ANAK
Oleh:
ADRIANUS OELEU
NIM: 231112021
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesaatas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada Anak”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.
Penulis juga menerima kritik maupun saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhinya penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALA
MAN JUDUL ................................................................................... ii
PRAKA
TA
................................................................................................... iii
DAFTA
R
ISI ................................................................................................ iv
BAB 1.
PENDA
HULUA
N ........................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................. 1
2. Tujuan........................................................................................... 2
3. Manfaat......................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ....................................................................... 3
4. Pengertian ..................................................................................... 3
5. Etiologi .......................................................................................... 6
6. Manifestasi Klinis......................................................................... 8
7. Patofisiologi................................................................................... 10
8. Komplikasi.................................................................................... 12
9. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 13
10. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ............................................ 16
11. Pengkajian .................................................................................... 16
12. Diagnosa........................................................................................ 21
13. Intervensi ...................................................................................... 21
14. Implementasi ................................................................................ 34
15. Evaluasi......................................................................................... 37
BAB 4. PENUTUP....................................................................................... 41
16. Kesimpulan................................................................................... 41
17.Saran
3
............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan
dan pembaca mengenai “ Asuhan Keperawatan PDA (Patent Ductus
Arteriosus) pada Anak”.
2. Tujuan Khusus
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan pembaca
mengenai :Konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak
3. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pegetahuan terkait
konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak dan konsep
asuhan keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak.
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan
(PJB) yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan penutupan
secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk., 2015)
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya pembuluh
darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini normal
pada saat bayi dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini
tidak menutup secara sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA
merupakan saluran penting bagi aliran darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta
desendens, terletak distal dari percabangan arteri subklavia kiri. PDA sering
ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama
setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu pertama.
Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat
menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan
pertama, tipis kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin, 2009).
Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus (PDA)
merupakan salah satu masalah jantung yang sering terjadi dalam beberapa minggu
pertama atau beberapa bulan setelah kelahiran. Hal ini ditandai dengan persistensi
hubungan janin normal antara aorta dan arteri pulmonalis yang memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) yang harus masuk ke tubuh untuk disirkulasikan
melalui paru-paru. Pada umumnya semua bayi dilahirkan dengan hubungan antara
aorta dan arteri pulmonalis. Sementara saat bayi berkembang di rahim, darah tidak
diperlukan untuk disirkulasikan melalui paru-paru karena oksigen diberikan
melalui plasenta. Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam
tubuh.
Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru
pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas
3
untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai mengalir
untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus arteriosus tidak diperlukan untuk
melewati paru-paru. Dalam keadaan normal, beberapa hari pertama setelah
kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak lagi melewatinya. Pada
beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka (paten) dan
kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA). Pembukaan antara
aorta dan arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen (merah) menyebar
ke paru-paru. Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali lebih sering pada
anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford Children’s Health,
2017)
4
Gambar 1.2 Aliran Darah Pada Jantung Normal dan Duktus Arteriosus
Paten ( Sumber: Wahab, 2009)
Gambar 1.3 Perbandingan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Pada Jantung
Normal Dan Paten Ductus Arteriosus
(Sumber : Wahab, 2009)
5
2.2 Etiologi
Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum diketahui
secara pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.
Faktor- faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor Prenatal, seperti:
a. Ibu menderita penyakit infeksi, seperti Rubella
b. Ibu dengan riwayat sering minum-minuman beralkohol
c. Umur ibu saat hamil berusia lebih dari 4 tahun
d. Ibu yang menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
e. Ibu yang sering meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik, seperti:
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah ataupun ibu menderita penyakit jantung bawaa.
c. Kelainan pada kromosom, seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung
dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109).
Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah
6
1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus
arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung
adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosom
Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus
arteriosus. Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital
pada trimester pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu (terkait
dengan patent ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri pulmonalis),
sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin ibu, dan
penggunaan fenitoin ibu.
3. Prematuritas
Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi
terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat, termasuk
ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan paru-paru
yang belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar
dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada
ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang belum
matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian
tinggi, terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.
4. Penyebab Lain
Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin, ketinggian
tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.
7
2.3 Manifestasi Klinis
8
tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru
dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi prematur atau usia
2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan. Beberapa diantaranya dapat hidup
terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2009).
