Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN

KARDIVASCULER : PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DAN


TETRALOGI OF FALLOT (TOF)

MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK


DOSEN PENGAMPUH : RAMADHANIYATI,M.KEP,NS.SP.KEP.AN

Disusun Oleh :
Agus Joko Prasetyo SNR 19214001
Riana Barita B SNR 19214002
Eristia Novarianda SNR19214003
Dewi Ultari Srimentari SNR19214004
Astika SNR19214007
Azharuddin SNR19214008
Melky Sedeq Norman R SNR19214010

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah hirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah


SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu memberikan pertolongan dan
perlindungan serta kesehatan sehingga penulis dapat mengerjakan Tugas
Kelompok dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan
Kardivasculer : Patent Ductus Arteriosus (Pda) Dan Tetralogi Of Fallot (Tof)”.

Makalah Kelompok ini disusun sebagai salah satu syarat dalam Mata
Kuliah Keperawatan Anak. Dalam mengerjakan makalah kelompok ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yan sebesar-
besarnya
kepada :

1. Ramadhaniyati,M.Kep,Ns.Sp.Kep.An selaku Dosen Pembimbing Mata


Kuliah Keperawatan Anak.
2. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu memberi motivasi, kasih sayang,
doa dan dukungan baik berupa moril dan materi dalam menyelesaikan kuliah.
Makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan baik segi penyajian,
penulisan maupun materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat. Wassalamualaikum,Wr.Wb.
Pontianak, November
2020 Kelompok I
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................6
1. Tujuan Umum....................................................................................................6
2. Tujuan Khusus....................................................................................................6
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
A. Konsep Keluarga....................................................................................................7
1. Pengertian Keluarga...........................................................................................7
2. Tipe Keluarga.....................................................................................................8
3. Fungsi Keluarga...............................................................................................10
4. Dimensi dan Struktur Keluarga........................................................................11
5. Tahap – Tahap Keluarga..................................................................................13
B. Konsep Keluarga Sejahtera..................................................................................17
1. Pengertian Keluarga Sejahtera..........................................................................17
2. Tujuan Keluarga Sejahtera...............................................................................17
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan.......................................18
4. Tahap – Tahap Keluarga Sejahtera...................................................................19
5. Peran Perawat dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera.......................................23
BAB III............................................................................................................................26
PENUTUP.......................................................................................................................26
A. Kesimpulan..........................................................................................................26
B. Saran....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses
embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen.
Pembuluh darah berasal dari bahan mesoderm saat embrio berusia 3 minggu.
Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang membentuk seperti tuba tunggal
yang akhirnya berpisah. Hal ini untuk memisahkan darah oksigenasi serta yang
keluar dari paru-paru dan sirkulasi tubuh. Kemudian pada akhir bulan kedua,
ventrikel telah terpisah dan dua atrium juga secara parsial. Keadaan ini tetap
hingga setelah lahir dan pada saat di dalam uterus darah secara bebas
(mengingat paru belum berfungsi secara maksimal) yakni semua darah masuk
ke jantung embrio melalui atrium kanan ke dalam vena kava superior dan
inferior. Adanya pembukaan dua atrium dapat memungkinkan separuh darah
menyilang ke sisi kiri dan kemungkinan fungsi pompa jantung di bagi di antara
ventrikel. Kemudian berangsur-angsur terjadi perubahan seiring dengan
perkembanganya arkus aorta, suatu arkus tunggal yang hingga dewasa tetap
menjadi aorta dana arkus yang terakhir menjadi aorta pulmonalis.

Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi


akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga
dapat mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah jantung atau yang
dapat mengakibatkan sianosis dan asianosis. Penyakit jantung kongenital
secara umum terdiri atas dua kelompok yakni sianosis dan asianosis. Pada
kelompok sianosis tidak terjadi percampuran darah yang teroksigenasi dalam
sirkulasi sistemik dan pada yang asianosis terjadi percampuran sirkulasi
pulmoner dan sistemik. Secara umum penyakit jantung sianotik seperti
tetralofifallot dan penyakit jantung nonsianotik seperti cacat sekat ventrikel
(ventrikel septal defect-VSD),cacat sekat atrium (atrium septal defect-
ASD),patent ductus arteriosus (PDA),stenosis aorta, stenosis pulmonal, dan
koartasio aorta. Di bawah ini beberapa macam kelainan jantung bawaan yang
sering di jumpai pada anak

Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (pjb) terjadi


pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup.Insiden lebih tinggi pada yang lahir
mati (2%), abortus (10-25%), dan bayi premature (sekitar 2% termasuk defek
sekat ventrikel), tetapi tidak termasuk duktus anteriosus paten sementara
(PDA). Insiden menyeluruh ini tidak termasuk prolaps katup mitral, PDA pada
bayi premature dan katup aorta bicuspid (ada sekitar 0,9% seri dewasa). Pada
bayi-bayi dengan defek jantung congenital, ada spectrum keparahan yang
lebar, sekitar 2-3 dari 1000 bayi neonatus total akan bergejala penyakit jantung
pada usia 1 tahun pertama. Diagnosis ditegakkan pada umur 1 minggu pada 40-
50% penderita dengan penyakit jantung congenital dan pada umur 1 bulan
pada 50-60% penderita. Sejak pembedahan paliatif atau korektif berkembang,
jumlah anak yang hidup dengan penyakit jantung kongenitalbertambah secara
dramatis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari PDA dan TF


2. Apa etiologi dari PDA dan TF
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PDA dan TF
4. Apa manifestasi klinis dari PDA dan TF
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari PDA dan TF
6. Bagaimana penatalaksanaan dari PDA dan TF
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari PDA dan TF
8. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada PDA dan TF
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah ini memiliki tujuan umum yaitu mengetahaui bagaimana
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Kardivasculer : Patent
Ductus Arteriosus (Pda) Dan Tetralogi Of Fallot (Tof)”.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi PDA dan TF.
b. Menjelaskan etiologi dari PDA dan TF.
c. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit PDA dan TF.
d. Menjelaskan manifestasi klinis dari PDA dan TF.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari PDA dan TF.
f. Menjelaskan penatalaksanaan PDA dan TF.
g. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari PDA dan TF.
h. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan pada PDA dan TF.
D. Manfaat Penulisan
Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmiah
serta pengembangan wawasan bagi ilmu keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Kardivasculer : Patent Ductus
Arteriosus (Pda) Dan Tetralogi Of Fallot (Tof).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patent Ductus Arteriosus
1. Pengertian
Patent Ductus Arterious adalah kegagalan menutupnya ductus
arterious (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal). Pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus


arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

3. Etiologi
a. Faktor Prenatal :

1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.Ibu alkoholisme.


2) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
3) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
4) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

b. Faktor Genetik :

1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung


bawaan.
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
4. Patofisiologi
Paten duktus arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan mengalirnya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi
darah beroksigen yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam
paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari
ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan
pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif. Efek jantung kumulatif
mengakibatkan peningkatan vena dan kapiler pulmonal, yang
menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan
penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi konstriksi arteriol paru
yang progresif.

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan


aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan
( fetus ). Hubungan ini
( shunt ) ini diperlukan oleh
karena sistem respirasi fetus
yang belum bekerja di dalam
masa kehamilan tersebut.
Aliran darah balik fetus akan
bercampur dengan aliran darah
bersih dari ibu ( melalui vena
umbilikalis ) kemudian masuk
ke dalam atrium kanan dan
kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan kembali ke
aliran sistemik melalui duktus
arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis
utama (arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari aorta
desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos
(tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat
serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda
dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
( unfragmented ). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan
spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang
persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian
dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai
(shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru
(PVR).

Hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan dapat terjadi jika


keadaan ini tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau bedah.
Sebagian besar PDA mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi
pengaliran duktal dari kanan ke kiri dapat terjadi yang berkaitan dengan
penyakit paru, lesi obstruktif jantung kiri, dan koarktasio aorta. Penutupan
PDA terutama bergantung pada respons konstriktor dari duktus terhadap
tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan
duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan
sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi (prematur atau cukup bulan).
PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi
dengan baik oleh bayi karena mekanisme kompensaisi jantungnya tidak
berkembang baik dan piaru kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
Defek Sianosis

PDA

Hipoksia

Kegagalan Duktus arteri untuk menutup saat


lahir

Darah masuk ke system sirkulasi menuju ductus


dengan melalui pulmonary system

Tekanan sistemik lebih besar dari tekanan


pulmonal

Aliran kiri ke kanan di aorta ke arteri pulmonal

Ventrikel kanan hipertropi

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan
oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas).. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik
terdapat tanda gagal jantung:

a. machinery murmur (khas pada PDA),


b. tekanan nadi besar (water hammer pulse),
c. ujung jari hiperemik,
d. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
e. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
f. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
g. Apnea, Tachypnea
h. Nasal fharing
i. Retraksi dada
j. Hipoksemia
k. Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah
yang besar akan membanjiri paru-paru

6. Pemeriksaan Penunjang
PDA kecil. Gambaran radiologis dan EKG biasanya dalam batas
normal. Pemeriksaan ekokardiografi tidak menunjukkan adanya
pembesaran ruang jantung atau arteri pulmonalis.

PDA sedang. Pada ruang foto toraks jantung membesar (terutama


ventrikel kiri), vaskularisasi paru yang meningkat, dan pembuluh darah
hilus membesar. EKG menunjukkan hipertropi ventrikel kiri dengan atau
tanpa dilatasi atrium kiri.

PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan


dan kiri, di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya.
Pada EKG tampak hipertropi biventrikuler, dengan dominasi aktivitas
ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.

7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan patent duktus arteriosus yang tidak
terkomplikasi adalah untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada
penderita dengan duktus yang kecil,penutupan ini di tujukan untuk
mencegah endokarditis, sedangkan pada duktus sedang dan besar untuk
menangani gagal jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit
vaskular pulmonal. Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi medikamentosa
dan tindakan bedah
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran
kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus
menutup. Jenis obat yang sering di berikan adalah:
1) Indometasin merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang
terbukti efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus.
Tingkat efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan
menurun seiiring menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya
terbatas pada 3–4 minggu kehidupan.
2) Ibuprofen
Merupakan inhibitor non selektif dari siklooksigenase yang
berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi klinik
membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan
indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang
bulan(Gomella et al, 2004).
b. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan
operasi. Pada penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan bedah
adalah untuk mencegah endarteritis atau komplikasi lambat lain. Pada
penderita dengan PDA sedang sampai besar, penutupan di selesaikan
untuk menangani gagal jantung kongestif atau mencegah terjadinya
penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan,
penangan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal
jantung kongestif telah dilakukan dengan cukup (Bernstein, 2008).
8. Komplikasi
Sebuah ductus arteriosus paten kecil mungkin tidak menimbulkan
komplikasi. Namun cacat yang lebih besar yang tidak diobati dapat
berakibat buruk, antara lain:
a. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal). Bila terlalu
banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui patent
ductus arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Pulmonary
hypertension can cause permanent lung damage. Hipertensi paru dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru permanen. Sebuah ductus
arteriosus paten yang besar dapat menyebabkan Eisenmenger’s
syndrome, suatu jenis ireversibel hipertensi paru.
b. Gagal jantung. Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat
menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis di mana jantung tidak dapat
memompa secara efektif.
c. Infeksi jantung (endokarditis). Orang-orang dengan masalah jantung
struktural, seperti patent ductus arteriosus, berada pada risiko tinggi
infeksi endokarditis daripada populasi umum. Endokarditis infeksi
adalah suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
d. Detak jantung tidak teratur (aritmia). Pembesaran hati karena ductus
arteriosus paten meningkatkan resiko aritmia. Ini biasanya terjadi
peningkatan risiko hanya dengan ductus arteriosus paten yang besar.
e. Gagal ginjal
f. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
g. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
h. Enterokolitis nekrosis
i. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat
nafas atau displasia bronkkopulmoner)
j. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
k. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin)
l. CHF
m. Gagal tumbuh
E. Tetralogi Of Fallot (ToF)
1. Pengertian
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan
sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana
terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular
(sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit
sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai
konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai
berikut:
Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah
yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep
juga menebal dan menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari
ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian
aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis
pulmonal
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek
septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada
ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).
9. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui,
biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan
dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
a. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi
virus lainnya
b. Gizi yang buruk selama
c. Ibu yang alkoholik
d. Usia ibu diatas 40 tahun
e. Ibu menderita diabetes
f. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang
menderita sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam
kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah yang
sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin
gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami
serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga


diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :

a. Faktor endogen :
1) Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen :
1) Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
2) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen


tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun
sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan
pembentukan jantung janin sudah selesai.

10. Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, yaitu :
a. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah dari kedua ventrikel.
b. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah
darah masuk ke aorta.
c. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubang ini.
d. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat
berkembang, sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I,
2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena
darah tidak melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak
75% darah vena yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari
ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010).
Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja
sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
11. Pathway
12. Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :

a. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas


(misalnya menangis atau mengedan)
b. Berat badan bayi tidak bertambah
c. Pertumbuhan berlangsung lambat
d. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
e. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik
(pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan
menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left
shunt).

Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya
oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh.
Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala
kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami
dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh
darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan
meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari
ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang
terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I, 2010).

13. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)


akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien
dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi (Samik Wahab, 1996).

b. Radiologis

Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,


tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.

c. Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak


pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru

e. Kateterisasi

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek


septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan
tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996)

14. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot
dapat dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa
sianosis maupun dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila
Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu
berat (Yayan A.I, 2010). Berikut penatalaksanaannya:
a. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1) Mengatasi kegawatan yang ada.
2) Oksigenasi yang cukup.
3) Tindakan konservatif.
4) Tindakan bedah (rujukan) :
a) Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi
total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang
jelas. (derajat III dan IV)
b) Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD +
reseksi infundibulum.
5) Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6) Tatalaksana radang paru kalau ada.
7) Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
b. Tatalaksana Rawat Jalan
1) Derajat I :
a) Medikametosa : tidak perlu Operasi (rujukan ) perlu
dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalua BB > 10 kg.
Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
b) Kontrol : tiap bulan.
2) Derajat II dan III :
a) Medikamentosa ; Propanolol
b) Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat
dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada
komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
c) Kontrol : tiap bulan
d) Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
c. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
1) Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
- Membuat posisi knee chest atau fetus
- Ventilasi yang adekuat
2) Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im
atau subkutan
3) Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv
untuk mencegah asidosis metabolik
4) Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan
sampai Hb 15-17gr/dl
5) Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell
diteruskan dosis rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer
yaitu penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum
ventrikel kanan. Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia
kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai
sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan
tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan
dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A.
subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1
tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan
bias diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama serangan sianosis.
15.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Askep Patent Ductus Arteriosus
1. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000 ).

a. Anamnesa
1) Identitas ( Data Biografi)

PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional


menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih
banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur
diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara
genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga
bisa karena kelainan kromosom.

2) Keluhan Utama

Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.

3) Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda


respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia.

4) Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu


menderita infeksi dari rubella.

5) Riwayat penyakit keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara
genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan
atau juga bisa karena kelainan kromosom.

6) Riwayat Psikososial

Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya,


bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

b. Pengkajian fisik (ROS : Review of System)


1) Pernafasan B1 (Breath)

Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery


murmur ),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.

2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)

Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan


darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.

3) Persyarafan B3 ( Brain)

Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

4) Perkemihan B4 (Bladder)

Produksi urine menurun (oliguria).

5) Pencernaan B5 (Bowel)

Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.

6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.


16. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
b. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen
oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

17. Rencana Tindakan Keperawatan


N Diagnosa Tujuan dan kereteria Intervensi
O keperawatan hasil
1. Penurunan Curah - Tujuan: Setelah 1. Observasi
jantung b.d diberikan asuhan kualitas dan
malformasi jantung keperawatan kekuatan
diharapkan dapat denyut
mempertahankan jantung, nadi
curah jantung yang perifer, warna
adekuat dalam waktu dan
1x24 jam. kehangatan
- Kriteria hasil: Anak kulit
akan menunjukkan 2. Tegakkan
tanda-tanda derajat sianosis
membaiknya curah  (sirkumoral,
jantung membran
mukosa,
clubbing)
3. Monitor tanda-
tanda CHF
(gelisah,
takikardi,
tachypnea,
sesak, mudah
lelah,
periorbital
edema,
oliguria, dan
hepatomegali)
2. Gangguan - Tujuan: Setelah 1. Observasi
pertukaran gas b.d diberikan asuhan kualitas dan
kongesti pulmonal. keperawatan kekuatan
diharapkan denyut
dapat Mengurangi jantung, nadi
adanya peningkatan perifer, warna
resistensi pembuluh dan
paru dalam waktu kehangatan
2x24 jam kulit. Atur
- Kriteri hasil: Anak posisi anak
akan menunjukkan dengan posisi
tanda-tanda tidak fowler
adanya peningkatan 2. Hindari anak
resistensi pembuluh dari orang
darah. yang terinfeksi
3. Berikan
istirahat yang
cukup
4. Berikan
oksigen jika
ada indikasi
3. Intoleransi aktivitas - Tujuan: Setelah 1. Kaji toleransi
berhubunga dengan diberikan asuhan pasien
ketidakseimbangan keperawatan terhadap
antara pemakaian diharapkan dapat aktivitas
oksigen oleh tubuh Mempertahankan menggunakan
dan suplai oksigen tingkat aktivitas parameter
ke sel yang adekuat. berikut:
Dapam 1x24jam - Nadi 20 per
- Kriteria hasil: menit diatas
Anak akan frekuensi
mempertahankan istirahat,
tingkat aktivitas catat
yang adekuat peningkatan
TD
- Nyeri dada,
kelelahan
berat,
berkeringat,
pusing dan
pingsan.
2. Kaji kesiapan
pasien untuk
meningkatkan
aktivitas.
3. Dorong
memajukan
aktivitas.
Berikan
bantuan sesuai
dengan
kebutuhan dan
anjurkan
penggunaan
kursi mandi.
18. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk
kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan yang diharapkan.
19. Evaluasi
a. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung.
b. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan
resistensi pembuluh paru
c. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
d. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan
tinggi badan
e. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk
mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
f. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
g. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki
anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan,
dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting
dalam keberhasilan pengobatan.
F. Tetralogi Of Fallot (TOF)
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada sebagian besar kasus, diagnosis kelainan ini ditegakkan
setelahmelewati masa neonatus, ditemukan pada anak yang berusia
diatas 5 tahundan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun.
b. Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama
a) Dispnea terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik.
b) Berat badan bayi tidak bertambah 
b. Riwayat penyakit dahulu, anak yang sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan
c. Riwayat penyakit sekarang
a) sesak saat beraktivitas
b) berat badan bayi tidak bertambah
c) pertumbuhan berlangsung lambat
d) jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)
e) kebiruan
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tetralogi of falot biasanya juga bisa dikarenakan kelainan
genetik, sepertisindrom down, adanya penyakit tertentu dalam
keluarga sepertihipertensi,diabetes mellitus, penyakit jantung atau
kelainan bawaan
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
Adanya penyakit rubela atau infeksi virus lainnya pada ibu saat
hamilkhususnya bila terserang pada trimester 1, penggunaan obat-
obatan tanparesep dokter seperti
talidomid,dextroamphetamine,aminopterin,jamu.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Tidak ada hubungan atau keterkaitan. ImunisasiTidak ada
hubungan atau keterkaitan.
c. Pengkajian Khusus
1) Persepsi terhadap kesehatan manajemen
kesehatanTidak dapat terkaji.
2) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tetralogi of fallot mengalami intoleransi aktivitas
sehingga polaaktivitas dan latihan mengalami penurunan sehingga
dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang dari pasien itu
sendiri.
3) Pola istirahat dan tidur 
Anak yang menderita tetralogi of fallot membutuhkan pola
istirahat yangcukup, teratur, dan lebih banyak daripada anak
normal untuk menghindarikelelahan yang terjadi serta
meminimalkan terjadinya intoleransi aktivitassehingga dapat
mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak sendiri.
4) Pola nutrisi dan metabolik Pasien
