Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM GAWAT NAPAS AKUT


Dosen Pengampu : Jaka Pradika. M. Kep

Di susun oleh :
Kelompok 1
AGUS JOKO PRASETYO NIM.19214001
RIANA BARITA B NIM.19214002
ERISTIA NOVARIANDA NIM.19214003
DEWI ULTARI SRIMENTARI NIM.19214004
ASTIKA NIM.19214007
AZHARUDDIN NIM.19214008
MELKY SEDEQ NORMAN.R NIM.19214010
IRDAYANTI NIM.19214012

PROGRAM STUDI NERS REGULER B KHUSUS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. PENGERTIAN...................................................................................................6
B. KLASIFIKASI....................................................................................................7
C. ETIOLOGI..........................................................................................................7
D. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................8
E. PATOFISIOLOGI..............................................................................................8
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG..................................10
G. PENATALAKSANAAN..................................................................................11
H. KOMPLIKASI..................................................................................................13
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................14
1. Pengkajian.....................................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................17
3. Intervensi Keperawatan................................................................................19
BAB IV........................................................................................................................28
PENUTUP...................................................................................................................28
A. KESIMPULAN................................................................................................28
B. Saran.................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah salah satu penyakit paru
akut yang memerlukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) dan mempunyai
angka kematian yang tinggi yaitu mencapai 60%. estimasi yang akurat tentang
insidensi ARDS sulit karena definisi yang tidak seragam serta heterogenitas
penyebab dan manifestasi klinis.
Data epidemiologi Sindrom Distres Pernapasan Akut/Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) pada tahun 2016 dari 50 negara menunjukkan bahwa
prevalensi ARDS sebesar 10,4% dari total pasien rawat di unit perawatan intensif
(intensive care unit/ICU). ARDS dapat terjadi pada seluruh usia, tetapi lebih
sering terjadi pada pasien dewasa dan wanita. Di Amerika Serikat, insidensi
ARDS pada pasien pediatrik tercatat sebanyak 9.5 kasus per 100,000 populasi
per tahun, 16 kasus per 100.000 populasi per tahun pada usia 15-19 tahun dan
306 kasus per 100.000 populasi per tahun pada usia 75-84 tahun.
Kasus ARDS juga semakin meningkat, di Taiwan, terdapat kenaikan kasus
ARDS sebanyak 50% dari tahun 1997 hingga 2015.
Epidemiologi ARDS di Indonesia tidak tercatat dengan jelas. Salah satu
penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mendapatkan bahwa
dalam periode 10 bulan Oktober 2015 – Agustus 2016 terdapat 101 pasien yang
didiagnosis dengan ARDS
Dahulu ARDS memiliki banyak nama lain seperti wet lung, shock lung,
leaky-capillary pulmonary edema dan adult respiratory distress syndrome. Tidak
ada tindakan yang spesifik untuk mencegah kejadian ARDS meskipun faktor
risiko sudah diidentifikasi sebelumnya. Pendekatan dalam penggunaan model
ventilasi mekanis pada pasien ARDS masih kontroversial. American European
Concencus Conference Committee (AECC) merekomendasikan pembatasan
volume tidal, positive end expiratory pressure (PEEP) dan hiperkapnea.
Sindrom gagal pernafasan merupakan gagal pernafasan mendadak yang
timbul pada penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom
Gawat Nafas Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik
merupakan sindroma klinis yang ditandai penurunan progresif kandungan
oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius. Beberapa factor
pretipitasi meliputi tenggelam, emboli lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli
paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk. Dua kelompok yang tampak
menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang mengalami sindrom sepsis dan
yang mengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster dengan pH rendah.
Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan ARDS dan kegagalan organ
multiple karena infeksi oleh basil aerobic gram negative. Kejadian pretipitasi
biasanya terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS.
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967.
Ini meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal,
menyebabkan edema pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai difusi
akut infiltrasi pulmonal yang berhubungan dengan masalah besar tentang
oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial wedge
pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg.
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan
mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS
diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya
mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten, insiden
yang benar tentang ARDS masih belum diketahui. Laju mortalitas tergantung
pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah penyebab utama laju mortalitas
di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh kurang lebih
50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi tampak sebagai
manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan factor penyebab.
B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada system pernafasan sindrom gawat napas


