Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN SEMINAR KASUS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN INTRA NATAL PADA NY. S G3P2A0


UMUR KEHAMILAN 39 MINGGU DENGAN ATONIA UTERI
DI PUSKESMAS PONED MELONG TENGAH

Diajukanuntukmemenuhisalah tugasStasePersalinan

Dosen: DR. Noviyanti, S.ST.,M.Keb.,M.H.Kes

DisusunOleh:
Kelompok 7
Desiana 315221004
Mulyanti 315221020
FitriaNoviani 315221021
Anisa Rahma Devi 315221021
Neng Fitriana 315221036
Eva Fauziah 315221009

PROGAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan seminar kasus ini dengan
judul“Asuhan Kebidanan Intra Natal Pada Ny. S G3P2A0Umur Kehamilan 39 Minggu
Dengan Atonia UteriDi Puskesmas Poned Melong Tengah” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis
berharap dengan adanya makalah/laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr.Noviyanti,
S.ST,M.Keb.,M.H.Kes selaku pembimbing akademik di stase kehamilan ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
pembaca.Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan makalah di masa mendatang.

Bandung, 10 Januari 2022


Kelompok 7
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ………………………………………………… 2
Daftar Isi ………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 4
B. Rumusan Masalah.................................................................. 6
C. Tujuan..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………… 8
BAB III TINJAUAN KASUS ………………………………… 27
BAB IV PEMBAHASAN............................................................ 37
BAB III PENUTUP..................................................................... 41
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1. LatarBelakang
Persalinan adalah proses fisiologi dimana uterus mengeluarkan atau berupaya
mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba,
2007).Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi
penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam24 jam setelah kelahiran bayi
(Cunningham, 2005).
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini
terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.
(Nugroho,2012) Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah plasenta
lahir.Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat myometrium
terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan
plasenta. Atonia uteri terjadiketika myometrium tidak dapat berkontraksi (Wiknjosastro,2002).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia menyebutkanbahwa AKI pada tahun
2017sebesar 128/100000 kelahiranhidup. Angka kematianibuiniturundibandingkan padatahun 2012
yang mencapai207/100000 kelahiranhidup (Departemen KesehatanIndonesia, 2017).
Penyebablangsungkematianibu di Indonesia adalahperdarahan (60-70%), preeklamsi dan eklamsi (10-
20%), dan infeksi (10-20%).
Sedangkanpenyebabtidaklangsungnyasepertitidakterjangkaunyaketenagakesehatan di
suatudaerah,kemiskinan, terjadinya anemia dan keterlambaanmemberipertolongan (Manuaba,2007)
Masa nifas (puerperium) dimulaisetelahplasentalahir dan berakhirketikaalat-
alatkandungankembalisepertikeadaansebelumhamil. Masa nifasberlangsungselamakira-kira 6 minggu
(Saifuddin, 2009; h.122). Asuhan masa nifasdiperlukandalamperiodeinikarenamerupakan masa
kritisbaikibumaupunbayinya. Diperkirakanbahwa 60%
kematianibuakibatkehamilanterjadisetelahpersalinan, dan 50% kematian masa nifasterjadidalam 24
jam pertama (Saifuddin, 2009; h.122).
Upayauntukmenurunkan AKI dan neonatal di Indonesia, Kementerian kesehatanmeluncurkan
program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival). Program inidilaksanakan di Provinsi
dan Kabupaten, salah satunyaadalahJawaBarat (Depkes RI, 2014; h. 86). Program
tersebutbertujuanuntukmencapai target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitusebesar 70 per
100.000 kelahiranhidupuntuktahun 2030 yang mempunyai 12 tujuanspesifikdengan 169 target yang
salingberkaitan (Depkes RI, 2015; h. 24). Bilamengacuke target
indikatorpembangunankesehatanprovinsiJawa Barat target AKI pada tahun 2024 yaitudari 305 menjadi
183/100.000 KH. (DinkesJabaR, 2019)
Setiaptahunsekitar 830 ibumeninggalakibatkomplikasi pada saatkehamilan dan
persalinan (Alkema, 2016).Kematianibu yang paling banyak di dunia
diakibatkanperdarahansebanyak 27,1% dan lebihdariduapertigakematiandisebabkanperdarahan
postpartum (Say, 2014). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga
menilaiangkakematianibumasihrelatiftinggidi Indonesia. Perdarahan postpartum
merupakanpenyebabutamakematianibuKemenkes (RI, 2018).
BerdasarkanprofilkesehatanJawa Barat, trend kematianibumasihberfluktuatif,
kasuskematianibu di provinsiJawa Barat paling tinggidiantara 10 terbesarprovinsi di Indonesia.
Jumlahkematianibutahun 2020 sebesar 416 kasus,
jumlahkasuskematianinihampirsamadengantahun 2019 (417), namun pada tahun 2020
inimasihcenderungadakenaikankarenabelumsemuakab/kotamelaporkankematianibu). Tahun
2019-2020, kasuskematianibutertinggi di kabupaten Bogor .
Penyebabkematianibumasihdidominasi oleh Perdarahan 28% dan Hipertensi 29%,
meskipunpenyebab lain-lain juga masihtinggiyaitu 24%.(DinkesJabaR, 2019)
Atonia uteri dapatmenyebabkanperdarahan, dampakdariperdarahanadalahkematian,terjadinya
atonia uteriinidisebabkankarenaserabutmiometrium yang mengelilingipembuluhdarah yang
memvaskularisasidaerahimplantasiplasentatidakberkontraksi. Sekitar (75-80%) perdarahan
yang terjadi pada masa nifasdiakibatkan atonia uteri (Nurchairina, 2017). BerdasarkanGabbe
dan Wetta, faktorrisikoperdarahanpost partumterdiridaritigafaktor, yaitufaktoribu,
faktorkehamilan dan faktorpersalinan. Beberapapenelitianmenjelaskanmengenaifaktorrisiko
atonia uteri meliputioverdistensi uterus (kehamilanganda, polihidramnion, makrosomiajanin),
induksipersalinan, persalinan lama, usiaibu, paritas, preeklamsi, dan kala duamemanjang
(Wetta, 2013).
Bidanmerupakanmatarantai yang sangat
pentingkarenakedudukannyasebagaiujungtombakdalamupayameningkatkansumberdayamanusiamelalu
ikemampuannyauntukmelakukanpengawasan, pertolongan, pengawasanneonatussertapengawasan pada
persalinanibu postpartum (Manuaba, 2010; h. 43).
BerdasarkanPeraturanMentri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/MenKes/Per/2010
tentangizin dan penyelenggaraanpraktikbidan,
bidanmempunyaikewenangandalampelayanankesehatanibudalampemberianuterotonika pada
manajemenaktif kala tiga dan postpartum sertatindakankompresi bimanual interna dan eksterna pada
kasusperdarahan postpartum (Kemenkes RI, 2010; h. 26). Di
Puskesmasdalampenatalaksanaanpenangananperdarahanpostpartu primer
yaitudengantindakankompresi bimanual interna.
Berdasarkanlatarbelakangdiatasmakakelompoktertarikmengambiljudul “Asuhan Kebidanan Intra Natal
Pada Ny. S G3P2A0Umur Kehamilan 39 Minggu Dengan Atonia UteriDi Puskesmas Poned Melong
Tengah”

2. Rumusanmasalah
BagaimanaAsuhan Kebidanan Intra Natal Pada Ny. S G3P2A0Umur Kehamilan 39 Minggu
Dengan Atonia UteriDi Puskesmas Poned Melong Tengah?

3. Tujuan
a. TujuanUmum
SecaraumumuntukmengetahuibagaimanapenatalakasanaanAsuhan Kebidanan Intra Natal Pada
Ny. S G3P2A0Umur Kehamilan 39 Minggu Dengan Atonia UteriDi Puskesmas Poned Melong
Tengah.
b. TujuanKhusus
a) Untuk mengetahui bagaimana pengkajian data pada kasus;
b) Untuk mengetahui bagaimana patofisiologis persalinan dengan atonia uteri
c) Untuk mengetahui bagaimana penegakkan diagnose asuhan kebidanan persalinantersebut.
d) Untuk mengetahuibagaimanapenatalaksanaan pada asuhan Kebidanan persalianantersebut.
e) Untuk mengetahuiapaimplementasiasuhan Kebidanan terkini yang bisa diterapkan pada
asuhan Kebidanan di persalinantersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan

( 37- 42 minggu) ,lahir spontan dengan presentabelakang

kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik

pada ibu ataupun pada janin.(Wiknjosastro,2000)

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang

berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau

hampir cukup bulan , disusul dengan pengeluaran plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu.(FK UNPAD, 1983)

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui

vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan

tidak melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18-24

jam,dengan letak janin belakang kepala.( Varneys,2003)

Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil,persalinan

normal adalah proses pengeluaran janin yang dapat hidup

dari dalam uterus dan keluar melalui vagina secara spontan

pada kehamilan cukup bulan tanpa bantuan alat dan tidak

terjadi komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan

presentasi belakang kepala berlangsung dalam kurang dari

24 jam.(Varneys,2003; FK UNPAD,

1983;Wiknjosastro,2000)
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita ( Syaifuddin,1999)

Alat / organ reproduksi wanita terdiri atas alat / organ eksternal dan

internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Organ eksternal

(sampai vagina) berfungsi sebagai kopulasi, sedangkan Internal berfungsi

untuk ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,

pertumbuhan fetus, kelahiran.

Gambar 2.1. Genetaliaeksterna

( Sumberbukuanatomifisiologi system reproduksi )

7
1. GenetaliaEkasterna

Vulva tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi

perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,

hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada

dinding vagina.

a. Mons pubis / mons veneris

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa

pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

b. Labiamayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,

banyak mengandung pleksus vena. Ligamentum rotundum uteri

berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum,

labia mayora menyatu (pada commisur posterior).

c. Labiaminora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel

rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung

serabutsaraf.

d. Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior

vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior

8
vagina. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak

pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

e. Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral

labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6

lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae,

ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.

Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

f. Introitus / orificiumvagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup

lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa

robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah

menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,

septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat

robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan

(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut

parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek

yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang

abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)

menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi

terkumpul di rongga genitalia interna.