tetralogi of fallot dapat mengalami penurunan nafsu makan
yangdapat berakibat status nutrisi pada pasien tetralogi of fallot
berada padarentang gizi sedang dan gizi buruk. Status gizi seorang
anak dapat dihitungdengan rumus (BB terukur dibagi BB standar)
X 100 %, dengan interpretasiyaitu <60% (gizi buruk), <30% (gizi
sedang) dan >80% (gizi baik).
5) Pola eliminasi
Pola eliminasi pasien tetralogi of fallot normal.
6) Pola kognitif perceptual
Pasien tetralogi of fallot mengalami gangguan tumbuh
kembang karena fatiqselama makan.
7) Konsep diriPasien
tetralogi of fallot dapat mengalami gangguan citra diri
karenakelemahan dan adanya keadaan patologi dalam tubuhnya.
8) Pola koping
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
9) Pola seksual reproduksi
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.10.
10) Pola peran hubungan
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
d. Pemerikaan Fisik 
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Kesadaran pasien ventrikel septum defek dapat mengalami
penurunankarena ketidakadekuatan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan dan otak. 
b) Sirkulasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonalyang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi.c.
c) Respirasi
SEring sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, napas
cepat dandalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma
dan kematian.d.
d) Eliminasi
Sistem eliminasi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas
normal.e.
e) Neurosensori
Sistem neurosensori pasien tetralogi of fallot dalam batas
normal.
f) Gastrointestinal
Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik 
g)  Muskuloskeletal
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang
lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel
kananh.
h)  Integumen
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan
sianotik, bayitampak biru setelah tumbuh. Clubbing finger
tampak setelah usia 6 bulan.
i) Endokrin
Sistem endokrin pada pasien tetralogi of fallot dalam batas
normal.  
j) Reproduksi
Sistem reproduksi pada pasien tetralogi of fallot dalam
batas normal.
2) Inspeksi
a) Status nutrisi
Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk
berhubungandengan penyakit jantung. 
b)  Warna
Sianosis merupakan gambaran umum dari penyakit jantung
congenital.
c)  Deformitas dada
Bentuk dada menonjol akibat pelebaran ventrikel kanand.
d)  Pulsasi tidak umum
Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.e.
e) Ekskursi pernafasan
Pernafasan dispnea, nafas cepat dan dalam.f.
f)  Jari tabuh
Berhubungan dengan beberapa tipe penyakit jantung
congenital, clubbingfinger 
g) Perilaku
Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat
berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok
dalam beberapa waktusebelum ia berjalan kembali.
3) Palpasi dan perkusia.
a) Dada
Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan
karakteristik lain(seperti thrill, vibrasi yang dirasakan
pemeriksa saat mempalpasi) yang berhubungan dengan
penyakit jantung.
b) Nadi perifer
Frekuensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat
menunjukkan ketidaksesuaian.
4) Auskultasi
a) Jantung, Mendeteksi adanya murmur jantung. 
b) Frekuensi dan irama jantung
c) Observasi adanya ketidaksesuaian antara nadi apikal dan
perifer.
d) Karakteristik bunyi jantung
Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan
kerasd.
e) Paru-paru
Menunjukkkan adanya sesak nafas.5.
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit
(Ht) akibatsaturasi oksigen yang rendah. Nilai AGD menunjukkan
peningkatantekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsialoksigen (PO2) dan penurunan pH. Pasien dengan
Hb dan Ht normal ataurendah mungkin menderita defisiensi
besi. Nilai juga faktor pembekuandarah (trombosit, protombin
time).
b. Radiologis Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran
darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung. Tampak
pembesaaran aorta asendens. Gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak
normal. Pada anak mungkin gelombang T positif di V1, EKG
sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di hantaran II tinggi (P
pulmonal)
d. Ekokardiografi, memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta
dengan dilatasiventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis
& penurunan aliran darah ke paru-paru.
e. Kateterisasi, diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk
mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan
arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Melihat
ukuran pulmonalis untuk endeteksi adanya penurunan saturasi
oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
20. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural
jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak
adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
21. Intervensi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