akut?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan konsep patologis penyakit ARDS dan menyusun
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami ARDS.
2. Tujuan khusus
a. Dapat memahami definisi dari ARDS?Bagaimana epidemiologi terkait
ARDS?
b. Dapat memahami klasifikasi dari ARDS?
c. Dapat Mengetahui etiologi dari ARDS?
d. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari ARDS?
e. Dapat memahami bagaimana patofisiologi dari ARDS?
f. Dapat memahami bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien
dengan ARDS?
g. Dapat memahami bagaimana penatalaksanaan klien dengan ARDS?
h. Dapat mengetahui komplikasi apa yang dapat terjadi pada ARDS?
i. Dapat memahami bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan
ARDS?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi gagal untuk
melakukan fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Ketidakmampuan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan
untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Gagal nafas akut
adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan
pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh normal (Nemma, 2003).
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi. Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah
yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan. Gagal nafas akut/ARDS
terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru
tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon
dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang
dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih
besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kerusakan paru
total akibat berbagai etiologi. Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal,
misalnya sepsis, pneumonia viral atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma
dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam, transfuse
darah masif, bypass kardiopulmonal, keracunan O2 , perdarahan pankreatitis akut,
inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu.  ADRS  merupakan
keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan
langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru.

D. Klasifikasi
Berdasarkan pada pemeriksaan AGD, gagal nafas dapat dibagi menjadi 3
tipe, yaitu:
1. Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi atau hypoxaemia arteri ditandai
dengan tekanan parsial O2 arteri yang rendah.
2. Tipe II yaitu kegagalan ventilasi atau hypercapnia ditandai dengan
peningkatan tekanan parsial CO2 arteri yang abnormal (PaCO2 > 46 mm Hg),
dan diikuti secara simultan dengan turunnya PAO2 dan PaO2, oleh karena itu
perbedaan PAO2 - PaO2 masih tetap tidak berubah.
3. Tipe III adalah gabungan antara kegagalan oksigenasi dan ventilasi ditandai
dengan hipoksemia dan hiperkarbia penurunan PaO2 dan peningkatan
PaCO2, (Sue DY and Bongard FS, 2003).

E. Etiologi
Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmonal dan
ektrapulmonal. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran nafas
bawah, sirkulasi pulmoner, jaringan interstitial, kapiler alveolar. Kelainan
ektrapulmonal merupakan kelainan pada pusat nafas, neuromuskular, pleura
maupun saluran nafas atas, (Sue DY and Bongard FS, 2003 dan Behrendt, 2000).
Sebagian dari etiologi ARDS tidak diketahui dengan jelas . Walaupun saat
ini beberapa teori telah dikemukakan oleh para ahli tetapi mekanisme yang
sesungguhnya masih belum jelas. Secara umum ada 2 mekanisme yang
mendasari kejadian ARDS yaitu stimuli langsung seperti inhalasi zat beracun,
aspirasi dari cairan lambung, dan trauma toraks. tenggelam, dan infeksi paru
difus seperti Pneumonitis Carinii. Mekanisme yang kedua ini lebih sering
dijumpai, tetapi meknismenya justru lebih sedikit diketahui seperti pada adanya
kerusakan yang sistemik seperti pada sepsis, trauma, luka bakar, transfusi
beragam, pemakaian cardiopulmonary bypass yang berkepanjangan, pankreatitis
dan peritonitis. Semua keadaan ini akan menyebabkan pelepasan berbagai
mediator seperti TNF, NO, dan PMN yang akan merusak parenkim paru.
Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti, banyak faktor penyebab yang
dapat berperan pada gangguan ini menyebabkan ARDS tidak disebut sebagai
penyakit tetapi sebagai sindrom.4,5 Sepsis merupakan faktor risiko yang paling
tinggi, mikroorganisme dan produknya (terutama endotoksin) bersifat sangat
toksik terhadap parenkim paru dan merupakan faktor risiko terbesar kejadian
ARDS, insiden sepsis menyebabkan ARDS berkisar antara 30-50%.4,5 Aspirasi
cairan lambung menduduki tempat kedua sebagai faktor risiko ARDS (30%).
Aspirasi cairan lambung dengan pH<2,5 akan menyebabkan penderita
mengalami chemical burn pada parenkim paru dan menimbulkan kerusakan berat
pada epitel alveolar.

