Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan dan setelah satu jam ditunggu belum ada tanda-tanda persalinan. Ketuban
pecah dini dapat terjadi pada kehamilan cukup bulan maupun pada kehamilan belum
cukup bulan, pada keadaan ini dimana risiko ibu dan janin meningkat. Ketuban pecah
dini merupakan salah satu masalah dalam kasus kedaruratan kehamilan dan
persalinan. Setelah ketuban pecah, kuman yang berada di servik mengadakan invasi
ke dalam selaput ketuban (saccus amnion) dan dalam waktu 24 jam cairan ketuban
akan terinfeksi (Kennedy et al., 2019).
Masalah yang sering mengancam kehamilan yaitu adanya indikasi ketuban pecah
dini, ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya melahirkan (Rohmawati & Fibriana, 2018). Ketuban pecah dini sering
menyebabkan dampak yang serius pada ibu serta bayinya, terutama dalam kematian
perinatal yang cukup tinggi (Legawati, 2018).
World Health Organization (WHO) tahun 2014, memperkirakan 800 perempuan
meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran salah
satunya akibat ketuban pecah dini. Prevalensi KPD di dunia mencapai 2-10% dan
KPD mempengaruhi sekitar 5-15% dari kehamilan dengan insidensi tertinggi berada
di Afrika. Angka kejadian KPD di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 mencapai 5,6% dari semua kehamilan (Byonanuwe et al.,
2020).
Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Kabupaten Bandung belum didapat, Indikator
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menggambarkan
besarnya risiko kematian ibu pada fase kehamilan, persalinan dan masa nifas di antara
100.000 kelahiran hidup dalam satu wilayah pada kurun waktu tertentu. Sedangkan
penyebab tidak langsung kematian Ibu masih dalam keadaan empat terlalu yaitu
kehamilan terjadi pada ibu berumur kurang dari 20 tahun (terlalu muda), terjadi pada
ibu berumur lebih dari 35 tahun (terlalu tua), persalinan terjadi dalam interval waktu
kurang dari 2 tahun (terlalu sering) dan ibu hamil mempunyai paritas lebih dari 3
(terlalu banyak). Jumlah kematian ibu pada tahun 2018 sebanyak 39 kasus dari 67.965
kelahiran hidup, pada tahun 2019 mengalami kenaikan 1 kasus menjadi 40 kasus dari
67.767 kelahiran hidup. dan untuk tahun 2020 kematian ibu terjadi 39 kasus dengan
66.902 kelahiran hidup, Adapun pada tahun 2021 kematian ibu mengalami kenaikan 1
kaus menjadi 61 kasus dengan 62.940 kelahiran hidup. Melihat data di atas penyebab
kematian ibu bersalin tertinggi adalah Perdarahan sebesar 36,07%, diikuti oleh
Hipertensi dalam kehamilan sebesar 16,39%, Decompensatio Cordis sebesar 4,92%,
serta sebab Lain sebesar 40,98%. Masih adanya kematian ibu dari tahun 2018 sampai
dengan tahun 2021 bila dihubungkan dengan penolong persalinan, disebabkan masih
adanya pertolongan persalinan oleh tenaga bukan kesehatan (paraji) di luar tenaga
kesehatan di fasyankes, tahun 2018 sebanyak 7,7%, tahun 2019 sebanyak 7,25%,
tahun 2020 sebanyak 7,10% dan pada tahun 2021 sebanyak 6,90%.(Kemenkes RI,
2020).

Studi pendahuluan yang didapatkan penulis dengan menggunakan data rekam


medis Puskesmas Rancabali yang dilakukan penulis pada kasus Ibu yang mengalami
KPD diperoleh data jumlah kasus ketuban pecah dini tahun 2022 bahwa komplikasi
persalinan di Poned Rancabali bulan januari s/d Juli 2022 total 177 orang Bulin,
terdapat kasus komplikasi maternal sebanyak 71 ibu bersalin , adapun kasus
komplikasi terbanyak yaitu dengan kasus ketuban pecah dini sebanyak 35 orang,
perdarahan post partum (PPH) 3 , Pre eklamsia sabanyak 3 orang, pada kasus
kompilkasi maternal ibu bersalin tersebut sebagian besar mendapatkan penaganan
oleh bidan di Poned dan ada yang dirujuk ke RS. Perioda januari sampai dengan Juli
2022 tidak ada kasus kematian ibu di Poned Rancabali.