9
g. Vagina

Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix

uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal

ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4

kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan

kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis.

Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.

Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk

jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina

terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas

dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di

sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik

daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif

terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

h. Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-

otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma

urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor

urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara

anusdanvagina.Perineummeregangpadapersalinan,kadangperlu

10
dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah

ruptur.

2. GenetaliaInterna

Uterus adalah suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir,

dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat

implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan

adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi

konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan

serviksuteri.

Gambar 2.2 Genetalia interna

( Sumberbukuanatomifisiologi system reproduksi )

11
a. Serviks uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /

menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari

3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan

glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu

portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum

(luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,

dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan

(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah

pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis

melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina

ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah

serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan

larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan

viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

b. Corpus uteri

Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada

ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan

muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam

arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam

lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan

runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.

12
Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior,

fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus

terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan

dan perkembangan wanita(gambar).

c. Ligamenta penyanggauterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum

cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,

ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,

ligamentum rectouterina.

d. Vaskularisasiuterus

Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna,

serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

e. Salping / TubaFalopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang

tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi

ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga

lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa

dengan epitel bersilia. Terdiri dari atas pars isthmica

(proksimal/isthmus) merupakan bagian dengan lumen tersempit,

terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet; pars ampularis

(medial/ampula) merupakan tempat yang sering terjadi fertilisasi

13
adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik

(patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini ;

pars infundibulum (distal) yang dilengkapi dengan fimbriae serta

ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan

ovarium. Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat

ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba ;

serta mesosalping yaitu jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya

mesenterium pada usus).

f. Ovarium

Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,

sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan

jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel

menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar

epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan

sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel,

progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan

pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae

"menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium

terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum

infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi

dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arterirenalis.

14
3. Organ Reproduksi / Organ SeksualEkstragonadal

a. Payudara

Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah

pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar

mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus

terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin

memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui

duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama

payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin

pascapersalinan.

Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai

sexually responsive organ.

b. Kulit

Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih

tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong

dan lipat paha dalam. Protein di kulit mengandung pheromone

(sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang

berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan

androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur).

Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat danliur.

15
4. Hormon-hormonReproduksi

a. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)

Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi

menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan

hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).

b. FSH (Follicle Stimulating Hormone)

berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel

granulosa) Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai

respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan

pematanganfolikeldansel-selgranulosadiovariumwanita(padapria

: memicu pematangan sperma di testis).

Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek

(sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya

dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui

mekanisme feedbacknegatif.

c. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating

Hormone)

Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH

dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-

surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan

mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam

menghasilkan progesteron.

16
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi

setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam).

Kerja sangat cepat dan singkat.

d. Estrogen

Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di

ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi

di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria,

diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga

oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan

(proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.

Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks :

menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks. Pada

vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada payudara :

menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga mengatur distribusi lemak

tubuh.

Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu

pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk

pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi

hormon estrogen (sintetik) pengganti.

e. Progesteron

Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium,

sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga

17
diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses

perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang

mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal

jika terjadiimplantasi.

f. HCG (Human ChorionicGonadotrophin)

Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan

trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan

kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian

turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik

kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).

Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum

dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa

kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.

Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda

kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack,dsb).

g. LTH (Lactotrophic Hormone) /Prolactin

Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu /

meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di

ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan

mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga

diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen).

Fungsilaktogenik/laktotropikprolaktintampakterutamapadamasa

18
laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi

terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan

(hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel,

gangguan ovulasi dan gangguan haid berupaamenorrhea.

C. Faktor-FaktorpenyebabDimulainyaPersalinan

1. Faktorhormonal

Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan hormone

esterogen dan progresteron. Dimana progresteron bekerja sebagai

relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan hal ini

menyebabkan atau merangasang pengeluaran prostaglandin merangsang

dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang kontraksi uterus. Faktor

struktur uterus atau rahim membesar dan menekan, menyebabkan iskemia

otot-otot rahim sehingga menganggu sirkulasi otot plasenta yang

berakibatdegenerasi.

2. Faktorsyaraf

Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka akan

menekan dan menggesek ganglion servikalis yang akan merangsang

timbulnya kontraksi uterus.

3. Faktor kekuatanplasenta

Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan penurunan

produk hormon progrestero dan esterogen.

19
4. Faktornutrisi

Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akandikeluarkan.

5. Faktorpartus

Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan

oksitosin, amniotomo gaganglaminaria.(prawirohardjo,1997)

D. Penyebab

Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui

secara pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain :

1. Penurunan kadar progesteron:

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim.

Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan

Estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron

menurun sehingga timbul his.

2. Teori oxytosin:

Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu timbul

kontraksi otot-otot rahim.

3. Keregangan otot-otot:

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya

teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk

mengeluarkan isinya.

20
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin

teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.

4. Pengaruh janin:

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang

peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari

biasa.

5. Teori Prostaglandin:

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah

satusebab permulaan persalinan.

Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang

diberikan secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi

myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan

adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun

darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama

persalinan.

E. Tanda permulaanpersalinan

1. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)

terutama pada primipara.

2. Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uterimenurun.

3. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian

bawahjanin.

21
4. False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karena

adanya kontraksi lemah dariuterus.

5. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir,

darah dari vagina (bloedy show). (Praworohardjo,2000)

F. Tanda dan gejalainpartu

1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih

hebat.

2. Keluar lendir dan darah lebihbanyak.

3. Kadang ketuban pecah dengansendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan

lengkap.( Praworohardjo,2000)

G. Faktoresensialpersalinan

1. Power

Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan

kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan

janin dan plasenta dari uterus.

2. Passageway

Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus ( lubang luar vagina ) janin harus dapat

menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut.

22
3. Passanger

Cara penumpang ( passanger ) atau janin bergerak disepanjang jalan

lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala

janin, presentasi letak kepala, letak, sikap, dan posisijanin.

4. Psikologikalrespon

Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan

merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan

perlukan.

5. Posisiibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi

membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki

sirkulasi ( melzack,dkk,1991). Posisi tegak meliputi posisi berdiri,

berjalan, duduk, dan jongkok.

H. Kala dalampersalinan

1. Kala I

Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).

Proses ini berlangsung antara 18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase yaitu:

a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter3cm.

b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu:

23
1) Fase akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3cm tersebut

menjadi 4cm

2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi9cm

3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadilengkap

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multi gravid pun

terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi

terjadi lebih pendek

Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada primigravida

dan multigravida, pada yang pertama ostium uteri internum akan

membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis.

Baru kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada multigrvida

osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internum dan

eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang

sama.

Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau

sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan

hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum

pembukaan mencapai 5 cm, disebut ketuban pecah dini.

24
Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap. Pada

primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada

multigravida kira-kira 7 jam.

2. Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2

sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masuk

ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar

panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita

merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian

perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka, labia

mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam

vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala

tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal

kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi,

muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai

lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala

II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5jam.

3. Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak

diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk

melepas plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6sampai

25
15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada

fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

4. Kala IV

Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum.

Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata

perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari

500cc adalah perdarahan abnormal.

( Prawirohardjo,2007)

I. Mekanismepersalinan normal

1. Engagement

Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala

dikatakan telah menancap ( engaged ) pada pintu atas panggul.

2. Penurunan

Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan

terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan

langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi diafragma serta otot-

otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.

26
3. Fleksi

Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul,

atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu

didekatkan kearah dada janin.

4. Putaran paksidalam

Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap

kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis, dan

kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul.

5. Ekstensi

Saat kepala janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke arah

anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah

simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibatekstensi.

6. Restitusi dan putaran paksiluar

Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga

mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran

paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip

dengan gerakan kepala.

7. Ekspulsi

Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan

badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis

pubis.

27
J. Adapatasi/PerubahanFisiologi dan Psikologi

1. Adaptasijanin

a. Denyut jantung janin ( DJJ)

Untuk memprediksikan keadaan janin yang berkaitan dengan

oksigenasi DJJ rata-rata pada aterm adalah 140 denyut/ menit

sedangkan DJJ normal ialah 110 sampai 160 denyut/ menit

b. Sirkulasi janin

Sirkulasi janin dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan

darah, dan aliran darah tali pusat.kontraksi uterus selama masa

persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui anterior spirallis,

sehingga mengurangi perfusi melalui ruang intervilosa.

c. Pernafasan dan perilaku lainjanin

Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi kemoreseptor pada aorta

dan badan carotid guna mempersiapkan janin untuk memulai

pernafasan setelah lahir. Perubahan yang terjadi:

1) 7-2 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru ( selama

persalinanpervaginam)

2) Tekanan oksigen ( PO2 ) janinmenurun

3) Tekanan karbondioksida ( PCO2) arterimeningkat

4) PH arterimenurun

28
2. Adaptasiibu

a. Perubahankardiovaskuler

Pada setiap kontraksi, 2100 ml darah dikeluarkan dari uterus dan

masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini meningkatkan curah

jantung sekitar 10-15% pada tahap I persalinan dan sekitar 30 % -50

% pada tahap II persalinan.

b. Perubahanpernafasan

Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian O2 terlihat dari

peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan

alkalosis respiratorik ( PH meningkat ) hipoksia dan hipokapnea ( CO 2

menurun)

c. Perubahan padaginjal

Pada trimester ke II kandung kemih menjadi organ abdomen. Apakah

terisi kandung kemih dapat teraba diatas simpisis pubis. Selama

persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara

spontan akibat dari :

1) Oedema jaringan akibat tekanan bagianpresentasi

2) Rasa tidaknyaman

3) Sedasi dan rasamalu

d. Perubahanintegument

Terlihat pada daya distensibilitas daerah introtus vagina ( muara

vagina). Pada setiap individu tingkat distensibilitas berbeda, meskipun

29
meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar

introitus vagina meskipun tidak dilakukuan episiotomi / terjadi

laserasi.

e. Perubahanmuskuloskeletal

Dapat mengalami stress selama masa persalinan. Diaphoresis,

keletihan, proteinuria dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai

peningkatan aktivitas yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi

terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm.

f. Perubahanneuriologis

Menunjukkkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman pada masa

persalinan. Perubahan sensori terjadi saat wanita masuk ke tahap I

persalinan dan masuk kesetiap tahap berikutnya. Mula-mula wanita

terasa euphoria kemudian menjadi serius dan mngelami amnesia

diantara fraksi selama tahap ke II akibatnya wanita merasa senang atau

merasa letih saat melahirkan.

g. Perubahanpencernaan

Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui

mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan.

