Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANFAAT ASI UNTUK MENCEGAH STUNTING

Oleh:
Aflah Ainun Marwah Martondi Daulay
NIM. 200131074

Pembimbing:
Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2022
MAKALAH

MANFAAT ASI UNTUK MENCEGAH STUNTING

Oleh:
Aflah Ainun Marwah Martondi Daulay
NIM. 200131074

Pembimbing:
Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2022
MANFAAT ASI UNTUK MENCEGAH STUNTING

“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.”

Oleh:
Aflah Ainun Marwah Martondi Daulay
NIM. 200131074

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Manfaat ASI untuk Mencegah Stunting


Nama : Aflah Ainun Marwah Martondi Daulay
NIM : 200131074

Medan, 18 Agustus 2022


Pembimbing,

Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A


NIP. 197007021998021001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Manfaat ASI untuk Mencegah Stunting”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter


pembimbing yaitu Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A yang telah meluangkan
waktunya kepada penulis dan memberikan bimbingan serta masukan dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
isi maupun susunan bahasanya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang ilmu kedokteran di kemudian hari.

Medan, 18 Agustus 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan Makalah....................................................................... 2
1.3. Manfaat Makalah..................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3


2.1. Definisi Stunting...................................................................... 3
2.2. Periode Emas Tumbuh Kembang............................................ 3
2.3. Ciri-ciri dan dampak dari Stunting.......................................... 3
2.4. Epidemiologi Stunting............................................................. 4
2.5. Penyebab Stunting................................................................... 5
2.6. Faktor Risiko Stunting............................................................. 5
2.7. Pencegahan Stunting................................................................ 7
2.8. Pentingnya ASI terhadap Bayi................................................. 8
2.9. Pemberian Makan pada Bayi dan Anak................................... 10
2.10. Pencegahan Stunting dengan ASI .......................................... 11
2.11. Pemberian MP-ASI................................................................. 12
BAB III. KESIMPULAN............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan double burden atau masalah
gizi ganda, yang ditandai dengan tingginya prevalensi stunting dan anemia pada
ibu hamil. Berdasarkan data stunting JME, UNICEF World Bank tahun 2020,
prevalensi stunting Indonesia berada pada posisi ke 115 dari 151 negara di dunia.1
Balita ataupun Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami
stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak
menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada
menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar
ketimpangan.1
Prevalensi stunting pada balita di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018
adalah 30,8 %. Menurut WHO tahun 2018 prevalensi stunting pada balita di dunia
sebesar 22%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal
dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari
83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan
(58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%).2
Pemberian ASI eksklusif menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)
merekomendasikan aturan menyusui adalah sebagai berikut: inisiasi menyusui
dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ASI eksklusif selama enam bulan
pertama, dan terus menyusui selama dua tahun dengan makanan pendamping
yang dimulai pada bulan keenam. 3 Risiko menjadi stunting 3,7 kali lebih tinggi
pada balita yang tidak diberi ASI eksklusif (pemberian ASI<6 bulan)
dibandingkan dengan balita yang diberi ASI Eksklusif (≥ 6 bulan).6

1
1.2. Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah menambah pengetahuan mengenai
Manfaat ASI untuk Mencegah Stunting. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk
memenuhi persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.

1.3. Manfaat Makalah


Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis maupun
pembaca khususnya peserta P3D dan menjadi suatu tolak ukur bagi penelitian
selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Stunting


Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang
terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting adalah suatu
kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi badan
anak tidak sesuai dengan usianya. Anak tergolong stunting apabila status gizi
yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan z score
kurang dari -2 SD (standar deviasi).1,4

2.2. Periode Emas Tumbuh Kembang (Golden Age Period)


Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) adalah fase kehidupan yang
dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan (270 hari) sampai berusia 2
tahun (730 hari). Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun (batita) merupakan
periode emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat.5
Periode 1000 hari pertama sering disebut Window of Opportunities atau
periode emas ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak
usia dua tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi
pada kelompok usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi
status gizi dan kesehatan pada usia dewasa.5

2.3. Ciri-ciri dan Dampak dari stunting


Agar dapat mengetahui kejadian stunting pada anak maka perlu diketahui
ciri-ciri anak yang mengalami stunting sehingga jika anak mengalami stunting
dapat ditangani sesegera mungkin. Ciri-ciri anak stunting adalah:6
1. Tanda pubertas terlambat

3
2. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye
contact
3. Pertumbuhan terhambat
4. Wajah tampak lebih muda dari usianya
5. Pertumbuhan gigi terlambat
6. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar

Dalam jangka pendek stunting dapat menimbulkan dampak buruk berupa


terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat
buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.6

2.4. Epidemiologi stunting


Masalah stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi
dunia, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang, stunting menjadi
permasalahan kesehatan karena berhubungan dengan risiko terjadinya kesakitan
dan kematian, perkembangan otak suboptimal, sehingga perkembangan motorik
terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental.7
Secara global, sekitar 162 juta anak balita mengalami stunting. Afrika Sub
Sahara dan Asia Selatan adalah rumah untuk tiga perempat anak pendek di dunia.
Data menunjukkan bahwa 40% balita di Afrika Sub Sahara mengalami stunting
sedangkan di Asia Selatan tercatat sebesar 39%. Badan kesehatan dunia mencatat
bahwa sampai dengan tahun 2016 ada 6.0% balita memiliki berat badan lebih,
22.9% balita mengalami stunting dan 7.7% balita wasting di dunia.7
Indonesia merupakan salah satu negara dengan double burden atau masalah
gizi ganda, yang ditandai dengan tingginya prevalensi stunting dan anemia pada
ibu hamil. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 angka prevalensi
stunting di Indonesia yaitu 36,8%, tahun 2010 yaitu 35,6%, dan pada tahun 2013

4
prevalensinya meningkat menjadi 37,2%, terdiri dari 18% sangat pendek dan
19,2% pendek. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi balita
stunting di Indonesia sebesar 30,8%.Menurut WHO tahun 2018 prevalensi
stunting pada balita di dunia sebesar 22%. 1,8

2.5. Penyebab stunting


Stunting merupakan masalah multidimensional dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang di alami oleh ibu hamil maupun anak balita. Salah
satu masalah yang menyebabkan stunting adalah kondisi ekonomi dan pendidikan
masyarakat Indonesia. Berdasarkan SUSENAS tahun 2019 menjelaskan penduduk
indonesia dengan rerata usia diatas 15 tahun memiliki pendidikan kurang dari 9
tahun (tidak lulus sekolah menengah pertama).9
Penyebab stunting dibagi berdasarkan penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Penyebab langsung stunting adalah faktor intake makanan pada
balita yang kurang beragam serta pemberian ASI yang tidak adekuat pada anak
usia 0-6 bulan, diare pada anak, dan anak dengan imunisasi tidak lengkap
dipengaruhi langsung oleh penyebab tidak langsung terjadinya stunting yaitu
penduduk rawan pangan, kurangnya pengetahuan orangtua mengenai pemantauan
pertumbuhan balita secara rutin, dan sanitasi lingkungan yang tidak layak.10

2.6. Faktor Risiko Stunting


Stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial
ekonomi, gizi ibu saat hamil, manajemen laktasi sejak bayi lahir, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Umumnya berbagai penyebab ini
berlangsung dalam jangka waktu lama (kronik).
1. Riwayat Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
BBLR berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 10,2% kemudian menurun
menjadi sebesar 6,2% pada tahun 2018, dan hal ini meningkatkan risiko
stunting pasca lahir. Disebut dengan berat lahir rendah (BBLR) jika berat
lahirnya <2500 gram. Dampak BBLR akan berlangsung antar generasi.

5
Seorang anak yang mengalami BBLR kelak juga akan mengalami defisit
pertumbuhan (ukuran antropometri yang kurang) di masa dewasanya.1

2. Status Ekonomi
Status ekonomi kurang menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan tidak
memadai sehingga Kualitas dan kuantitas makanan kurang dan kebutuhan zat
gizi anak tidak terpenuhi, padahal anak memerlukan zat gizi yang lengkap
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini berarti kebutuhan protein
anak tidak terpenuhi karena anak tidak mendapatkan asupan protein yang
cukup.1

3. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap anaknya. Jarak
kelahiran dekat membuat orangtua cenderung lebih kerepotan sehinga kurang
optimal dalam merawat anak. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun juga
menyebabkan salah satu anak, biasanya yang lebih tua tidak mendapatkan
ASI yang cukup karena ASI lebih diutamakan untuk adiknya. Akibat tidak
memperoleh ASI dan kurangya asupan makanan, anak akan menderita
malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting.1

4. Cakupan Imunisasi dasar lengkap


Cakupan Imunisasi dasar lengkap berdasarkan hasil Riskesdas 2013 sebesar
59,2% menjadi 57,9% Pada Riskesdas 2018. Cakupan imunisasi yang
menurun sebesar 1,3% dapat menyebabkan balita rentan terhadap penyakit
infeksi dan dapat menyebabkan terjadinya stunting.1

5. Cakupan Pemberian Vitamin A


Risiko yang terjadi jika terdapat kondisi kekurangan vitamin A pada balita
adalah turunnya imunitas tubuh yang kemudian menyebabkan rentan terhadap
infeksi dan berakibat pada kejadian stunting.1

6
6. Pemberian ASI ekslusif
Rendahnya kesadaran Ibu akan pentingnya memberikan ASI pada balitanya
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang kesehatan dan sosio-kultural,
terbatasnya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan, tradisi daerah
berpengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini,
dan tidak lancarnya ASI setelah melahirkan.1,6 Risiko menjadi stunting 3,7
kali lebih tinggi pada balita yang tidak diberi ASI eksklusif (pemberian
ASI<6 bulan) dibandingkan dengan balita yang diberi ASI Eksklusif (≥ 6
bulan).6

7. Pemberian MP-ASI
IDAI merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi
mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan
sampai usia 24 bulan. Menyusui yang berkelanjutan selama dua tahun
memberikan kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada bayi.

8. Anemia pada Ibu Hamil


Akibat defisiensi zat besi pada ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin sehingga janin yang dilahirkan sudah malnutrisi.1

9. Diare pada Balita


Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian
stunting. Mikotoksin bawaan makanan, kurangnya sanitasi yang memadai,
lantai tanah di rumah, bahan bakar memasak berkualitas rendah, dan
pembuangan limbah lokal yang tidak memadai dapat menyebabkan diare
padabalita sehingga terkait dengan peningkatan risiko stunting.1

7
2.7. Pencegahan Stunting
Stunting dapat dicegah dengan beberapa hal seperti memberikan ASI
Eksklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh,
membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam
tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur. 3
Adapun lima langkah pencegahan dalam mengurangi angka kejadian
stunting, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia
menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi
makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain
itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya
rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.1,4

2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan


Ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam
bulan kelahiran. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu
pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.1,4

3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat


Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam
makanan.1,4

4. Terus memantau tumbuh kembang anak


Terus memantau tumbuh kembang anak terutama dari tinggi dan
berat badan anak. Bawa anak secara berkala ke posyandu maupun klinik

8
khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk mengetahui gejala
awal gangguan dan penanganannya.1,4

5. Selalu jaga kebersihan lingkungan


Anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau
lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung
meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan
School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan
gangguan kesehatan tersebut.1,4

2.8. Pentingnya ASI terhadap Balita


ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan
lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit dan bubur nasi.
nutrisi optimal anak sehat pada usia ini, dianggap penting bahwa mereka
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebelum diberikan makanan
pendamping. status gizi bayi usia 0-6 bulan dan status pemberian ASI (BF). Hal
ini akan memudahkan pemahaman titik awal anak dalam hal status gizi sebelum
pemberian makanan pendamping ASI dimulai.3
Pemberian ASI memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan, terutama
dalam hal perkembangan anak. Komposisi ASI banyak mengandung asam lemak
tak jenuh dengan rantai karbon panjang (LCPUFA, long-chain polyunsaturated
fatty acid) yang tidak hanya sebagai sumber energi tapi juga penting untuk
perkembangan otak karena molekul yang dominan ditemukan dalam selubung
myelin. ASI juga memiliki manfaat lain, yaitu meningkatkan imunitas anak
terhadap penyakit, berdasarkan penilitian pemberian ASI dapat menurunkan
frekuensi diare, konstipasi kronis, penyakit gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, serta infeksi telinga. Secara tidak langsung, ASI juga memberikan
efek terhadap perkembangan psikomotor anak, karena anak yang sakit akan sulit
untuk mengeksplorasi dan belajar dari sekitarnya. Manfaat lain pemberian ASI

9
adalah pembentukan ikatan yang lebih kuat dalam interaksi ibu dan anak,
sehingga berefek positif bagi perkembangan dan perilaku anak.6
Selama bulan pertama kehidupan, komposisi ASI berubah setiap hari,
dimulai dengan kolostrum, kemudian melalui ASI transisi menjadi ASI matur,
memenuhi kebutuhan spesifik bayi baru lahir untuk pertumbuhan optimal, fungsi
gastrointestinal, dan pertahanan tubuh. ASI awal yang dihasilkan ibu bayi
prematur berbeda komposisinya dimana lebih tinggi protein dan mineralnya serta
dengan lemak yang lebih mudah dicerna.11
Cairan payudara pertama, atau kolostrum, sangat tinggi protein dan vitamin
larut lemak seperti vitamin A serta faktor pertumbuhan dan komponen imunologis.
Karena perannya yang penting dalam pencegahan penyakit, kolostrum sering
dianggap sebagai imunisasi pertama bayi. Untuk memastikan manfaat penuhnya,
menyusui harus dimulai sesegera mungkin.
Dengan menyusui dapat melindungi bayi dari morbiditas dan mortalitas
diare melalui mekanisme imunologis dan dengan mengurangi paparan terhadap
flu dan makanan yang terkontaminasi. Meta-analisis terbaru menunjukkan bahwa
kematian neonatal di negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat dicegah
hingga 50% bayi ketika menyusui dimulai pada jam pertama kehidupan. Neonatus
yang disusui secara eksklusif memiliki risiko sepsis, diare, dan infeksi pernapasan
yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan bayi yang disusui sebagian.
Selanjutnya, survei di India dan Haiti menunjukkan hubungan antara inisiasi
menyusui dalam satu jam pertama kehidupan dan penurunan risiko stunting pada
anak <5 tahun.11

2.9. Pemberian Makan pada Bayi dan Anak


Praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) yang optimal
merupakan intervensi yang efektif dalam meningkatkan status kesehatan anak dan
menurunkan kematian anak. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) menurut
Kemenkes RI (2020) yaitu Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI Eksklusif hingga
usia bayi 6 bulan, MP-ASI setelah usia bayi 6 bulan, dan pemberian ASI sampai

10
usia anak 2 tahun atau lebih disertai makanan pendamping yang tepat sangat
direkomendasikan karena dapat menurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kualitas hidup ibu. Sebagian besar kejadian kurang gizi dapat
dihindari apabila mempunyai cukup pengetahuan tentang cara pemeliharaan gizi
dan mengatur makanan anak.13

2.10. Pencegahan Stunting dengan Pemberian ASI


Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan pemberian ASI yang tepat. Ibu
menyusui dapat melakukan inisiasi menyusui dini lalu pemberian ASI ekslusif
selama 6 bulan. Yang harus diingat adalah pemberian kolostrum pada bayi.
Kolostrum adalah ASI pertama yang keluar dari ibu yang baru saja melahirkan
dimana dalam kolostrum mengandung banyak zat gizi penting bagi imunitas atau
daya tahan tubuh bayi.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah memberikan ASI segera setelah bayi
dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit-1 jam pasca bai dilahirkan. Tujuan
IMD adalah:12
1. Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang.
2. Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan
membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai
3. perlindungan diri.
4. Kontak kulit dengan kulit antara bu dan bai akan meningkatkan
ikatan kasih sayang ibu dan bayi.
5. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
6. Mengurangi terjadinya anemia.
Ibu menyusui harus paham cara pemberian ASI yang tepat pada bayi.
Posisi menyusui akan menentukan ASI dapat keluar secara maksimal dan
dikonsumsi oleh anak secara cukup. Semakin banyak ASI yang dikonsumsi oleh
bayi, maka akan semakin banyak juga ASI yang akan diproduksi oleh tubuh Ibu.

11
Cara Memberikan ASI yang Benar14
• Segera susui bayi setelah lahir, atau paling lambat setengah jam sampai 1
jam setelah lahir. Selanjutnya bayi disusui setiap kali bayi ingin menyusui
hingga minimal berumur 6 (enam) bulan, masa ini juga disebut dengan
masa ASI Eksklusif.
• Sebelum menyusui bayi, ibu wajib untuk mencuci tangan terlebih dahulu
dan membersihkan puting susu dengan air matang sebelum dilekatkan ke
mulut bayi.
• Posisikan bayi saat menyusui dengan cara bayi dipangku, letakkan kepala
pada siku ibu dan tangan ibu menyangga bokong bayi, luruskan tubuh bayi.
• Tubuh ibu menghadap bayi, tangan ibu menyangga bokong bayi, tubuh
bayi dalam posisi lurus.
• Setelah memposisikan bayi, sentuhkan puting susu ibu pada bibir atau pipi
bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka.
• Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan sebagian
besar lingkaran hitam di sekitar (areola) ke mulut bayi. Pastikan mulut
bayi menutup sebagian besar lingkaran hitam di sekitar puting (areola),
agar ASI dapat keluar dengan optimal.
• Menyusui bayi dapat menggunakan payudara kiri dan kanan secara
bergantian.
• Menyusui juga dapat dilakukan dengan posisi tiduran, namun tidak
dibenarkan ibu tertidur saat sedang menyusui.

2.11. Pemberian makanan pendamping ASI


Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses perubahan dari
ASI menuju ke makanan semi padat. Proses ini dilakukan agar bayi mendapatkan
lebih banyak gizi. Bayi juga akan berkembang dari refleks menghisap menjadi
menelan makanan yang berbentuk cairan semi padat dengan memindahkan
makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.13
WHO Global strategy for feeding infant and young children pada tahun
2003 merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi syarat, yaitu:15

12
1. Tepat waktu, artinya MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
2. Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan
mikronutrien bayi sesuai usianya.
3. Aman dan higienis, artinya MPASI disiapkan, disimpan, diberikan
menggunakan tangan dan peralatan makan yang aman dan higienis
4. Diberikan secara responsif, dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan
kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus
dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam
jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri
(disesuaiakan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak)

13
BAB III
KESIMPULAN

Masalah stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi


dunia, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang, dalam jangka pendek
stunting dapat menimbulkan dampak buruk berupa terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan menurunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit.
Stunting merupakan masalah multidimensional dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang di alami oleh ibu hamil maupun anak balita. Stunting
dapat dicegah dengan beberapa hal seperti memberikan ASI Eksklusif,
memberikan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh, membiasakan
perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara
pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam tubuh, dan memantau
tumbuh kembang anak secara teratur.
Pemberian ASI memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan, terutama
dalam hal perkembangan anak. Komposisi ASI banyak mengandung asam lemak
tak jenuh dengan rantai karbon panjang yang tidak hanya sebagai sumber energi
tapi juga penting untuk perkembangan otak karena molekul yang dominan
ditemukan dalam selubung myelin. ASI juga memiliki manfaat lain, yaitu
meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Khairani, P. (2020). Situasi Stunting di Indonesia. Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI
2. Indonesia KKR. Buletin Stunting. Kementeri Kesehat Republik Indonesia.
2018;301(5):1163–78.
3. Efendi, S., Sriyanah, N., Cahyani, A. S., Hikma, S., & K, K. (2021).
Pentingnya Pemberian Asi Eksklusif Untuk Mencegah Stunting Pada Anak.
Idea Pengabdian Masyarakat, 1(02), 107–111.
https://doi.org/10.53690/ipm.v1i01.71
4. Strategi percepatan pencegahan stunting periode 2018-2024, Sekretariat
Wakil Presiden Republik Indonesia
5. Rahmawati, Wirawan, Wilujeng, dkk. Gambaran Masalah Gizi Pada 1000
HPK Pada di Kota dan Kabupaten Malang. Indonesian Journal of Human
Nutrition. Juni 2016. Vol. 3 No.1. Suplemen 20 – 31.
6. Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Study guide
- Stunting dan upaya pencegahannya. In Buku stunting dan upaya
pencegahannya.
7. Basri, N., & Sididi, M. (2021). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN STUNTING Article history : Received : 20 Agustus 2020
Prevalensi status gizi balita stunting di Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan
TB / U ( Tinggi Badan. 01(05), 417–426.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
2019. Laporan Nasional Riskesdas Tahun 2018, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
9. Badan Pusat Statistik ; 2019. Laporan Pelaksanaan Integrasi SUSENAS
Maret 2019 dan SSGBI Tahun 2019, Jakarta: Badan Pusat Statistik.
10. Izwardy, Dody. 5 Agustus 2020. Inovasi Program Perbaikan Gizi, 5 Agustus
2020, Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.
11. Scherbaum, V., & Srour, M. L. (2016). The role of breastfeeding in the
prevention of childhood malnutrition. World Review of Nutrition and
Dietetics, 115, 82–97. https://doi.org/10.1159/000442075
12. Kemenkes RI. (2014). Infodatin-Asi. In Millennium Challenge Account -
Indonesia (pp. 1–2).
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodati
n/infodatin-asi.pdf
13. Kemenkes (2021) ‘buku saku hasil studi status gizi indonesia (SSGI) tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota tahun 2021’, SSGI, pp. 2013–2015.
14. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo (2014) ‘Cara Memberikan ASI yang
Benar’ Available at: sidoarjokab.go.id
15. IDAI. (2018). Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). UKK
Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI

15

Anda mungkin juga menyukai