Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT


PERSISTENT DUCTUS ARTERIOSUS

DosenPengampu: Semi Naim.,SST.,M.Kes

KELOMPOK 1
1. Ayu Oktafiana (2020030039)
2. Habiburrohman (2020030042)
3. Rigo Chandra (2020030043)
4. Ahmad Samsuri (2020030044)
5. Igfirlia Norma Wardani (2020030048)
6. Elsa Agustin (2020030050)
7. Fariyansyah (2020030054)
8. Bety Rahmah Ardiyanti (2020030066)
9. Florensia Kamat (2020030091
10. Dhimas Fahrul Alam (2020030072)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Anak dengan Persistent Ductus Anteriosus” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu Semi Naim.,SST.,M.Kes. pada mata kuliah Keperawatan Anak II. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyakit Persistent
Ductus Anteriosus bagipara pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Semi Naim.,SST.,M.Kes selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jombang,24 November2022

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB1 ...................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN ................................................................................................ 5

1.1 LatarBelakang........................................................................................ 5

1.2 Tujuan ......................................................................................................... 6

1.2.1 TujuanUmum ........................................................................................ 6

1.2.2 TujuanKhusus ...................................................................................... 6

1.3 Manfaat ..................................................................................................... 7

BAB 2 ...................................................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 8

2.1 Konsep Penyakit Jantung Bawaan (Persistent Ductus Arteriosus) ............. 8

2.1.1 Pengertian................................................................................................ 8

2.1.2 Anatomi ................................................................................................... 9

2.1.3 Etiologi ................................................................................................... 10

2.1.4 Patofisiologi ........................................................................................... 11

2.1.5 Pathway ................................................................................................. 12

2.1.6 Manifestasi klinis................................................................................... 13

2.1.7 Pemeriksaan penunjang ........................................................................ 13

3
2.1.8 Penatalaksanaan.................................................................................... 14

2.1.9 Komplikasi ............................................................................................ 14

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................... 15

BAB 3 .................................................................................................................... 22

STUDI KASUS...................................................................................................... 22

3.1 Pengkajian ................................................................................................... 22

3.2 Analisa Data................................................................................................. 24

3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................................ 26

3.4 Intervensi dan Kriteria Hasil ...................................................................... 27

3.5 Implementasi dan Evaluasi ......................................................................... 33

BAB 4 .................................................................................................................... 37

PENUTUP ............................................................................................................. 37

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38

4
BAB1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Kesehatan merupakan fenomena yang kompleks. Seperti yang didefinisikan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah “suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang komplit dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit”.
Selain definisi luas ini, kesehatan secara tradisional dinilai dengan memperhatikan
mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) selama periode tertentu.Oleh karena
itu, keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta keberadaan
penyakit menjadi indikator utama kesehatan (Wong, 2008).
Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun yang tumbuh
kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual (Nurhayati, 2005). Kesehatan anak bisa dipengaruhi oleh lingkungan karena
seringnya anak terpapar dengan lingkungan hidup yang beresiko menjadi faktor
pencetus penyakit. Salah satunya adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan
penyakit yang cukup sering ditemukan, dengan angka kejadian sekitar 30% dari
seluruh kelainan bawaan.Sedangkan insiden PJB adalah 6-8/1000 kelahiran hidup
pada seluruh populasi dan jumlah kematian bayi karena penyakit ini adalah sekitar
3%.Menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia),
penyakit jantung bawaan menempati peringkat pertama diantara penyakit-penyakit
lain yang menyerang bayi.
Angka kejadian PJB di indonesia cukup tinggi, namun penanganannya amat
kurang. Dalam The 2nd Internasional Pediatric Cardiology Meeting di Cairo (2008)
dr.Sukman, lebih lanjut mengungkapkan 45.000 bayi Indonesia terlahir dengan PJB
tiap tahun. Dari 220 juta penduduk indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir
mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB. PJB dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni PJB sianotik dan asianotik (Elisabeth,
2014).

5
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit
jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini
pada usia muda(IPD FKUI, 2006 ;1134).
Duktus Arteriosa adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA),
(Buku ajar kardiologi FKUI, 2006 ; 227)
Pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan pada klien PDA sekarang
lebih dititikberatkan untuk mengurangi terjadinya serangan. Pemberian obat-obatan
harus benar dinilai untuk kepentingan tumbuh kembang anak apakah merugikan atau
tidak. Diupayakan agar anak-anak yang menderita PDA dapat tumbuh kembang
seperti anak lainnya. Akibat PDA terhadap tumbuh kembang anak sangat beresiko
untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak contohnya, anak terlihat
kurus, berat badan menurun dan mudah sakit.