Menurut Children National Health System (2017) ukuran sambungan antara
aorta dan arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis gejala yang dicatat, tingkat
keparahan gejala, dan juga usia di mana patent duktus arteriosus itu pertama kali
terjadi. Semakin besar lubang, maka akan semakin besar jumlah darah yang
melewati dan membebani paru-paru. Seorang anak dengan duktus arteriosus paten
kecil mungkin tidak memiliki gejala apapun. Namun untuk bayi lain dengan PDA
yang lebih besar mungkin menunjukkan gejala yang berbeda. Berikut adalah gejala
yang paling umum dari PDA. Setiap anak mungkin akan mengalami gejala secara
berbeda. Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:
1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk
9
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus
arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor
(pO2). (Wahab, S. 2009 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri
pulmonalis (karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju
aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan
timbul sianosis (Wahab, 2009)
b. Pathway PDA
2.5 Komplikasi
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
Jika terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui
PDA dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal.
Selain itu hipertensi paru juga dapat menyebabkan kerusakan pada paru-
paru
secara permanen.
2. Gagal Jantung
Lama kelamaan PDA dapat menyebabkan otot jantung menjadi melemah
dan menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung sendiri merupakan suatu
kondisi kronis dimana jantung tidak dapat memompa jantung secara
efektif.
3. Endokarditis (infeksi jantung)
Seseorang dengan masalah jantung struktural seperti PDA memiliki
resiko
tinggi untuk terjadinya endokarditis dibandingkan orang yang tidak
memiliki masalah PDA. Endokarditis merupakan suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Arithmia (detak jantung tidak teratur)
Pembesaran hati karena PDA dapat meningkatkan risiko terjadinya
arithmia. Peningkatan risiko arithmia ini biasanya terjadi pada PDA yang
besar.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terdi pada bayi prematur.
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan ini terjadi pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa
atau submukosa yang sering terjadi pada bayi prematur.
9. Gangguan paru yang terjadi secara bersamaan
Misalnya sindrom gawat nafas.
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah
trombosit.
12
11. Hiperkalemia (penurunan pengeluaran urine)
12. CHF
Merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh (Ebbersole, Hess 1998). CHF ini akan menjadi kronik apabila
disertai dengan penyakit-penyakit seperti hipertensi, penyakit katub
13
jantung kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut
dan berkembang secara tiba-tiba pada infark miokard.
13. Kegagalan pertumbuhan ( Ganes dkk., 2011)
16
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PDA
3.1 Pengkajian
I. Identitas (Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional
menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. Insidens PDA
( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering pada bayi perempuan yaitu 2 x
lebih banyak terjadi daripada bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi
prematur diperkirakan insidennya sebesar 15 %. PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan
atau juga bisa karena kelainan kromosom.
II. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya mengalami keluhan lelah dan sesak napas.
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat
lelah. Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea (sesak), takipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan ibu sewaktu mengandung mulai dari gaya hidup
(diet, latihan, olah raga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alcohol,
stress, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan jamu, serta riwayat
penyakit kardiovaskuler), perlu juga ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga yang dapat menyebabkan PDA.
Faktor kesehatan keluarga yang dikaji mencakup penyakit jantung
congenital, di dalam keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat
penyakit genetik/penyakit yang serupa terutama pada klien PDA, karena
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
17
IV. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat
merokok, dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh radiasi,
penyakit virus maternal (misalnya: influenza, gondongan atau rubella)
atau usia ibu di atas 40 tahun saat hamil.
V. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit. Serta keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi
perkembanganya.
VI. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi, cara
pemberian ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama
pemberian asi berapa tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan
anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan
kepada anak dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
VII. Riwayat Psikososial/perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
e. Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya
f. Kebiasaan anak
g. Respon keluarga terhadap penyakit anak
h. Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress
18
VIII. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak ,
karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas
aktifitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta
mudah lelah sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu.
19
c. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit) ; (anak : 20-
30x/menit)
d. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas
normal (bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)
4. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.
2) Adanya deformitas dada
3) Bunyi jantung (murmur)
4) Titik impuls maksimum
b. Tampilan umum
1) Tingkat aktivitas
2) Perilaku (atau ketakutan)
3) Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki
c. Kulit
1) Pucat
2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan
lidah, konjungtiva, area vaskularisasi tinggi.
3) Diaforesis.
d. Edema
Periorbital dan ekstremitas
6. Sistem Respirasi
a. Bernapas
1) Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan.