Selama persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan

waktu pemasangan lambung menjadi lambat. Mual, muntah, dan

sendawa juga terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks

lengkap.

30
h. Perubahanendokrin

Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat

diakibatkan oleh penurunann kadar progresteron dan peningkatan

estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan

kadar aliran darah dapat menurun akibat proses persalinan.

31
K. Pathways

- Faktorhormone

- Faktorsyaraf

- Faktorkekuatan
plasenta

- Faktornutrisi

- Faktorpartus

Kala I

aktif

laten transisi

Kepalabayi ↓
Estrogen Rahim Nafasmulut kontraksi↑ Meningkatny
dan besar dan ametabolisme
progrester menegan
o g

Sirkulasi O2 Dilatasi Kadar Meneka


Oksitosin ↑ Ischemia maternal uterus 4-8 alirandarahme njaringa
alatrahim ↓ cm nurun n

Kadar Tekanan
Hipoksiajar Aliranbalik Hipoksia
Sirkulasiuter pada
prostaglandin ↑ inganjanin jaringan vena jaringan
oplasentater
menurun
ganggu

Nyeri
Kontraksi Hipoksia Restikerusak akut
uterus jaringan anpertukara Restipenurnan
gas janin curahjantung

Nyeri akut Resticidera


pada janin

Gambar 2.3. Pathways

Bobak, 2004: Varney, 2003: Prawiroharjdo 2007

32
Kala II Kala III

Pembukaancerviks
10 cm Bayi lahir

Mengeraninvolunter
Kontraksi uterus

Kepalajaninmenurun

Kehilangan Terjadilaserasi
Pengelurandarahlebih Menekansaraf/ darah
banyak peneganganjarinan

Restikekurangan
trauma jaringan
Restikekurangan Nyeri akut cairan
volume cairan

Kala IV

Nyeri akut

Plasentalahir Kelahiranbayi

Pemulihansistem Pertambahana
Kontraksiuetrus
tubuh nggotakeluarga

Sirkulasiuteroplasenta Tremor otot Perubahan


berlnjut proses
keluarga

perdarahan Trauma
mekanis/edmaotot

Nyeri akut
Restikekurangan volume cairan

Gambar 2.4. Pathways

Bobak, 2004: Varney, 2003: Prawiroharjdo 2007

33
2. PerdarahanPostpartum

a. PengertianPostpartum

Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah

kala tiga persalinan selesai. Setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea. 13

Perdarahan postpartum adalah perdarahan masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta,

robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu

disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.1

b. JenisPerdarahan

Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jampertama dan biasanya disebabkan oleh

atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang

jarang,biasanya karena inversio uteri. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah

24 jam persalinan, biasanya karena sisaplasenta.1

c. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya14:

1) Pemeriksaan fisik. Pucat, disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, nadi cepat kecil,

ekstremitas dingin dan tampak darah dari vagina secara terusmenerus.

10

34
2) Pemeriksaan obstetrik. Kontraksi ulkus lembek, uterus

membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik

mungkin karena perlukaan di jalanlahir.

3) Pemeriksaan ginekologi. Dilakukan dalam keadaan baik atau

telahdiperbaiki,dapatdiketahuikontraksiuterus,lukajalanlahir

dan retensi sisaplasenta.

4) Pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium, tesradiologi.

d. Faktor Penyebab Perdarahan PostpartumPrimer

1) Perdarahan dari Tempat ImplantasiPlasenta

a) Gangguan perfusi myometrium (hipotensi, atonia uteri,

induksi)

Induksi dan stimulasi persalinan menyebabkan kerja uterus

yang berlebih pada kala satu dan dua mengakibatkan

kegagalanretraksiototuteruspadakalatigasehinggaterjadi

perdarahan.

b) Overdistensi uterus (hidramnion,kembar)

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau

lebih.Hidramnionadalahjumlahcairanketuban>1500ml.15

Jika ketuban pecah saat persalinan pada kasus

polihidramnion atau setelah kelahiran bayi pertama dalam

kehamilan multipel, penyempitan rongga uterus yang

mendadak dan luas dapat menjadi presipitasi pelepasan

plasenta. Saat uterus sangat teregang dalam kehamilan,sel


otot menjadi kurang mampu berkontraksi dan beretraksi

secara efisien pada kala III persalinan. Oleh sebab itu

penyebab perdarahan postpartum pada kondisi tersebut

adalah atonia uteri.16

c) Persalinanlama

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari

24 jam untuk primigravida dan 18 jam untuk bagi

multigravida.15 Persalinan lama dicirikan dengan kontraksi

lemah dan tidak beraturan. Dehidrasi, ketosis, dan

kelemahan dapat berperan sehingga otot uterus menjadi

letih. Insersi yang terjadi dapat mengakibatkan atonia

uterus.16

d) Persalinanpresipitatus

Jalanya janin yang terlalu cepat pada jalan lahir dpat

menghalangi regangan jaringan yang berangsur-angsur dan

perlahan,yangdapatmengakibatkanlaserasiserviks,vagina,

dan atau perineum sehingga meningkatkan kehilangan

darah.

e) Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda

hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena


kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. Hipertensi ialah tekanan darah sistolik

dan diastolik ≥140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah

sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.

Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama

24 jam atau sama dengan ≥1+ dipstick.1 Preeklampsia dapat

membuat tekanan darah ibu melonjak naik, hemoragi dapat

membuatnya turun drastis. Kondisi yang satu dapat

menyamarkan yang lain sehingga tanda-tanda vital yang

berbeda harus sering dipantau karena mempengaruhi

diagnosis dan penanganan akurat.16

2) Trauma SaluranGenetalia

a) Berat badan bayi>4kg

Makrosomia atau bayi besar adalah bayi baru lahir yang

berat badan lahir pada saat persalinan lebih dari 4000 gram.

Seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar, maka

kala duanya akan sangat memanjang.1

b) Episiotomylebar

Episiotomy adalah mempercepat persalinan dengan

memperlebar jalan lahir lunak.15

3) Anemia

Anemia didefinisikan sebagai kekurangan zat besi.

Anemia sendiri diklasifikasikan menjadi anemia ringan, anemia


sedang dan anemia berat. Dikatakan anemia apabila kadar

hemoglobin (Hb) adalah <11 gr%. Volume darah semakin

meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari

pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran

darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur hamil 32

minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25

sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.

Anemia dapat menyebabkan retensio plasenta dan perdarahan

postpartum karena atonia uteri. 15

e. Etiologi

1) AtoniaUteri

Atoni uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi

rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup

perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi

dan plasenta lahir.1 Perdarahan postpartum bisa dikendalikan

melalui kontraksi dan retraksi serat-serat myometrium.

Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-

pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta

menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguanfungsi

myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi

penyebab utama perdarahan postpartum.17 Faktor

predisposisinya adalah sebagai berikut:


a) Regangan rahim berlebih karena kehamilan gemelli,

polihidramnion, atau anak terlalubesar.

b) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinankasep.

c) Kehamilan grade-multipara.

d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau

menderita penyakitmenahun.

e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksirahim.

f) Infeksi intrauterine(korioamnionitis).

g) Ada riwayat pernah atonia uterisebelumnya.

2) Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan

trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan

traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu

dihindarkan memimpin persalinan saat pembukaan serviks

belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi,

robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum

ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa

ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi, robekan perineum

spontan derajat ringan sampai rupture perineum totalis (sfingter

aniterputus),robekanpadadindingvagina,ferniksuteri,serviks,

daerah sekitar klitoris, uretra dan bahkan yang terberat rupture

uteri.Perdarahanyangterjadisaatkontraksiuterusbaikbiasanya

karenaadarobekanatausisaplasenta.Pemeriksaandapat
dilakukan dengan cara melakukan inspeksi pada vulva, vagina

dan serviks dengan memakai speculum untuk mencari sumber

perdarahan dengan ciri warna darah yang segar dan pulsatif

sesuai dengan denyut nadi.1

3) RetensioPlasenta

Retensio plasenta adalah tertinggalnya plasenta di

dalam uterus setelah setengah jam bayi lahir. Plasenta sukar

dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga, bisa disebabkan

oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus disebut

sebagai:

a) Plasenta akreta bila implantasi menebus desidua basalisdan

nitabuch layer.

b) Plasenta inkreta bila sampai menembusmyometrium.

c) Plasenta prekreta bila vili korialis sampai menembus

perimetrium.

Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah

plasentaprevia,bekasseksiosesaria,pernahkuretberulang,dan

multiparitas. Bila sebagian kecil dari plasenta dari plasenta

masih tertinggal dalam uterus disebut rest placenta dan dapat

menimbulkan perdarahan postpartum primer atau sekuder.

Proseskalatigadidahuluidengantahappelepasanplasentaakan

ditandai dengan perdarahan pervaginam atau sebagian plasenta

sudah lepas tapi tidak keluar pervaginam, sampai akhirnya

ekspulsi, plasenta lahir. Pada retensio plasentasepanjang


plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan

perdarahan. Sebagian plasenta belum terlepas maka

menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang lepas dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan harus

diantisipasi dengan segera melakukan manual plasenta,

meskipun kala uri belum lewat setengah jam.

Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak

lancar, atau setelah melakukan manual plasenta atau

menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat

melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahandari

ostium uteri eksternum pada konstraksi rahim sudah baik dan

robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu harus dilakukan

eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual atau digital atau

kuret dan pemberianuterotonika.1

4) InversiUterus

Menurut Basket TF dan Shiers C dalam buku

Kedaruratan dalam Persalinan, inversi disebabkan oleh

kesalahan penatalaksanaan kala tiga persalinan, yang meliputi:

a) Traksi tali pusat yang dikontrol terlalu dini dan berlebihan

sebelum tanda pelepasanplasenta

b) Traksi tali pusat yang dikontrol saat uterusrelaksasi

c) Penggunaan tekanan fundus dengan atau tanpa traksi tali

pusat.
Inversi uterus juga dapat terjadi secara spontan setelah

dekompresasi uterus mendadak, seperti pada pelahiran bayi

makrosomia atau kembar, atau yang jarang terjadi, setelah

peningkatan tekanan intra abdomen saat uterus dapat terdorong

dan keluar akibat batuk dan muntah.16 Inversio uteri ditandai

dengan tanda-tanda:

a) Syok karenakesakitan

b) Perdarahan banyakbergumpal

c) Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa

plasenta yang masih melekat

d) Bilabaruterjadi,makaprognosiscukupbaikakantetapibila

kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang

mengecilakanmembuatuterusmengalamiiskemia,nekrosis

daninfeksi.

5) Perdarahan karena Gangguan PembekuanDarah

Setiap penyakit hemorrargik (blood dyscresias) dapat

diderita oleh wanita hamil dan kadang-kadang menyebabkan

perdarahan postpartum.17 Kausal perdarahan postpartum karena

gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang

lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah

mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan

ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan

penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul


hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi,

rongga hidung dan lain-lain.1 Afibriogenemia atau

hypofibrinogenemia dapat terjadi setelah abruptio placenta,

retention janin-mati yang lama di dalam rahim dan pada emboli

cairanketuban.Thromboblastikyangtimbuldaridegenerasidan

autolisis decidua serta plasenta dapat memasuki sirkulasi

maternal dan menimbulkan koagulasi intravaskuker serta

penurunan fibrinogen yang beredar. Keadaan tersebut yaitu

suatu kegagalan pada mekanisme pembekuaan, menyebabkan

perdarahan yang tidak dapat dihentikan dengan yang biasanya

dipakai untuk mengendalikanperdarahan.17

f. Komplikasi

Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis

akibatinfeksiadalahduakomplikasiyangfatalpadaperistiwaruptur

uteri. Syok hipovolemik terjadi bila pasien tidak segera mendapat

infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu

yang cepat digantikan dengan transfusi darah segar. Infeksi berat

umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah

terjadi sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai

manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam

keadaan demikian pasien tidak segera memperoleh terapi antibiotik

yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang

luas dan menjadi sepsis pasca bedah. Syok hipovolemik daninfeksi


merupakan sebab-sebab utama yang meninggikan angka kematian

maternal dalam obstetrik. Meskipun pasien dapat diselamatkan,

morbiditas dan kecacatan tetap tinggi.1,13

2. Paritas

Paritas/ para adalah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran

janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28

minggu atau 1000 gram).18 Paritas adalah wanita yang pernah

melahirkan bayi aterm.19 Banyak anak akan sangat mempengaruhi

kesehatan ibu dan anak. Kejadian kematian ibu dan bayi pada

persalinan pertama cukup tinggi, yang kedua paling rendah dan

ketiga sedikit dibawah yang pertama. 20 Paritas dapat

diklasifikasikan sebagai berikut19:

a. Nulipara yaitu seorang wanita yang belum pernah

menyelesaikankehamilan.

b. Primipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan bayi

aterm sebanyak satukali.

c. Multipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan anak

hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari

limakali.

d. Grandemultiparayaituwanitayangtelahmelahirkanjaninaterm

lebih dari limakali.

Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu

dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor


penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi

yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan

pada paritas lebih dari tiga, karena uterus yang telah melahirkan

banyak anak maka uterus bekerja kurang efisien pada setiap kala

dalam persalinan.

3. KarakteristikIbu

a. Usia

Kehamilandanpersalinanpalingamanpadakebanyakan

aspek adalah bila ibu melahirkan bayi pada usia 20-34 tahun. 21

Angka kematian anak dan ibu dengan umur di bawah 20 tahun

dan di atas 35 tahun, lebih tinggi bila dibandingkan dengan

angkakematiandariibuyangberumurantara20-35tahun.Lebih

dari sepertiga kelahiran di seluruh dunia setiap tahunnya adalah

daripadaibuyanglebihmudadari20tahundanlebihtuadari

35 tahun. Perempuan yang belum dewasa memiliki organ

reproduksi yang belum kuat untuk berhubungan intim dan

melahirkan,sehinggagadisdibawahumurmemilikirisikoempat

kali mengalami luka serius dan meninggal akibat melahirkan. 22

Masalah yang dihadapi wanita hamil berusia lebih tua (35tahun

atau lebih) biasanya merupakan akibat kelainan kromosom atau

komplikasi medis akibat penyakit kronik yang lebih sering

terjadi pada wanita yang beranjak tua.21 Tingkat kesuburan


wanita berkurang ketika seorang wanita di awal 30 tahun dan

setelah 35 tahun lebih menurun.22

b. JarakPersalinan

Jarak persalinan adalah sela antara persalinan yang lalu

dengan persalinan terakhir. Jarak persalinan kurang dari dua

tahun menyebabkan rahim dan kesehatan ibu belum pulih

dengan baik. Keadaan tersebut perlu diwaspadain dikarenakan

kemungkinan janin dapat mengalami pertumbuhan kurang baik,

persalinan dan perdarahan. Jarak persalinan yang pendek

menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rahim, sehingga

rahim belum siap menerima implantasi. Oleh karena itu, janin

tumbuh kurang sempurna. Rahim yang lemah tidak mampu

mempertahankan hasil konsepsi sampai aterm sehingga terjadi

kelahiran sebelum waktunya yang menyebabkan janin lahir

dengan berat badan lahir rendah.15

c. StatusPekerjaan

Tuntutan pekerjaan dapat membuat karyawan terpajan

pada logam, debu, serat, asap, bahan kimia, bahaya biologis,

suara, getaran, dan radiasi. Waspadai hubungan antara jenis

pekerjaan dan pajanan terhadap agens, seperti insektisida,

herbisida dan fungisida yang digunakan di bidang pertanian. 21

Tidak ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan dimana ibu

hamil sama sekali tidak boleh melakukan aktivitas pekerjaan


rumahataupunbekerjadiluarrumah,yangpentingdiperhatikan

adalah keseimbangan dan toleran dalam pekerjaan. Hal yang

perludiperhatikandalampekerjaanatauaktivitasbagiibuhamil

adalah apakah aktivitasnya berisiko bagi kehamilan.23

3. Hubungan Paritas dengan Perdarahan Postpartum

Ibu yang pernah hamil atau melahirkan anak empat kaliatau

lebih memiliki banyak kemungkinan seperti kekendoran pada

dindingperutataupunkekendoranpadadindingrahim.24Ototrahim

mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. 19 Otot

dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot.

Setelah melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali, tetapi

pemisahan otot (diastasis recti abdominis)menetap.23

Bertambahnya paritas, akan semakin banyak jaringan ikat

pada uterus sehingga kemampuan untuk berkontraksi semakin

menurun akibatnya sulit melakukan penekanan pada pembuluh-

pembuluh darah yang terbuka setelah terlepasnya plasenta. Selain

itu, juga terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang

mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas implantasi plasenta

sehingga vaskularisasi dapat berkurang. Untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta mengadakan perluasan

implantasi dan vili khorialis menembus dinding uterus lebih dalam

lagi sehingga dapat terjadi retensio plasenta adesiva hingga

perkreta.11,25
Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan

pasca persalinan karena pada saat kehamilan dan persalinan terjadi

perubahan pada serabut otot di uterus yang dapat menurunkan

kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk

melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang

membuka setelah lepasnya plasenta. Risiko terjadinya perdarahan

pascapersalinanakanmeningkatsetelahpersalinanketigaataulebih

yang mengakibatkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.8,26

Paritas tinggi merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya

perdarahan postpartum. Paritas lebih dari tiga mempunyai risiko

lebih besar untuk terjadinya perdarahan postpartum karena otot

uterus lebih sering meregang sehingga dindingnya menipis dan

kontraksinya menjadi lebih lemah.

Patofisiologi Atonia Uteri

Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah


melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan postpartum
secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi
pembuluh darah yang memvaskularisasikan daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi
apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi (Cuningham, 2005).

Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat


miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah
sehingga aliran darah di tempat plasenta berhenti kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
miometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan
postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang sama sekali tidak
disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya factor penyebab dalam banyak hal
harus menimbulkan kewaspadaan terhadap kemungkinan gangguan tersebut.

Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting
dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan postpartum, lapisan tengah miometrium
tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh pembuluh darah.

Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap dua buah serabut
kira-kira membentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya susunan otot seperti diatas,
jika otot berkontraksi akan menjempit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk
berkontraksi ini akan menyebabkan pembuluh darah pada uterus tetap vasodilatasi sehingga
terjadinya perdarahan postpartum (Cuningham, 2005).

Hal-hal yang menyebabkan atonia uteri adalah :

1 Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi instrinsik uterus.

2 Partus lama : kelemahan akibat partus lama bukan hanya rahim yang lemah,

cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi

juga ibu yang keletihan kurang berthan terhadap kehilangan darah.


B. KerangkaTeori/Pathway
D. ManajemenAsuhanKebidanan

1. Pengertian

Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah


yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Asrinah dkk, 2010).