F. Manifestasi Klinis
1. Pernafasan cuping hidung
2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3. Sianosis sejalan dengan hipoksemia
4. Peningkatan jumlah pernapasan
5. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
6. Hipotensi sistemik ( pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih
dari 3 sampai 4 detik )
7. Penurunan keluaran urine
8. Penurunan suara nafas dengan ronkhi
9. Takhikardi pada saat terjadinya asidosis dan hipoksemia
G. Patofisiologi
Menurut Behrend tahun 2000 mengatakan bahwa pemahaman mengenai
patofisiologi gagal nafas akut merupakan hal yang sangat penting di dalam hal
penatalaksanaannya. Secara umum terdapat empat dasar mekanisme gangguan
pertukaran gas pada sistem pernafasan yaitu:

1. Hipoventilasi.
2. Ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi.
3. Pintasan darah kanan ke kiri.
4. Gangguan difusi. Kelainan ektrapulmonel menyebabkan hipoventilasi
sedangkan kelainan intrapulmonel dapat meliputi seluruh mekanisme
tersebut.
Sesuai dengan patofisiologinya gagal nafas akut dapat dibedakan kedalam
2 bentuk yaitu: hiperkapnia atau kegagalan ventilasi dan hipoksemia atau
kegagalan oksigenasi. Gagal nafas pada umumnya disebabkan oleh kegagalan
ventilasi yang ditandai dengan retensi CO2, disertai dengan penurunan pH yang
abnormal, penurunan PaO2, dengan nilai perbedaan tekanan O2 di alveoli-arteri
(A-a)DO2 meningkat atau normal.
Kegagalan ventilasi dapat disebabkan oleh hipoventilasi karena kelainan
ektrapulmoner dan ketidakseimbangan V/Q yang berat pada kelainan
intrapulmoner atau terjadi kedua-duanya secara bersamaan. Hiperkapnia yang
terjadi karena kelainan ektrapulmoner disebabkan karena terjadinya penurunan
aliran udara antara atmosfer dengan paru tanpa kelainan pertukaran gas di
parenkim paru. Dengan demikian akan didapatkan peningkatan PaCO2,
penurunan PaO2, dan nilai (A-a) DO2 normal. Kegagalan ventilasi pada penderita
penyakit paru terjadi sebagai berikut : sebagian alveoli mengalami penurunan
ventilasi relatif terhadap perfusi, sedangkan sebagian lagi terjadi peningkatan
ventilasi relative terhadap perfusi. Awalnya daerah dengan ventilasi rendah dapat
dikompesasi dengan daerah terventilai tinggi sehingga tidak terjadi peningkatan
PaCO2. Tetapi apabila ketidakseimbangan ventilasi ini sudah semakin beratnya
maka mekanisme kompensasi tersebut gagal sehingga terjadi kegagalan ventilasi
yang ditandai oleh peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dengan peningkatan (A-
a) DO2 yang bermakna.
Pada gagal nafas tipe hipoksemia, PaCO2 adalah normal atau menurun,
PaO2 adalah menurun dan peningkatan (A-a) DO2. Gagal nafas tipe ini terjadi
pada kelainan pulmoner dan ektrapulmoner. Mekanisme terjadinya hipoksemia
terjadi akibat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan pintasan darah kanan-kiri,
sedangkan gangguan difusi dapat merupakan gangguan penyerta.3 Indikator
gagal nafas frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal
ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberikan
bantuan ventilator karena kerja pernapasan menjadi tinggi sehingga
menimbulkan kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20
ml/kg).
H. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thoraks
1) Pola retikulogranular difus bersama bronkhogram udara yang
saling tumpah tindih.
2) Tanda paru sentral, batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.
3) Kemungkinan terdapat kardoimegali bila system lain juga terkena
( bayi dari ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif )
4) Bayangan timus yang besar
5) Bergranul merata pada bronkhogram udara, yang menandakan
penyakit berat jika terdapat pada beberapa jam pertama.

b. Gas Darah Arteri menunjukkan asidosis respiratory dan metabolik


yaitu adanya penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan
paCO2, penurunan HCO3.
c. Hitung darah lengkap.
d. Perubahabn elektrolit, cenderung terjadi penurunan kadar: kalsium,
natrium, kalium dan glukosa serum.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) AGDA: hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena hiperventilasi),
hiperkapnia (pada emfisema atau keadaan lanjut), bisa terjadi
alkalosis respiratorik pada proses awal dan kemudian berkembang
menjadi asidosis respiratorik.
2) Pada darah perifer bisa dijumpai gambaran leukositosis (pada
sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi inflamasi sistemik dan
kerusakan endotel, peningkatan kadar amylase (pada kasus
pancreatitis sebagai penyebab ARDSnya).
3) Gangguan fungsi ginjal dan hati, gambaran koagulasi intravascular
disseminata yang merupakan bagian dari MODS.
b. Radiologi
Pada awal proses, dari foto thoraks bisa ditemukan lapangan paru
yang relatif jernih, namun pada foto serial berikutnya tampak
bayangan radio-opak yang difus atau patchy bilateral dan diikuti pada
foto serial berikutnya tampak gambaran confluent tanpa gambaran
kongesti atau pembesaran jantung. Dari CT scan tampak pola
heterogen, predominan limfosit pada area dorsal paru (foto supine).

I. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancama kehidupan


dengan segera, antara lain :
1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-72 jam tanpa
abnormalitas fisiologi yang signifikan.
2. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memmberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membrane alveolakapiler kembali membaik. Dua tujuan
tambahan adalah :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenisasi selama periode kritis
hipoksemia berat.
b. Mengatasi factor etiologi yang mengawali penyebab distress
pernapasan.
3. Positive End Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melaui volume ventilator
dengan tekanan dan kemmampuan aliran yang tinggi, di mana PEEB dapat
ditambahkan. PEEB di pertahankan dalam alveoli melalui siklus
pernapasan untuk mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi.
4. Memastikan volume cairan yang adekuat
Dukungan nutrisi yang adekuat sangatlah penting dalam mengobati
pasien ARDS, sebab pasien dengan ARDS membutuhkan 35 sampai 45
kkal/kg sehari untuk memmenuhi kebutuhan normal.
5. Terapi Farmakologi
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan ARDS adalah
controversial, pada kenyataanya banyak yang percaya bahwa penggunaan
kortikosteroid dapat memperberat penyimpangan dalam fungsi paru dan
terjadinya superinfeksi. Akhirnya kotrikosteroid tidak lagi di gunakan.
6. Pemeliharaan Jalan Napas
Selang endotrakheal di sediakan tidak hanya sebagai jalan napas, tetapi
juga berarti melindungi jalan napas, memberikan dukungan ventilasi
kontinu dan memberikan kosentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan
jalan napas meliputi : mengetahui waktu penghisapan, tehnik penghisapan,
dan pemonitoran konstan terhadap jalan napas bagian atas.
7. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan bagian atas
dan bawah serta pencegahan infeksi melalui tehnik penghisapan yang telah
di lakukan di rumah sakit.

8. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan
masaalah kritis. Nutrisi parenteral total atau pemberian makanan melalui
selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memmungkinkan pasien untuk
menghindari gagal napas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot
inspirasi.

