Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM SECTIO

CAESARIA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI


DI RUMAH SAKIT ABDUL RADJAK SALEMBA
JAKARTA PUSAT

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DWISHINTA ANGGREINI
1035201010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
SEPTEMBER 2021

i
ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Postpartum atau masa postpartum merupakan masa sesudahnya persalinan
terhitung dari saat sesudah mengalami persalinan sampai pada pulihnya
kembali kandungan kekeadaan sebelum hamil dan lama masa postpartum
kurang lebih 6 minggu (Departemen Kesehatan RI dalam Kustriyani &
Wulandari, 2021). Persalinan bisa saja berjalan secara normal maupun
dilakukan secara operasi atau section caesarea. Operasi dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan janin dari keadaan gawat darurat ( Sihombing, dkk
2017).

Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk membantu


persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan
ibu atau kondisi janin. Tindakan ini diartikan sebagai pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau
vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
(Elizabeth 2005, dalam Ayuningtyas, dkk 2020).

Di Indonesia hasil menunjukkan prevalensi tindakan secetio caesarea pada


persalinan adalah 17,6 %., tertinggi di wilayah DKI Jakarta (31,3 %), dan
yang terendah di Papua (6,7%). Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2012, AKI di Indonesia mengalami peningkatan
dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Banyak
faktor yang menyebabkan kematian pada ibu, faktor tersebut antara lain
perdarahan setelah persalinan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%) dan
komplikasi persalinan lainnya (Riskesdas, 2018).

Tingginya angka persalinan sectio caesarea disebabkan oleh beberapa faktor


di antaranya yaitu umur ibu yang sangat berpengaruh pada kehamilan dan

1
persalinan karena berhubungan dengan perkembangan sel telur dan organ
reproduksi (Astu, 2016). Kurangnya pengetahuan ibu mengenai risiko dan
komplikasi pada persalinan sectio caesarea akan mempengaruhi ibu dalam
mengambil keputusan dalam persalinan (Lubis, 2018). Selain itu, Ketuban
Pecah Dini (KPD) yang menyebabkan terjadinya infeksi pada ibu dan
janinnya, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan hipertensi yang menyebabkan
preeklampsia bahkan eklampsia persalinan (Hapsari, 2018).

Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada proses persalinan. KPD atau ketuban
pecah dini sebelum waktunya (KPSW) sering disebut dengan premature
repture of membrane (PROM) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum waktumya melahirkan. KPD dapat menyebabkan masalah penting
dalam obstetrik yang berkaitan dengan penyulitan kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi korioamnoitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas
dan mortalitas maternal dan perinatal.(Purwaningtyas, 2017).

Ketuban Pecah Dini (KPD) yang menyebabkan terjadinya infeksi pada ibu dan
janinnya, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan hipertensi yang menyebabkan
preeklampsia bahkan eklampsia persalinan (Hapsari, 2018).

World Health Organitation (WHO) 2013 diketahui sekitar 99 % kematian ibu


terjadi di negara berkembang. Menurut survey demografi dan kesehatan
Indonesia pada tahun 2015, jumlah AKI (Angka Kematian Ibu) sebanyak
305/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya yaitu disebabkan oleh proses persalinan.
Meskipun persalinan adalah hal fisiologis namun juga dapat menjadi
patologis, salah satu jenis pertolongan persalinan patologis adalah SC (Sectio
Caesarrea) (Kemenkes RI, 2015)

2
Menurut World Health Organization (2014) angka kejadian KPD (ketuban
pecah dini) di Indonesia berkisar 4,4 – 7,6 % dari seluruh kehamilan. Angka
kejadian KPD berkisar antara 3-18% yang terjadi pada kehamilan preterm,
sedangkan pada kehamilan aterm sekitar 8-10% (Human Development Report,
2010). Angka kejadian KPD di dunia mencapai 12,3% dari total angka
persalinan, semuanya tersebar terutama di negara berkembang di Asia
Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Laos. Pada
tahun 2013 menurut WHO, angka terjadinya ketuban pecah dini adalah
sebanyak 50-60% dari total persalinan yang ada didunia. Sedangkan di
Indonesia angka kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2013 sebanyak 35%
(WHO, 2015).

