Anda di halaman 1dari 26

ARTIKEL

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK


TERHADAP ASI PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS
RAWA BUNTU

TAHUN 2022/2023
Artikel Ini Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Kelulusan
Ujian Tengah Semester Sarjana Keperawatan

Oleh
Kelompok 7 | Keperawatan 6A
Amalia Nur Apriliani
Jihan Dini Pramesti
Putri Fuziyanti
Sri Indah Mulyani
Syafira Khoirunnisa

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
TANGERANG SELATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT,
karena dengan rahmat dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan
tugas artikel yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Asi Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Rawa Buntu”.
Artikel ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Ujian
Tengas Semester pada mata kuliah metodologi penelitian pada program studi S1-
Keperawatan tahun ajaran 2022-2023 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten.
Selain itu, tujuan dari penulisan Artikel ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca mengenai pengaruh tingkat konsumsi daun katuk terhadap
banyaknya reproduksi ASI bagi ibu nifas menyusui.
Kelompok kami menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari sempurna
karena adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan kelompok terima dengan
senang hati. Kelompok kami berharap, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.

Tangerang Selatan, 9 Mei 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2. Tinjauan Literatur..........................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.4. Pertanyaan Penelitian....................................................................................5
1.5. Tujuan Penelitian...........................................................................................6
1.5.1. Tujuan Umum.........................................................................................6
1.5.2. Tujuan Khusus........................................................................................6
1.6. Manfaat Penelitian.........................................................................................6
1.6.1. Bagi Ilmu Pengetahuan...........................................................................6
1.6.2. Bagi Profesi Keperawatan......................................................................6
1.6.4. Bagi Penelitian Selanjutnya....................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
METODE PENELITIAN.........................................................................................8
2.1. Kerangka Konsep..........................................................................................8
2.2. Definisi Operasional......................................................................................9
2.3. Hipotesis Penelitian.......................................................................................9
2.4. Desain Penelitian.........................................................................................10
2.5. Populasi, Sample, Dan Teknik Pengambilan Sample.................................10
2.5.1 Populasi..................................................................................................10
2.5.2 Sample...................................................................................................11
2.5.3 Teknik Pengambilan Sample.................................................................12
2.6. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................12
2.6.Etika Penelitian.........................................................................................12
2.6.1 Prinsip Etik............................................................................................12

ii
2.6.2 Menghormati Harkat Martabat Manusia (respect for persons).............13
2.6.3 Berbuat Baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non Maleficence). .13
2.6.4 Keadilan (Justice)..................................................................................14
2.7. Alat Pengumpulan Data...............................................................................14
2.8. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data...........................................15
2.9. Pengolahan Data..........................................................................................16
2.9.1 Editing....................................................................................................16
2.9.2 Entry Data........................................................................................16
2.9.3 Cleaning.................................................................................................16
2.9.4 Penyajian Data.......................................................................................17
2.9.5 Penyajian Data Verbal...........................................................................17
2.9.6 Penyajian Naratif...................................................................................17
2.9.7 Penyajian Tabular..................................................................................17
2.10. Cara Analisis Data.....................................................................................17
2.10.1 Distribusi Frekuensi.............................................................................18
2.10.2 Uji Wilcoxon Signed Rank Test..........................................................18
2.10.3 Uji Statistik Non Parametrik Test (Mann-Whitney Test)....................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah salah satu aspek dari kehidupan masyarakat yang terdiri
atas mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian
yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta
terganggunya perkembangan mental diakibatkan langsung atau tidak
langsung dari kurangnya kecukupan gizi. Kekurangan gizi pada bayi
disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu
(ASI ) diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak
memenuhi kebutuhan. Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas
manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak sejak masih bayi, salah
satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). (Septian, 2004)
ASI (Air Susu Ibu) diketahui menjadi sumber asupan nutrisi bagi bayi
baru lahir, yang mana sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat wajib diberikan secara
eksklusif pada bayi berusia 0 bulan sampai 6 bulan. Dalam fase ini pemberian
dan kualitas ASI perlu diperhatikan agar tahap perkembangan si kecil selama
enam bulan pertama semenjak hari pertama lahir (HPL) maksimal, karena
masa periode emas perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun.
Selain demi tercukupinya kebutuhan gizi bagi bayi, pemberian ASI juga
memiliki manfaat bagi ibu untuk mengatasi rasa trauma dan mencegah
kanker payudara. (Kemenkes, 2018)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan menyusui secara eksklusif dapat
membentuk antibodi pada anak agar terlindung dari berbagai penyakit yang
sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti diare dan pneumonia.
Penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI
memperlihatkan hasil yang lebih baik pada tes inteligensi, risiko mengalami
obesitas dan kelebihan berat badan lebih kecil, dan kerentanan mengalami
diabetes saat dewasa lebih rendah. Peningkatan angka ibu menyusui secara
global berpotensi menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak usia balita
dan dapat mencegah 20.000 kasus kanker payudara pada perempuan setiap
tahunnya. Namun, di Indonesia, hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya sedikit lebih dari 5 persen anak
yang masih mendapatkan ASI pada usia 23 bulan. Artinya, hampir setengah
dari seluruh anak Indonesia tidak menerima gizi yang mereka butuhkan
selama dua tahun pertama kehidupan. Lebih dari 40 persen bayi
diperkenalkan terlalu dini kepada makanan pendamping ASI, yaitu sebelum
mereka mencapai usia 6 bulan, dan makanan yang diberikan sering kali tidak
sesuai kebutuhan gizi bayi. (WHO, 2020)