J. Komplikasi

1. Pneumothorak
2. Pneumomediastinum
3. Hipotensi
4. Menurunnya pengeluaran urine
5. Asidosis
6. Hiponatremi
7. Hipernatremi
8. Hipokalemi
9. Disseminated intravaskuler coagulation ( DIC )
10. Kejang
11. Intraventricular hemorhagi
12. Infeksi sekunder
13. Murmur
K. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pada klien diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
b. Keluhan utama
Keluhan menyebabkan klien dengan ARDS meminta pertolongan
dari tim Kesehatan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan
perawat dalam melengkapi pengkajian.
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila
beristirahat?
b) Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau
susah dalam melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari
posisi yang enak dalam melakukan pernapasan?
c) Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
d) Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
e) Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul
mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul
gejala secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa
yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita ARDS, Tanyakan mengenai
obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu. Catat
adanya efek samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam
tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan
terakhir. Penurunan BB pada klien dengan ARDS berhubungan erat
dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan
mual.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi ARDS tidak diturunkan/tidak?
d. Pengkajian primer
1) Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda
asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak
2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Frekuensi pernapasan : cepat
c) Sesak napas atau tidak
d) Kedalaman Pernapasan
e) Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
f) Reflek batuk ada atau tidak
g) Penggunaan otot Bantu pernapasan
h) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
i) Irama pernapasan : teratur atau tidak
j) Bunyi napas Normal atau tidak
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d) Papiledema
e) Penurunan haluaran urine
4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b) adanya trauma atau tidak pada thorax
c) Riwayat penyakit dahulu / sekarang
d) Riwayat pengobatan
e) Obat-obatan / Drugs
e. Pemeriksaan fisik
1) Mata 
a) Konjungtiva pucat (karena anemia)
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
c) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
2) Kulit 
a) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
d) Edema 
e) Edema periorbital
3) Jari dan kuku
a) Sianosis 
b) Clubbing finger
4) Mulut dan bibir 
a) Membrane mukosa sianosis
b) Bernafas dengan mengerutkan mulut 
5) Hidung 
Frekuensi Nafas cepat dangkal
Pernapasan dengan cuping hidung
6) Vena leher : Adanya distensi/bendungan 
7) Dada 
a) Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan)
b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan 
c) Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran /rongga pernafasan)
d) Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e) Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing,
friction rub, /pleural friction)
f) Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan, dullness)
8) Pola pernafasan 
a) Pernafasan normal (eupnea)
b) Pernafasan cepat (tacypnea)
c) Pernafasan lambat (bradypnea)
2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hilangnya


fungsi jalan napas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi
jalan napas.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi alveoli,
penumpukan cairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan
alveoli
c. Ketidakefeektifan pola napas berhubungan dengan pertukaran gas tidak
adekuat, peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk oksigenasi,
kelelahan
d. Nyeri berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea,
anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi Keperawatan

NO.
TUJUAN / KH (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
DX

I Setelah diberikan tindakan 1. Monitor fungsi pernapasan, 1. Penggunaan otot-otot


keperawatan selama 1 x 30 Frekuensi, irama, intercostal /abdominal /leher
menit kebersihan jalan napas kedalaman, bunyi dan dapat meningkatkan usaha
efektif. Dengan kriteria penggunaan otot tambahan. dalam bernafas
hasil : 2. Berikan Posisi semi Fowler 2. Pemeliharaan jalan nafas
3. Berikan terapi O2 dengan paten
a. Mencari posisi yang 4. Lakukan suction 3. Mengeluarkan secret
nyaman yang 5. Berikan fisioterapi dada meningkatkan transport
memudahkan oksigen
peningkatan pertukaran 4. Untuk mengeluarkan secret
udara. 5. Meningkatkan drainase
b. Mendemontrasikan batuk sekret paru, peningkatan
efektif. efisiensi penggunaan otot-
c. Menyatakan strategi otot pernafasan
untuk menurunkan
kekentalan sekresi.

2 Meningkatkan pertukaran gas 1. Kaji status pernapasan , catat 1. Takipneu adalah mekanisme
yang adekuat . peningkatan respirasi dan kompensasi untuk hipoksemia
perubahan pola napas . dan peningkatan usaha nafas
2. Kaji adanya sianosis dan 2. Selalu berarti bila diberikan
Observasi kecenderungan oksigen (desaturasi 5 gr dari
hipoksia dan hiperkapnia Hb) sebelum cyanosis muncul
3. Berikan istirahat yang cukup 3. Menyimpan tenaga pasien,
dan nyaman mengurangi penggunaan
4. Berikan humidifier oksigen oksigen
dengan masker CPAP jika ada 4. Memaksimalkan pertukaran
indikasi oksigen secara terus menerus
5. Berikan obat-obat jika ada dengan tekanan yang sesuai
indikasi seperti steroids, 5. Untuk mencegah kondisi lebih
antibiotik, bronchodilator dan buruk pada gagal nafas.
ekspektorant

