Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL

EFEKTIVITAS IKAN GABUS SEBAGAI PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU


NIFAS DI KLINIK ANINDITA

TAHUN 2022/2023

Artikel Ini Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Kelulusan Ujian Tengah Semester Sarjana
Keperawatan

Oleh
Jihan Dini Pramesti (190210092)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
TANGERANG SELATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan tugas artikel yang berjudul “Efektivitas Ikan Gabus Sebagai Penyembuhan
Luka Perineum Ibu Nifas di Klinik Anindita”.
Artikel ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Ujian Tengas Semester pada mata kuliah
komputer pada program studi S1- Keperawatan tahun ajaran 2022-2023 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten.
Selain itu, tujuan dari penulisan Artikel ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai
pengaruh tingkat konsumsi ikan gabus terhadap proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa artikel ini masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan ilmu
dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.. Kami berharap, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Tangerang Selatan, 9 Mei 2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa nifas adalahh proses setelah lahirnya plasenta hingga kembalinya organ reproduksi wanita saat
sebelum hamil. Lama periode anatara 4-6 minggu. Kebutuhan yang diberikan pada masa nifas tergantung dari
riwayat persalinannya yaitu perawatan untuk persalinan spontan dan persalinan dengan Sectio Cesarea.
Masa nifas juga merupakan masa pemulihan organ-organ reproduksi yang mengalami perubahan
selama kehamilan dan persalinan, seperti terjadinya robekan perineum. Hal tersebut sering terjadi pada
semua persalinan pertama, namun tidak jarang pada persalinan berikutnya sehingga diperlukan perawatan
yang intensif untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi infeksi yang dapat
diakibatkan karena keterlambatan penyembuhan luka perineum (Setyowati, 2014).

Angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi. Metode persalinan yang digunakan sebagian besar
secara spontan, namun tidak sedikit kelahiran dengan Sectio Cesarea. Pada tahun 2019 angka kelahiran
spontan di Indonesia 62,7% dan kelahiran Sectio Cesarea sebanyak 28,9% . angka kejadian itu menunjukkan
peluang terjadinya infeksi, salah satunya infeksi pada luka Sectio Cesarea.

Prevalensi menunjukkan bahwa bagi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia
sebesar 24% pada golongan umur 25-30 tahun, sedangkan pada golongan umur 32-39 tahun sebesar 62%
(winarti, 2013). Berdasarkan data di Jawa Timur angka kejadian rupture perineum pada tahun 2008 sebanyak
52 kasus, tahun 2009 sebanyak 18 kasus, tahun 2010 sebanyak 17 kasus, tahun 2011 sebanyak 100 kasus,
dan tahun 2012 sebanyak 93 kasus (Dwi, 2104).

Menurut Nugroho (2014), Secara fisiologis luka perineum akan mulai membaik dalam waktu 6 hingga
7 hari Post Partum. Penyebab keterlambatan luka perineum yaitu pengetahuan ibu yang kurang tentang
penyembuhan luka dimana ibu takut melakukan mobilisasi lebih dini, faktor budaya yang sudah melekat
sejak dulu sering dijadikan patokan selama masa nifas seperti haknya pantangan terhadap beberapa makanan
tertentu dan lebih pada individu itu sendiri.

Malnutrisi serta keadaan lingkungan yang kurang bersih. Secara umum ada 2 faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka perineum meliputi factor internal dan factor eksternal. Faktor internal
meliputi gizi, personal hygiene, kondisi ibu, keturunan, usia, hemoragi, hipovolemi, factor eksternal meliputi
lingkungan, tradisi, pengetahuan, social, ekonomi, penanganan petugas, penanganan jaringan dan obat-
obatan (Nugroho, 2014).