Menurut Rasyid (2009) dalam Sihotang (2018) Jumlah persalinan kejadian SC


di Indonesia, terutama di rumah sakit pemerintah terdapat sekitar 20-25 % dari
total jumlah persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya lebih
tinggi dengan total sekitar 30-80 % dari total jumlah persalinan. Berdasarkan
pada tingginya angka persalinan SC di Indonesia saat ini, proses persalinan
secara SC diduga lebih banyak terjadi bukan karena indikasi medis. Para ahli
kesehatan berkampanye secara intensif agar menekan jumlah kelahiran caesar
yang bukan karena indikasi medis atau non Emergency Cesarean Section.
Karena, dampak kesehatan pasca operasi sesar cukup berat seperti terjadinya
infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius dan bahkan
bisa terjadinya kematian.

Faktor risiko yang berhubungan dengan KPD adalah riwayat persalinan


preterm, haemorrhage antepartum, keputihan, inkompetensi serviks akibat
persalinan dan tindakan kuretase, pH vagina d atas 4,5, overdistensi uterus
akibat trauma, seperti pasca senggama dan pemeriksaan dalam,
polihidramnion, gemeli, defisiensi gizi, ukuran cerviks yang pendek,
perdarahan trimester kedua dan ketiga, indeks massa tubuh rendah, status
sosial ekonomi rendah, merokok, dan penggunaan obat-obat terlarang.

3
Masing-masing faktor risiko tersebut berhubungan dengan KPD dan sering
terjadi tanpa adanya faktor risiko yang diketahui secara jelas (ACOG,2015)
dalam (Andalas dkk, 2019).

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk memahami dan lebih
mendalami “ Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Sectio Caesarea dengan
Indikasi Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Radjak Salemba”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menganalisis asuhan keperawatan pada ibu post partum
sectio caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul
Radjak Salemba Jakarta Pusat.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulis Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah sebagai
berikut:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan
indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul Radjak Salemba
Jakarta Pusat
b. Penulis mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien
tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria
dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul Radjak
Salemba Jakarta Pusat
c. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien
tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria
dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul Radjak
Salemba Jakarta Pusat
d. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien tentang
asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan

4
indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul Radjak Salemba
Jakarta Pusat
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien tentang
asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan
indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul Radjak Salemba
Jakarta Pusat
f. Penulis mampu menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada
kedua kasus serta menganalisis berdasarkan teori keperawatan
g. Penulis mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung,
penghambat serta mencari solusi atau alternativ pemecahan masalah
h. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien.

C. Ruang Lingkup Penelitian


Asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi
ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul Radjak Salemba Jakarta Pusat
selama 3 hari dari tanggal 19 april 2021 sampai 21 april 2021

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang keperawatan maternitas dan menerapkan asuhan keperawatan pada
klien post partum dengan komplikasi KPD dengan benar.

2. Bagi Rumah Sakit


Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat dijadikan salah satu dalam
menentukan kebijakan dalam pelayanan terhadap pasien yang mengalami
post partum dengan masalah komplikasi KPD.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
institusi pendidikan dalam pengembangan, peningkatan mutu pendidikan,

5
bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan keperawatan maternitas, tambahan wacana atau
bahan masukan dalam proses belajar mengajar terhadap pemberian asuhan
keperawatan maternitas dengan asuhan keperawatan pada ibu post partum
sectio caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul
Radjak Salemba Jakarta Pusat

4. Bagi Profesi Keperawatan


Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan sebagai bahan masukan yang
diperlukan dalam pelaksanaan peraktek pelayanan keperaatan khususnya
maternitas pada klien asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio
caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Abdul
Radjak Salemba Jakarta Pusat.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini terbagi
menjadi 2 tahap yaitu studi kepustakaan dan studi kasus. Studi kepustakaan
adalah penulisan mencari dan menggunakan sumber – sumber seperti buku
dan penelitian yang membahas tentang kesehatan maternitas khususnya
komplikasi persalinan dengan masalah KPD. Sedangkan studi kasus adalah
penulisan dan menangani 2 (dua) kasus maternitas di lapangan dengan
melakukan asuhan keperawatan, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

6
BAB 3
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan proses continue dilakukan setiap tahap proses
keperawatan. Semua tahap proses keperawatan tergantung pada pengumpulan
data (informasi) yang lengkap dan akurat (Fadila, 2015).
3.1 Data Pasien
Identitas Klien Pasien 1 Pasien 2
Inisial Ny. E Ny. S
Umur 34 tahun 25 tahun
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Agama Kristen Islam
Pendidikan Sarjana SMA
Pekerjaan Guru TK IRT
Alamat Jl. Tanah Tinggi Jl. Menteng atas
No Register 233064 274475
Tanggal Masuk 18 April 2021 18 April 2021