1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa keperawatandan
pembaca mengenai Asuhan KeperawatanAnak Dengan Persistent Ductus
Arteriosus”.

1.2.2 TujuanKhusus
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan pembaca
Mengenai

6
1. Konsep dasar penyakit Persistent Ductus Arteriosus pada anak
2. Konsep asuhan keperawatan pada anak

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pegetahuan
terkait konsep dasar penyakit Persistent Ductus Arteriosus pada anak dan
konsep asuhan keperawatan Persistent Ductus Arteriosuspada anak.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dikemukakan tentang dasar teoritis dari konsep dasar penyakit
jantung bawaan Persistent Ductus Arteriosus (PDA) yang meliputi pengertian,
etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan dan komplikasi.

2.1 Konsep Penyakit Jantung Bawaan (Persistent Ductus Arteriosus)


2.1.1 Pengertian
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang
telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda
(IPD FKUI, 2006 ;1134)
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI
pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional
10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar
kardiologi FKUI, 2006 ; 227).
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari

8
aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2004; 235).
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2009 ; 375)

2.1.2 Anatomi

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran


darah pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam
masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh karena
sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan
tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah
bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke
aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang
diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI
pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional

9
10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI, 2006 ;
227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos
(tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat
serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda
dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
(unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah
persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.

2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan. (Rosen et al.,
2019)
a. Faktor Prenatal
1. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
b. Faktor Genetik
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

10
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

2.1.4 Patofisiologi
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang
bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah
akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke
rongga jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya defek
pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan. Kejadian ini disebut pirau (shunt) kiri ke kanan.
Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum
ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan
rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan
oksigen mengalir melalui defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan
oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat
berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik.
Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan sianosis.
Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi,
takhikardia
2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan
pertumbuhan, intoleransi terhadap aktivitas.
3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea.
4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia,
asidosis, sianosis.

11
2.1.5 Pathway

Faktor Prenatal :
Faktor Genetik :
Ibu terinfeksi rubella, usia Prematur
Penyakit jantung bawaan dari
saat hamil >40 thn,
orang tua, kelainan
konsumsi obat penenang
kromosom

PATENT DUCTUS
ARTERIOSUS

Darah dari arteri Darah dari arteri yang Respirasi An-aerob


yang bertekanan tinggi bertekanan tinggi meningkat
melalui PDA melalui PDA

Penurunan aliran darah Shunting dari kiri ke Pembetukan energi


ke Sirkulasi Sistemik kanan (dari aorta ke menurun
arteri Pulmonalis)

Kelelahan
Penurunan Curah
Jantung Shunting dari kanan ke
(D.0008) kiri (dari arteri
Pulmonalis ke aorta) Kurang Aktif

Pencampuran darah
yang teroksigenasi dan Intoleransi Gangguan
belum teroksigenasi Aktivitas Tumbuh
(D.0056) Kembang
(D.0106)
Penurunan oksigen ke
Sirkulasi Sistemik

Penurunan perfusi
oksigen ke sel

Perfusi Perifer Tidak


Efektif
(D.0009)

12
2.1.6 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak
terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-
tanda gagal jantung kongestif (CHF). Kadang-kadang terdapat tanda-tanda
gagal jantung :
1. Terdengar bunyi mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap,
paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
2. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
3. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
4. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
5. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
6. Apnea, Tachypnea
7. Nasal flaring
8. Retraksi dada
9. Hipoksemia
10. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah
paru)

(Idawati, 2019)

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


1. Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
2. Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi
pada ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari
90°.
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya.

13
4. Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA
yang lebih besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.
5. Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian
obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan
untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan
beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor
prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
2. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
3. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada
waktu kateterisasi jantung.

2.1.9 Komplikasi
1. Endokarditis
2. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
3. CHF
4. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
5. Enterokolitis nekrosis
6. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat
nafas atau displasia bronkkopulmoner)
7. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
8. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin)
9. Aritmia
10. Gagal tumbuh

14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis
dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan
masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari
respon pasien terhadap penyakitnya (Wartonah, 2006). Dalam proses
keperawatan ada lima tahap, dimana tahap-tahap tersebut tidak dapat
dipisahkan, dan saling berhubungan. Tahap-tahap dalam proses keperawatan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.
Tujuan pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus
menerus mengenai kesehatan klien. Tahap pengkajian dari proses
keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi yang
meliputi tiga aktivitas dasar yaitu: Pertama, mengumpulkan data
secara sistematis; kedua, memilah dan mengatur data yang
dikumpulkan; dan ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang
dapat dibuka kembali (Asmadi, 2008).
Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-keahlian
(skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Hasil
pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan
objektif. Data subjektif merupakan ungkapan atau persepsi yang
dikemukakan oleh pasien. Data objektif merupakan data yang didapat
dari hasil observasi, pengukuran, dan pemeriksaan fisik.
Ada beberapa cara pengelompokan data, yaitu berdasarkan
sistem tubuh, berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow), berdasarkan
teori keperawatan, berdasarkan pola kesehatan fungsional.
Pengumpulan data bisa digunakan dengan menggunakan metode
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi dari catatan
medis, status klien, dan hasil pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium dan radiologi.

15
Pemeriksaan fisik adalah cara pengumpulan data melalui
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi didefinisikan
sebagai kegiatan melihat atau memperhatikan secara seksama status
kesehatan klien seperti inspeksi kesimetrisan pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu napas, inspeksi adanya lesi pada kulit dan
sebagainya. Palpasi adalah jenis pemeriksaan dengan cara meraba atau
merasakan kulit klien. Auskultasi adalah cara pemeriksaan fisik
dengan menggunakan stetoskop yang memungkinkan pemeriksa
mendengar bunyi yang keluar dari rongga tubuh klien. Perkusi adalah
pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk secara pelan jari tengah
menggunakan jari yang lain untuk menentukan posisi, ukuran, dan
konsistensi struktur suatu organ tubuh (Asmadi, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan telah diterapkan diberbagai rumah sakit
dan fasilitas kesehatan lainnya, namun diperlukan terminologi dan
indikator diagnosis keperawatan yang terstandarisasi agar penegakan
diagnosis keperawatan menjadi seragam,akurat,dan tidak ambigu
untuk menghindari ketidaktepatan pengambilan keputusan dan
ketidaksesuaian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
(Tim PokjaSDKIDPPPPNI,2017:2) (PPNI, 2016)
Kemungkinandiagnosayangmuncul :
a. Penurunan Curah Jantung (D.0008)
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung dibuktikan dengan takikardia. Penurunan curah
jantung merupakan ketidakadekuatan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah dibuktikan dengan nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warnakulit pucat. Perfusi

16
perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah pada
level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
c. Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)
Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi
respon dibuktikan dengan pertumbuhan fisik terganggu, lesu,
pola tidur terganggu. Gangguan tumbuh kembang merupakan
kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh
dan berkembang sesuai dengan kelompok usia.
d. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
dibuktikan dengan frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat dan sianosis. Intoleransi aktivitas merupakan
ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2019) (PPNI, 2018)


Diagnosa : Penurunan Curah Jantung (D.0008)
Dengan kriteria hasil :
1. Curah jantung meningkat
2. Kekuatan nadi perifer meningkat
3. Takikardia menurun
4. Tekanan darah membaik
Intervensi : Perawatan Jantung (I.02075)
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxysmal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
2. Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah,oliguria, batuk, kulit pucat)

17
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengankaki ke bawah
atau posisi nyaman.
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian aritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Diagnosa : Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)


Dengan kriteria hasil
1. Perfusi perifer rmeningkat
2. Denyut nadi perifer meningkat
3. Warna kulit pucat menurun
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik
Intervensi : Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Tindakan :
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu, ankle brachial index)

18
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi )
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbasan perfusi
3. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berolahraga rutin
2. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolersterol, jika perlu
3. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
4. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)

Diagnosa : Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)


Dengan kriteria hasil :
1. Status perkembangan membaik
2. Keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat
3. Respon sosial meningkat
4. Kemarahan menurun
5. Pola tidur membaik
Intervensi : Perawatan Perkembangan (I.10339)
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
2. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi
(mis. Lapar, tidak nyaman)
Terapeutik