2. Prinsip Proses ManajemenKebidanan

Menurut Mufdlillah (2011) prinsip manajemen kebidanan


sebagi berikut :
a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbarui data yang
lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang
komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaanfisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan
intepretasi datadasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersamaklien.
d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat
keputusan dan bertanggung jawab terhadapkesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersamaklien.
f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana
individu.
g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
dengan kolaborsi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan
selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam
situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaannormal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengankebutuhan.
3. Langkah-langkahManajemenKebidanan

Proses Manajemen Kebidanan menurut Varney (2007)


terdiri dari 7 langkah yang secara periodik disaring ulang, proses
manajemen ini terdiri dari pengumpulan data, antisipasi atau tindakan
gawat daruratan, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan DataDasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan


mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap (Asrinah, 2010).
1) DataSubyektif

Merupakan Informasi yang dicatat dan diperoleh


dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat,2009).
a) Identitaspasien
Identitas ini untuk mengidentifikasi pasien dan
menentukan status sosial ekonominya yang harus kita
ketahui seperti anjuran apa yang akan diberikan (Hani, dkk.
2010)
(1) Namapasien

Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap


untuk menghindari adanya kekeliruan atau untuk
membedakan dengan pasien yang lain (Wulandari,
2008).
(2) Umur

Umur penting untuk dikaji karena ikut


menentukan prognosis kehamilan. Jika umur terlalu tua
atau terlalu muda, maka persalinan lebih banyak
resikonya (Hani, dkk. 2010)
(3) Suku/Bangsa

Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat


yang menguntungkan dan merugikan bagi pasien
(Wulandari, 2008).
(4) Agama

Untuk mempermudah bidan dalam


melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan (Wulandari,2008).
(5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual karena


tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang (Wulandari, 2008).
(6) Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan pasien dan


tanggung jawabnya dalam rumah sehingga dapat
mengidentifikasi resiko yang yang berhubungan dengan
pekerjaan pasien (Varney, 2006).
(7) Alamatpasien

Untuk mempermudah hubungan jika


diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan
mengetahui tempat tinggal pasien (Wulandari, 2008) .
b) Alasan masuk RB/RS:

Adalah alasan yang membuat pasien datang


berhubungan dengan kehamilannya (Saifudin, 2008).
c) Keluhan Utama:

Alasan pasien mengunjungi ke klinik dapat


berhubungan dengan sistem tubuh (Varney, 2006). Pasien
mengeluhkan mengeluarkan cairan dari jalan lahir, berbau
khas, belum ada kenceng-kenceng dan belum ada
pengeluaran lendir darah (Nugroho, 2012).
d) Riwayat Kesehatan:

(1) Riwayat KesehatanSekarang

Adalah riwayat kesehatan yang diderita saat


ini oleh pasien. Penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, Malaria, HIV/AIDS, Penyakit keturunan
seperti jantung, hipertensi, DM, Asma, Alergi Obat
(Janah,2011).
(2) Riwayat KesehatanDahulu

Merupakan riwayat penyulit yang dahulu


pernah diderita seperti Jantung, Hipertensi, DM, Asma,
Hepar dan HIV/AIDS (Kusmiyati, 2008).
(3) Riwayat KesehatanKeluarga

Adalah riwayat kesehatan yang pernah


diderita keluarga seperti Jantung, Asma, Hipertensi,
DM, Kembar, kanker, penyakit ginjal, TB, epilepsi
(Hani, 2011).
e) RiwayatPerkawinan

Penting untuk dikaji karena akan mendapatkan


gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan.
Nikah berapa kali, status pernikahan syah/tidak, menikah
pada umur berapa tahun, dengan suami umur berapa tahun,
lama pernikahan berapa tahun (Sulistyawati,2009).
f) RiwayatObstetri
(1) RiwayatMenstruasi

Data yang diperoleh sebagai gambaran


tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.
Menarche (pertama kali haid), siklus (jarak antara
menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya), lamanya menstruasi, banyaknya darah,
bau, warna, konsistensi, ada dismenorhe dan flour albus
atau tidak, keluhan (keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi) (Sulistyawati,2009).
(2) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tanggal kelahiran, usia kehamilan atermatau
tidak, bentuk persalinan (spontan, SC, forcep atau
vakum), penolong, tempat, masalah obstetri dalam
kehamilan (preeklamsi, ketuban pecah dini, dll ), dalam
persalinan (malpresentasi, drip oksitosin, dll), dalam
nifas (perdarahan, infeksi kandungan, dll), jenis
kelamin bayi (laki-laki/perempuan), berat badan bayi,
adakah kelainan kongenital, kondisi anak sekarang
(Hani,2011).
(3) Riwayat KehamilanSekarang

(a) HPHT

Untuk mengetahui usia kehamilan (Hani, 2011)


(b) HPL

Untuk mengetahui perkiraan kelahiran (Nursalam,


2009).
(c) ANC (AntenatalCare)

Untuk mengetahui periksa teratur atau


tidak, tempat ANC dimana (Prawirohardjo, 2010).
Pergerakan janin dirasakan pertama kali pada usia
kehamilan berapa minggu, dalam 24 jam berapa
kali, dalam 10 menit berapa kali, TT berapa kali,
Obat-obat yang di konsumsi selama kehamilan,
kebiasaan negatif ibu terhadap kehamilannya
(merokok, narkoba, alkohol, minum jamu), keluhan
(Janah, 2011).
(4) RiwayatKB

Kontrasepsi yang pernah dipakai, lamanya


pemakaian kontrasepsi, alasan berhenti, rencana yang
akan datang (Janah, 2011).
g) Pola kebutuhansehari-hari

(1) PolaNutrisi

Penting untuk diketahui supaya kita


mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi
asupan gizinya selama hamil (Sulistyawati, 2009).
Makanan : Frekuensi, banyaknya, jumlah, pantangan,
keluhan.
Minuman : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman,
keluhan.
(2) PolaEliminasi

Untuk memastikan keadaan kesehatan


keluarga (Sulistyawati, 2009). Dikaji BAB berapa
kali/hari, BAK berapa kali /hari, keluhan.
(3) Pola Istirahat

Untuk mengetahui hambatan yang mungkin


muncul jika didapatkan data yang senjang tentang
pemenuhan kebutuhan istirahat (Sulistyawati, 2009).
Dikaji tidur siang dan tidur malam berapa jam, keluhan.
(4) PolaAktivitas

Memberikan gambaran tentang seberapa


berat aktivitas yang dilakukan di rumah (Sulistyawati,
2009). Dikaji pekerjaan dirumah atau pekerjaan yang
dikerjakansehari-hari.
(5) PersonalHygiene

Data yang mempengaruhi kesehatan pasien


dan bayinya (Sulistyawati, 2009). Dikaji mandi berapa
kali/hari, keramas berapa kali/minggu, ganti baju
berapa kali/hari, ganti celana dalam berapakali/hari,
sikat gigi berapa kali/hari, potong kuku berapa
kali/minggu.
(6) AktivitasSeksual

Untuk mengetahui keluhan dalam aktivitas


seksual yang mengganggu (Sulistyawati, 2009). Dikaji
frekuensi, keluhan.
(7) PsikososialSpiritual

Perlu dikaji untuk kenyamanan psikologis


ibu (Sulistyawati, 2009). Dikaji respon terhadap
kehamilan ini senang atau tidak, respon suami terhadap
kehamilan ini mendukung atau tidak, respon keluarga
terhadap kehamilan ini, adatistiadat.
2) DataObyektif

Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,


pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang yang
dilakukan sesuai dengan beratnya masalah (Hidayat,2009).
a) Pemeriksaanumum

Bertujuan untuk menilai keadaan umum pasien,


status gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan
bentuk badan (Hidayat & Uliyah, 2008).
b) Kesadaran

Pemeriksaan yang bertujuan menilai status


kesadaran pasien (Hidayat & Uliyah, 2008).
c) Tanda vitalsign

(1) Tekanandarah : Untuk menilai sistem

kardiovaskuler berkaitan dengan


hipertensi (Kusmiyati, 2007).
Hipertensi dalam kehamilan dengan
kenaikan ≥ 140/90 mmHg (Mitayani,
2009).
(2) Nadi : Untuk menentukan masalah
sirkulasi tungkai (Takikaedi)
(Mitayani, 2009). Frekuensinormal
60-90X/ menit (Kusmiyati,2007).
(3) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh
pasien normal atau tidak(Kusmiyati,
2007). Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi, Suhu
normal adalah 36,5-37,6oC
(Mitayani,2009).
(4) Pernafasan : Untuk mengetahui sistemfungsi

pernafasan (Kusmiyati, 2007).


Frekuensi normal 16-24X/menit
(Mitayani, 2009).
(5) BeratBadan : Untuk mengetahui faktorobesitas,

selama kehamilan berat badan naik


9-12 kg (Mufdlilah, 2009).
(6) TinggiBadan : Untuk menentukankemungkinan

adanya panggul sempit (terutama


pada yang pendek) tinggi badan
normal ≥ 145 cm (Mufdlilah, 2009).
(7) LILA : Untuk mengetahui adanya faktor
kurang gizi bila kurang dari 23,5 cm
(Mufdlilah,2009).
d) Pemeriksaanfisik

Merupakan salah satu cara untuk mengetahui


gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien
(Hidayat & Uliyah, 2008: 140). Berikut pemeriksaan head
to toe menurut Janah, 2011).
(1) Kepala : Bagaimana bentuk kepala,
warna rambut hitam atau
tidak, bersih atau tidak,
adakah ketombe dan rambut
rontok.
(2) Muka : Pucat atautidak.

(3) Mata : Adakah gangguan


penglihatan,konjungtiva
anemis atau tidak, sklera
ikterik atau tidak).
(4) Telinga : Bersih atau tidak, adakah
gangguan pendengaran,
adakah masa didalam
telinga.
(5) Hidung : Bersih atau tidak, adakah
pernafasan cuping hidung,
adakahpolip.
(6) Mulutdangigi : Mulut, lidah dan gigibersih

atau tidak, adakah caries


gigi, adakah perdarahan
gusi, bibir stomatitis atau
tidak.
(7) Leher : Adakah pembesaran
kelenjar tyroid, adakah
pembesaran venajugularis,
adakah pembesaran getah
bening.
(8) Dada : Adakah retraksi dada, denyut
jantung teratur atau tidak,
adakah whezzingparu-paru.
(9) Ekstremitas atas : Ujung jari pucat atautidak,

turgor ikterik atau tidak


tangan dan kuku bersih atau
tidak.
(10) Ekstremitas bawah :Turgor baik atautidak,

adakah oedem, bagaimana


reflek patella.
(11) Anus : Adakah varises, adakah
tanda chadwick, adakah
hemoroid.
e) Pemeriksaankhusus

(1) Inspeksi

Proses pengamatan atau observasi untuk


mendeteksi masalah kesehatan pasien (Hidayat &
Uliyah, 2008).
(a) Muka : Adakah oedem,kloasma

gravidarum.