3.2 Riwayat Kesehatan


Pengkajian Pasien 1 Pasien 2
Keluhan Utama/Alasan Keluhan utama : klien Keluhan utama : klien
Masuk RS mengatakan keluar keluar air mengatakan keluar air dari
dan darah sebanyak ± 50 cc dari jalan lahir.
jalan lahir. Alasan Masuk RS :
Tanggal 18 april 2021, pukul
Alasan masuk RS : 09.15 klien mengeluh
Klien mengeluh mengeluarkan mengeluarkan air dari jalan
air dan darah sebanyak ± 50 cc lahir dibawa ke puskesmas
dari jalan lahir siang hari pukul Setia Budi kemudian pukul
11.00 dibawa ke puskesmas 10.00 drujuk ke RS Abdul
Johar Baru, kemudian pukul Radjak Salemba karena
13.00 dirujuk ke RS Abdul tidak ada kontraksi.
Radjak Salemba dengan kondisi
pembukaan 2, dan tidak ada
pembukaan tambahan.

Riwayat Kesehatan Setelah persalinan pukul 17.00, Setelah persalinan pukul


Sekarang dilakukan pengkajian pada hari 12.45, dilakukan pengkajian
senin 19 April 2021 jam 14.10 pada hari senin tanggal 19
diruang VK , ditemukan April 2021 jam 15.00
keluhan pasien nyeri pada luka diruang VK , ditemukan
operasi, nyeri saat bergerak, keluhan pasien nyeri luka
TD: 103/61 mmHg, N: operasi, TD : 106/70 mmHg,
88x/menit, RR: 20x/menit, N: 71x/menit, RR:

7
Pengkajian Pasien 1 Pasien 2
suhu: 36,3 ºC 20x/menit, suhu: 36.1 ºC

Riwayat Kesehatan Klien mengatakan tidak pernah Klien mengatakan tidak


Dahulu dirawat dirumah sakit pernah dirawat di rumah
sebelumnya dan melahirkan sakit sebelumnya dan ini
anak sebelumnya di Puskesmas. merupakan lahiran pertama.
Klien mengatakan saat hamil Klien mengatakan saat hamil
tidak nafsu makan dan tidak sering lupa untuk meminum
rutin meminum vitamin karena vitamin.
mual.

Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan tidak ada Keluarga mengatakan tidak


keluarga anggota keluarga yang memiliki ada anggota keluarga yang
penyakit keturunan dan memiliki penyakit keturunan
menular. dan menular.

3.3 Riwayat Kehamilan


Riwayat kehamilan sekarang Pasien 1 Pasien 2
Riwayat Obsetri G3P2A0 G1P0A0
Umur kehamilan 36 minggu 37 minggu
Tafsiran persalinan Tanggal 12 Mei 2021 Tanggal 5 mei 2021

ANC/ Ante Natal Care Klien mengatakan Klien mengatakan memeriksa


memeriksakan kehamilannya kehamilan secara rutin
secara rutin.

Masalah kesehatan Tidak ada masalah kesetahan Tidak ada masalah kesehatan
Riwayat kehamilan dan persalinan Anak ke-1 : 39 minggu, tahun Anak ke-1 (kelahiran saat ini) :
2010, jenis persalinan normal, 37 minggu, tahun 2021, jenis
di Puskesmas Johar Baru persalinan section caesarea, di RS
Radjak Salemba
Anak ke-2 : 38-39 minggu,
tahun 2018, jenis persalinan
normal, di Puskesmas Johar
Baru.
Anak ke- 3 (kelahiran saat ini)
: 36 minggu, tahun 2021, jenis
persalinan section caesarea, di
RS Radjak Salemba

Riwayat Persalinan Riwayat anak : Anak ke 1 (Kelahiran saat ini) :


(Anak ke-1 ) : jenis kelamin jenis kelamin laki-laki 2375 gr,
perempuan, berat badan lahir Panjang badan 47 cm.
2500gr, panjang badan 47cm,
keadaan lahir hidup, umur
11tahun.

( Anak ke-2 ) : jenis kelamin


perempuan, berat badan lahir
2800gr, panjang badan 48cm,

8
Riwayat kehamilan sekarang Pasien 1 Pasien 2
keadaan lahir hidup, umur 3
tahun.
(Anak ke-3 (kelahiran saat
ini)) : jenis kelamin laki-laki,
berat badan 2310gr, Panjang
badan 46 cm.

9
3.4 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2
Keadaan umum Sakit ringan, posisi pasien bedrest, Sakit ringan, posisi pasien semi
terpasang kateter. fowler, terpasang kateter.
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
GCS : E4V5M6 GCS : E4V5M6
Tanda-tanda vital TD : 103/61 mmHg TD : 106/ 70 mmHg
N : 88x/menit N : 71 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 20 x/ menit
Suhu : 36.3 ᵒC Suhu : 36.1 ᵒC
Berat badan dan tinggi Berat badan sekarang 55kg, Berat badan sekarang
badan tinggi badan 159 cm 60kg
tinggi badan 160cm
Pemeriksaan kepala Kulit kepala bersih, rambut : hitam, Kulit kepala bersih, rambut :
tidak ada benjolan , tidak ada lesi, hitam, tidak ada benjolan ,
dan tidak bercabang. Mata : sklera tidak ada lesi, dan tidak
putih, konjungtiva anemis, kornea bercabang. Mata : sklera putih,
jernih, reflek cahaya (+), pupil konjungtiva anemis, kornea
isokor. Hidung : tidak ada pernafasan jernih, reflek cahaya (+), pupil
cuping hidung, lubang hidung bersih, isokor. Hidung : tidak ada
tidak ada nyeri tekan. Rongga pernafasan cuping hidung,
mulut : bibir warna merah muda, gigi lubang hidung bersih, tidak ada
tidak ada keries. Lidah : merah nyeri tekan. Rongga mulut :
muda, mukosa lembab. bibir warna merah muda, gigi
tidak ada keries. Lidah : merah
muda, mukosa lembab.
Pemeriksaan thorax Tidak ada keluhan sesak, inspeksi : Tidak ada keluhan sesak,
(sistem pernafasan) bentuk dada simetris, payudara inspeksi : bentuk dada simetris,
simetris, puting susu menonjol, tidak payudara simetris, puting susu
ada pembesaran pembuluh limfe. menonjol, tidak ada
Irama nafas teratur, nafas spontan. pembesaran pembuluh limfe.
Palpasi : vocal fremitus teraba kiri Irama nafas teratur, nafas
dan kanan, tidak ada nyeri tekan. spontan. Palpasi : vocal
Perkusi : sonor. Auskultasi : suara fremitus teraba kiri dan kanan,
nafas vesikuler ,tidak ada suara nafas tidak ada nyeri tekan. Perkusi :
tambahan, bunyi jantung jantung sonor. Auskultasi : suara nafas
murmur. vesikuler ,tidak ada suara nafas
tambahan, bunyi jantung
jantung murmur.
Pemeriksaan sistem Belum BAB, nafsu makan baik, Belum BAB, nafsu makan baik,
pencernaan dan nutrisi porsi makan yang disiapkan habis. porsi makan yang disiapkan
habis.
Pemeriksaan abdomen Inspeksi : tidak ada benjolan/ Inspeksi : tidak ada
massa. Auskultasi : bising usus benjolan/ massa. Auskultasi :
7x/menit i Palpasi : TFU 2 jari bising usus 10x/menit i
dibawah pusat. Palpasi : TFU 2 jari dibawah
pusat.

Pemeriksaan ektermitas Tidak ada edema.. Genetalia vulva : Tidak ada edema.. Genetalia
bawah tidak ada edema, tidak ada varises. vulva : tidak ada edema, tidak
Perineum : Tidak ada jahitan, dan ada varises. Perineum : Tidak
tidak ada tanda REEDA ada jahitan, dan tidak ada tanda
Lokhea : jenis lokhea rubra, warna REEDA
merah darah segar, jumlah ± 2 kali Lokhea : jenis lokeia rubra,

10
Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2
ganti pembalut warna merah darah segar, ± 3
Anus : tidak terdapat hemoroid kali ganti pembalut
Anus : tidak terdapat hemoroid
Sistem perkemihan Tidak ada keluhan kencing, Bersih, tidak ada keluhan
menggunakan kateter, produksi urine kencing, kemampuan berkemih
300 ml/6jam warna kuning jernih, spontan, produksi urine
bau khas urin. 350ml/6jam warna jernih, bau
khas urin.

11
B. Pemeriksaan Penunjang
Jenis
Pasien 1 Pasien 2 Nilai normal
pemeriksaan
1. Hemoglobin : 10.4 g/dL 11.7 – 15.5
1. Hemoglobin : 10.4 g/dL
2. Leukosit : 8.22 ribu/ uL 2. Leukosit : 9.42 ribu/uL 3.6 – 11
Laboratorium
3. Trombosit : 394 ribu/uL 3. Trombosit : 345 ribu/ uL 150 – 400
4. Hematokrit : 31.8 % 4. Hematokrit : 30.2 % 35 – 47
5). Eritrosit : 3.93 juta/uL 5. Eritrosit 4.50 juta / uL 3.8 – 5.2

C. Penatalaksanaan
Nama Pasien Nama Obat Dosis Rute Pemberian
Ceftizoxime 2x 1g IV
Pasien 1
Keterolac 3 x 30 mg IV
Ceftizoxime 2x 1g IV
Pasien 2
Keterolac 3x30mg IV

D. Analisis Data
Nama
No Data Etiologi Masalah
Pasien
Pasien 1 1 Ds : Agen injuri fisik Nyeri Akut
1. klien mengatakan nyeri pada luka pembedahan
pasca operasi
2. klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
3. klien mengatakan nyeri hilang
timbul
4. klien mengatakan nyeri timbul saat
beraktivitas
5. skala nyeri yang dirasakan 5

Do :
Kesadaran composmentis
Ttv :
Td : 103/61 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36, 3 ᵒC
Wajah tampak meringis
Terdapat luka balutan diabdomen
2 Ds : Pasca sectio cesaerea Gangguan pola tidur
1. Klien mengatakan sulit untuk tidur
2. Klien mengatakan tidak bisa tidur
karena nyeri
3. Klien mengatakan tidak puas saat
tertidur

Do :
Klien tampak lemas
Klien tampak lesu

12
Nama
No Data Etiologi Masalah
Pasien
3. Ds: Trauma Jaringan Risiko infeksi
Klien mengatakan nyeri pada luka
operasi

Do :
Terdapat luka balutan diabdomen
Jahitan tertutup perban
Leukosit : 8.22 ribu/uL
S : 36,3 ᵒC

Pasien 2 1 Ds : Agen injuri fisik Nyeri Akut


1. Pasien mengatakan nyeri pembedahan
diabdomen pada jahitan
2. nyeri yang dirasakan seperti ditusuk
tusuk
3. Nyeri dirasakan pasien saat
beraktivitas
4. Skala nyeri 5
5. Nyeri muncul hilang timbul.

Do :
Kesadaran composmentis
Ttv :
Td : 106/70 mmHg
N : 71 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36, 1 ᵒC
Wajah tampak meringis
Terdapat luka balutan diabdomen
2 Ds : Kurang informasi Kurangnya pengetahuan
Pasien mengatakan tidak mengerti cara tentang perawatan
merawat payudara dengan benar payudara

Do :
Wajah tampak kebingungan dan cemas
saat payudara bengkak dan asi keluar
sedikit
Puting susu terlihat kotor
ASI keluar sedikit

3 Ds: Trauma Jaringan Risiko infeksi


Klien mengatakan nyeri pada luka
operasi.

Do :
Terdapat luka balutan diabdomen
Jahitan tertutup perban
Leukosit : 9.42 ribu/uL
S : 36,1 ᵒC

13
E. Diagnosis Keperawatan
Pasien 1 Pasien 2
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen 1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen
injuri fisik pembedahan. injuri fisik pembedahan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan 2. Risiko infeksi berhubungan dengan
pasca section caesarea trauma jaringan
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan 3. Kurangnya pengetahuan tentang
trauma jaringan perawatan payudara berhubungan dengan
kurangnya infromasi

F. Perencanaan Keperawatan
Pasien 1 a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik pembedahan.

NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri dapat
berkurang atau hilang. Dengan kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan Teknik non farmakologi
4) Kolaborasi pemberian analgetic untuk mengurangi nyeri
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pasca section caesarea
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan
gangguan pola tidur dapat teratasi
Dengan KH:
Kriteria Hasil
1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/ hari
2) Pola tidur, kualitas dalam batas normal
3) Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
Intervensi
1) Identifikasi pola tidur pasien
2) Identifikasi pengganggu tidur pasien
3) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman

c. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


NOC : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi. Dengan Kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
3. Jumlah leukosit dalam batas normal

14
NIC :
1. Pertahankan teknik Aseptik.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
3. Berikan terapi antibiotik.
4. Tingkatkan intake cairan.
5. Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal.
6. Dorong pasien istirahat yang cukup.
7. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
8. Ganti balutan sesuai jadwal

Pasien 2 a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik pembedahan.


NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri dapat
berkurang atau hilang
Dengan kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Tingkatkan istirahat
4) Kolaborasi pemberian analgetic untuk mengurangi nyeri

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang


perawatan payudara
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit
diharapkan pengetahuan pasien bertambah. Dengan KH:
1) Pasien paham dan mau merawat payudara agar ASI lancar
2) Pasien mampu menjawab pertanyaan perawat mengenai perawatan
payudara yang benar
3) Pasien bisa melakukan perawatan payudaranya sendiri.
NIC
1) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk mlakukan pendkes
2) Kaji motivasi pasien untuk melakukan pendkes
3) Beri bimbingan dan demontrasikan perawatan payudara
4) Anjurkan pasien untuk meninjau ulang teknik – teknik dalam perawatan
payudara
5) Jelaskan kepada ibu pentingnya menjaga kondisi tubuh dengan
mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


NOC : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi dan tidak ada tanda – tanda peradangan. Dengan
Kriteria hasil :
NOC :
4. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
5. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
6. Jumlah leukosit dalam batas normal
NIC :
1. Pertahankan teknik Aseptik.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
3. Berikan terapi antibiotik.
4. Tingkatkan intake cairan.

15
5. Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal.
6. Dorong pasien istirahat yang cukup.
7. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
8. Ganti balutan sesuai jadwal

G. Implementasi dan Evaluasi


Pasien 1 a. Diagnosis 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik pembedahan.
Senin, 19 Aril 2021 Pukul 09:00
Implementasi yang di lakukan
1) Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
Hasil : P : Nyeri akibat oprasi, Q : Nyeri seperti ditusuk – tusuk, R : abdomen jahitan
operasi, S : Skala nyeri 5, T : Nyeri bertambah saat beraktivitas.
2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Hasil : Wajah klien tampak meringis
3) Mengajarkan teknik non farmakologi
Hasil : teknik relaksasi nafas dalam
4) Kolaborasi pemberian analgetic untuk mengurangi nyeri
Hasil : diberikan terapi injeksi ketorolac 30mg

Evaluasi
S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post Op, nyeri akibat oprasi, nyeri seperti ditusuk –
tusuk, jahitan operasi, skala nyeri 5, nyeri 5 menit hilang timbul.
O : GCS 4-5-6, composmetis, TTV : Td 103/61 mmHg, Nadi :88x/menit, RR : 20x/menit, S :
36,3ᵒC pasien tampak meringis, terdapat luka jahitan pada abdomen , luka tertutup kasa
steril.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

Selasa, 20 April 2021 pukul 10:30


Implementasi yang dilakukan :
1) Mengkaji skala nyeri
Hasil : P : Nyeri akibat operasi, Q : Nyeri seperti di tusuk – tusuk, R : Abdomen pada
jahitan pasca operasi, S : Skala nyeri 2, T : Nyeri 2 menit hilang timbul.
2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Hasil : Wajah pasien tampak lebih rileks
3) Mengobervasi tekhnik relaksasi yang sudah di ajarkan
Hasil : Pasien menggunakan tekhnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri secara
mandiri
4) Memberikan therapi analgesik kolaborasi dengan tim medis
Hasil : memberikan Inj ketorolac 30 mg IV

Evaluasi :
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, nyeri akibat operasi, nyeri seperti di tusuk – tusuk,
lokasi pada perut jahitan sc, skala nyeri 2, nyeri 2 menit hilang timbul.
O : Keadaan umum baik, composmetis, GCS 4-5-6, TTV : TD 110/90 mmHg, N : 80x/menit,
RR : 20x/menit, S: 36,5 ᵒC, wajah pasien tampak lebih rileks.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

