DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Kritis yang telah memberikan tugas ini
kepada saya sebagai upaya untuk menjadikan saya manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan saya dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, saya mengharapkan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Wassalam...
A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih
merupakan masalah medis yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di
Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami
kelemahan yang memerlukan perawatan.[ CITATION Bat08 \l 1033 ]
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua
kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang
dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke
menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh
kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang
yang berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke
otak, biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah.
Ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan
otak.[ CITATION Wor15 \l 1033 ]
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita
stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di daerah perkotaan
secara nasional. Singkawang merupakan kota di Kalimantan Barat dengan prevalensi
stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di lima rumah
sakit yang ada di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien
stroke yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan
dirawat di rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas.
Jumlah kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi.[ CITATION Hut15 \l
1033 ]
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang
baik dilakukan pada klien dengan Stroke.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan dalam asuhan
keperawatan pada pasien stroke
b) Mengetahui tentang keperawatan kritis terhadap pasien stroke
c) Mengetahui masalah atau kendala yang diperoleh selama asuhan
keperawatan pada pasien stroke
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan informasi mengenai asuhan keperawatan kritis pada pasien stroke
serta dapat meningkatkan kualitas kesehatan individu yang kritis pada pasien
stroke
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan kritis pada pasien
stroke
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. STROKE HEMORAGIK
1. Definisi
2. Etiologi
Terdapat banyak faktor yang berperan dalam menentukan seseorang terkena stroke
atau tidak. Faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Usia
Usia merupakan faktor risiko yang paling kuat. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum
usia 65 tahun, 70% terjadi pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Risiko stroke
adalah dua kali untuk setiap10 tahun di atas 55 tahun (Sotirios A.T., 2000).
b. Hipertensi
Pada kasus stroke hemoragik, hipertensi dapat menyebabkan 2/3 kasus ICH. Area yang
sering terkena adalah thalamus, ganglia basalis, pons, serebellum (Liebeskind, 2014).
c. Riwayat stroke sebelumnya
d. Alkohol
Alkohol merupakan minuman keras yang mengandung kalori tinggi. Jika minuman ini
dikonsumsi secara berlebihan, maka seseorang akan rentan terhadap berbagai penyakit
salah satunya adalah stroke.
e. Narkoba
Penggunaan kokain dan phenylcydine terkait dengan stroke hemoragik, dapat
mengakibatkan penyempitan pada arteri dang mengurangi aliran darah, meskipun
keduanya tidak memiliki sifat anti-koagulan (Magistris, 2013).
3. Patofisiologi
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan
subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke
hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan
perdarahan intraserebral (Caplan, 2010). Perdarahan intraserebral biasanya timbul
karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini
paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi
kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer
mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada
kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya
penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat
efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat
pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar
(Caplan, 2010). Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang
terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena
ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Caplan, 2010).
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan
otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan
subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan
dari arteriovenous malformation (AVM)
5. Penatalaksanaan
1. Penanganan Medis (Brunner & Suddarth, 2011)
a. Rekombinan aktivator plasminogen jaringan (t-PA), kecuali
dikontraindikasikan, pantau perdarahan
b. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) : diuretik osmotik,
pertahankan PaCO2 pada 30 sampai 35 mmHg, posisi untuk mencegah hipoksia
(tinggikan kepala tempat tidur untuk meningkatkan drainase vena dan
menurunkan TIK yang meningkat
c. Kemungkinan hemikraniektomi untuk mengatasi peningkatan TIK akibat
edema otak pada stroke yang sangat luas.
d. Intubasi dengan slang endotrakeal untuk menetapkan kepatenan jalan nafas, jika
perlu.
e. Pantau hemodinamika secara kontinu (target tekanan darah tetap kontroversial
bagi pasien yang tidak mendapatkan terapi trombolitik; terapi antihipertensi
dapat ditunda kecuali tekanan darah sistolik melebihi 220 mmHg atau tekanan
darah diastolik melebihi 120 mmHg).
f. Pengkajian neurologis untuk menentukan apakah stroke berkembangdan apakah
terdapat komplikasi akut lain yang sedang terjadi.
2. Penanganan Komplikasi (Brunner & Suddarth, 2011)
a. Penurunan aliran darah serebral : perawatan pulmonal, pemeliharaan kepatenan
jalan napas dan berikan suplemen oksigen sesuai kebutuhan.
b. Pantau adanya infeksi saluran kemih, disritmia jantung dan komplikasi berupa
mobilisasi.
3. Penanganan Farmakologi (Purwani, 2017)
a. Antikoagulan: Warfarin
b. Antiplatelet: Aspirin, Klopidogrel, Aspirin – dipiridamol
c. Fibrinolitik: r-TPA (recombinan tisuue plasminogen activator / alteplase),
Streptokinase
d. Obat Antihipertensi : Captopril, Lisinopril & Hidroklorotiazid
e. Obat Antidiabetes : Metformin, Akarbose
f. Obat Antidislipidemia : Simvastatin, Atorvastatin
6. Pengkajian
1) Tekanan Darah
Meningkat, biasanya pada pasien stroke hemoragik memiliki riwayat
Hipertensi dengan tekanan systole > 140 dan
diastole > 80
2) Nadi
Bervariasi, biasanya nadi normal
3) Suhu
Biasanya tidak terjadi masalah
4) Pernafasan
Normal / kadang meningkat (pada pasien stroke hemoragik terdapat
gangguan pada bersihan jalan nafas)
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya tidak ditemukan masalah
2) Muka
Inspeksi : Umumnya tidak simetri, bell’s palsy, wajah pucat, alis
mata simetris,
3) Mata
Inspeksi : Biasanya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, kelopak mata tidak odem.
4) Telinga
Inspeksi : Biasanya telinga sejajar kanan dan kiri
5) Hidung
Inspeksi : Biasanya simetris kanan dan kiri, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
6) Mulut dan Faring
Inspeksi : Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga
coma akan mengalami masalah bau mulut, gigi kotor,mukoso bibir
kering.
7) Leher
Inspeksi : Biasanya pada pasien stroke hemoragik mengalami
gangguan menelan
8) Thorax
a) Paru
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : vocal vremitus sama antara kanan dan kiri
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi : biasanya bunyi normal (vesikuler)
b) Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba Perkusi :
biasanya batas jantung normal Auskultasi :
biasanya bunyi normal (vesikuler)
9) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Auskultasi : biasanya bising usus tidak terdengar
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
10) Sistem Integumen
Jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor akan jelek. Di samping itu perlu juga
di kaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien Stroke Hemoragik Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
11) Ekstremitas
Atas dan bawah : Keadaan rentang gerak biasanya terbatas,
CRT biasanya normal yaitu < 2 detik.
12) Genetalia dan sekitarnya
Terkadang terdapat inkontenensia atau retensio urin.
a. Aktivitas / Istirahat
DO : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis) : paralitik (hipeglia), dan
terjadi kelemahan umum, gangguan penlihatan, gangguan tingkat
kesadaran.
DS : Merasa kesulitan melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah untuk
beristirahat (nyeri/kejang otot).
b. Sirkulasi
DO : Hipertensi arterial ( dapat ditemukan / terjadi pada CSV)
sehubungan dengan adanya embolisme / malformasi vaskuler, disritmia,
perubahan EKG, wsiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka / aorta
yang abnormal.
DS : Adanya penyakit jantung (MI, reumatik / penyakit jantung vaskuler,
GJK : endokarditis bakterial, polisetemia, riwayat hipotensi postural.
c. Integritas ego
DO : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan
gembira, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
k. Penyuluhan / Pembelajaran
DS : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko).
Pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol (faktor risiko).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk memastikan penyebab
stroke ringan antara lain (Purwani, 2017).
a. Radiologi
1) Computerized Tomografi Scanning (CT-Scan)
CT-scan dapat menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinyya secara pasti.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menentukan posisi serta besar / luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
3) Electro Encephalogram (EEG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
4) Ultrasonografi Doppler (USG Doppler)
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
5) Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik, seperti stroke
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan
akan ditemukan adanya aneurisme.
b. Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini berguna untuk mengetahui
apakah pasien menderita anemia. Sedangkan Leukosit untuk melihat sistem
imun pasien, bila leukosit diatas batas normal, maka ada penyakit infeksi
yang menyerang pasien.
2) Tes Darah Koagulasi
Tes darah ini terdiri dari Prothrombin Time, Parthial Tromboplastin (PTT),
International Normalized Ratio (INR) Dan Agregrasi Trombosit. Keempat
tes ini gunanya untuk mengukur seberapa cepat darah pasien menggumpal.
Gangguan pengumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan
darah. Jika pasien sebelumnya sudah menerima obat pengencer darah seperti
warfarin, INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam
dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnnya sudah diobati heparin, PTT
bermanfaat untuk meliihat dosis yang diberikan benar atau tidak.
3) Tes Kimia Darah
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolestrol, asam urat, dll.
Apabila kadar gula darah atau kolestrol berlebih, bisa menjadi pertanda bahwa
pasien sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit ini kedalam
salah satu pemicu stroke (Robinson, 2014).
Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC).Singapore: Elsevier Global
Rights.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, edisi
10. Jakarta: EGC.
b. Implementasi Keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi Keperawatan
• Diagnosis keperawatan
• Evaluasi keperawatan
B. STROKE NON HEMORAGIK
1. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai
daerah fokal otak yang terganggu. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke dapat
berupa hemiparesis, hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau
gejala lain sesuai daerah otak yang terganggu.
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh kasus
stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan aliran
darah otak. Berdasarkan perjalanan klinis, dikelompokkan menjadi :
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam. Disebabkan
oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli maupun trombosis.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun kurang dari 21
hari.
c. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang lagi.
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik.
Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel
yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya
terjadi kematian neuron. Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi
penggumpalan, yaitu:
infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada
jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan serangan biasanya muncul
menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis) merupakan
70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh darah kecil
(termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis pembuluh darah kecil
terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan
2. Etiologi
Penyebab stroke menurut [ CITATION Ari10 \l 1033 ]:
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a) Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria,
basilar, aorta dan arteri iliaka [ CITATION Hut15 \l 1033 ]. Aterosklerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
2. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
3. Arteritis (radang pada arteri)
4. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b. Myokard infark
c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
5. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
6. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
3. Patofisiologi
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan otak
sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.Aliran darah dalam
kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100 gram otak/menit. Berat otak
normal rata-rata orang dewasa adalah 1300-1400 gram (+ 2% dari berat badan orang
dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah aliran darah otak orang dewasa adalah
+ 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah jantung harus beredar ke otak setiap
menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen +
3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100
gram otak/menit akan terjadi kompensasi berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke
jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan. Glukosa
merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak, oksidanya akan menghasilkan
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90% glukosa mengalami
metabolisme oksidatif secara lengkap. Hanya 10% yang diubah menjadi asam
piruvat dan asam laktat melalui metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh
metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenoain trifosfat (ATP)/mol
glukosa sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa.
Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-neuron otak ini digunakan untuk
keperluan Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport
dan pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di dalam/di luar sel
serta membuang produk toksik siklus biokimiawi molekuler.
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan
patofisiologi permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang mengalami
trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan,
kalsium intraseluler, eksitotositas dan toksisitas radikal bebas), juga menyebabkan
kerusakan neumoral yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang ekstraseluler,
sehingga kadar kalsium intraseluler akan meningkat melalui transpor glutamat, dan
akan menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang menembus membran
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja melalui aktivasi
reseptor ionotropiknya. Reseptor-reseptor tersebut dapat dibedakan melalui sifat
farmakologi dan elektrofisiologinya: a-amino-3-hidroksi-5-metil-4-isosaksol-
propionic acid (AMPA), asam kainat, dan N-metil-D-aspartat (NMDA). Aktivasi
reseptor-reseptor tersebut akan menyebabkan terjadinya eksitasi neumoral dan
depolarisasi. Glutamat yang menstimulasi reseptor NMDA akan mengaktifkan
reseptor AMPA akan memproduksi superoksida.
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu :
1. Perubahan fisiologi pada aliran darah otak
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemik
5. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:
1. Non pembedahan
a) Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada
klien dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin
diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.
b) Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c) Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
d) Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk menstabilkan
bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
e) Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk mengatasi
vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
a) Karotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis dengan melalui daerah
yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang dipengaruhi.
[ CITATION Man07 \l 1033 ]
6. Pemeriksaan Diagnosis
a. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan
atau sumbatan arteri.
b. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan
tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar
protein total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
d. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
e. Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah
atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
f. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
g. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral;
klasifikasi parsial dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin, gula
darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah,
dan elektrolit. [ CITATION Bat08 \l 1033 ]
2. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
Pengumpulan data:
1. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
3. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia,
lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan
dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing,
ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi
dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur
kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.[ CITATION San07 \l 1033
]
3. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
4. Managemen keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih
merupakan masalah medis yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di
Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami
kelemahan yang memerlukan perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam
asuhan keperawatan stroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial. Diagnosa
yang dapat diangkat pada asuhan keperawatan pasien dengan stroke ini adalah
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi
darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan dengan keterbatasan kognitif, Kerusakan
komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan neuromuskular, Perubahan persepsi
sensori berhubungan dengan trauma neurologis, Gangguan harga diri berhubungan
dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggi terhadap menelan behubungan
dengan kerusakan neuromuskular.
B. Saran
Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan
dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena
dengan mengetahui “Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam ilmu medis. Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan
wawasan tersebut maka kita akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang
lebih baik dalam hal ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba Medika.
Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalam
www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-stroke-tertinggi%20o
(diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada tanggal 23 September 2018.
Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Santosa, B. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.
Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.