1
Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kemenkes Tahun 2020, dari
3.196.303 sasaran bayi kurang dari 6 bulan terdapat 2.113.564 bayi usia
kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif atau sekitar 66,1%.
Capaian indikator persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapatkan ASI Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020, yaitu
sebesar 40%. Kebijakan tentang pemberian ASI Eksklusif tertuang dalam UU
nomor 36 tahun 2019 tentang Kesehatan pasal 128 ayat 1, Peraturan
Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif,
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 15 tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu,
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 39 tahun 2013 tentang Susu Formula
Bayi dan Produk Bayi lainya, dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 41
tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Selain itu di beberapa Provinsi
juga telah mempunyai kebijakan terkait ASI Eksklusif melalui Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati, dan lainnya yang sejenis. Kota Tangerang Selatan
kini telah memiliki Peraturan Walikota (Perwal) Tentang Pemberian Air Susu
Ibu Ekslusif Nomor 19 tahun 2015. Peraturan Walikota ini merupakan
turunan dari peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian
Air Susu Ibu Ekslusif dengan cara Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
(Kemenkes, 2020)
Berdasarkan hasil data dari profil kesehatan Provinsi Banten pada tahun
2019, didapatkan bahwa Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
bulan di Provinsi Banten pada tahun 2019 sebesar 64,4 persen, sedikit
meningkat dibandingkan persentase pemberian ASI eksklusif tahun 2018
sebesar 56,1 persen. Kabupaten/Kota dengan persentase pemberian ASI
eksklusif tertinggi Tahun 2019 adalah Kabupaten Tangerang dengan nilai 100
persen, diikuti Kota Tangerang 71,6 persen, dan Kabupaten Lebak 69,9
persen. Kabupaten/kota dengan persentase pemberian ASI eksklusif terendah
adalah Kabupaten Pandeglang 32,3 persen, Kota Serang 38,2 persen dan Kota
Cilegon 39,6 persen. Permasalahan yang menjadi pemicu ketidaktercapaian
nya pemberian ASI eksklusif berupa pemasaran gencar susu formula yang
diberikan kepada bayi normal usia 0-6 bulan, masih banyaknya perusahaan
yang memperkerjakan ibu menyusui bayi 0-6 bulan sehingga memberikan
jarak antara ibu dan anak, masih terbatasnya tenaga konselor ASI,
ketidakmaksimalan edukasi pada ibu menyusui, dan kurangnya produksi ASI
pada Ibu. (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2020.)
Sedikitnya produksi ASI pada ibu diketahui akibat kurangnya hormon
prolaktin dan hormon oksitosin yang di produksi setelah melahirkan untuk
merangsang pembentukan ASI pada Ibu Nifas. Peningkatan hormon tentu
saja dipengaruhi oleh aktivitas dan nutrsi pada Ibu. Peningkatan hormon
melalui asupan nutrisi dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makan
makanan tertentu pada Ibu, salah satu nya adalah konsumsi daun katuk. Daun

2
katuk (Sauropus Androgynus) diketahui mengandung polifenil dan steroid
yang berperan dalam reflex prolactin atau merangsang alveoli untuk
memproduksi ASI, serta merangsang hormone oksitosin untuk memacu
pengeluaran dan pengaliran ASI yang dapat memperlancar pengeluaran ASI
Daun katuk juga mengandung beberapa senyawa alifatik. Khasiat daun katuk
sebagai peningkat produksi ASI, diduga berasal dari efek hormonal senyawa
kimia sterol yang bersifat estrogenic. (Triananinsi, dkk, 2020.)
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang yang sudah kelompok kami
paparkan, kelompok kami tertarik untuk mengambil topik “Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap Asi Pada Ibu Nifas Di Puskesmas
Rawa Buntu” sebagai mahasiswa Keperawatan untuk berupaya meningkatkan
produksi pada ibu menyusui di Puskemas Rawa Buntu demi peningkatan gizi
dan pencapaian target program pemberian ASI ekslusif yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan, sehingga permasalahan
yang terjadi pada ibu menyusui berkurang.
1.2. Tinjauan Literatur
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan pemberian daun
katuk (Sauropus Androgynus) pada ibu menyusui yaitu penelitian (Juliastuti,
2019) berjudul “Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap
Kecukupan ASI Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar”
Hasil Penelitian menunjukkan Rebusan daun katuk dan ekstrak daun katuk
efektif dalam memenuhi kecukupan ASI. Rebusan Daun katuk dalam
penelitian ini terbukti meningkatkan berat badan bayi membandingkan
ekstrak daun katuk dengan nilai p 0,000.
Hasil penelitian sebelumnya mengenai pemberian daun katuk (Sauropus
Androgynus) kepda ibu menyusui yang dilakukan oleh (Lestari &
Prasetyorini, 2020) berjudul “Pemberian Jus Daun Katuk Untuk Kesiapan
Peningkatan Pemberian ASI Pada Ibu Postpartum Primipara” dengan hasil
studi menunjukkan bahwa ke 2 responden dalam penelitian didapatkan
hasil pasien I dan II yang telah diberikan jus daun katuk mengalami
peningkatan terhadap pemberian ASI. Disimpulkan bahwa pemberian jus
daun katuk dapat meningkatkan pemberian ASI terhdap ibu postpartum
primipara.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu pemberian daun katuk (Sauropus
Androgynus) untuk ibu menyusui yang dilakukan oleh (Triananinsi, dkk,
2020) berjudul “Hubungan Pemberian Sayur Daun Katuk Terhadap
Kelancaran ASI Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Caile” dengan hasil
penelitian dari 30 responden ysng dibagi dua kelompok pada kelompok
kontrol terdapat 5 ibu nifas (16.6%) yang pengeluaran ASI nya lancar 10
responden (33.3%) yang tidak lancar, sebaliknya pada kelompok intervensi