19
1. Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi prematur
2. Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu-ragu
3. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
4. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
5. Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif
atau umpan balik atas usahanya
6. Pertahankan kenyamanan anak
7. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri (mis. Makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai baju)
Edukasi
1. Jelaskan orangtua/pengasuh tentang milestone perkembangan anak
dan perilaku anak
2. Anjurkan orangtua menyentuh dan menggendong bayinya
3. Anjurkan orang tua berinteaksi dengan anaknya
4. Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
5. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
1. Rujuk untuk konseling, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan suatu pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana
keperawatan yang telah disusun dengan baik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Implementasi keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik
apabila klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Selama tahap implementasi
keperawatan, perawat terus melakukan pengumpulan data yang
lengkap dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan

20
kebutuhan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
yang telah disusun dan direncanakan tercapai atau tidak. Menurut
Friedman (dalam Harmoko, 2012) evaluasi didasarkan pada
bagaimana efektifnya intervensi – intervensi yang dilakukan oleh
keluarga, perawat dan yang lainnya. Ada beberapa metode evaluasi
yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang paling utama dan penting
adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan
intervensi yang sedang dievaluasi.

21
BAB 3

STUDI KASUS
3.1 Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama pasien : An R
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan :-
Alamat : Jalan Iskandar No. 2 Jombang
No RM : 876807
Tgl Masuk : 20-11-2022
Tgl Pengkajian : 20-11-2022
Diagnosa Medik : PDA (Duktus Arterious Persisten)
2) Identitas Orangtua

Nama Ayah : Tn. S

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : PNS

Agama : islam

Alamat : Jalan Iskandar No. 2 Jombang

Nama Ibu : Ny. L

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Alamat : Jalan Iskandar No. 2 Jombang

b. Alasan Masuk

22
1) Keluhan Utama (KU) : sesak napas
2) Riwayat KU : ada sesak alami sejak pertama kali dilahirkan,
tidakada demam, riwayat tidak ada kejang, tidak muntah.
3) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal : ibu mengatakan waktu hamil mengonsumsi obat-
obatan dan jamu berlebihan.
b. Intranatal : ibu mengatakan melahirkan bayi prematur
c. Postnatal : ibu mengatakan BB baru lahir 2 kg, TB 35cm
c. Pengkajian Fisik
1) Kepala
Kulit kepala : tidak ada luka
Mata : simetris
Telinga : sietris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan
Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan
Mulut dan gigi : bersih
Wajah : simetris
2) Leher
Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan vena jugularis
3) Dada/thoraks
a. paru-paru
inspeksi : simetris kiri dan kanan
palpasi : vocal fremitussama kiri dan kanan
perkusi : hipersonor
auskultasi : vasikular
b. jantung
inspeksi : tidak tampak trauma pada dada
auskultasi : S3
c. abdomen
inspeksi : tidak ada luka
palpasi : tidak traba massa

23
perkusi : pekak
auskultasi : peristaltik usus 10x/menit
d. genetalia : tidak ada kelainan
e. tanda-tanda vital
frekuensi nadi : 125x/menit
frekuensi nafas : 40x/menit
tekanan darah : 100/75 mmHg
suhu tubuh : 36 C

3.2 Analisa Data


DATA ETIOLOGI DIAGNOSA

DS : Penyebab : perubahan Penurunan Curah


irama jantung Jantung (D.0008)
- ibu klien
mengatakan PDA
anaknya sesak
Darah dari arteri
nafas
yang bertekanan tinggi
DO : melalui PDA

- frekuensi nadi :
125x/menit
Penurunan aliran darah ke
- frekuensi nafas :
Sirkulasi Sistemik
40x/menit
- tekanan darah :
100/75 mmHg
Penurunan curah jantung
- takikardi
- denyut dan irama
jantung berubah
murmur (+)

24
- terdapat
penggunaan alat
bantu pernapasan

DS : Penyebab : peningkatan Perfusi Perifer Tidak


tekanan darah Efektif (D.0009)
- ibu klien
mengatakan PDA
bayinya lahir
Darah dari arteri yang
prematur
bertekanan tinggi melalui
DO : PDA

- kulit teraba dingin


dan pucat
Shunting dari kiri ke kanan
- nadi perifer sulit
(dari aorta ke arteri
teraba
Pulmonalis)

Shunting dari kanan ke kiri


(dari arteri Pulmonalis ke
aorta)

Pencampuran darah yang


teroksigenasi dan belum
teroksigenasi

Penurunan oksigen ke
Sirkulasi Sistemik

25
Penurunan perfusi oksigen
ke sel

Perfusi perifer tidak efektif

DS : Penyebab : inkonsistensi Gangguan Tumbuh


respon Kembang (D.0106)
- ibu klien
mengatakan Penurunan oksigen ke
anaknya sulit Sirkulasi Sistemik
merespon
- ibu klien
Respirasi An-aerob
mengatakan
meningkat
anaknya sulit tidur

DO :
Pembetukan energi
- pasien tampak
menurun
lemah
- kurangnya respon
sosial
Kelelahan

Kurang aktif

Gangguan tumbuh
kembang

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
dibuktikan dengan takikardia.

26
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
dibuktikan dengan nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin,
warnakulit pucat.
3. Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon
dibuktikan dengan pertumbuhan fisik terganggu, lesu, pola tidur terganggu.

3.4 Intervensi dan Kriteria Hasil


DIAGNOS KRITERIA HASIL INTERVENSI
A

Penuruna Curah Jantung (L.02008) Perawatan


n Curah Jantung (I.02075)
Jantung Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam,
(D.0008) diharapkan curah jantung pasien meningkat Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi
1. Kekuatan nadi perifer tanda gejala
meningkat primer
2. Takikardia menurun penurunan
3. Tekanan darah membaik curah
jantung
(meliputi
dispnea,
kelelahan)
2. Identifikasi
tanda gejala
sekunder
penurunan
curah
jantung
(meliputi

27
batuk, kulit
pucat)
3. Monitor
tekanan
darah
4. Monitor
intake dan
output cairan
5. Monitor
saturasi
oksigen
Terapeutik
6. Fasilitasi
pasien dan
keluarga
untuk
modifikasi
gaya hidup
sehat
7. Berikan
oksigen
untuk
mempertaha
nkan saturasi
oksigen
>94%
Edukasi
8. Anjurkan
beraktivitas

28
fisik sesuai
toleransi
9. Anjurkan
beraktivitas
fisik secara
bertahap
10. Ajarkan
pasien dan
keluarga
mengukur
intake dan
output cairan
Kolaborasi
11. Kolaborasi
pemberian
aritmia, jika
perlu
12. Rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung

Perfusi Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan


Perifer Sirkulasi (I.02079)
Tidak Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam,
Efektif diharapkan perfusi perifer pasien meningkat Observasi
(D.0009) dengan kriteria hasil : 1. Periksa
1. Denyut nadi perifer sirkulasi
meningkat perifer (mis.

29
2. Warna kulit pucat menurun Nadi perifer,
3. Akral membaik suhu,)
4. Turgor kulit membaik 2. Identifikasi
faktor risiko
gangguan
sirkulasi
(mis. orang
tua,
hipertensi)
Terapeutik
3. Hindari
pemasangan
infus atau
pengambilan
darah di area
keterbatasan
perfusi
4. Hindari
pengukuran
tekanan
darah pada
ekstremitas
dengan
keterbasan
perfusi
5. Lakukan
hidrasi
Edukasi
6. Anjurkan

30
menggunaka
n obat
penurun
tekanan
darah,
antikoagulan
, jika perlu
7. Anjurkan
minum obat
pengontrol
tekanan
darah secara
teratur

Gangguan Status Perkembangan (L.10101) Perawatan


Tumbuh Perkembangan
Kembang Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, (I.10339)
(D.0106) diharapkan status perkembangan pasien
membaik dengan kriteria hasil : Observasi
1. Keterampilan/perilaku sesuai 1. Identifikasi
usia meningkat pencapaian
2. Respon sosial meningkat tugas
3. Kemarahan menurun perkembang
4. Pola tidur membaik an anak
2. Identifikasi
isyarat
perilaku dan
fisiologis
yang

31
ditunjukkan
bayi (mis.
Lapar, tidak
nyaman)
Terapeutik
3. Pertahankan
sentuhan
seminimal
mungkin
pada bayi
prematur
4. Berikan
sentuhan
yang bersifat
gentle dan
tidak ragu-
ragu
5. Pertahankan
lingkungan
yang
mendukung
perkembang
an optimal
6. Pertahankan
kenyamanan
anak
Edukasi
7. Jelaskan
orangtua/pen

32
gasuh
tentang
milestone
perkembang
an anak dan
perilaku
anak
8. Anjurkan
orangtua
menyentuh
dan
menggendon
g bayinya
9. Anjurkan
orang tua
berinteaksi
dengan
anaknya
Kolaborasi
10. Rujuk untuk
konseling,
jika perlu

3.5 Implementasi dan Evaluasi


HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Penurunan 1. Memeriksa tanda S:
Curah gejala primer dan - ibu klien
Jantung sekunder penurunan mengatakan

33
(D.0008) curah jantung anaknya
(meliputi dispnea, masih sesak
kelelahan, batuk, nafas
kulit pucat)
O:
2. Memeriksa tekanan
darah, intake dan - frekuensi nadi

output cairan serta :

saturasi oksigen 90x/menit

3. Memfasilitasi pasien - frekuensi

dan keluarga untuk nafas :

modifikasi gaya 30x/menit

hidup sehat - tekanan darah

4. Memberikan oksigen :

untuk 90/75 mmHg

mempertahankan - denyut dan

saturasi oksigen irama jantung

>94% berubah

5. Menganjurkan murmur (+)

beraktivitas fisik - terdapat

sesuai toleransi dan penggunaan

secara bertahap alat bantu


pernapasan

A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Melanjutkan
intervensi
Perfusi 1. Memeriksa sirkulasi S : -

34
Perifer Tidak perifer (mis. Nadi O :
Efektif perifer, suhu,)
- kulit teraba
(D.0009) 2. Menghindari
normal dan
pengukuran tekanan
tidak pucat
darah pada
- nadi perifer
ekstremitas dengan
sudah teraba
keterbasan perfusi
3. Melakukan hidrasi A:

4. Menganjurkan Masalah teratasi


menggunakan obat
P:
penurun tekanan
darah, Intervensi dihentikan
5. Menganjurkan
minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur

Gangguan 1. Mengidentifikasi S:
Tumbuh pencapaian tugas
- ibu klien
Kembang perkembangan anak
mengatakan
(D.0106) serta isyarat perilaku
anaknya
dan fisiologis yang
sudah bisa
ditunjukkan bayi
sedikit
(mis. Lapar, tidak
merespon
nyaman)
- ibu klien
2. Memberikan
mengatakan
sentuhan yang
anaknya
bersifat gentle dan
sudah bisa
tidak ragu-ragu
tidur

35
3. Mempertahankan O:
lingkungan yang
- kurangnya
mendukung
respon sosial
perkembangan
A:
optimal
Masalah teratasi
4. Mempertahankan
sebagian
kenyamanan anak
P:
5. Menjelaskan kepada
Melanjutkan
orangtua/pengasuh
intervensi
tentang milestone
perkembangan anak
dan perilaku anak
6. Menganjurkan
orangtua menyentuh
dan menggendong
bayinya serta
berinteaksi dengan
anaknya

36
BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. Penyebab
terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan yaitu faktor prenatal ( ibu menderita
penyakitinfeksi rubella, ibu alkoholisme, umur ibu lbih dari 40 tahun, ibu
meminum obat-obatan penenang atau jamu) dan faktor genetik (kelainan
kromosom, lahir dengan kelainan bawaan, ayah/ibu menderita penyakit
jantung bawaan). Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering
disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur
(misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak
terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda
gagal jantung kongestif (CHF). Kemungkinan diagnosa yang muncul yaitu
Penurunan Curah Jantung, Perfusi Perifer Tidak Efektif , Gangguan Tumbuh
Kembang, Intoleransi Aktivitas.

37
DAFTAR PUSTAKA

Idawati. (2019). Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Penyakit Jantung Bawaan.


Carbohydrate Polymers, 6(1), 5–10.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Rosen, A., Trauer, T., Hadzi-Pavlovic, D., Parker, G., Patton, J. R., Cronin, M. E.,
Bassett, D. S., Koppel, A. E., Zimpher, N. L., Thurlings, M., Evers, A. T.,
Vermeulen, M., Obanya, P., Avsec, S., Nurzarina Amran, Liu, S. H., Petko, D.,
Aesaert, K., Van Braak, J., … Brown, N. (2019). Analisis Praktik Klinik
Keperawatan Pada Pasien Persisten Ductus Arterious. Teaching and Teacher
Education, 12(1), 1–17.
http://dx.doi.org/10.1080/01443410.2015.1044943%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016
/j.sbspro.2010.03.581%0Ahttps://publications.europa.eu/en/publication-detail/-
/publication/2547ebf4-bd21-46e8-88e9-f53c1b3b927f/language-
en%0Ahttp://europa.eu/.%0Ahttp://www.leg.state.vt

38

Anda mungkin juga menyukai