3 Kebutuhan cairan klien 1. monitor vital signs seperti 1. Berkurangnya


terpenuhi dan kekurangan tekanan darah, heart rate, volume/keluarnya cairan dapat
cairan tidak terjadi denyut nadi (jumlah dan meningkatkan heart rate,
volume). menurunkan TD, dan volume
2. Amati perubahan kesadaran, denyut nadi menurun
turgor kulit, kelembaban 2. Mempengaruhi perfusi/fungsi
membran mukosa dan cerebral. Deficit cairan dapat
karakter sputum. diidentifikasi dengan
3. Hitung intake, output dan penurunan turgor kulit,
balance cairan. Amati 3. Keseimbangan cairan negatif
“insesible loss” merupakan indikasi terjadinya
4. Timbang berat badan setiap deficit cairan.
hari 4. Perubahan yang drastis
5. Berikan cairan IV dengan merupakan tanda penurunan
observasi ketat total body wate
5. mempertahankan/memperbaiki
volume sirkulasi dan tekanan
osmot

4 Setelah diberikan tindakan 1. Observasi karakteristik nyeri. 1. Nyeri merupakan respon


keperawatan selama 1 x 30 Misalnya: tajam, konstan, subjekstif yang dapat diukur.
menit rasa nyeri dapat ditusuk. Selidiki perubahan 2. Perubahan frekuensi jantung
berkurang atau terkontrol karakter /lokasi/intensitas TD menunjukan bahwa pasien
nyeri mengalami nyeri, khususnya
Kriteria Hasil :  2. Pantau TTV. bila alasan untuk perubahan
3. Berikan tindakan nyaman. tanda vital telah terlihat. 
a. Menyatakan nyeri
Misalnya: pijatan punggung, 3. Tindakan non analgesik
berkurang atau terkontrol.
perubahan posisi, musik diberikan dengan sentuhan
b. Pasien tampak rileks
tenang, relaksasi/latihan nafas. lembut dapat menghilangkan
4. Tawarkan pembersihan mulut ketidaknyamanan dan
dengan sering. memperbesar efek terapi
5. Anjurkan dan bantu pasien analgesik.
dalam teknik menekan dada 4. Pernafasan mulut dan terapi
selama episode batukikasi oksigen dapat mengiritasi dan
6. Kolaborasi dalam pemberian mengeringkan membran
analgesik sesuai indikasi mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.
5. Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
6. Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk non
produktif, meningkatkan
kenyamanan

5 Setelah diberikan tindakan 1. Kaji suhu tubuh pasien. 1. Mengetahui peningkatan


keperawatan selama 1 x 15 2. Beri kompres air hangat. suhu tubuh, memudahkan
menit diharapkan suhu tubuh 3. Berikan/anjurkan pasien untuk intervensi.
kembali normal. banyak minum 1500-2000 2. Mengurangi panas dengan
cc/hari (sesuai toleransi). pemindahan panas secara
Kriteria Hasil :  4. Anjurkan pasien untuk konduksi. Air hangat
menggunakan pakaian yang mengontrol pemindahan
Suhu tubuh 36°C-37°C
tipis dan mudah menyerap panas secara perlahan tanpa
keringat. menyebabkan hipotermi atau
5. Observasi intake dan output, menggigil.
tanda vital (suhu, nadi, tekanan 3. Untuk mengganti cairan
darah) tiap 3 jam sekali atau tubuh yang hilang akibat
sesuai indikasi. evaporasi
6. Kolaborasi : pemberian cairan 4. Memberikan rasa nyaman
intravena dan pemberian obat dan pakaian yang tipis mudah
sesuai program. menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan
suhu tubuh.
5. Mendeteksi dini kekurangan
cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien.
6. Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan panas tubuh
pasien.