Dampak keterlambatan penyembuhan luka perineum yang pertama adalah terjadinya infeksi, kondisi
perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangan bakteri yang dapat
menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum, yang kedua terjadi komplikasi, munculnya infeksi pada
perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Infeksi nifas yang dapat
terjadi sebagai akibat komplikasi luka perineum antara lain metritis, endometris, peritonitis, bahkan sampai
abse pervlik. Ketiga adalah terjadinya kematian ibu, apabila terjadi penanganan yang lambat terhadap ibu
post partum maka hal ini dapat berpotensi menyebabkan kematian, hal ini karena kondisi fisik ibu post
partum masih lemah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Ikan gabus telah dikenal memiliki khasiat dalam mempercepat proses pemulihan dari suatu penyakit,
menyembuhkan luka pada kondisi pasca operasi dan luka pasca melahirkan, mengurangi rasa sakit,
antipiretik, pengobatan beberapa gangguan kulit, dan anti inflamasi. Ikan gabus mengandung asam lemak tak
jenuh yang berfungsi sebagai anti inflamasi, mengatur sintesis prostaglandin yang berperan sebagai
vasodilator pembuluh darah, mengatur filtrasi dan aktivitasi neutrofil dalam proses inflamasi dan
menginduksi penyembuhan luka. Kandungan utama pada ikan gabus adalah protein atau albumin yang
tinggi. Albumin merupakan protein tertinggi dalam plasma, sekitar 60% dari total protein plasma dengan
nilai normal 3,3-5,5 g/dl. Albumin juga ditemukan di 40% plasma dan 60% ekstraseluler. (chana striata).

Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena
mengandung protein dan albumin yang tinggi. Daging ikan gabus mengandung 70% protein dan 21%
albumin. Di samping itu, daging ikan gabus juga mengandung asam amino yang lengkap serat
mikroorganisme zinc, selenium dan iron. Kandungan lain dalam daging ikan gabus adalah alisin, alil sulfide,
dan furostanol glikosida (Suprayitno, 2003).

Menurut santoso dalam Kusumaningrum et al (2014), Albumin merupakan protein utama


dalamplasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Hati menghasilkan 12 gram
albumin perhari yang merupakan 25% dari total sintesis protein hepatic dan separuh dari seluruh protein
yang disekresikan organ. Sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein dan albumin, ikan gabus
diperlukan dalam jumlah yang banyak dan kebutuhan akan filtrat albumin di rumah sakit yang semakin
meningkat. Utnuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka diperlukan jumlah ikan gabus yang banyak dengan
berbagai ukuran berat yang bervariasi.

Protein dan albumin sangat berfungsi sebagai zat pembangun sel-sel yang telah rusak sehingga
penyembuhan luka akan berlangsung lebih cepat. Dengan tingginya kandungan protein dan albumin, ikan
gabus kemungkinan dapat digunakan oleh masyarakat untuk proses penyembuhan luka terutama luka pasca
operasi, luka bakar dan setelah persalinan. Mengingat pentingnya makanan guna dan mempercepat proses
penyembuhan luka perineum, makan bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan harus mampu
memberikan pengetahuan tentang diet yang benar, sehingga proses penyembuhan luka perineum dapat
berjalan norma. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas pemberikan ikan
gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik anindita.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Karina, dkk (2016) dengan judul Efek Pemberian Ekstrak Ikan
Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum di BPM Bonangraejo Demak
menunjukkan Hasil analisis data yang menggunakan Mann-Whitney didapatkan hasil nilai sig (2-tiled)
sebesar 0,000 < 0,05 dengan rata-rata lama penyembuhan kelompok control adalah 10 hari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh ejstrak ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post
partum dengan selisih 3,2 hari.