Dampak yang ditimbulkan ketuban pecah dini terhadap janin meliputi lahir
belum cukup bulan (prematuritas), infeksi, posisi janin (mal presentasi), prolaps tali
pusat dan kematian saat persalinan, sedangkan dampak terhadap ibu ialah persalinan
lama, perdarahan setelah persalinan, rahim tidak bisa berkontraksi kembali setelah
melahirkan (atonia uteri), infeksi persalinan. Faktor risiko ibu yang mempengaruhi
kejadian ketuban pecah dini antara lain pekerjaan, jumlah anak yang mampu hidup
diluar rahim (paritas), umur, riwayat ketuban pecah dini, usia kehamilan, infeksi,
trauma, leher rahim membuka terlalu awal pada kehamilan (servik inkompeten) dan
pendapatan (Prawirohardjo, 2016) dalam (P. A. D. Lestari, 2021).
Pertolongan pada ketuban pecah dini dapat dilakukan secara sectio caesarea,
tindakan sectio caesarea merupakan suatu tindakan guna melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Dampak yang
sering timbul dari sectio caesarea terutama akibat ketuban pecah dini yaitu infeksi,
apabila hal tersebut tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kematian pada
ibu. Perawat harus berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi serta
berkolaborasi dalam pemberian antibiotik profilaksis untuk mengatasi komplikasi,
sehingga setelah dilakukan tindakan keperawatan yang tepat dapat mengurangi angka
kematian ibu dan bayi (Aspiani & Reny, 2017).
Persalinan dengan cara sectio caesarea berpotensi mengalami anemia post
partum yang dikarenakan kejadian perdarahan post partum pada persalinan sectio
caesarea lebih besar dibandingkan dengan persalinan pervaginam (Butwick et al.,
2017).Terdapat kontribusi yang signifikan dari faktor jenis persalinan yang dialami
ibu dengan kejadian anemia post partum, dimana ibu yang mengalami persalinan
sectio caesarea memiliki peluang 6.8 kali lebih tinggi untuk mengalami anemia post
partum. Dalam penelitian lain pun menunjukan hasil yang sama bahwa persalinan
sectio caesarea berisiko lebih besar mengalami anemia post partum dibandingkan
dengan persalinan pervaginam (Pratiwi et al., 2018).

Dengan jumlah SDM Bidan yang dirasakan kurang memadai yaitu sebanyak 15
orang terdiri dari Bidan Puskesmas /Poned 8 orang dan Bidan Desa / Pembina desa 6
orang, untuk idealnya bahwa SDM Bidan perlu ditambah lagi sebanyak 3 orang
karena jika beban kerja dihitung dari waktu kerja semuanya di atas 8000 jam per
bulannya. Dengan demikian Poned Rancabali, untuk upaya perbaikan perlu adanya
penambahan SDM Bidan dan peningkatan cakupan kunjungan perlu adanya
sosialisasi lintas program dan lintas sector tentang keberadaan fasilitas Poned
Rancabali yang siap melayani persalinan selama 24 jam. Peran bidan sebagai
pelaksana adalah memberikan asuhan keperawatan untuk menjaga kesehatan ibu dan
janin serta mencegah terjadinya komplikasi. Sebab itu asuhan keperawata pasien
dengan ketuban pecah dini dilakukan dengan tujuan dengan keyakinan bahwa setiap
orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu memenuhi kabutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil


kasus dengan judul “Faktor-Faktor Penyerbab Kejadian Ketuban Pecah Dini Di
Puskesmas Rancabali pada tahun 2022”. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi
sumber informasi untuk mengenali lebih dini faktor risiko ketuban pecah dini dan
mengetahui upaya untuk mencegahnya agar terjadi penurunan AKI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas bahwa masih tingginya kejadian
ketuban pecah dini di Puskesmas Rancabali yaitu (38,2%) dari 605 persalinan maka
dapat dirumuskan pertanyaan peneliti apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian ketuban pecah dini di PuskesmasRancabali tahun 2022.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Rancabali tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi faktor yang mempengaruhi kejadian ketuban
pecah dini (usia, malpresentasi, gamelli, paritas, CPD) di Puskesmas Rancabali
tahu 2022.
b. Diketahuinya hubungan usia dengan kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas
Rancabali tahun 2022.
c. Diketahuinya hubungan malpresentasi dengan kejadian ketuban pecah dini di
Puskesmas Rancabali tahun 2022.
d. Diketahuinya hubungan kehamilan gamelli dengan kejadian ketuban dini di
Puskesmas Rancabali tahun 2022.
e. Diketahuinya hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di
Puskesmas Rancabali tahun 2022.
f. Diketahuinya hubungan CPD dengan kejadian ketuban pecah dini di
Puskesmas Rancabali tahun 2022.
g. Diketahuinya faktor yang lebih dominan yang berpengaruh dengan kejadian
ketuban pecah dini di Puskesmas Rancabali tahun 2022.
C. Manfaat
Manfaat dari penelitian antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan
bacaan bagi mahasiswa kebidanan selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Dinas Kesehatan Kab Bandung
Manfaat Bagi Dinas Kesehatan adalah sebagai bahan pertimbangan dalam
menjalankan program Kesehatan Ibu dan Anak untuk menekan Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
b. Bagi Puskesmas Rancabali
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pihak puskesmas
untuk bisa melakukan penjaringan mengenai deteksi dini faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian Ketuban Pecah Dini.
c. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada ibu hamil
untuk dapat melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan melakukan
pemeriksaan USG selama kehamilan untuk membanu menegakkan diagnosa
dalam kehamilan
d. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti yang
akan datang dan kiranya dapat melanjutkan penelitianpenelitian lain yang
serupa.
E. Keaslian penelitian
1. Kadijah (2015), dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD DR.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin dengan
metode penelitian survey analitik dengan rancangan case control yang
mendapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara gamelli dengan
kejadian ketuban pecah dini,ada hubungan antara kelainan letak sungsang
dengan kejadian ketuban pecah dini dan tidak ada hubungan antara kelainan
letak lintang dengan kejadian ketuban pecah dini. Perbedaan dengan peneliti
lakukan adalah tempat penelitian, tahun penelitian, jumlah sampel penelitian.
2. Ridwan (2014), hubungan kehamilan ganda dan kelainan letak janin dengan
kejadian ketuban pecah dini di RSUD Demang Sepulau Raya Lampung Tengah
dengan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan case control yang
mendapatkan hasil ada hubungan antara kehamilan ganda dengan kejadian
ketuban pecah dini dan ada hubungan antara kelainan letak janin dengan
kejadian ketuban pecah dini. Perbedaan dengan peneliti lakukan adalah tempat
penelitian, tahun penelitian, jumlah sampel penelitian.
3. Syahda (2015), faktor-faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini
(KPD) pada ibu bersalin diruangan camarII RSUD Arifin Achmad tahun 2015.
Dengan metodepenelitian analitik kuantitatif dengan desain case kontrol yang
mendapatkan hasil ada hubungan antara umur dengan kejadian ketuban pecah
dini, danada hubungan antara paritas dengan 8 kejadian ketuban pecah dini,
danada hubungan antara gamelli dengan kejadian ketuban pecah dini, danada
hubungan antara presentasi dengan kejadian ketuban pecah dini,danada
hubungan antara preeklamsi dengan kejadian ketuban pecah dini. Perbedaan
dengan peneliti lakukan adalah variabel yang diteliti, tempat penelitian, tahun
penelitian, jumlah sampel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai