Disusun Oleh :
Agus Joko Prasetyo SNR 19214001
Riana Barita B SNR 19214002
Eristia Novarianda SNR19214003
Dewi Ultari Srimentari SNR19214004
Astika SNR19214007
Azharuddin SNR19214008
Melky Sedeq Norman R SNR19214010
Assalamualaikum Wr.Wb.
Makalah Kelompok ini disusun sebagai salah satu syarat dalam Mata
Kuliah Keperawatan Anak. Dalam mengerjakan makalah kelompok ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yan sebesar-
besarnya
kepada :
Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................6
1. Tujuan Umum....................................................................................................6
2. Tujuan Khusus....................................................................................................6
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
A. Konsep Keluarga....................................................................................................7
1. Pengertian Keluarga...........................................................................................7
2. Tipe Keluarga.....................................................................................................8
3. Fungsi Keluarga...............................................................................................10
4. Dimensi dan Struktur Keluarga........................................................................11
5. Tahap – Tahap Keluarga..................................................................................13
B. Konsep Keluarga Sejahtera..................................................................................17
1. Pengertian Keluarga Sejahtera..........................................................................17
2. Tujuan Keluarga Sejahtera...............................................................................17
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan.......................................18
4. Tahap – Tahap Keluarga Sejahtera...................................................................19
5. Peran Perawat dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera.......................................23
BAB III............................................................................................................................26
PENUTUP.......................................................................................................................26
A. Kesimpulan..........................................................................................................26
B. Saran....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses
embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen.
Pembuluh darah berasal dari bahan mesoderm saat embrio berusia 3 minggu.
Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang membentuk seperti tuba tunggal
yang akhirnya berpisah. Hal ini untuk memisahkan darah oksigenasi serta yang
keluar dari paru-paru dan sirkulasi tubuh. Kemudian pada akhir bulan kedua,
ventrikel telah terpisah dan dua atrium juga secara parsial. Keadaan ini tetap
hingga setelah lahir dan pada saat di dalam uterus darah secara bebas
(mengingat paru belum berfungsi secara maksimal) yakni semua darah masuk
ke jantung embrio melalui atrium kanan ke dalam vena kava superior dan
inferior. Adanya pembukaan dua atrium dapat memungkinkan separuh darah
menyilang ke sisi kiri dan kemungkinan fungsi pompa jantung di bagi di antara
ventrikel. Kemudian berangsur-angsur terjadi perubahan seiring dengan
perkembanganya arkus aorta, suatu arkus tunggal yang hingga dewasa tetap
menjadi aorta dana arkus yang terakhir menjadi aorta pulmonalis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi PDA dan TF.
b. Menjelaskan etiologi dari PDA dan TF.
c. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit PDA dan TF.
d. Menjelaskan manifestasi klinis dari PDA dan TF.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari PDA dan TF.
f. Menjelaskan penatalaksanaan PDA dan TF.
g. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari PDA dan TF.
h. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan pada PDA dan TF.
D. Manfaat Penulisan
Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmiah
serta pengembangan wawasan bagi ilmu keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Kardivasculer : Patent Ductus
Arteriosus (Pda) Dan Tetralogi Of Fallot (Tof).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patent Ductus Arteriosus
1. Pengertian
Patent Ductus Arterious adalah kegagalan menutupnya ductus
arterious (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal). Pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah
3. Etiologi
a. Faktor Prenatal :
b. Faktor Genetik :
PDA
Hipoksia
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan
oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas).. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik
terdapat tanda gagal jantung:
6. Pemeriksaan Penunjang
PDA kecil. Gambaran radiologis dan EKG biasanya dalam batas
normal. Pemeriksaan ekokardiografi tidak menunjukkan adanya
pembesaran ruang jantung atau arteri pulmonalis.
7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan patent duktus arteriosus yang tidak
terkomplikasi adalah untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada
penderita dengan duktus yang kecil,penutupan ini di tujukan untuk
mencegah endokarditis, sedangkan pada duktus sedang dan besar untuk
menangani gagal jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit
vaskular pulmonal. Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi medikamentosa
dan tindakan bedah
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran
kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus
menutup. Jenis obat yang sering di berikan adalah:
1) Indometasin merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang
terbukti efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus.
Tingkat efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan
menurun seiiring menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya
terbatas pada 3–4 minggu kehidupan.
2) Ibuprofen
Merupakan inhibitor non selektif dari siklooksigenase yang
berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi klinik
membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan
indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang
bulan(Gomella et al, 2004).
b. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan
operasi. Pada penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan bedah
adalah untuk mencegah endarteritis atau komplikasi lambat lain. Pada
penderita dengan PDA sedang sampai besar, penutupan di selesaikan
untuk menangani gagal jantung kongestif atau mencegah terjadinya
penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan,
penangan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal
jantung kongestif telah dilakukan dengan cukup (Bernstein, 2008).
8. Komplikasi
Sebuah ductus arteriosus paten kecil mungkin tidak menimbulkan
komplikasi. Namun cacat yang lebih besar yang tidak diobati dapat
berakibat buruk, antara lain:
a. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal). Bila terlalu
banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui patent
ductus arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Pulmonary
hypertension can cause permanent lung damage. Hipertensi paru dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru permanen. Sebuah ductus
arteriosus paten yang besar dapat menyebabkan Eisenmenger’s
syndrome, suatu jenis ireversibel hipertensi paru.
b. Gagal jantung. Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat
menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis di mana jantung tidak dapat
memompa secara efektif.
c. Infeksi jantung (endokarditis). Orang-orang dengan masalah jantung
struktural, seperti patent ductus arteriosus, berada pada risiko tinggi
infeksi endokarditis daripada populasi umum. Endokarditis infeksi
adalah suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
d. Detak jantung tidak teratur (aritmia). Pembesaran hati karena ductus
arteriosus paten meningkatkan resiko aritmia. Ini biasanya terjadi
peningkatan risiko hanya dengan ductus arteriosus paten yang besar.
e. Gagal ginjal
f. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
g. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
h. Enterokolitis nekrosis
i. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat
nafas atau displasia bronkkopulmoner)
j. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
k. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin)
l. CHF
m. Gagal tumbuh
E. Tetralogi Of Fallot (ToF)
1. Pengertian
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan
sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana
terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular
(sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit
sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai
konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai
berikut:
Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah
yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep
juga menebal dan menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari
ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian
aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis
pulmonal
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek
septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada
ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).
9. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui,
biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan
dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
a. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi
virus lainnya
b. Gizi yang buruk selama
c. Ibu yang alkoholik
d. Usia ibu diatas 40 tahun
e. Ibu menderita diabetes
f. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang
menderita sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam
kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah yang
sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin
gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami
serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
a. Faktor endogen :
1) Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen :
1) Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
2) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
10. Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, yaitu :
a. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah dari kedua ventrikel.
b. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah
darah masuk ke aorta.
c. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubang ini.
d. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat
berkembang, sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I,
2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena
darah tidak melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak
75% darah vena yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari
ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010).
Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja
sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
11. Pathway
12. Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya
oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh.
Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala
kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami
dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh
darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan
meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari
ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang
terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I, 2010).
b. Radiologis
c. Elektrokardiogram
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru
e. Kateterisasi
14. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot
dapat dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa
sianosis maupun dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila
Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu
berat (Yayan A.I, 2010). Berikut penatalaksanaannya:
a. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1) Mengatasi kegawatan yang ada.
2) Oksigenasi yang cukup.
3) Tindakan konservatif.
4) Tindakan bedah (rujukan) :
a) Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi
total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang
jelas. (derajat III dan IV)
b) Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD +
reseksi infundibulum.
5) Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6) Tatalaksana radang paru kalau ada.
7) Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
b. Tatalaksana Rawat Jalan
1) Derajat I :
a) Medikametosa : tidak perlu Operasi (rujukan ) perlu
dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalua BB > 10 kg.
Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
b) Kontrol : tiap bulan.
2) Derajat II dan III :
a) Medikamentosa ; Propanolol
b) Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat
dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada
komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
c) Kontrol : tiap bulan
d) Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
c. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
1) Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
- Membuat posisi knee chest atau fetus
- Ventilasi yang adekuat
2) Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im
atau subkutan
3) Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv
untuk mencegah asidosis metabolik
4) Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan
sampai Hb 15-17gr/dl
5) Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell
diteruskan dosis rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer
yaitu penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum
ventrikel kanan. Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia
kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai
sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan
tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan
dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A.
subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1
tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan
bias diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama serangan sianosis.
15.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Askep Patent Ductus Arteriosus
1. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000 ).
a. Anamnesa
1) Identitas ( Data Biografi)
2) Keluhan Utama
6) Riwayat Psikososial
2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)
3) Persyarafan B3 ( Brain)
4) Perkemihan B4 (Bladder)
5) Pencernaan B5 (Bowel)
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
22. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan
yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
yang diharapkan.
23. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi.
Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang
jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital
(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini
sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya
menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna
pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan
spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan,
penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus
Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta
gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan
operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan
mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila
tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada
usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.
G. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan
kondisi pasien, begitu pula dengan pasien PDA dan TOF pada anak. Maka
diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah
pengetahuan lebih dalam lagi akan perkembanagan penyakit PDA dan TOF
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Kidlington: Elsevier
Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September
2017. Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/a
rticle/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:
Elsevier