6 Setelah diberikan tindakan 1. Catat status nutrisi paasien: 1. Berguna dalam mendefinisikan
keperawatan selama 1 x 30 turgor kulit, timbang berat derajat masalah dan intervensi
menit diharapkan  kebutuhan badan, integritas mukosa yang tepat.
nutrisi adekuat. mulut, kemampuan menelan, 2. Membantu intervensi
adanya bising usus, riwayat kebutuhan yang spesifik,
Kriteria hasil : mual/rnuntah atau diare. meningkatkan intake diet
2. Kaji ulang  pola diet pasien pasien.
a. Menunjukkan berat badan
yang disukai/tidak disukai. 3. Mengukur keefektifan nutrisi
meningkat mencapai
3. Monitor intake dan output dan cairan.
tujuan dengan nilai
secara periodik. 4. Dapat menentukan jenis diet
laboratoriurn normal dan
4. Catat adanya anoreksia, mual, dan mengidentifikasi
bebas tanda malnutrisi.
muntah, dan tetapkan jika ada pemecahan masalah untuk
b. Melakukan perubahan
hubungannya dengan meningkatkan intake nutrisi.
pola hidup untuk
medikasi. Awasi frekuensi, 5. Membantu menghemat energi
meningkatkan dan
volume, konsistensi Buang Air khusus saat demam terjadi
mempertahankan berat
Besar (BAB). peningkatan metabolik.
badan yang tepat.
5. Anjurkan bedrest. 6. Mengurangi rasa tidak enak
6. Lakukan perawatan mulut dari sputum atau obat-obat
sebelum dan sesudah tindakan yang digunakan yang dapat
pernapasan. merangsang muntah.
7. Anjurkan makan sedikit dan 7. Memaksimalkan intake nutrisi
sering dengan makanan tinggi dan menurunkan iritasi gaster.
protein dan karbohidrat. 8. Memberikan bantuan dalarn
perencaaan diet dengan nutrisi
Kolaborasi: adekuat unruk kebutuhan
metabolik dan diet.
8. Rujuk ke ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet.

7 Setelah diberikan tindakan 1. Evaluasi respon pasien 1. Menetapkan kemampuan atau


keperawatan selama 1 x 30 terhadap aktivitas. Catat  kebutuhan pasien
menit pasien diharapkan laporan  dispnea, peningkatan memudahkan pemilihan
mampu melakukan aktivitas kelemahan atau kelelahan. intervensi.
dalam batas yang ditoleransi 2. Berikan lingkungan tenang dan 2. Menurunkan stress dan
batasi pengunjung selama fase rangsanagn berlebihan,
Kriteria hasil :  akut sesuai indikasi.  meningkatkan istirahat. 
3. Jelaskan pentingnya istirahat 3. Tirah baring dipertahankan
Melaporkan atau menunjukan
dalam rencana pengobatandan selama fase akut untuk
peningkatan toleransi
perlunya keseimbangan menurunkan kebutuhan
terhadap aktivitas yang dapat
aktivitas dan istirahat metabolic, menghemat energy
diukur dengan adanya
4. Bantu pasien memilih posisi untuk penyembuhan
dispnea, kelemahan
nyaman untuk istirahat. 4. Pasien mungkin nyaman
berlebihan, dan tanda vital
5. Bantu aktivitas perawatan diri dengan kepala tinggi, tidur di
dalam rentan normal.
yang diperlukan. Berikan kursi atau menunduk ke depan
kemajuan peningkatan meja atau bantal.
aktivitas selama fase 5. Meminimalkan kelelahan dan
penyembuhan. membantu
keseimbanagnsuplai dan
kebutuhan oksigen.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan
nafas berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru biasanya
terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai
penyebab pulmonal atau non-pulmonal

Masalah keperawatan yang didapat pada ARDS, diantaranya:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan
napas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi alveoli,
penumpukan cairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,
peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk oksigenasi, kelelahan
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
6. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea,
anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

L. Saran

1. Kepada perawat diharapkan dapat memberikan komunikasi yang jelas kepada


pasien dalam mempercepat penyembuhan. Berikan pula Penatalaksanaan yang
efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
mencegah terjadinya resti Pada ards
2. Kepada tenaga keperawatan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan ARDS.sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Kepada dosen pembimbing dapat memberian penjelasan secara merinci
tentang askep pada pasien ARDS

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M, Moorhouse M, Geissler A, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,


EGC: Jakarta
Nanda (2013) Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, EGC:
Jakarta
Wilkinson. J. M (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC Dan Criteria Hasil NOC, EGC: Jakarta
http://fkep.unand.ac.id/images/kgd.pdf
http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/askep-gawat-darurat-ards-pdf.html

MASUKAN ADA DI POJOK KANAN, KALAU TIDAK MUNCUL DIKLIK


SAJA, JANGAN BUKA PAKAI HP, PASTI TIDAK MUNCUL MASUKANNYA,,,

SILAHKAN DILANJUT JUGA PEMBUATAN PPT NYA

GUNAKAN FILE YG TERAKHIR DIKONSULKAN UNTUK DIEDIT,,,

JIKA KURANG JELAS, SILAHKAN DITANYAKAN LANGSUNG...

Anda mungkin juga menyukai