O
1. Resiko penurunan Tujuan:  Kaji frekuensi  Memonitor
cardiac output b/d -penurunan cardiac nadi, RR, TD secara adanya perubahan
adanya kelainan output tidak terjadi teratur setiap 4 jam. sirkulasi jantung
structural jantung -Setelah diberikan  Catat bunyi sedini mungkin.
asuhan keperawatan jantung.  Mengetahui
selama 3 x 24 jam,  Kaji perubahan adanya perubahan
diharapkan warna kulit terhadap irama jantung.
penurunan cardiac sianosis dan pucat.  Pucat
output pada klien  Pantau intake menunjukkan
dapat diatasi dan output setiap 24 adanya penurunan

Kriteria Hasil: jam. perfusi perifer

-tanda vital dalam batas  Batasi aktifitas terhadap tidak

yang dapat diterima, secara adekuat. adekuatnya curah

bebas gejala gagal  Berikan kondisi jantung. Sianosis

jantung, melaporkan psikologis terjadi sebagai

penurunan episode lingkungan yang akibat adanya


dispnea, ikut serta tenang. obstruksi aliran
dalam aktifitas yang darah pada
mengurangi beban ventrikel.
kerja jantung, urine  Ginjal
output adekuat: 0,5 – berespon untuk
2 ml/kgBB. menurunkna curah
jantung dengan
- denyut nadi klien
menahan produks
kembali normal,
cairan dan
yaitu 90 – 140 x/mnt
natrium.
- Klien tidak terlihat
 Istirahat
pucat.
memadai
- Klien tidak terlihat
diperlukan untuk
lemah.
memperbaiki
-mengalami sianosis
efisiensi kontraksi
pada tubuhnya.
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.
 Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan
meningkatkan
kerja jantung.
2. Intoleransi Tujuan:  Ikuti pola  Menghindar
aktivitas b/d  Pasien akan istirahat pasien, i gangguan pada
ketidakseimbanga menunjukkan hindari pemberian istirahat tidur
n pemenuhan O2 keseimbangan energi intervensi pada saat pasien sehingga
terhadap yang adekuat. istirahat. kebutuhan energi
kebutuhan tubuh  Setelah  Lakukan dapat dibatasi
diberikan asuhan perawatan dengan untuk aktifitas
keperawatan selama 3 cepat, hindari lain yang lebih
x 24 jam, diharapkan pengeluaran energi penting.
masalah intoleransi berlebih dari pasien.  Meningkatk
aktivitas dapat teratasi  Bantu pasien an kebutuhan
memilih kegiatan istirahat pasien
Kriteria hasil:
yang tidak dan menghemat
 Pasien dapat
melelahkan. energi pasien.
mengikuti aktifitas
sesuai kemampuan,
 Hindari  Menghindar
istirahat tidur
perubahan suhu kan pasien dari
tercukupi.
lingkungan yang kegiatan yang
 Pasien dapat
mendadak. melelahkan dan
melakukan aktivitas
meningkatkan
sesuai dengan batas
 Kurangi beban kerja
kemampuan
kecemasan pasien jantung.
 Klien dapat
dengan memberi  Perubahan
tidur nenyak malam
penjelasan yang suhu lingkungan
hari
dibutuhkan pasien yang mendadak
 Klien terlihat
dan keluarga. merangsang
lebih segar
 Respon kebutuhan akan
ketikaterbangun
perubahan keadaan oksigen yang
psikologis pasien meningkat.
(menangis, murung  Kecemasan
dll) dengan baik. meningkatkan
respon psikologis
yang merangsang
peningkatan
kortisol dan
meningkatkan
suplai O2.
 Stres dan
kecemasan
berpengaruh
terhadap
kebutuhan O2
jaringan.
3. Gangguan Tujuan:  Sediakan  Menunjang
pertumbuhan dan  Pertumbuhan kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
perkembangan b/d dan perkembangan adekuat. pada masa
oksigenasi tidak dapat mengikuti  Monitor pertumbuhan dan
adekuat, kurva tumbuh BB/TB, buat catatan perkembangan
kebutuhan nutrisis kembang sesuai khusus sebagai serta
jaringan tubuh, dengan usia. monitor. meningkatkan
isolasi social.  Setelah  Kolaborasi daya tahan
diberikan asuhan intake Fe dalam tubuh.
keperawatan selama 3 nutrisi.  Sebagai
x 24 jam, diharapkan monitor terhadap
pertumbuhan dan keadaan
perkembangan klien pertumbuhan dan