Berdasarkan survey awal, yang dilaksanakan di Klinik Anindita diperoleh data dari Bulan Oktober
2019 sampai Januari 2020 dari 69 persalinan normal terdapat 40 pasien dengan rupture perineum derajat II
dampai dengan derajat IV. Berdasarkan survey yang dilakukan sejak tanggal 1 sampai 30 desember 2019,
diperoleh 15 ibu nifas yang mengalami robekan perineum, 10 di antaranya mengalami keterlambatan
penyembuhan luka (sembuh lebih dari 7 hari), sedangkan 5 orang mengalami penyembuhan luka perineum
yang normal dimana luka sembuh antara 6-7 hari. Berdasarkan pendapat Rohim, dkk (2017), Proses
penyembuhan luka perineum yang normal adalah 6-7. Bentuk kesembuhan luka perineum yang baik cirinya
adalah tepi luka yang disatukan oleh jahitan menutup berhadapan, jaringan parut juga tidak tampak.
Kesembuhan luka perineum mungkin tidak sama pada setiap ibu nifas, ada yang cepat dan bias saja ada yang
lebih lama penyembuhannya. Kesembuhan luka perineum dipengaruhi oleh beberapa factor seperti factor
gizi, obat-obatan, keturunan, sarana prasarana, serta budaya dan keyakiann yang dipercayai oleh ibu nifas
tersebut.

Selanjutnya Menurut Rohim, dkk (2017) , hal ini jika mengkonsumsi makan yang mendukung
penyembuhan luka. Stelah ditelusuri lebih lanjut, budaya pada masa nifas sekarang ini masih tetap dilakukan.
Seperti ibu nifas dilarang makan gtelur, daging, udang, ikan, lele, buah-buahan dan makanan yang
berminyak. Setelah melahirkan, ibu nifas hanya boleh makan tahu, tempe, ibu dilarang banyak makan dan
minum, dan makanan haerus dibakar terlebih dahulu sebelum dikonsumsi karena dapat menghambat
penyembuhan luka. Sebenarnya apabila itu dilakukan akan berdampak negatif yaitu proses penyembuhan
luka perineum ibu tidak berlangsung dengan baik. Seperti masyarakat di Aceh yang memiliki aturan anjuran
untuk berbaring saat masa nifas dengan pengurutan, mengkonsumsi minuman berupa jamu-jamuan dan
berpantang pada makanan tertentu.

Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti masih ada masalah keterlambatan penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas di klinik anindita. Berdasarkan uraian diatas, makan penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Ikan Gabus Sebagai Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Nifas di Klinik Anindita”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang di angkat adalah “Bagaimana Efektivitas
Pemberian Ikan Gabus Sebagai Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Anindita?”

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Efektivitas Pemberian Ikan Gabus Sebagai Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Nifas di Klinik Anindita.
2. Untuk mengetahui penyembuhan luka perineum pada kelompok intervensi (kelompok yang diberikan
ikan gabus).
3. Untuk mengetahui penyembuhan luka perineum pada kelompok control (kelompok yang tidak diberikan
ikan gabus).
4. Untuk mengetahui efektivitas pemberian ikan gabus sebagai penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Menurut Wahida Yuliana, (2020) masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
berlangsung selama 6 minggu. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah plasenta lahir sampai 6 minggu
atau 42 hari setelah itu yang diikuti dengan proses kembalinya kekeadaan sebelum hamil seperti
robekan perineum yang terjadi hampir pada primigravida maupun multigravida (Susilawati et al.,
2020).
Menurut Hainun Nisa, (2020) ibu post partum yang mengalami atau melalui masa ini disebut
(puerpera). Masa nifas berlangsung selama 6 minggu yang ditandai dengan beberapa perbedaan baik
secara fisiologi maupun psikologi yang meliputi perubahan fisik, involusio uterus, pengeluaran lochia,
laktasi, perubahan system tubuh lainya, perubahan peran ibu menjadi orang tua dan perubahan
psikologis.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa puerperium berasal dari kata puer
yang berarti bayi dan paraous melahirkan, jadi puerperium berarti masa setelah melahirkkan bayi yaitu
masa pulih kembali, dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kemballi seperti
keadaan sebelum hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga
palayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terleksana dengan baik untum memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi (Kumala, 2017)
b. Tahapan Masa Nifas
1. peurperium dini (immediate puerperium)
Peurperium dini adalah suatu masa yang dimulai dari segera plasenta lahir sampai 24 jam atau
dalam rentan waktu 0-24 jam pasca melahirkan pada masa ini sering sekali terdapat masalah,
seperti perdarahan karena atonia uteri dan lainya. Akan tetai pada tahap pemilihan ini ibu
diperbolehkan atau dianjurkan oleh bidan untuk berdiri dan berjalan-jalan (Mobilisasi)
(Fatmawati and Hidayah, 2019).
2. Peurperium Intermedial (early puerperium)
Peurperium intermedial yaitu tahapan yang dimulai dari hari ke-1 sampai ke-7 dimana bidan
akan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan cairan yang cukup, serta ibu
mmpu menyusui bayinya dengan baik.
3. Remote Puerperium (later puerperium)
Remote purperium adalah masa yang terjadi dari minggu ke 1 hingga 6 pada ibu post partum
atau waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kemballi dalam keadaan ssempurna terutama
bila ibu selama kehamilan atau waktu persalinan mengalami penyulit atau komplikasi (Wahida
Yuliana, 2020)
c. Tempat tertanamnya plasenta
Menurut (Kurniati et al., 2017) pada saat plasenta lahir nomalnya uterus berkontraksi dan relaksasi
atau retraksi sehingga volime atau ruang tempat plasenta berkurang atau berubah cepat dan 1 hari
setelah persalinan, diameter tempat plasenta yatu 7,5 cm. Akan tetapi setelah 10 hari pasca persalinan,
diameter tempat plasenta menjadi berubah yaiitu kurang lebih 2,5 cm. Dan setelah minggu ke 5-6
epithelial akan menutup dan meregenerasi sempurna akibat dari ketidakseimbangan voliime darah,
plasma dan sel darah merah.
d. Perineum, vagina, vulva dan anus
Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina akan membentuk lorong yang luas dan berdinding
licin kemudian akan berangsur-angsur mengecil ukuranya tetapi jarang kembali kebentuk nulipara
atau keadaan sebelum hamil. Fase ini rugae mulai tampak pada minggu ketiga dan himen muncul
kembali berbentuk kepingan-kepingan kecil jaringan, setelah mengalami sikatrisasi akan berubah
menjadi caruncule mirtiformis. Estrogen pascapartum yang enururn berperan dalam penipisan mukosa
vagina dan rugae akan hiang. Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui yaitu sampai
menstruasi dimulai kembali. Waktu pemulihan mukosa vagina untuk sembuh sekitar 2 sampai 3
minggu akan tetapi pemulihan luka sub-mukosa lebih lama yaitu 4-6 minggu. Beberapa laserasi
superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif lebih cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke
7-10 dan otot perineum akan pulih pada hari ke 5-6.Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises
anus) yang ditambah dengan gejala seperti timbulnya rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan
bewarna merah terang pada waktu defekasi. Untuk ukuran hemoroid sendiri biasanya akan mengecil
beberapa minggu pasca bersalin.
2. Luka Perineum
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) dari intra uterin ke
ekstra uterin yang sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir (Sampara et al., 2020). Luka perineum
ditemukan sekitar 70% pada wanita yang melahirkan pervaginam (Rohmin et al., 2019). Luka perineum
adalah perlukaan yang terjadi pada saat proses persalinan berlangsung yang disebabkan karena adanya