3
menunjukan 14 responden (46.6%) yang mengalami pengeluaran ASI nya
lancar sedangkang 1 ibu nifas (3.3%) yang tidak lancar. Pengujian
menggunakan uji ,Chi squere, dengan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0.003< α
0.05 atau 5% dengan demikian Ho di tolak yang artinya ada hubungan
pemberian sayur daun katuk terhadap kelancaran ASI pada ibu multipara di
Puskesmas Caile Bulukumba.
Hasil penelitian berjudul “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk
terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas” oleh (Dolang et al., 2021)
mendapatkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh pemberian rebusan daun
katuk terhadap produksi ASI pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Suli
dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulannya ada pengaruh pemberian
air rebusan daun katuk terhadap ASI produksi pada ibu nifas di wilayah kerja
Puskesmas Suli.
Hasil literatur review yang dilakukan oleh (Ibrahim & Praiwi, 2021) yang
berjudul “Literature Review: Pengaruh Daun Katuk (Sauropus Androgynus)
Terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Menyusui” menghasilkan hasil
berdasarakan artikel pencarian yang ditemukan pada 9 jurnal didapatkan
bahwa seluruh artikel yang ditemukan menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang efektif antara konsumsi daun katuk terhadap peningkatan
produksi ASI baik dengan cara mengkonsumsi daun katuk dengan diolah
menjadi sayur bening, ekstrak daun katuk, rebusan daun katuk, maupun
diolah menjadi biscuit atau cemilan bagi ibu menyusui.
1.3. Rumusan Masalah
Masalah gizi di Indonesia meliputi masalah kekurangan gizi dan kelebihan
gizi. Masalah kekurangan gizi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir
ini adalah masalah kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau
“stunting”, kurang gizi akut dalam bentuk anak kurus atau “wasting”.
(Saintika Medika, 2017) Kemiskinan dan rendahnya pendidikan dipandang
sebagai akar penyebab kekurangan gizi. Rendahnya pendidikan orang tua
menyebabkan ketidaktahuan kebutuhan nutrisi pada bayi pada masa 0-6
bulan mengenai ASI Ekslusif, akibatnya masalah gizi berdampak berbahaya,
mengingat 54% kematian bayi dan balita terkait dengan masalah gizi.
Masalah gizi lainnya adalah anemia gizi yang ditemukan pada sekitar 27,7%
balita, dan yang merupakan prevalensi tertinggi dijumpai pada kelompok usia
lain dan sebanyak 14,6% balita mengalami kekurangan vitamin yang
mempunyai risiko terjadinya kebutaan, gangguan pertumbuhan dan
menurunnya daya tahan tubuh. (Dwi Nastiti Iswarawanti, 2010)
Kekurangan gizi pada anak berdampak secara akut dan kronis. Anak-anak
yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik. Anak

4
yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau kronis,
terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan
fisiknya sehingga menjadi pendek (stunted). Kondisi ini lebih berisiko jika
masalah gizi sudah mulai terjadi sejak di dalam kandungan. Data-data secara
nasional di Indonesia membuktikan bahwa angka stunting yang tinggi
beriringan dengan kejadian kurang gizi. Seperti disebut dalam laporan
Riskesdas terakhir, ada 30,8% atau 7,3 juta anak di Indonesia mengalami
stunting, dengan 19,3% atau 4,6 juta anak pendek, dan 11,5% atau 2,6 juta
anak sangat pendek.
Pada penelitian lain ditemukan pendidikan, Pengetahuan, dan pengalaman
ibu adalah faktor predisposisi yang berpengaruh positif terhadap keberhasilan
ASI eksklusif. Dari segi faktor pendorong, dukungan tenaga kesehatan yang
membantu persalinan paling nyata pengaruhnya dalam keberhasilan ASI
Eksklusif. Salah satu bentuk dukungan dari tenaga kesehatan penolong
persalinan terhadap keberhasilan pemberian ASI adalah menginformasikan
kepada ibu tentang pentingnya ASI dan bagaimana menyusui yang benar agar
pemberian ASI menjadi lancar, terutama tentang kebutuhan nutrisi ibu
selama menyusui agar produksi ASI meningkat dengan mengkonsumsi
makanan tertentu misalnya daun katuk yang diberikan secara rutin yang
sudah banyak diteliti keberhasilannya.
Hasil studi pendahuluan pada 01 Mei 2022 di Puskesmas Rawa Buntu di
dapatkan data ibu nifas menyusui yang terdaftar di Puskesmas Rawa Buntu
dengan populasi ibu nifas menyusui yang baru melahirkan sebanyak 40 orang
dan ibu yang belum memproduksi ASI nya sebanyak 2 orang. Program yang
sudah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu ialah terapi pijat
laktasi dan pendidikan ASI Ekslusif, akan tetapi banyak ibu menyusui yang
produksi ASI nya masih kurang sehingga hampir memutuskan untuk
memberikn bayi nya susu formula. Dari rumusan masalah diatas maka dari
itu kami kelompok peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap Asi Pada Ibu Nifas Di Puskesmas
Rawa Buntu Tahun 2022.
1.4. Pertanyaan Penelitian

1.4.1 Bagaimana tingkat produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Menyusui
sebelum diberikan ekstrak daun katuk pada kelompok intervensi di
wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu?
1.4.2 Bagaimana tingkat produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Menyusui
sebelum diberikan ekstrak daun katuk pada kelompok kontrol di wilayah
kerja Puskesmas Rawa Buntu?

5
1.4.3 Bagaimana tingkat produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Menyusui
setelah diberikan ekstrak daun katuk pada kelompok intervensi di wilayah
kerja Puskesmas Rawa Butu?

1.4.4 Apakah ada perbedaan tingkat produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas
sebelum dan setelah diberikan ekstrak daun katuk pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu?

1.5. Tujuan Penelitian


1.5.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada pengaruh atau tidak terhadap produksi Air Susu Ibu (ASI) jika Ibu
nifas menyusui diberikan rebusan daun katuk

1.5.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Menyusui
sebelum diberikan ekstrak daun katuk pada kelompok intervensi di
wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu

2. Untuk mengetahui produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Menyusui
sebelum diberikan ekstrak daun katuk pada kelompok kontrol di wilayah
kerja Puskesmas Rawa Buntu

3. Untuk mengetahui tingkat produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas
Menyusui setelah diberikan ekstrak daun katuk pada kelompok intervensi
di wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu

4. Untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat produksi Air Susu Ibu (ASI)
pada Ibu Nifas sebelum dan setelah diberikan ekstrak daun katuk pada
kelompok intervensi dan juga kelompok kontrol di wilayah kerja
Puskesmas Rawa Buntu

1.6. Manfaat Penelitian


1.6.1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan
atau referensi untuk penelitian-penelitian yang terkait tentang pengaruh
terhadap pemberian ekstrak daun katuk pada ibu nifas.

6
1.6.2. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan bahan atau referensi khususnya untuk
ilmu keperawatan dalam memberikan daun katuk untuk memperlancar
produksi ASI pada ibu nifas.
1.6.4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan untuk melakukan
bahan penelitian yang berkaitan dengan mempertahankan produksi ASI
ibu nifas dengan cara memberikan daun katuk untuk di konsumsi pada ibu
nifas.

7
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian adalah kaitan atau hubungan antara
konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep didapatkan dari konsep ilmu/teori yang digunakan sebagai
landasan penelitian (Setiadi, 2013 )
Skema 2.1 Kerangka Konsep

Kelompok Kelompok
Intervensi Kontrol

Pre test tingkat produksi ASI Pre test tingkat produksi ASI
pada Ibu nifas menyusui pada Ibu nifas menyusui
sebelum diberikan intervensi sebelum diberikan intervensi

Pemberian minuman
No Intervensi
ekstrak daun katuk

Post test tingkat produksi Post test tingkat produksi


ASI pada Ibu nifas menyusui ASI pada Ibu nifas menyusui
sesudah diberikan intervensi tanpa diberikan intervensi

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Intervensi

: Pengukuran
8
2.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi
operasional ini merupakan informasi ilmiah yang akan membantu penelitian lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional merupakan
penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam mengartikan
makna penelitian. (Setiadi, 2013.)
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukuran Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
1 Produksi Tingkat produksi Air Botol Dianalisis ASI ≥ 50 Kategorik Ordinal
ASI Ibu Susu Ibu yang susu/dot dan ml
nifas merupakan sumber Bayi, dinilai produksi
menyusui gizi utama bagi bayi pompa dengan ASI
yang belum bisa susu, dan Uji normal
mengonsumsi lembar Wilcoxon
makanan padat. observasi ASI 30-
49 ml
produksi
ASI baik

ASI < 30
ml
produksi
ASI
kurang

NO Intervensi Definisi
1 Pemberian ekstrak Pemberian ekstrak daun katuk masuk kedalam kategori pemberian
daun katuk melalui obat herbal/tradisional kepada pasien yang digunakan secara turun
minuman temurun dipercaya meningkatkan produksi ASI pada ibu nifas.
Pemberian ekstrak daun di berikan melalui minuman yang akan
dikonsumsi oleh ibu nifas menyusui sebanyak 330 ml air rebusan
yang sudah terkandung ekstrak daun katuk pada pagi dan sore hari
selama 1 minggu.

2.3. Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara. Dugaan tersebut dibuat oleh
penulis atau peneliti dengan mengacu pada data awal yang diperoleh.
Kemudian dugaan benar atau salah ditentukan berdasarkan hasil penelitian.

9
(Salma, 2021.) Hipotesis nol ( H 0) adalah hipotesis yang dirumuskan dengan
harapan ditolak, sedangkan hipotesis tanding ( H 1) adalah hipotesis yang
diharapkan akan berlaku dengan kebenarannya.
Hipotesis tanding ( H 1) pada penelitian ini adalah perbedaan dari tingkat
produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan ekstrak daun katuk selama 1
minggu di Puskesmas Rawa Buntu tahun 2022. Karena berdasarkan
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh (Dolang et al., 2021)
mendapatkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh pemberian rebusan daun
katuk terhadap produksi ASI pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Suli
dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulannya ada pengaruh pemberian
air rebusan daun katuk terhadap ASI produksi pada ibu nifas di wilayah kerja
Puskesmas Suli.
2.4. Desain Penelitian
Penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Asi Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Rawa Buntu” menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan Quasi Eksperimental Design dengan pendekatan
pre dan post test with control design rancangan penelitian ini berupaya agar
dapat membuktikkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
kelompok control dan intervensi. Penelitian ini memiliki persyaratan yaitu
kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan
pengamatan. (Suharsimi, 2002.)
Skema 2.2 Rancangan Penelitian
Pre and post test control group design
Kelompok intervensi : 01 X 02

Kelompok kontrol : 01 0 02
Keterangan :
01 : Pre test pada kelompok kontrol dan interversi sebelum diberi perlakuan
02 : Post test pada kelompok kontrol dan intervensi setelah diberi perlakuan
X : Uji coba/ intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
0 : Kelompok kontrol tanpa intervensi

2.5. Populasi, Sample, Dan Teknik Pengambilan Sample

10
2.5.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh individu, objek, subjek, dan
peristiwa yang dapat dikenal generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam
penelitian yang kami ambil adalah seluruh ibu nifas menyusui yang terdaftar
di Puskesmas Rawa Buntu dengan populasi yang terdaftar sebanyak 40
orang yang sedang menyusui.
2.5.2 Sample
Besar sample peneitian ini menggunakan derajat kemaknaan α 0.05 atau
95% dan uji kekuatan untuk β 0.1 atau 90%, maka rumus penelitian yang
digunakan yaitu rumus Lemeshow (1997).

{ }
2
z 1−∝/2 √ 2 P(1−P)+ z 1−β √ P1 ( 1−P1 ) + P2 (1−P2 )
n= 2
( P1−P2 )

n = jumlah sample
Z1- α/2 = nilai distribusi normal (baku table Z) pada α tertentu
Z1- β = nilai distribusi normal (baku table Z) pada β tertentu
P1 = perkiraan proporsi pada kelompok intervensi 90%
P2 = perkiraan proporsi pada kelompok control 40%
P1-P2 = perkiraan selisih proporsi dari kelompok yang diteliti
Responden pada penelitian ini sebanyak 15 orang, dimana 15 untuk
kelompok intervensi dan 15 untuk control dikalikan 2 maka 30 responden.
Untuk mengantisipasi adanya drop out dalam proses penelitian, maka
estimasi penambahan diperkirakan 10% maka berdasarkan hitungan yang
sesuai di dapatkan total jumlah responden sebanyak 34 orang.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
suatu populasi. (Sugiono, 2016.) Dalam penelitian keperawatan, sample
memiliki kriteria yang terdiri atas kriteria inklusi dan krieria eksklusi.
Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek
penelitian atau populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian,
sedangkan Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek
penelitian yang memenuhi criteria inklusi tetapi tidak dapat diikutsertakan
dalam penelitian. (Supardi & Rustika, 2013)
Kriteria Inklusi meliputi :
1. Ibu nifas yang dirawat di Puskesmas Rawa Buntu
2. Ibu nifas yang sedang menyusui bayi usia 0-6 bulan

11
3. Ibu nifas menyusui yang bersedia mengikuti program penelitian secara
sukarela dengan mengisi formulir persetujuan
4. Ibu nifas menyusui dengan kelompok ASI normal, baik, dan kurang
untuk kelompok intervensi dan control disamakan, adapun tujuan dari
pengelompokkan tersebut untuk melihat perbedaan tingkat produksi ASI
pada ibu nifas menyusui
Kriteria eksklusi meliputi :
1. Ibu nifas menyusui yang sedang sakit parah
2. Ibu nifas menyusui yangmempunyai riwayat alergi terhadap tumbuhan
herbal
3. Ibu nifas menyusui yang menolak menjadi responden dan relawan
penelitian
2.5.3 Teknik Pengambilan Sample
Teknik sampling adalah teknik yang dilakukan untuk menentukan sampel.
Secara umum , Teknik sampling yang paling sering digunakan hanya ada
dua jenis, yaitu sampel probabilitas (probability samples) atau sering disebut
random sampel (sampel acak) dan sample nonprobabililtas (non probability
samples). (Hidayat, 2020.)
Penelitian ini menggunakan Teknik non probability sampling dengan cara
pengambilan sampel tertentu untuk mendapatkan hasil penelitian, Teknik
yang dipilih purposive sampling yaitu, teknik untuk menentukan sampel
penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data
yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. (Sugiono, 2010.)
2.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu
pada Tanggal 2-7 Mei 2022

2.6.Etika Penelitian
Etika penelitian memerlukan pedoman etis dan norma yang mengikuti
perubahan dinamis masyarakat. Sikap ilmiah (scientific attitude) perlu
dipegang teguh oleh seoran peneliti berdasarkan prinsip etik dan norma
penelitian demi menjamin subyek dihormati terhadap privasi, kerahasiaan,
keadilan dan mendapat manfaat dari dampak penelitian dengan menerapkan
prinsip adil, benar, dan humanistik (Kemenkes, 2017)

2.6.1 Prinsip Etik

12
Prinsip etik penelitian dibidang kesehatan yang mempunyai secara etik
dan hukum secara universal mempunyai tiga prinsip, yaitu (Kemenkes,
2017)

2.6.2 Menghormati Harkat Martabat Manusia (respect for persons)


Bentuk penghormatan harkat martabat manusia sebagai pribadi (personal)
yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan sekaligus
bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri. Prinsip ini
bertujuan untuk menghormati otonomi, yang mempersyaratkan bahwa
manusia yang mampu memahami pilihan pribadinya untuk mengambil
keputusan mandiri (self-determination), dan melindungi manusia yang
otoominya terganggu atau kurang, mempersyaratkan bahwa manusia yang
berketergatungan (dependent) atau rentan (vulnerable) perlu diberikan
perlindungan terhadap kerugia atau penyalahgunaan (harm and abuse). (Titi
et al., 2018)

2.6.3 Berbuat Baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non Maleficence)


Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain
dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian
minimal. Subjek manusia diikutsertaan dalam penelitian kesehatan
dimaksudkan membantu tercapainya tujuan penelitian kesehatan yag sesuai
untuk diaplikasikan kepada manusia. Prinsip etik berbuat baik
mempersyaratkan bahwa:

1. Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang


diharapkan
2. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically
sound)
3. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dans ekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subjek penelitian
4. Prinsip do no harm (non maleficent – tidak merugikan) yang
menentang segala tindakan dengan sengaja merugikan subjek
penelitian. Prinsip tidak merugikan adalah jika tidak dapat melakukan

13
hal yang bermanfaat, maka sebaiknya jangan merugikan orang lain.
Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek penelitian tidak
diperlakukan sebagai sarana dan memberikan perlindungan terhadap
tindakan penyalahgunaan. (Titi et al., 2018)

2.6.4 Keadilan (Justice)


Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk memperlakukan
setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan moral yang benar dan
layak dalam memperoleh haknya. Prinsip etik keadilan terutama
menyangkut keadilan yang merata (distributive justice) yang
mempersyartakan pembagian seimbang (equitable), dalam hal beban dan
manfaat yang diperoleh subjek dari keikutsertaan dalam penelitian. Ini
dilakukan dengan memperhatikan distribusi usia, gender, status ekonomi,
budaya dan pertimbangan etnik. Perbedaan dalam distribusi beban dan
manfaat hanya dapat dibenarkan jika didasarkan pada perbedaan yang
relevan secara moral antara orang-oran yang diikutsertakan. Salah satu
perbedaan perlakuan tersebut adakah kerentanan (vulnerabilitty).

Kerentanan adalah ketidakmampuan untuk melindungti kepentingan diri


sendiri dan kesulitan memberi persetujuan. Kurangnya kemampuan
menentukan pilihan untruk memperoleh pelayanan atau keperluan lain yang
mahal, atau karena tergolong yang muda atau berkedudukan rendah pada
hirarki kelompoknya. Untuk itu, diperlukab ketentuan khusus untuk
melindungi hak dan kesejahteraan subjek yang rentan. (Titi et al., 2018)

2.7. Alat Pengumpulan Data


Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: Kuesioner untuk
mengetahui karakteristik responden yang terdiri dari: nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan dan lembar observasi digunakan untuk
mengukur produksi ASI pretest dan posttest sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan air rebusan daun katuk, dimana untuk mengukur produksi ASI
digunakan Botol susu/Dot bayi untuk melihal berapa banyak ASI yang
dihasilkan. (Dolang et al., 2021)

14
2.8. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
tahapan sebagai berikut :

1. Setelah judul skripsi disetujui oleh pembimbing materi dan metodologi


penelitian maka peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian Ke
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Banten.
2. Penaeliti mengajukan surat permohonan ijin untuk melakukan studi
pendahuluan dengan membawa surat pengantar dari pihak kampus STIKes
Banten.

3. Peneliti meminta ijin kepada pihak Puskesmas Rawa Buntu yaitu kepala
UPT. Puskesmas Rawa Buntu untuk melaksanakan penelitian

4. Setelah proposal penelitian telah disetuji oleh pembimbing materi dan


metodologi penelitian kemudian dilanjutkan konfirmasi pada pihak
puskesmas untuk melakukan penelitian

5. Setelah mendapatakan ijin, peneliti melakukan pengumpulan data Ibu


Nifas Menyusui untuk melakukan perhitungan jumlah sampel untuk
kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang akan dilakukan untuk
penelitian oleh peneliti

6. Peneliti melakukan pengukuran status produksi ASI kepada kelompok


intervensi dan kontrol dan melakukan pemilihan pada kedua kelompok
hingga kriteria pada kedua kelompok berbeda

7. Setelah pemilihan sudah dilakukan oleh peniliti kepada kedua kelompok


hingga kriteria sebanding, peneliti memperkuat dengan uji memberikan
rebusan daun katuk untuk memperkuat data bahwa adanya perbedaan
produksi ASI jika diberikan intervensi

8. Selanjutnya penelitian akan dilakukan pada Ibu Nifas Menyusui yang


memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini. Sebelumnya Peneliti
melakukan pendekatan dengan responden baik kelompok intervensi
ataupun kelompok kontrol dan peneliti melakukan penjelasan secara
singkat tentang penelitian yang akan dilakukan dan bila responden
bersedia responden mengisi lembar informed consent yang telah
disediakan dan menandatangani lembar informed consent tersebut

15
9. Peneliti memberikan penjelasan mengenai tindakan pemberian rebusan
daun katuk kepada Ibu Nifas yang akan dilakukan selama 7 (tujuh) hari
dan tetap melakukan observasi pada kelompok kontrol dengan waktu yang
sama untuk melihat adanya pengaruh rebusan daun katuk terhadap
produksi ASI

10. Sebelum dilakukannya tindakan peneliti mengobservasi secara langsung


kepada Ibu Nifas Menyusui mengenai status produksi ASI baik pada
kelompok kontrol ataupun intervensi, dan diobservasi kembali setelah
terapi selesai diberikan

11. Respon diharapkan kooperatif selama penelitian berlangsung dan mau


melakukan intervensi berupa pemberian rebusan daun katuk secara teratur

12. Mengakhiri pertemuan setelah mengumpulkan data.

2.9. Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
penelitian setelah pengumpulan data. Data yang telah terkumpul mealalui
kuasioner dan lembar observasi diolah melalui empat tahap pengolahan data
yaitu : (Hastono, 2010)
2.9.1 Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :
a. Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
b. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca.
c. Relevan : jawaban yang tertulis apakah tulisannya cukup jelas
terbaca.
d. Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten, misalnya antara pertanyaan usia dengan
pertanyaan jumlah anak. Bila dipertanyaan usia terisi 15 tahun dan
di pertanyaan jumlah anak 9, ini berarti tidak konsisten.
2.9.2 Entry Data
Langkah selanjutnya data yang sudah di entry dapat dia analisis.
Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng – entry data dari kuasioner
ke paket pprogram komputer.

2.9.3 Cleaning

16
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-Entry
apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi
pada saat meng-Entry ke computer. Cara meng-cleaning data dengan
mengetahui Missing Data dengan melakukan list (distribusi frekuensi) dari
variable yang ada, mengetahui variasi data akan diketahui apakah data
yang di-Entry benar atau salah, dan mengetahui konsistensi data
mendeteksi adanya ketidakkonsistensi data dengan menghubungkan dua
variable.
2.9.4 Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam penyusunan
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan
dianalisis sesuai dengan tujuan yang di inginkan. Teknik peyajian data
merupakan cara bagiamana untuk menyajikan data sebaik-baiknya agar
mudah dipahami oleh pembaca. Bentuk penyajian data bermacam-macam
dan disesuaikan dengan data yang tersedia dan tujuan yang hendak
dicapai, penyajian data dalam penelitian ini adalah:
2.9.5 Penyajian Data Verbal
Penyajian data verbal adalah cara untuk mengkomunikasi dengan
hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat yang mudah di mengerti dan
dipahami pembaca. Penyajian data secara verbal ini hendaknya
memenuhi beberapa syarat dengan ringkas dan penyajian sebaiknya
menggunakan kata ganti yang tepat. Aplikasi pada penelitian ini adalah
peneliti dapat menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dipahami
pembaca.
2.9.6 Penyajian Naratif
Penyajian data dalam bentuk tulisan, biasanya dipakai dalam
menyajikan informasi yang di temukan dari bentuk tulisan, biasanya
dipakai untuk menyajikan informasi yang di dapat dari penyajian tabel
atau gambar.
2.9.7 Penyajian Tabular
Penyajian data dalam bentuk kolom dan baris, self explanatory,
bagian table body tabel, box head, stubb, jumlah (total baris maupun total
kolom).

2.10. Cara Analisis Data

17
Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
peneltian, karena dengan analisis inilah dapat mempunyai arti/ makna
yang dapat berguna untuk memecahkan masalah penelitian.
Teknik analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat
disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi informasi, dalam melakukan
ananlisis data terlebih dahulu data harus diolah. Hasil uji dilakukan dengan
menggunkan komputerisasi. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan uji t independen dan uji t dependen, membandingkan atau
membedakan dua variabel serta untuk menguji generalisasi dari hasil
analisis (Hidayat, A. A., 2010)
2.10.1 Distribusi Frekuensi
Dalam sebuah analisis statistik proses penyususnan data dikenal
dengan distribusi frekuensi (kemunculan), yang mencerminkan besar
kecilnya kemunculan data salam sebuah sebaran data yang diperoleh dari
hasil penelitian (Santoso, 2016).
Jadi Distribusi Frekuensi adalah penyususnan atas dasar nilai
variabel dan frekuensi tiap-tiap nilai dari variabel tersebut oleh sebab itu
definisi tersebut mencakup beberapa hal seperti :
a. Kumpulan Nilai
b. Banyaknya Observasi Populasi/Sampel
c. Tingkat Frekuensi (kemunculan) nilai atau bobot dalam periode observasi
atau dari seluruh populasi atau sampel
2.3 Rumus Distribusi Frekuensi
Rumus :

Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi tiap kategorik
N : Jumlah sampel
Informasi peringkasan data hasil distribusi frekuensi akan
bebrbentuk informasi jumlah yang memberikan gambaran tentang
penilaian data tersebut, data akan dipersentasikan menjadi persentase
atau proporsi yang disajikan (Hastono, S., P, 2007)
2.10.2 Uji Wilcoxon Signed Rank Test

18
Setelah dilakukan uji statistik dengan uji wilcoxon signed rank test
dari pengaruh pemberian Rebusan Daun Katuk diperoleh nilai signifikan
atau nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) yang berarti Ho ditolak sehinga
disimpulakan terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap
asi pada ibu nifas di Puskesmas Rawa Buntu. (Dolang et al., 2021)
2.4 Rumus uji wilcoxon

Rumus :

Keterangan :
N : Banyak data yang berubah setelah perlakuan
T : Jumlah ranking dari selisih nilai negatif
Z : Jumlah ranking dari nilai selisih positif
2.10.3 Uji Statistik Non Parametrik Test (Mann-Whitney Test)
Uji mann-whitney digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan dari dua himpunan data yang berasal dari sampel yang
independen. Uji mann-whitney adalah uji non parametrik yang menjadi
alternative dari uji t (uji parametrik). Uji mann-whitney tidak memerlukan
asumsi populasi-populasi terdistribusi normal, namun hanya
mengasumsikan bahwa populasi-populasi tersebut mempunyai bentuk
yang sama ( Herinaldi, 2005).

19
BAB III KERANGKA KONSEP. (n.d.).
BAB III METODE PENELITIAN. (n.d.).
BAB IV METODE PENELITIAN. (n.d.).
Dinas Kesehatan Provinsi Banten | Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun
2020. (n.d.).
Dolang, M. W., Wattimena, F. P. ., Kiriwenno, E., Cahyawati, S., & Sillehu, S.
(2021). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk terhadap Produksi Asi
Pada Ibu Nifas. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan), 6(3),
256–261. https://doi.org/10.30829/JUMANTIK.V6I3.9570
GIZI DAN 1000 HPK | Saintika Medika. (n.d.).
Hipotesis Penelitian: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh Lengkap. (n.d.).
Hubungan Pemberian Sayur Daun Katuk Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu
Multipara Di Puskesmas Caile | Triananinsi | JOURNAL OF
HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE. (n.d.).
Juliastuti, J. (2019). EFEKTIVITAS DAUN KATUK (SAUROPUS
ANDROGYNUS) TERHADAP KECUKUPAN ASI PADA IBU
MENYUSUI DI PUSKESMAS KUTA BARO ACEH BESAR. Indonesian
Journal for Health Sciences, 3(1), 1–5.
https://doi.org/10.24269/IJHS.V3I1.1600
Kinerja, L., & Kesehatan, K. (n.d.). TAHUN 2020.
Lestari, S. F., & Prasetyorini, H. (2020). PEMBERIAN JUS DAUN KATUK
UNTUK KESIAPAN PENINGKATAN PEMBERIAN ASI PADA IBU
POSTPARTUM PRIMIPARA. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
4(1), 53–60. https://doi.org/10.33655/MAK.V4I1.82
Manajemen, J., Kesehatan, P., Posyandu, K., Peranan, :, Pemberdayaannya, D. T.,
& Iswarawanti, D. N. (2010). POSYANDU CADRES: THEIR ROLES AND
CHALLENGES IN EMPOWERMENT FOR IMPROVING CHILDREN
NUTRITIONAL STATUS IN INDONESIA. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, 13(4), 169.
Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu dan Bayi. (n.d.).
Pekan Menyusui Dunia: UNICEF dan WHO menyerukan Pemerintah dan
Pemangku Kepentingan agar mendukung semua ibu menyusui di Indonesia
selama COVID-19. (n.d.).
Pengertian Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kuantitatif. (n.d.).
Purposive Sampling - Pengertian, Tujuan, Contoh, Langkah, Rumus. (n.d.).
Septian, R. (2004). PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA.

20
Teknik Sampling Dalam Penelitian (Penjelasan Lengkap Serta Jenisnya). (n.d.).
Titi, L., Fakultas, H., Kesehatan, I., & Muhammadiyah Jember, U. (2018).
KAJIAN ETIK PENELITIAN DALAM BIDANG KESEHATAN DENGAN
MELIBATKAN MANUSIA SEBAGAI SUBYEK. The Indonesian Journal
of Health Science, 10(1), 2087–5053.
https://doi.org/10.32528/THE.V10I1.1454
View of Literature Review: Pengaruh Daun Katuk (Sauropus Androgynus)
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui. (n.d.).

21

Anda mungkin juga menyukai