dapat mengikuti keadaan gizi
kurva tumbuh pasien selama
kembang sesuai dirawat.
dengan usia  Mencegah
terjadinya
Kriteria hasil:
anemia sedini
 Pasien dapat
mungkin sebagi
mengikuti tahap
akibat penurunan
pertumbuhan dan
kardiak output.
perkembangan yang
sesuia dengan usia,
pasien terbebas dari
isolasi social.
 Anak usia 6
bulan dapat :
Merangkak,duduk
dengan bantuan,
menggenggam, dan
memasukkan benda
ke mulut.Berat
badan, lingkar
kepala, lingkar
lengan atas, dan rata
– rata masa tubuh
berada dalam batas
normal sesuai usia.
 Klien dapat
berinteraksi dengan
keluarga
4. Resiko infeksi b/d Tujuan:  Kaji tanda vital  Memonitor
keadaan umum  Infeksi tidak dan tanda – tanda gejala dan tanda
tidak adekuat terjadi. infeksi umum infeksi sedini
 Setelah lainnya. mungkin.
diberikan asuhan  Hindari kontak  Menghindar
keperawatan selama 3 dengan sumber kan pasien dari
x 24 jam, diharapkan infeksi. kemungkinan
infeksi pada klien  Sediakan waktu terkena infeksi
tidak terjadi istirahat yang dari sumber yang
Kriteria hasil: adekuat. dapat dihindari.
 Bebas dari  Sediakan  Istirahat
tanda – tanda infeksi kebutuhan nutrisi adekuat
yang adekuat sesuai membantu
Terbebas dari tanda -
kebutuhan. meningkatkan
tanda infeksi keadaan umum
-Menunjukkan hygiene pasien.
pribadi yang adekuat  Nutrisi
adekuat
menunjang daya
tahan tubuh
pasien yang
optimal.

22. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan
yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
yang diharapkan.
23. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi.
Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang
jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital
(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini
sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya
menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna
pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan
spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan,
penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus
Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta
gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan
operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan
mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila
tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada
usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan


jantung bawaan sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk
kelansungan hidup anak, mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi
pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan
karena hipoksia, syok maupun gagal.

Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi,


dan pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF.
Sehingga dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami
tetralogi fallot, yang akhirnya angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

G. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan
kondisi pasien, begitu pula dengan pasien PDA dan TOF pada anak. Maka
diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah
pengetahuan lebih dalam lagi akan perkembanagan penyakit PDA dan TOF
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Kidlington: Elsevier

Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September
2017. Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.

Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/a
rticle/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:
Elsevier

Samik Wahab, (1996). Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada


Ununiversity Press.

Anda mungkin juga menyukai