robekan di daerah perineum baik secara spontan atau sengaja diguting (episiotomi) dengan tujuan agar
mempermudah lahirnya bayi. Robekan ini terjadi pada hampir semua persalinan primipara maupun
multigravida (Pitriani and Afni, 2019).
a. Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam meliputi :
1) Rupture Perineum
Rupture perineum adalah sebuah luka yang terjadi pada perineum dikarenakan rusaknya
ajringan secara alamiah akibat dari proses desakan kepala bayi atau bahu pada saat proses
persalinan berlangsung.
2) Episiotomy
Episiotomy adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan cara mengiria atau menggunting
perineum untuk memperbesar muara vagina, dilakukan jika perineum diperkirakan akan
robek teregang oleh kepala bayi dengan tujuan memperlancar proses persalinan.
b. Jenis-jenis luka berdasarkan luasnya ribekan perineum
1) Robekan derajat 1
Robekan ini meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat dibawahnya. Pada umunya
robekan tingkat 1 dapat sembuh sendiri dan penjahitan tidak diperlukan serta akan menyatu
dengan baik.
2) Robekan derajat 2
Robekan meliputi mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum. Penanganan luka
dilakukan setelah diberikan anestesi local.
3) Robekan derajat 3
Robekan ini meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot spingterani
eksternal. Pada robekan 1 partialis derajat ketiga yang robek 0 hanyalah spingter.
4) Robekan derajat 4
Robekan derajat 4 merupakan robekan total sampai spinter recti terpotong dan laserasu
meluas sehingga dinding anterior rectum dengan jarak yang sangat bervariasi
3. Etiologi Luka Perineum
1) Factor Maternal
a. Ibu yang tidak mampu berhenti mengejan
b. Partus yang diselesaikan secara tergesa-gesa denagn dorongan fundus yang berlebihan,
edema dan kerapuhan perineum
c. Paritas ibu dan jarak kelahiran
2) Factor janin
a. Bayi besar
b. Persentasi bayi
3) Factor persalinan pervaginam
a. Vakum ekstrasi
b. Ekstrasi cunam/forcep
c. Embriotomi
d. Persalinan precipitalis yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
4. Penyembuhan Luka Perineum
Pada persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, robekan perineum hamper terjadi pada
setiap persalinan baik pimigravida maupun multigravida. Masa nifas merupakan masa persalinan, salah
satunya yaitu robekan perineum. Oleh karena itu dibutuhkan perawatan yang baik agar mempercepat
proses pertumbuhan dan tidak terjadinya komplikasi seperti infeksi akibat dari lambatnya penyembuhan
luka perineum. Periode awal penyembuhan luka perineum membutuhkan waktu sekita 6-7 hari (Aldesta et
al. 2020). Berikut adalah tahapan penyembuhan luka yaitu :
1) Fase Inflamasi
Fase ini berlangsung dari terjadinya luka sampai hari ke 5. Pembuluh darah yang terputus 0
(retraksi) dan reaksi hemostatis. Fase inflasi disebut juga dengan fase lamban karena reaksi
pembentukan kolagen baru fibrin yang sangat lemah.
2) Fase Poliperasi (fase fibroplast)
Pada fase ini yang menonjol adalah proses fibroplast yang berlangsung dari akhir fase inflamasi
sampai kira-kira minggu ketiga. Fibroplast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensisiasi
menghasilkan mukoplisakarida, asam aminoglisin dan prolin dimana ini menjadi bahan dasae
kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan
kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung semakin menciut atau
mengerut. Diakhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan membentuk jaringan
setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka (Tungadi, 2020).
3) Fase Penyudahan
Pada fase ini akan terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kemabli jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai gaya gravitasi dan akan terbentuk jaringan baru. Teteapi fase ini akan
terjadi fase berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalua semua tanda-tanda radang sudah lenyap
kemudian tubuh akan berusaha menormalkan kemabli semua yang menajdi abnormal karena
proses penyembuhan (Handi et al,. 2017).
5. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum
a. Gizi
Gizi sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka perineum karena penggantian jaringan
sangat membutuhkan protein.
b. Keturunan
Genetic sesorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah
satunya yaitu berpengaruh terhadap kemampuan sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein kalori.
c. Sarana dan Prasarana
Kemampuan ini dalam menyediakan obat-obatan baik secara farmakologis maupun non
farmakologis untuk perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum,
seperti kemampuan itu dalam menyediakan antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan seseorang akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, kebiasaan
yang lumrah dimasyrakat seperti tidak boleh makan telur, ikan, dan daging ayam akan
mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
e. Mobilisasi Dini
Mobilisasi dilakukan secara bertahap, yaitu diawali dengan gerakan miring kekanan dan kekiri di
atas setelah 2-3 jam pertama s

Anda mungkin juga menyukai