hasil: Setelah 4040 Perawatan
dilakukan Jantung
4: tindakan keperawatan 3 Definisi: Keterbatasan dan
Aktivitas/Istirah kali komplikasi sebagai
24 jam penurunan hasil
at
Kelas 4. curah jantung pada klien dari
Resp dapat teratasi. 0400 ketidakseimbangan antara
ons Kefektifan s
Pompa Jantung uplai
Kardivaskular/
Pulmonal Definisi: Kecukupan oksigen pada
(00029) volume darah otot
Penu yang jantung dan kebutuhan
runan Curah dipompakan dari seorang pasien yang
Jantung ventrikel memiliki gejala gangguan
Definisi: k fungsi jantung.
Ketidakadekuata mendukung 1.
tekanan Secara rutin
n darah yang di
perfus
pompa i sistemik. menge
oleh 1. Demyut cek pasien
jantu jantung baik secara fisik dan
ng apikal
untuk psikologis
mem s
esuai
enuhi kebutuhan
de
metabolik tubuh.
ngan kebijakan tiap
agen/penyedia layanan.

23
dari skala 1 2. Pastikan tingkat aktivitas
(Deviasi pasien yang
berat dari tidak

kisaran normal) membahayakan


curah
ditingkatkan
jantung
menjadi atau
3
memprovokasi
(Deviasi
serangan jantung.
sedang kisaran
3. Lakukan
normal) penilaian
2. Indeks komprehensif
Jantungdari
pada sirkulasi pitmia
skala 1 (Deviasi
jantung, termasuk
berat dari kisaran
gangguan ritme
normal)
perifer (misalnya cek nadi
ditingkatkan
perifer, edema, pengisian
menjadi
ulang
3
kapiler, warna dan suhu
(Deviasi
ekstremitas) secara rutin
sedang kisaran
sesuai kebijakan agen.
normal)
4. Monitor tanda-tanda
3. Suara jantung
vital secara rutin.
abnormal
5. Monitor
dari skala 1 disritmeia
(Deviasi berat jantung,
dari kisaran termasuk
normal) gangguan ritme dan
ditingkatkan konduksi jantung.
menjadi 6. ​Catat tanda dan gejala
3 penurunan
(Deviasi curh jantung.
sedang kisaran 7. Monitor status
normal) pernafasan terkait denga
4. Denyut nadi perifer adanya gejala
dari skala gagal jantung
1 (Deviasi24 berat
dari
kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadi
3
(Deviasi
sedang kisaran
normal)
5. Suara Jantung
abnormal
dari skala 1
(berat)
ditingkatkan
menjadi
4 (ringan).
6. Intoleransi
aktivitas
dari skala 1
(berat)
ditingkatkan
menjadi
3 (sedang).

2. Domain Kriteria Hasil: 3140 Manajemen


4: Setelah dilakukan Jalan Nafas
Aktivitas/Istirahat tindakan Definisi:
Kelas 4. Respons keperawatan 3 kali Kepatenan jalan nafas
Kardiovaskular/Pulmonal 24 Aktivitas-aktivitas:
(00032) Ketidakefektifan jam 1. Posisikan
Pola Nafas ketidakefektifan pasien untuk
Definisi: Inspirasi dan / pola nafas pada ada memaksimalkan
atau ekspirasi yang tidak klien dapat teratasi. ventilasi
memberi ventilasi adekuat. 0415 2. Identifikasi
Status Pernafasan kebutuhan
Definisi: aktual/potensial
Proses
25
keluar masuknya pasien
udara ke paru-paru untuk

serta pertukaran memasukkan alat

karbondioksida. membuka jalan nafas

1. Frekuensi 3. Gunakan tehnik

pernafasan dari yang menyenangkan

skala 1 untuk memotivasi

(deviasi berat dari bernafas

kisaran normal) dalam kepada

ditingkatkan anak-anak (misalnya

menjadi skala 4 meniup

(deviasi gelembung, meniup

ringan kincir,
peluit, harmonika,
dari
balon, meniup
kisaran normal).
bulu, dan
2. Kepatenan jalan
sebagainya)
nafas dari skala 1
4. Kelola udara atau
(deviasi berat dari
oksigen yang
kisaran
di
normal)
lembabkan
ditingkatkan
sebagaimana
menjadi skala
mestinya
4 (deviasi
5. Posisikan untuk
ringan
meringankan sesak
dari
nafas.
kisaran normal).
6. Monitor
3. Saturasi oksigen
dari skala status pernafasan
1 dan
(deviasi berat dari oksigenasi
kisaran sebagaimana
normal) mestinya.
ditingkatkan
menjadiskala 4
(deviasi
26
ringan
dari
kisaran normal).
4. Tes faal
paru
dari skala
1
(deviasi berat dari
kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadiskala 4
(deviasi
ringan
dari
kisaran normal).

3. Domain 3: Eliminasi dan Kriteria Hasil: 3320 Terapi Oksigen


Pertukaran Setelah dilakukan Definisi:
Kelas 4. Fungsi Respirasi tindakan Pemberian oksigen
(00030) keperawatan 3 kali
dan
Gangguan Pertukaran 24 jam gangguan pemantauan
Gas pertukaran gas pada mengenai
Definisi: Kelebihan atau klien dapat teratasi. efektivitasnya.
defisit oksigenasi dan atau 0402 1. Pertahankan
eliminasi karbondioksida Status Pernafasan: kepatenan
pada membran alveolar- Pertukaran Gas jalan nafas.
kapiler. Definisi: 2.Berikan oksigen
Pertukaran tambahan
karbondioksida dan seperti yang
oksigen di alveoli diperintahkan.
untuk 3.Monitor
mempertahankan aliran

konsentrasi oksigen hipoventilasi

darah arteri. induksi oksigen.

1. Tekanan Parsial Konsultasi dengan


oksigen di tenaga kesehatan

darah lain

arteri (PaO2) mengenai penggunaan


27 oksige
dari skala 1
n tambahan selama
kegiatan
(Deviasi Monitor Pernafasan
berat Definisi: Sekumpulan
dari data dan analisis
kisaran normal) keadaan pasien untuk
ditingkatkan memastikan kepatenan
menjadi jalan nafas dan
3 kecukupan pertukaran
(Deviasi gas.
sedang kisaran 1. Monitor kecepatan,
normal). irama, kedalaman,
2. Tekanan
dan
Parsial kesulitasn bernafas.
karbondioksida
2. Monitor suara nafasa
di darah
tambahan
arteri (PaCO2)
seperti ngorok atau
dari
mengi.
skala 1 (Deviasi
3. Monitor pola nafas
berat dari kisaran
(misalnya bradipneu,
normal)
takipneu,
ditingkatkan
hiperventilasi,
menjadi
dan lain-lain)
4. Monitor
3 (Deviasi saturasi
sedang kisaran oksigen pada pasien
normal). yang
3. pH arteri dari tersedasi (seperti
skala 1 (Deviasi SaO2, SvO2, SpO2)
berat dari kisaran sesuai protokol yang
normal) ada.
ditingkatkan 5. Catat perubahan
menjadi pada
3 saturasi
(Deviasi oksigen,
sedang kisaran volume tidal
normal). akhir
4. Keseimbangan karbondioksida, dan
28
ventilasi perubahan
dari skala 1 nilai
menjadi analisa gas
darah
3 dengan tepat.
(Deviasi
6. Berikan bantuan
sedang kisaran
resusitasi
normal).
5. Sianosis jika diperlukan.
dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi

3 (cukup).
6. Dispnea
saat
istirahat
dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi

3 (cukup).
7. Dispnea
dengan
istirahat
dari skala 1
(sangat berat)
ditingkatkan
menjadi

3 (cukup).

4. Domain 2: Nutrisi Kriteria Hasil: 1100 Manajemen


Kelas 1. Makan Setelah dilakukan Nutrisi
29
(00002) tindakan Definisi: Menyediakan
Ketidakseimbangn keperawatan 2 kali dan menigkatkan intake
Nutrisi: Kurang 24 nutrisi yang seimbang.
metabolik. teratasi. pasien)
10004 2. Tentukan
Status Nutrisi jumlah
Definisi: kalori dan jenis
Sejauh nutrisi
mana yang
nutrisi
dibutuhkan
dicerna dan diserap untuk
untuk memenuhi
memenuhi persyaratan gizi.
kebutuhan 3. Monitor kalori dan
metabolik. asupan makana.
1. Asupan 4. Bantu pasien untuk
gizi,
mengakses
makanan dan
program-
cairan dari skala
program
1 ( sangat
gizi
menyimpang komunitas, misalnya
dari rentang
perempuan, bayi,
normal) menjadi
dan
skala 5 (tidak
anak, dan lain-lain)
menyimpang
dari rentang 1160 Monitor Nutrisi
normal) Definisi: Pengumpulan
2. Energi dari skala dan analisa data pasien
1 (
sangat yang berkaita dengan
menyimpang asupan nutrisi.
dari rentang 5. Monitor pertumbuhan
normal) menjadi
dan
skala 4 (sedikit
perkembangan.
menyimpang
2. Monitor
dari rentang
turgor kulit dan
normal)
mobilitas.
1020 Status Nutrisi:
3. Lakukan pemeriksaan
Bayi
laboratorium
30
,
monitor
hasilny
Definisi: Jumlah lain)
nutrisi dicerna dan 4. Tentukan
diserap rekomendasi
untuk memenuhi energi berdasarkan
kebutuhan faktor pasien
metabolisme (misalnya umur,
serta meningkatkan berat badan,
petumbuhan bayi. tinggi badan, gender,
1. Intake dan tingkat aktivitas
nutrisi fisik).
dari skla 1 (tidak 5. Tinjau
adekuat) ulang sumber
ditingkatkan lain terkait
menjadi skala 3 data status nutrisi
(cukup adekuat). 6. Mulai tindakan atau
2. Hidrasi dari skla rujukan
1 (tidak adekuat) sesuai kebutuhan
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
3. Intake
albumin, kalori,
protein, lemak,
karbohidrat,
vitamin, mineral,
zat besi, kalsium,
sodium ari skla 1
(tidak
adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).

5. Intoleransi Aktivitas Kriteria Hasil: 0180 Manajemen


31
Domain Setelah dilakukan Energi
4: tindakan Definisi: Pengaturan
Aktivitas/Istirahat keperawatan 2 kali energi yang digunakan
Kelas 4.Respons 24 jam Intoleran untuk menangani atau
Kardivaskular/Pulmonal pada pasien dapat mencegah kelelahan
(00092) teratasi. dan mengoptimalkan
Intoleran Aktivitas 0005 fungsi.
Definisi: Toleransi 1. Kaji
Ketidakcukupan Terhadap status
energi psikologis atau Aktivitas fisiologis pasien yang
fisiologis 1. Saturasi oksigen menyebabkan
untuk ketika kelelahan
mempertahankan beraktivitas dari sesuai dengan
atau menyelesaikan skala 1 (sangat konteks usia dan
aktivitas kehidupan sehari- terganggu) perkembangan.
hari yang harus atau ingin ditingkatkan 2. Monitor
dilakukan. menjadi skala 4 sistem kardiorespirasi
(Sedikit pasien selama pasien
terganggu). selama selama
2. Frekuensi nadi kegiatan (misalnya
ketika takikardia disritmia,
beraktivitas dari
skala 1 (sangat dyspea, diaphoresis,
terganggu)
ditingkatkan pucat, tekanan
menjadi skala 4 hemodinamik,
(Sedikit frekuensi
terganggu). pernafasan).
3. Frekuensi 3. Berikan kegiatan
pernafasan pengalihn yang
ketika menenangkan
beraktivitas dari untuk
skala 1 (sangat meninkatkan
relaksasi.
4. Monitor respon
32 oksigen
pasien
(misalnya
terganggu) nadi, tekanan darah,
ditingkatkan respirasi)
menjadi skala 4 saat perawatan.
(Sedikit 4046
terganggu). Perawatan Jantung:
4. Kemudahan Rehabilitatif Definisi:
bernafas Peningkatan
saat beraktivitas tingkat fungsi aktivitas
dari skala 1 paling maksimum pada
(sangat pasien yang
terganggu) telah mengalami
ditingkatkan episode ganggun fungsi
menjadi skala 3 jantung yang terjadi
(cukup karena
terganggu). ketidakseimbangan
5. Kekuatan tubuh suplai oksigen ke otot
bagian atas dan jantung
bawah dari dan
skala 1 (sangat kebutuhannya
terganggu) 1. Monitor toleransi
ditingkatkan pasien terhadap
menjadi skala 4 aktivitas.
(Sedikit 2. Pertahankan jadwal
terganggu). amulasi,
sesuai
toleransi pasien.
3. Beri dukungan
dan
harapan yang realistis
pada pasien
dan keluarga.

6. Domain 13: Kriteria Hasil: 1120 Terapi Nutrisi


Pertumbuhan/ Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Perkembangan tindakan
33 makanan dan cairan
Keterlambatan keperawatan 2 kali untuk membantu proses
Pertumbuhan 24 metabolik pada pasien
jam
Perkembangan keterlambatan malutrisi atau pasien
Definisi: Penyimpangan/ pertumbuhan dan yang beresiko
kelainan dari aturan perkembangan pada tinggi mengalami
kelompok usia. pasien malnutrisi. Aktivitas-
dapat teratasi. aktivitas:
1006 Berat Badan: 1. Lengkapi pengkajian
Massa Tubuh nutrisi
Definisi: Tingkatan sesuai kebutuhan
dimana 2. Pilih supl emen
berat badan,otot, nutrisi
dan sesuai kebutuhan
lemak 3. Kaji
kongruen kebutuhan nutrisi
dengan
parenteral
tinggi,
4. Berikan
tulang, nutrisi
jenis kelamin dan enteral
usia. sesuai kebutuhan
Berat badan 5. Ciptakan lingkungan
dari yang membawa
skala 1 suasana
(deviasi berat dari yang menyanagkan
kisaran normal) dan menenagkan
ditingkatkan
6. Berikan
menjadi skala
perawatan mulut
4 (deviasi ringan
sebelum
dari kisaran nor
makan
mal). sesuai
Persentil kebutuhan
lingkar
7. Rujuk
kepala (anak) dari
untuk mendapatkan
skala 1
pendidikan kesehatan
(deviasi berat dari
terkait diet
kisaran normal)
dan perencanaan
ditingkatkan
diet
menjadi skala
34 sesuai kebutuhan
4 (deviasi ringan
8. Berikan pasien dan
dari
keluarga
kisaran nor Tertulis mengenai diet
mal). yang dianjurkan
Persentil tinggi dari
skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala
4 (deviasi ringan
dari kisaran nor
mal).
Persentil
berat badan dari
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadi skala
4 (deviasi ringan
dari kisaran nor
mal).

35
3.4 Implementasi Keperawatan

No Hari, Diagnosa Implementasi Paraf


Tang Keperawat
gal/ an
Jam

1 Penurunan 1. Memastikan tingkat aktivitas pasien yang


Curah tidak membahayakan curah jantung
jantung atau memprovokasi serangan
berhubung jantung.
an dengan 2. ​ elakukan
M penilaian
malformasi komprehensif
jantung. pada sirkulasi pitmia jantung, termasuk gangguan
ritme perifer (misalnya cek nadi perifer, edema,
pengisian ulang kapiler, warna dan suhu
ekstremitas) secara rutin sesuai kebijakan
agen.
3. Memonitor tanda-tanda
vital secara rutin.
4. Memonitor disritmeia jantung,
termasuk
gangguan ritme dan
konduksi jantung.
5. Mencatat tanda dan
gejala penurunan curah jantung.
6. Monitor status pernafasan terkait
dengan adanya gejala
gagal jantung

36
2. Ketidakefe 7. Memposisikan pasien untuk
ktifan pola memaksimalkan ventilasi
8. Menggunakan tehnik yang
nafas menyenangkan
berhubung untuk
an dengan memotivasibernafas dalam kepada anak-
anak (misalnya meniup gelembung, meniup
adanya kincir, peluit, harmonika, balon, meniup bulu,
kelebihan dan
cairan sebagainya)
dalam paru 9. Memposisikan
untuk meringankan sesak
nafas.
10. Memonitor
status
pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya

3 Gangguan 1. Memonitor aliran


pertukaran oksigen.hipoventilasi induksi
oksigen.
gas 2. Melakukan konsultasi
berhubung dengan tenaga
an dengan kesehatan lain mengenai
penggunaan oksigen
kongesti tambahan selama kegiatan
pulmonal. dan
atau tidur.
3. Memonitor kecepatan, irama,
kedalaman, dan
kesulitan bernafas.
4.Memonitor suara nafas
tambahan seperti ngorok atau mengi.
5. Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu,
takipneu,hiperventilasi, dan
lain-lain) 37
4. Ketidakseimbang 1.Menentukan apa yang menjadi
an nutrisi kurang preferensi makanan
dari pada pasien.
kebutuhan tubuh 2.Menentukan jumlah kalori dan
berhubungan jenis nutrisi yang
dengan kelelahan dibutuhkan untuk
pada saat makan memenuhi persyaratan
dan gizi.
meningkatnya 3.Memonitor kalori dan asupan
kebutuhan kalori makana.
4.Membantu pasien untuk
mengakses program-program
gizi komunitas, misalnya
perempuan, bayi, dan anak, dan
lain-lain
5.Memonitor pertumbuhan dan
perkembangan.

5 Intoleransi 1. Mengkaji status fisiologis


aktivitas pasien yang menyebabkan
berhubungan kelelahan sesuai dengan
dengan konteks usia
ketidakseimbang dan
an antara perkembangan.
pemakaian 2.Memonitor
oksigen sistem kardiorespirasi pasien
oleh selama pasien selama selama
tubuh kegiatan (misalnya takikardia
dan suplai disritmia, dyspea,
oksigen ke sel. diaphoresis, pucat, tekanan
hemodinamik, frekuensi
pernafasan).

38
5. 3. Monitor respon oksigen pasien
(misalnya tekanan nadi, tekanan
darah, respirasi) saat
perawatan.
4. Memonitor
toleransi pasien terhadap
aktivitas.
5. Memberi dukungan dan
harapan yang realistis
pada pasien dan keluarga.

6. Keterlambatan 1. Melengkapi pengkajian nutrisi


pertumbuhan sesuai kebutuhan
dan Memilih
perkembangan suplemen
berhubungan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan

tidak 3. Menciptakan
lingkungan yang
adekuat
membawa suasana
nya
yang menyanagkan dan
suplaioksigen
menenagkan
dan zat nutrisi
2. Memberikan perawatan mulut
ke jaringan.
sebelum makan sesuai
kebutuhan

39
3.5 Evaluasi

No. Hari, Diagnosa Evaluasi Paraf


Tanggal Keperawatan
1. Penurunan curah S : Orangtua klien mengatakan
jantung berhubungan bahwa klien sudah tidak rewel,
dengan gelisah, dan menangis
malformasi O : Masih terdapat suara jantung
jantung. tambahan (Machinery mur-mur
persisten).
A : Masalah teratasi sebagian.
P :
Lanjutkan intervensi.

2. Ketidakefektifan pola S : Orang tua klien mengatakan


nafas berhubungan sering nafas terengah-engah
dengan adanya pada klien sedikit
kelebihan cairan berkurang
dalam paru. O : Tidak ada irama gallop,
namun suara paru rales masih ada
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi,pantau
intake-out put cairan
dan
penhitungan balance cairan.

40
3. Gangguan pertukaran S : Orang tua klien
gas berhubungan mengatakan kesulitan
dengan bernafas pada klien
kongesti pulmonal mulai berkurang.
O : Ada nafas cuping
hidung
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi

4. Ketidakseimbangan S : Orang tua klien


nutrisi kurang dari mengatakan bahwa
kebutuhan tubuh klien sudah tidak rewel
berhubungan dengan dan sering menagis.
kelelahan pada saat O : Berat badan masih
makan belum stabil, Hb dan
dan Albumin menurun
meningkatnya A : Masalah tertasi
kebutuhan kalori. sebagian.
P : Lanjutkan intervensi

41
5. Intoleransi aktivitas S : Orangtua klien
berhubungan mengatakan bahwa
dengan klien sudah bisa
ketidakseimbangan melakukan permainan
antara dan aktivitas ringan.
pemakaian oksigen O : Tampak kelelahan
oleh dan berkeringat serta
tubuh dan suplai nafas masih terengah-
oksigen ke sel. engah.
A : Masalah pasien
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.