(b) Payudara : Bagaimana pembesaranpayudara,

puting susu menonjol atau tidak,


terjadi hiperpigmentasi aerola atau
tidak.
(c) Abdomen : Adakah bekas luka operasi,adakah

striae gravidarum, adakah linea


nigra.
(d) Genetalia : Adakah pengeluaran pervagina

lendir darah, air ketuban, darah dll)


(Janah, 2011). Pada kasus cairan
keluar dari jalan lahir (Nogroho,
2011).
(2) Palpasi

Digunakan untuk menentukan besarnya


rahim, dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak janin dalam rahim (Hidayat &
Uliyah,2008).
(a) Payudara : Adakah benjolan abnormal,adakah

rasa nyeri, adakah pengeluaran


kolostrum (Janah, 2011).
(b) Abdomen:

LeopoldI : Digunakan untuk menentukan usia


kehamilan dan bagian apa janin
yang ada dalamfundus.
LeopoldII : Digunakan untuk menetukanletak

punggung anak dan letak bagian


kecil pada anak.
LeopoldIII : Digunakan untukmenentukan

bagian apa yang terdapat dibagian


bawah dan apakah bagian bawah
anak sudah masuk atau belum ke
PAP.
LeopoldIV : Digunakan untuk menentukanapa

yang menjadi bagian bawah dan


seberapa masuknya bagian bawah
tersebut ke dalam rongga panggul
(Hidayat & Uliyah, 2008).
(c) TFU (Tinggi Fundus Uteri)

(d) TBJ (Tafsiran BeratJanin)

Jika belum masuk Panggul (TFU-12) X 155

Jika sudah masuk Panggul (TFU-11) X 155 (Janah,


2011).
(3) Auskultasi

Digunakan untuk mendengarkan bunyi


jantung janin, bising tali pusat, bising usus. Dalam
keadaan sehat bunyi jantung janin 120-140 X/menit
(Hidayat & Uliyah, 2008).
(4) Pemeriksaandalam

Untuk mengetahui keadaan vagina, porsio


(tebal atau tipis), pembukaan, ketuban (utuh atautidak),
penurunan kepala (bidang Hodge berapa), ubun-ubun
kecil, dan untuk mendeteksi kesan panggul (Nursalam,
2007). Pada kasus selaput ketuban sudah tidak teraba,
dinding vagina teraba lebih hangat, adanya cairan di
sarung tangan (Varney, 2006)
f) PemeriksanPenunjang

(1) Pemeriksaanlaboratorium

Uji Ferning : dengan hasil positif disebabkan karena


pada kaca objek mikroskop terdapat natrium klorida
dan protein dalam cairan amnion (Varney,2008).
(2) tes Nitrazin (tes kertas lakmus) merah menjadibiru.

(3) PemeriksaanUSG

Dapat mengidentifikasi pada janin mengenai ukuran,


bentuk dan posisi. Pada kasus untuk pemeriksaan
oligohidramnion atau pengurangan cairan ketuban
(Varney, 2008).
b. Langkah II (Kedua) : IntepretasiData

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar


terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan dinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik (Arsinah,2010).
1) DiagnosaKebidanan
Diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata
nama) diagnosa kebidanan (Purwandari, 2008).
Diagnosa : Ny X G...P...A... umur ... tahun, hamil ... minggu,
janin ... hidup intra uteri, letak ... puka/puki, divergen/
konvergen dengan ketuban pecah dini.
Data subjektif

a) Ibu mnengatakan berusia berapatahun

b) Ibu mengatakan hamil ke .. keguguran ...kali

c) Ibu mengatakan sudah mengeluaran cairan sejak tanggal ..


jam...
d) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya karena ibu
belum merasakankenceng-kenceng
Data objektif

a) TTV (TD, N, S, RR), BB, TB,LILA.

b) Pemeriksaan palpasi abdomen LI, LII, LIII,LIV

c) Tampak cairan keluar dari jalanlahir

d) Pembukaan.....cm

e) Belum merasakenceng-kenceng

f) Pemeriksaan tes Nitrazin (teslakmus).

2) Masalah

Adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta


atau kenyataan (Sari, 2012).
Masalah yang dialami oleh pasien dengan ketuban
pecah dini adalah cemas dan gelisah dalam menghadapi
persalinan.
3) Kebutuhan.

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan


pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati,
2009).
Kebutuhan pasien bersalin dengan ketuban pecah
dini adalah pemberian dukungan moral dan informasi berkaitan
dengan persalinan dengan ketuban pecah dini.
c. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial.
Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisispasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Arsinah
dkk. 2010). Pada langkah ini penting sekali untuk melakukan
asuhan yang aman (Sari, 2012).
Pada kasus persalinan dengan ketuban pecah dini
berpotensi terjadi korioamnionitis, malpresentasi, prolaps tali
pusat, partus lama, perdarahan post partum, endometritis pasca
persalinan, prematuritas, sindrom gawat nafas.
d. Langkah IV (Keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan PenangananSegera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa
dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Sari, 2012).
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan
hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja,
tetapi juga selama perempuan tersebut bersama bidan terus-
menerus (Arsinah dkk. 2010).
Antisipasi ketuban pecah dini :

1) Rawat di RumahSakit

2) Berikanantibiotik

3) Oksitosindrip

4) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan


akhiripersalinan
e. Langkah V (Kelima) : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan,
diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan
diagnosa yang ada (Sari, 2012).
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau darisetiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap perempuan tersebut (Arsinah dkk. 2010).
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan
dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa
yang akan atau tidak dilakukan oleh klien (Sari,2012).
Rencana asuhan kebidanan pada ketuban pecah dini
menurut (Saifuddin, 2008) :
1) Rawat di RumahSakit

2) Berikan antibiotik (Ampisilin 4 x 500 mg dan metronidazol 2 x


500 mg selama 7hari.
3) Lakukan perawatan selama air ketuban masihkeluar.

4) Lakukan tes busa negatif : beri dekametason, observasi tanda-


tanda infeksi, dan kesejahteraan janin jika belum in partu dan
tidak adainfeksi.
5) Berikan tokolitik (salbutamol), dekametason, dan induksi
sesudah 24 jam jika sudah in partu dan tidak ada tandainfeksi.
6) Beri antibiotik dan lakukan induksi jika adainfeksi.

7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi


intrauterin).
8) Berikan steroid untuk memacu kematanganparu.
f. Langkah VI ( Keenam ) : MelaksanakanPerencanan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh


seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara
efiensi dan aman (Arsinah dkk. 2010). Pelaksaan ini dapat
dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap memikul tanggunga jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (Sari, 2012).
Implentasi pada kasus ketuban pecah dini :

1) Merawat di RumahSakit

2) Memberikan antibiotik (Ampisilin 4 x 500 mg dan


metronidazol 2 x 500 mg) selama 7hari.
3) Melakukan perawatan selama air ketuban masihkeluar.

4) Melakukan tes busa negatif : memberi dekametason,


mengobservasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin
jika belum in partu dan tidak adainfeksi.
5) Memberikan tokolitik (salbutamol), dekametason, dan induksi
sesudah 24 jam jika sudah in partu dan tidak ada tandainfeksi.
6) Memberikan antibiotik dan melakukan induksi jika adainfeksi.

7) Menilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi


intrauterin).
8) Memberikan steroid untuk memacu kematanganparu.

g. Langkah VII (tujuh) :Evaluasi


Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan telah apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
apa yang telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
Rencana tersebut bisa dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (Arsinah dkk.
2010).
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien
ketuban pecah dini menurut (Varney, 2006) :
1) Persalinan berjalan normal dan bayi lahirnormal

2) Tidak terjadiinfeksi

3) Ibu dan bayi dalam keadaanbaik.

4. DataPerkembangan

Menurut Mufdlilah (2009) Metode SOAP merupakan


catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsisp dari
metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan
manajemen kebidanan.
a. S (DataSubyektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan


menurut Halen Varney langkah pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif ini
berhubungandenganmasalahdarisudutpandanganpasien.Data
subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan
disusun.
b. O (DataObjektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan


menurut Halen Varney pertama (pengkajian data), terutama yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.
c. A(Assessment)

A (Analysis/Assessment) merupakan pendokumentasian


manajemen kebidanan menurut Halen Varney langkah kedua,
ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini :
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta
perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan
segera harus diidentifikasi manurut kewenangan bidan meliputi :
tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
d. P(Planning)

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan


saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisis dan intepretasidata.
Menurut Halen Varney langkah kelima, keenam, dan
ketujuh. Pendokumentasien P dalam SOAP ini adalah pelaksanan
asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan
dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Dalam planning juga harus mencantumkan
evaluation/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai efektivitas asuhan/ hasil pelaksanaan
tindakan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini,
diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu
pada metodeSOAP.

B. Hukum KewenanganBidan

Landasan hukum yang mendasari bidan di dalam melakukan


asuhan kebidanan pada klien dengan ketuban pecah dini merupakan
keputusan permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan.
Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk


memberikan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatanibu

b. Pelayanan kesehatan anakdan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluargaberencana.


Pasal 10

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a


diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara duakehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliput:

a. Pelayanan konseling pada masa prahamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinannormal

d. Pelayanan ibu nifasnormal

e. Pelayanan ibu menyusuidan

f. Pelayanan konseling pada masa antara duakehamilan.

(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud padaayat

(2) berwenang untuk :

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I danII

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan denganperujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibuhamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibunifas

f. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu


eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h. Penyuluhan dankonseling
i. Bimbingan pada kelompok ibuhamil

j. Pemberian surat keterangan kematiandan

k. Pemberian surat keterangan cutibersalin

Pasal 11

(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana


dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah.
(2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang untuk:
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal
termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K 1,
perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari), dan perawatan
talipusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan
segeramerujuk

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai programpemerintah

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak


balita dan anak pra sekolah
f. Pemberian konseling danpenyuluhan

g. Pemberian surat keterangan kelahirandan

h. Pemberian surat keterangankematian.


BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

FORMAT PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN INTRA NATAL PADA NY. S G3P2A0


UMUR KEHAMILAN 39 MINGGU DENGAN ATONIA UTERI
DI PUSKESMAS PONED MELONG TENGAH

I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny. K Nama Suami : Tn. B

Umur : 33 Thn Umur :


30 thn

Suku/Kebangsaan : Sunda / Indonesia Suku/Kebangsaan : Sunda /


Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat rumah : Blok Mancong 3/2 Alamat Rumah :


Blok Mancong 3/2

Telp : 089524001932 Telp :


089524001932

B. Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal : 20 Desember 2021 Pukul : 06.15
2. Alasan Kunjungan ini : Ada keluhan
3. Keluhan – keluhan :
a. Kontraksi : 3x/40‘/10 menit
4. Pengluaran pervaginam : Ibu mengeluh mules-mules sejak sekitar jam 1 malam

dan merasa sudah keluar lendir campur darah sejak sekitar jam 2 pagi,ibu
mengatakan masih merasakan gerakan janin aktif, namun belum keluar air-air dari

jalan lahir

5. Riwayat menstruasi :
a. Siklus :28 Hari

b. Keputihan : Tidak ada

6. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


No Tgl/ Tempat Jenis Usia Penolong Penyulit Nifas Anak
Tahun pertolongan persalinan JK TB Umur
Kehamil P/persalinan
/
Persalina an
BB
n

1 2012 Puskesmas Normal 39 mg Bidan Tidak ada Norm 2800 49


Puskesmas al
2 2015 Normal 40 mg Bidan Tidak Ada 2800 50
Hamil ini
Norm
3 2021
al

7. Masalah Kehamilan yang terdahulu :


a. Perdarahan pervaginam : Tidak
b. Nyeri perut hebat : Tidak
c. Tidak merasa gerakan janin : Tidak
d. Bengkak pada muka dan ekstremitas : Tidak
e. Mual muntah yang hebat : Tidak
f. Air ketuban pecah sebelum waktunya : Tidak
8. Masalah kehamilan yang sekarang.
a. Riwayat seksio sesarea terdahulu : Tidak
b. Perdarahan pervaginam :
Tidak
c. Persalinan kurang bulan (< 37 mmg) : Tidak
d. Ketuban pecah dengan mekonium kental : Tidak
e. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam ) :
Tidak
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (< 37 minggu) : Tidak
g. Anemia berat : Tidak
h. Ikterus : Tidak
i. Tanda/gejala infeksi : Tidak
j. Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan : Tidak
k. TFU 40 cm/lebih : Tidak
l. Gawat janin : Tidak
m. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin
masih 5/5 : Tidak
n. Presentasi bukan belakang kepala : Tidak
o. Presentasi majemuk : Tidak
p. Kehamilan gemelli : Tidak
q. Tali Pusat menumbung : Tidak
r. Syok : Tidak
9. Riwayat Kehamilan ini :
a. Hari 1 haid terakhir : 04 - 03 - 2021
b. Kehamilan yang Ke : 3 (Tiga )
c. Taksiran persalinan : 01-12 2021
d. Keluhan – keluhan pada :
Trimester 1 :Mual, pusing, sakit gigi

Trimester 2 : Sakit pinggang, Pusing

Trimester 3 : Mual,Pusing

e. Pergerakan anak pertama kali : Usia 4 bulan/ 16mg


f. Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak dalam 24 jam terakhir :
< 10x √ 10x – 20x > 20x

g. Keluhan yang dirasakan ( bila ada jelaskan ) :


Rasa Lelah : tidak

Mual dan muntah yang lama : tidak

Nyeri perut : tidak

Panas, menggigil : tidak

Sakit kepala berat/ terus menerus : tidak

Penglihatan kabur : tidak

Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak

Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak

Pengeluaran cairan pervaginam : tidak

Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak

Oedem : tidak

h. Pola sehari – hari


No Pola Sehari – hari

1 Pola Nutrisi

a. Makan

frekwensi : 3 kali sehari, makan terakhir jam 6 pagi

Jenis makanan : nasi, ayam dan sayur sop

Makanan pantangan : Tidak ada

b. Minum

Jenis minum : air putih, susu

Frekwensi : ± 1-2 lt sehari , minum terakhir jam 6 pagi

2. Pola Eliminasi

a. BAK

Frekwensi : ± 5 kali
Warna : kuning jernih

b. BAB

Frekwensi : 1-2 kali sehari

Konsistensi : Lembek

Warna : Kuning

3. Pola istirahat dan tidur

Siang : 1 jam (kadang-kadang)

Malam : ± 8 jam, terakhir tidur jam 8 malam dan terbangun jam 11 malam karena mules
dan tidur kembali kurang lebih jam 1 malam sampai jam 4 subuh.

4. Pola aktivitas : bekerja, Masak, mencuci

5. Pola seksual : 1-2x seminggu

i. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :


Jantung :Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Asma/TBC : Tidak ada

Hepatitis : Tidak ada

D . M. : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Epilepsi : Tidak ada

Lain – lain : Tidak ada

j. Riwayat penyakit keluarga.


Jantung : Tidak ada

Hipertens i : Tidak ada


D. M. : Tidak ada

k. Riwayat Sosial.
Perkawinan : Pernikahan pertama

 Kehamilan ini : Direncanakan


Diterima

 Perasaan tentang kehamilan ini : Senang, Bahagia


 Status perkawinan : Kawin Kawin : 1 kali
 Kawin 1 : Umur : 22 Tahun, dengan suami umur : 21
Lamanya : 2011 Tahun, Anak : 2 Orang

 Persiapan perlengkapan persalinan :Sudah menyiapkan biaya/ persyaratan


BPJS, perlengkapan pakaian untuk ibu dan bayi.
 Persiapan komplikasi persalinan dan rujukan :Sudah menyiapkan
pendonor darah dan transportasi untuk rujukan (ambulans dari
puskesmas).
II. DATA OBYEKTIF

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

Kesadaran :Composmentis

Tanda- tanda vital : TD :120/80 mmHg , P :21 , R : 79, S : 36,3

Tinggi Badan : 158 Cm.

Berat badan : 75,3 Kg Berat badan sebelum hamil : 60 Kg

2. Kepala

Rambut :Bersih, tidak ada ketombe, lurus

Muka : Oedem : Tidak ada

Mata : Konjungtiva : Merah Muda Sklera mata : Putih

3. Dada dan Payudara.

a. Dada

Jantung : Reguler
Paru : Tidak ada ronthee

b. Payudara.

Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol

Pengeluaran : Ada pengeluaran colostrum

Rasa Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

Benjolan : Tidak ada benjolan

5. Pemeriksaan Kebidanan

a. Abdomen
Inspeksi : Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak
ada oedema

Strie : Ada

Acites : Tidak ada

Kelainan lain : Tidak ada

Palpasi : TFU :30 cm

- Leopold I : 2 jari dibawah Px teraba bagian bulat, lunak, dan


tidak melenting
- Leopold II : Teraba keras dan memanjang di sebelah kanan
perut ibu Dan teraba bagian-bagian kecil
janin disebelah kiri ibu
- Leopold III : Teraba keras, bulat, melenting, kepala sudah
masuk PAP
- Leopold IV : Divergen
- Taksiran Berat badan Anak ( TBA ) : 2945 gram.
- HIS : Frekwensi : 3x/10‘/40”

Auskultasi :

Tempat : puunggung kanan

Frekwensi : 146x/menit Teratur

b. Genetalia
Vulva / Vagina

Oedem :Tidak ada

Keadaan : Normal

Pengeluaran pervaginam : Lendir bercampur darah


Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

Luka Parut ( keadaan ) : tidak ada luka parut ,perineum kaku

Kelainan lain : tidak ada

c. Pemeriksaan Dalam.
Atas Indikasi : ada kontraksi dan pengeluaran lendir bercampur darah
( tanda-tanda persalinan ) Pukul : 16.55 Oleh : Bidan
Fitria

Vulva / Vagina : Tidak ada oedema, tidak ada tanda IMS

Portio : Tipis dan Lunak

Pembukaan : 5 cm

Ketuban :Utuh

Bagian yang menumbung : Tidak ada

Posisi : UUK (ubun-ubun kiri depan )

Presentasi : Belakang Kepala

Penurunan :Station +1, Hodge II


6. Anus

Haemoroid : Tidak ada

7. Ekstremitas Bawah

Varices : Tidak ada

Oedem : Tidak ada

Reflek patella : +/+

Data Penunjang
a. Laboratorium

- Hb : 11,6 gr/dl
- Golongan Darah : B
- Protein urin : negatif
- Sifilis : NR
- Hepatitis : NR

III. ANALISA/DIAGNOSA/INTERPRETASI DATA DASAR

1. Diagnosa : G3P2A0 hamil 38 minggu 5 hari inpartu kala 1 faseaktif, janin


tunggal hidup presentasi kepala
2. Masalah : Tidak ada
3. Diagnosa Potensial : -

IV. PENATALAKSANAAN/PLANNING IMPLEMENTED


Kebutuhan akan tindakan segera :

1. Pukul 06.25 WIB Menginformasikan proses kemajuan persalinan dan


memberitahu kondisi ibu dan janin serta memantau perkembangan TTV,
His, DJJ setiap ½ jam (pada lembar partograf). TD : 120/80 mmHg His :
2x/10‘/25‖ RR : 24x/i Pemb : 5 cm Pols : 78x/i Suhu : 36,50C Ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaannya dan janinnya. Memberi dukungan
kepada ibu, bahwa ibu mampu menghadapi persalinan dan meminta
suami/keluarga untuk selalu mendampingi ibu dan memberi
makan/minum kepada ibu. Suami mendampingi ibu dan sudah memberi
makan dan minum. Ibu mau makan dan minum yang diberikan suaminya.
2. Mengajarkan teknik relaksasi dan membantu ibu memilih posisi yang
nyaman sesuai dengan keinginan ibu, Menganjurkan ibu untuk banyak
berjalan, gymball, dan jongkok agar kepala bayi semakin turun. Jika
merasa lelah ibu akan beristirahat sebentar lalu berjalan-jalan kembali.
Suami mendampingi ibu untuk berjalan dan jongkok dan ibu mau untuk
berjalan dan jongkok.
3. Pukul 06.35 WIB Melakukan inform consent pada suami dan keluarga
bahwa ibu akan bersalin di Puskesmas PONED melong tengah.
4. Pukul 07.00 WIB Melakukan observasi dan memantau kemajuan
persalinan kala 1 dengan Partograf
5. Pukul 13.00 WIB Ibu mengeluh mules Semakin lama, sering dan kuat,
keluar air- air dan ada perasaan ingin mengedan

FORMAT PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN KEBIDANAN
PERIODE INTRANATAL
(PEMERIKSAAN LANJUTAN)

Nama Pasien : Ny. K Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Ruangan : VK Poned Puskesmas Melong Tengah

No MR : 5320

NO TANGGAL CATATAN BIDAN TT /


/ JAM PARAF

1 22-12-2021 S : Ibu mengeluh mules Semakin lama, sering dan kuat, keluar air- air

13.15 dari jalan lahir dan ada perasaan ingin mengedan

O:

1. KU : baik ,
2. Kesadaran : Composmentis
3. Td : 120/80 N : 80 R : 21 S : 36,5
4. Tfu : 30 Cm His : 2x/10‘/25”
5. DJJ : 148x/Menit
6. PD : v/v : T.a.k
7. Portio : Tidak teraba
8. Pembukaan : 10 Cm
9. Ketuban : Utuh
10. Presentasi : Belakang Kepala
11. Posisi : UUK (ubun-ubun kiri depan )
12. Penurunan : Station +2, hodge IV
13. Bagian Menumbung : tidak ada

A: G3P2A0 Hamil 38 minggu 5 hari Inpartu Kala II janin tunggal


hidup Presentasi kepala

P:

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah

lengkap juga menganjurkan pendamping persalinan untuk

memberi dukungan terhadap ibu dan keluarga bersedia

mendampingi untuk memberi dukungan.

2. Memposisikan ibu dengan posisi dorsal recumbent,

mendekatkan alat dan bahan persalinan, memakai alat

perlindungan diri untuk pencegahan infeksi. Ibu bersedia

Pukul diposisikan dan mengatakan nyaman dengan posisinya.


13.20 WIB
3. Memimpin ibu meneran saat ada kontraksi. Saat tidak ada

kontraksi ibu dianjurkan istirahat untuk mengambil nafas

panjang dan diberikan air minum. Ibu dan pendamping

persalinan paham juga bersedia mengikuti sesuai anjuran.

4. Terlihat ketuban pecah spontan berwarna jernih dan


Pukul
13.25 WIB Melakukan steneng saat kepala bayi sudah 5-6 cm. Lalu

menolong persalinan sesuai standar APN.

5. Bayi lahir Spontan langsung menangis kuat, kulit kemerahan,


BB : 3600 PB : 49 LD/LK : 33/34 , JK : perempuan,

6. meletakan bayi diatas perut ibu dan keringkan dengan

handuk, melakukan pengecekan janin kedua

ja
m

Asuhan Persalinan Kala III

NO TANGGAL / JAM CATATAN BIDAN TT / PARAF

22-12-2021 S : Ibu mengatakan Terasa Mules

Pukul 13.38 WIB


O:

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

Uterus: Globuler

A:

Diagnosa : P3A0 Parturien kala III

Masalah : Tidak ada masalah

P:

- Memotong Tali pusat dan memfasilitasi IMD


- Melakukan Inform concent untuk memberikan
suntikan oksitosin untuk merangsnag kontraksi, ibu
paham dan menyetujui.
- Melakukan suntikan Oksitosin 10 IU dipaha Kanan
bagian luar ibu.
- Melakukan PTT saat kontraksi, plasenta tidak lahir
dalam waktu 15 menit dan diberikan suntikan ke 2
Oksitosin 10 IU dipaha kanan, : Plasenta lahir
Pukul 14.00 WIB spontan pukul 14.05 Kesan : Plasenta Tidak Utuh
(sisa).
jam Kegiatan / Monitoring Nama /
Paraf
Pemeriksa

Asuhan Persalinan Kala IV

NO TANGGAL / JAM CATATAN BIDAN TT / PARAF

22-12-2021 S : Ibu mengatakan Terasa lemas dan tidak merasakan mules

Pukul 14.05 WIB O:

KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
1. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 88x/menit, R : 22x/menit
S : 36,7oC
A:
Diagnosa : P3A0 Kala IV
Masalah : Tidak ada Kontraksi dan Ada sisa Plasenta
P:

- Melakukan masase uterus selama 15 detik : kontraksi


uterus lembek ada ada perdarahan.
- Membersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan
gumpalan darah (eksplorasi) dan memastikan sisa plasenta
bersih.
- Penatalaksanaan Atonia Uteri
- Melakukan massase uterus selama 15 detik dan Kontraksi
uterus baik TFU 2 jari di bawah pusat, kontaksi baik dan
sudah tidak ada sisa plasenta.
- Memeriksa kontraksi uterus, nadi ibu dengan pemantauan
kala IV dan mengajarkan ibu dan keluarga untuk mengelus
perut ibu agar rahim ibu tetap keras sehingga tidak terjadi
Pukul 14.05 perdarahan, Ibu bersedia mengikuti semua anjuran.
- Membersihkan ibu dan tempat tidur dari sisa darah,
Dekontaminasi alat, Ibu telah memakai pakaian bersih dan
tempat tidur telah bersih, alat telah didekontaminasi.
- Melakukan pendokumentasian dan memasukkannya
kedalam partograf, Data sudah dipindahkan kedalam
partograf.

jam Kegiatan / Monitoring Nama /


Paraf
Pemeriksa
14.25
Observasi kala IV : TD : 100/70, N 80, s : 36,5, R : 21 , TFU : 2jr bawah pusat,
Kontraksi : keras, Perdarahan : tidak ada

Cimahi, Desember 2021

Bidan

( Fitria Noviani )
Penatalaksanaan Atonia Uteri

NO TANGGAL / JAM CATATAN BIDAN TT / PARAF

22-12-2021 1. melakukan masase selama 15 detik, dengan hasilnya


Uterus tidak berkontraksi
Pukul 14.05 WIB 2. kemudian memberikan drip oksitosin 20 unit untuk
membantu kontraksi uterus ibu secara intravena, hasil yang
didapat ibu udah di lakukan drip oksitosin secara intravena
3. melakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 2
menit, uterus sudah mulai berkontraksi dan perdarahan
mulai berkurang, kontraksi uterus masih sedikit lembek
4. pemberian ergometrin 0,2 mg secara intravena, dan
meminta bantuan keluarga untuk melakukan rangsangan
putting susu, Ergometrin sudah diberikan, dan tetap
meminta bantuan keluarga untuk melakuakan Kompresi
Bimanual Eksternal selama 2 menit
5. setelah 2 menit dilakukan KBE uterus berkontraksi,
kemudian memastikan uterus sudah benar–benar
berkontraksi dan sudah berkontraksi dengan baik. Setelah
uterus berkontraksi dengan baik kemudian mengajarkan
ibu dan keluarga cara melakuakan masase, mengosok–
gosok bagian perut searah jarum jam, hasil: Ibu dan
keluarga dapat melakukan masase
6. mendekontaminasi semua peralatan yang digunakan serta
masukkan peralatan kedalam larutam clorine 0,5 % selam
10 menit, mencuci, membilas peralatan yang telah
didekontaminasi dan bahan-bahan yang terkontaminasi
kedalam tempat sampah yang sesuai, kemudian
merapihkan pasien membersihkan ibu dari lendir dan
darah, mengganti pakaian ibu dan mengajarkan ibu untuk
rileksasi dengan teknik menarik nafas dalam agar ibu
merasa nyaman dan tenang.
jam Kegiatan / Monitoring Nama /
Paraf
Pemeriksa
14.2
5 Observasi kala IV : TD : 100/70, N 80, s : 36,5, R : 21 , TFU : 2jr bawah pusat,
Kontraksi : keras, Perdarahan : tidak ada
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari kasus persalinan dengan atonia uteri adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian data pada kasus atonia uteri dilakukan berdasarkan pedoman yang
sudah ditentukan dari universitas Jenderal Ahmad yani dengan sistem
Manajemen kebidanan berupa SOAP berdasarkan data yang didapat dari pasien.

2. Patofisiologi terjadinya persalinan dengan atonia uteri disebabkan karena dalam


proses persalinan pembuluh darah diuterus melebar, saat persalinan terjadi
uterus kelelahan sehingga myometrium tidak mampu menjepit pembuluh darah
sehingga pembuluh darah tetap vasodilatasi sehingga terjadi pendarahan post
partum.

3. Penegakkan diagnose Asuhan Kebidanan pada persalinan dengan atonia uteri


berdasarkan gejala yang ditemui saat menghadapi kasus dilapangan melalui teori
Kebidanan, dengan prioritas masalah yang urgen untuk Tindakan kebidanan.

4. Penatalaksanaan pada asuhan kebidanan persalinan dengan atonia uteri dapat


diuraikan melalui Pathway dengan prioritas Tindakan penanganan pendarahan
post partum.
5. Implementasi asuhan persalinan dengan atonia uteri diprioritaskan berdasarkan
pencegahan dan penanganan shock hipovolemik akibat pendarahan yang terjadi
yang disebabkan oleh uterus tidak berkontraksi dengan baik, perbaikan kontraksi
uterus dilakukan dengan pemberian obat obat uterustonika dan Tindakan
komprensi Bimanual ekternal dan internal akan mempercepat proses bekerjanya
uterus sebagaimana mestinya.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Manajemen kala 3 dalam persalinan harus dilakukan secara aktif untuk mencegah
terjadinya atonia uteri.

2. Refresh terhadap ilmu ilmu baru bagi Bidan perlu dilakukan secara
berkesinambunagn sehingga bidan mampu menerapkan asuhan kebidanan
secara professional terhadap kasus yang ditemui.

3. Kesiapan secara internal berupa obat-obatan dan infus dan ekternal seperti
mobill /ambulance dan link rumah sakit rujukan yang siap menerima pasien,
perlu dipersiapkan sebaik mungkin oleh para Bidan bila terjadi kasus atonia uteri
yang membutuhkan penanganan lebih lanjut ( rujukan)sehingga pasien
tertangani dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai