Oleh:
Aflah Ainun Marwah Martondi Daulay
NIM. 200131074
Pembimbing:
Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A
Oleh:
Aflah Ainun Marwah Martondi Daulay
NIM. 200131074
Pembimbing:
Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A
“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.”
Oleh:
Aflah Ainun Marwah Martondi Daulay
NIM. 200131074
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Manfaat ASI untuk Mencegah Stunting”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
isi maupun susunan bahasanya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang ilmu kedokteran di kemudian hari.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan Makalah....................................................................... 2
1.3. Manfaat Makalah..................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah menambah pengetahuan mengenai
Manfaat ASI untuk Mencegah Stunting. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk
memenuhi persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye
contact
3. Pertumbuhan terhambat
4. Wajah tampak lebih muda dari usianya
5. Pertumbuhan gigi terlambat
6. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
4
prevalensinya meningkat menjadi 37,2%, terdiri dari 18% sangat pendek dan
19,2% pendek. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi balita
stunting di Indonesia sebesar 30,8%.Menurut WHO tahun 2018 prevalensi
stunting pada balita di dunia sebesar 22%. 1,8
5
Seorang anak yang mengalami BBLR kelak juga akan mengalami defisit
pertumbuhan (ukuran antropometri yang kurang) di masa dewasanya.1
2. Status Ekonomi
Status ekonomi kurang menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan tidak
memadai sehingga Kualitas dan kuantitas makanan kurang dan kebutuhan zat
gizi anak tidak terpenuhi, padahal anak memerlukan zat gizi yang lengkap
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini berarti kebutuhan protein
anak tidak terpenuhi karena anak tidak mendapatkan asupan protein yang
cukup.1
3. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap anaknya. Jarak
kelahiran dekat membuat orangtua cenderung lebih kerepotan sehinga kurang
optimal dalam merawat anak. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun juga
menyebabkan salah satu anak, biasanya yang lebih tua tidak mendapatkan
ASI yang cukup karena ASI lebih diutamakan untuk adiknya. Akibat tidak
memperoleh ASI dan kurangya asupan makanan, anak akan menderita
malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting.1
6
6. Pemberian ASI ekslusif
Rendahnya kesadaran Ibu akan pentingnya memberikan ASI pada balitanya
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang kesehatan dan sosio-kultural,
terbatasnya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan, tradisi daerah
berpengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini,
dan tidak lancarnya ASI setelah melahirkan.1,6 Risiko menjadi stunting 3,7
kali lebih tinggi pada balita yang tidak diberi ASI eksklusif (pemberian
ASI<6 bulan) dibandingkan dengan balita yang diberi ASI Eksklusif (≥ 6
bulan).6
7. Pemberian MP-ASI
IDAI merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi
mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan
sampai usia 24 bulan. Menyusui yang berkelanjutan selama dua tahun
memberikan kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada bayi.
7
2.7. Pencegahan Stunting
Stunting dapat dicegah dengan beberapa hal seperti memberikan ASI
Eksklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh,
membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam
tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur. 3
Adapun lima langkah pencegahan dalam mengurangi angka kejadian
stunting, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia
menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi
makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain
itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya
rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.1,4
8
khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk mengetahui gejala
awal gangguan dan penanganannya.1,4
9
adalah pembentukan ikatan yang lebih kuat dalam interaksi ibu dan anak,
sehingga berefek positif bagi perkembangan dan perilaku anak.6
Selama bulan pertama kehidupan, komposisi ASI berubah setiap hari,
dimulai dengan kolostrum, kemudian melalui ASI transisi menjadi ASI matur,
memenuhi kebutuhan spesifik bayi baru lahir untuk pertumbuhan optimal, fungsi
gastrointestinal, dan pertahanan tubuh. ASI awal yang dihasilkan ibu bayi
prematur berbeda komposisinya dimana lebih tinggi protein dan mineralnya serta
dengan lemak yang lebih mudah dicerna.11
Cairan payudara pertama, atau kolostrum, sangat tinggi protein dan vitamin
larut lemak seperti vitamin A serta faktor pertumbuhan dan komponen imunologis.
Karena perannya yang penting dalam pencegahan penyakit, kolostrum sering
dianggap sebagai imunisasi pertama bayi. Untuk memastikan manfaat penuhnya,
menyusui harus dimulai sesegera mungkin.
Dengan menyusui dapat melindungi bayi dari morbiditas dan mortalitas
diare melalui mekanisme imunologis dan dengan mengurangi paparan terhadap
flu dan makanan yang terkontaminasi. Meta-analisis terbaru menunjukkan bahwa
kematian neonatal di negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat dicegah
hingga 50% bayi ketika menyusui dimulai pada jam pertama kehidupan. Neonatus
yang disusui secara eksklusif memiliki risiko sepsis, diare, dan infeksi pernapasan
yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan bayi yang disusui sebagian.
Selanjutnya, survei di India dan Haiti menunjukkan hubungan antara inisiasi
menyusui dalam satu jam pertama kehidupan dan penurunan risiko stunting pada
anak <5 tahun.11
10
usia anak 2 tahun atau lebih disertai makanan pendamping yang tepat sangat
direkomendasikan karena dapat menurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kualitas hidup ibu. Sebagian besar kejadian kurang gizi dapat
dihindari apabila mempunyai cukup pengetahuan tentang cara pemeliharaan gizi
dan mengatur makanan anak.13
11
Cara Memberikan ASI yang Benar14
• Segera susui bayi setelah lahir, atau paling lambat setengah jam sampai 1
jam setelah lahir. Selanjutnya bayi disusui setiap kali bayi ingin menyusui
hingga minimal berumur 6 (enam) bulan, masa ini juga disebut dengan
masa ASI Eksklusif.
• Sebelum menyusui bayi, ibu wajib untuk mencuci tangan terlebih dahulu
dan membersihkan puting susu dengan air matang sebelum dilekatkan ke
mulut bayi.
• Posisikan bayi saat menyusui dengan cara bayi dipangku, letakkan kepala
pada siku ibu dan tangan ibu menyangga bokong bayi, luruskan tubuh bayi.
• Tubuh ibu menghadap bayi, tangan ibu menyangga bokong bayi, tubuh
bayi dalam posisi lurus.
• Setelah memposisikan bayi, sentuhkan puting susu ibu pada bibir atau pipi
bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka.
• Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan sebagian
besar lingkaran hitam di sekitar (areola) ke mulut bayi. Pastikan mulut
bayi menutup sebagian besar lingkaran hitam di sekitar puting (areola),
agar ASI dapat keluar dengan optimal.
• Menyusui bayi dapat menggunakan payudara kiri dan kanan secara
bergantian.
• Menyusui juga dapat dilakukan dengan posisi tiduran, namun tidak
dibenarkan ibu tertidur saat sedang menyusui.
12
1. Tepat waktu, artinya MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
2. Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan
mikronutrien bayi sesuai usianya.
3. Aman dan higienis, artinya MPASI disiapkan, disimpan, diberikan
menggunakan tangan dan peralatan makan yang aman dan higienis
4. Diberikan secara responsif, dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan
kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus
dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam
jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri
(disesuaiakan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak)
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15