2) Pola napas (dispnea atau takipnea), khususnya setelah kerja fisik
seperti makan, menangis, mengejan.
3) Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan
supraklavikular).
4) Pernapasan cuping hidung.
5) Posisi yang nyaman.
20
b. Hasil auskultasi toraks
1) Bunyi napas merata
2) Bunyi napas
abnormal (bising,
ronki, mengi)
3) Fase inspirasi dan
ekspirasi
memanjang.
4) Serak, batuk, dan
stridor
c. Hasil pemeriksaan toraks
Lingkar dada dan bentuk dada
d. Tampilan umum
1) Warna (merah muda,
pucat, sianosis,
akrosianosis)
2) Tingkat aktivitas
3) Perilaku (apatis, tidak
aktif, gelisah, dan/atau
ketakutan)
7. Status Hidrasi
Biasanya anak dengan kelainan jantung mudah berkeringat dan
banyak keringat.
B. Pemeriksaan fisik (ROS : Review of System)
1. Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan (marchinery murmur),
adanya otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan
darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4. Perkemihan B4
(Bladder) Produksi urin menurun
(oliguria).
5. Pencernaan B5 (Bowel) 21
22
3.3 Intervensi Keperawatan
23
dari skala 1 2. Pastikan tingkat aktivitas
(Deviasi pasien yang
berat dari tidak
ringan kincir,
peluit, harmonika,
dari
balon, meniup
kisaran normal).
bulu, dan
2. Kepatenan jalan
sebagainya)
nafas dari skala 1
4. Kelola udara atau
(deviasi berat dari
oksigen yang
kisaran
di
normal)
lembabkan
ditingkatkan
sebagaimana
menjadi skala
mestinya
4 (deviasi
5. Posisikan untuk
ringan
meringankan sesak
dari
nafas.
kisaran normal).
6. Monitor
3. Saturasi oksigen
dari skala status pernafasan
1 dan
(deviasi berat dari oksigenasi
kisaran sebagaimana
normal) mestinya.
ditingkatkan
menjadiskala 4
(deviasi
26
ringan
dari
kisaran normal).
4. Tes faal
paru
dari skala
1
(deviasi berat dari
kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadiskala 4
(deviasi
ringan
dari
kisaran normal).
darah lain
3 (cukup).
6. Dispnea
saat
istirahat
dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi
3 (cukup).
7. Dispnea
dengan
istirahat
dari skala 1
(sangat berat)
ditingkatkan
menjadi
3 (cukup).
35
3.4 Implementasi Keperawatan
36
2. Ketidakefe 7. Memposisikan pasien untuk
ktifan pola memaksimalkan ventilasi
8. Menggunakan tehnik yang
nafas menyenangkan
berhubung untuk
an dengan memotivasibernafas dalam kepada anak-
anak (misalnya meniup gelembung, meniup
adanya kincir, peluit, harmonika, balon, meniup bulu,
kelebihan dan
cairan sebagainya)
dalam paru 9. Memposisikan
untuk meringankan sesak
nafas.
10. Memonitor
status
pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya
38
5. 3. Monitor respon oksigen pasien
(misalnya tekanan nadi, tekanan
darah, respirasi) saat
perawatan.
4. Memonitor
toleransi pasien terhadap
aktivitas.
5. Memberi dukungan dan
harapan yang realistis
pada pasien dan keluarga.
tidak 3. Menciptakan
lingkungan yang
adekuat
membawa suasana
nya
yang menyanagkan dan
suplaioksigen
menenagkan
dan zat nutrisi
2. Memberikan perawatan mulut
ke jaringan.
sebelum makan sesuai
kebutuhan
39
3.5 Evaluasi
40
3. Gangguan pertukaran S : Orang tua klien
gas berhubungan mengatakan kesulitan
dengan bernafas pada klien
kongesti pulmonal mulai berkurang.
O : Ada nafas cuping
hidung
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
41
5. Intoleransi aktivitas S : Orangtua klien
berhubungan mengatakan bahwa
dengan klien sudah bisa
ketidakseimbangan melakukan permainan
antara dan aktivitas ringan.
pemakaian oksigen O : Tampak kelelahan
oleh dan berkeringat serta
tubuh dan suplai nafas masih terengah-
oksigen ke sel. engah.
A : Masalah pasien
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
42
BAB 4. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
45