6. Keterlambatan S : Orangtua klien


pertumbuhan dan mengatakan bahwa
perkembangan klien mulai aktif dengan
berhubungan pergerakan
dengan tidak yang sederhana.
adekuatnya suplai O : BB masih belum
oksigen dan zat nutrisi normal
ke jaringan. A : Masalah
pasien
teratasi sebagian.
P :
Lanjutkan intervensi.

42
BAB 4. PENUTUP

1. Kesimpulan

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital


(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering
ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan terjadi
pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah
bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila duktus
tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia
3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus
Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang
sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi
paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi.
Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi
(tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko terinfeksinya
jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi
kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun,
dan 60% pada usia 60 tahun.

2. Saran

Diharapkan bagi para petugas kesehatan untuk menerapkan intervensi dari


diagnose yang muncul sehingga dpat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
mampu meningkatkan derajat kesehatan klien

43
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung


dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.
Behrman, Kliegman, &Arvin. 2000. Ilmu Editor,
Kesehatan Anak Nelson Vol.2, Prof.DR.dr.A.Samik
Wahab,sp.A(k),EGC:Jakarta.
Betz & Sowden. 2002. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Bulechek, G., H. Classification
Intervention Butcher. J. Dotcterman.
(NIC). 6thdanEdition.
C. Wagner. 2013. Nursing
Singapore: Elsevier.
Terjemahan oleh I. Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV.
Mocomedia.
Children’s National Health System. 2017. Pediatric Patent Ductus Arteriosus
(PDA). Washington DC : Children’s
National Health System.
https://childrensnational.org/choose-childrens/conditions-and-
treatments/heart/patent-ductus-arteriosus-pda [diakses pada 30
Oktober 2017].
Ganes, S.M , M.Z. Wasilah, N. Juwita, R. Ekawati, I. Islamia, Y. L. Rahmy, I.
Zulfizarrahman, E. Rahayu, F. Shella, R. Nugra H., & I. Melati. 2011. Asuhan
Keperawatan Patent Ductus Arteriosus. Bandung: Fakultas Keperawatan
Universitas Padjajaran.
https://www.scribd.com/doc/54775068/Asuh
an- Keperawatan-Patent-Ductus-
Arteriosus
Hartaty, D., Noormanto, & E. L. Haksari. 2015. Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara
Transkateter. Sari Pediatri. 17(3). https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/99/80
Kim, L.K. 2016. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/891096-overview#a6
Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition.44Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.
Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. https://books.google.co.id/books?
id=noWFt_QVOUMC&pg=PA186&dq=Penyebab+PDA+
(Patent+ductus+arteriosus)
+adalah&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Penyebab%20PDA
%20(Patent%20ductus%20arteriosus)%20adalah&f=false
NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications
2015-2017. Jakarta : EGC
Sari, O., R. Nova, H. Bermawi, & E. Bahar. 2015. Perbandingan Efektifitas dan
Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus
Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan. Sari Pediatri. 17(4).
WWW.saripediatri.org
Stanford Children’s Health. 2017. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Amerika
Serikat: Chidren’s Hospital Stanford.
http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=patent-ductus-
arteriosus-pda-90-P01811 [diakse pada 29 Oktober 2017].
Wahab, S. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak
Sianotik. Jakarta: EGC.
https://books.google.co.id/books?
id=EBb7BlfficQC&pg=PA74&dq=DUKTUS+ARTERIOSUS+PERSISTEN
+ADALAH+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjS7_yvjtPWAhWMFZQK
Hd9nDMgQ6AEIJjAA#v=onepage&q=DUKTUS%20ARTERIOSUS
%20PERSISTEN%20ADALAH%20adalah&f=false

45

Anda mungkin juga menyukai