Rabu, 21 April 2021 pukul 11.00


Implementasi yang dilakukan :
1) Mengkaji skala nyeri

16
Hasil : klien mengatakan sudah tidak nyeri
2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Hasil : Wajah pasien tampak rileks
3) Mengobervasi tekhnik relaksasi yang sudah di ajarkan
Hasil : Pasien menggunakan tekhnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri secara
mandiri

Evaluasi :
S : klien mengatakan nyeri sudah hilang
O : Keadaan umum baik, composmetis, GCS 4-5-6, TTV : TD 111/90 mmHg, N : 83x/menit,
RR : 20x/menit, S : 36,2ᵒC wajah pasien tampak lebih rileks.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

b. Diagnosis 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pasca sectio caesarea


Senin, 19 April 2021 09.00
Implementasi :
1) mengidentifikasi pola tidur pasien
Hasil : klien mengatakan tidur sekitar 2-3 jam
2) mengidentifikasi pengganggu tidur pasien
Hasil : nyeri yang hilang timbul
3) menciptakan lingkungan yang nyaman
Hasil : tempat tidur pasien dalam keadaan rapi

Evaluasi :
S : klien mengatakan sulit untuk tidur, tidak puas saat tidur, mudah terbangun
O : Klien tampak lemas dan lesu
A : masalah belum teratasi teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Selasa 20 April 2021 Pukul 10:30


1) mengidentifikasi pola tidur pasien
Hasil : klien mengatakan tidur sekitar 4 jam
2) mengidentifikasi pengganggu tidur pasien
Hasil : nyeri yang hilang timbul
3) menciptakan lingkungan yang nyaman
Hasil : tempat tidur pasien dalam keadaan rapi
4) menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Hasil : pasien memahami pentingnya tidur

Evaluasi :
S : klien mengatakan masih sulit untuk tidur, hanya bisa tertidur sekitar 4 jam
O : Klien tampak lemas dan lesu
A : masalah belum teratasi teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Rabu 21 Januari 2021 Pukul 11:00


1) mengidentifikasi pola tidur pasien
Hasil : klien mengatakan tidur sekitar 6 jam
2) mengidentifikasi pengganggu tidur pasien
Hasil : klien mengatakan karna sering terjaga
3) menciptakan lingkungan yang nyaman
Hasil : tempat tidur pasien dalam keadaan rapi

17
Evaluasi :
S : klien mengatakan masih sulit untuk tidur, sudah bisa tertidur sekitar 6 jam
O : Klien tampak lebih fresh
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

c. Diagnosis 3: Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


Senin 19 April 2021 pukul 09:00
Implementasi yang dilakukan :
1) Monitor tanda – tanda infeksi
Hasil : Tidak ditemukan tanda – tanda infeksi, tidak ada rasa panas, tidak ada bengkak,
tidak ada kemerahan, tidak berbau pada daerah jahitan, tidak ada pus
2) Mengkolaborasi pemberian antibiotik
Hasil : Di berikan Inj Ceftizoxime 1g IV
3) Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, terdapat pus,
pembengkakan, luka berbau
Hasil : Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali tanda dan gejala infeksi.
4) Mendorong pasien untuk istirahat yang cukup
Hasil : klien mengatakan tidur sekitar 5-6 jam dimalam hari
5) mendorong masukan cairan dengan minum air mineral sebanyak 2 liter/ hari
Hasil : klien mengatakan sudah minum 250ml

Evaluasi :
S : Klien mengatakan tidak ada rasa gatal dan panas pada luka operasi.
O : Kesadaran composmentis, GCS : 15, luka tidak berbau, suhu 36,3°C, tidak ada pus, tidak
ada tanda – tanda infeksi, tidak ada bengkak, tidak ada kemerahan, luka tertutup perban.
A : Resiko infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan

Selasa 20 April 2021 pukul 10:30


Implementasi yang dilakukan :
1) memonitor tanda dan gejala infeksi
Hasil : klien mengatakan tidak ada rasa gatal pada luka operasi.
2) Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Hasil : diberikan injeksi Ceftizoxime 1g IV
3) mendorong masukan cairan dengan minum air mineral sebanyak 2 liter/ hari
Hasil : klien sudah minum 500 cc pada hari ini.

Evaluasi :
S: klien mengatakan tidak ada rasa gatal dan panas pada luka operasi
O : Kesadaran composmentis, GCS 15, suhu tubuh pasien 36,5ᵒC, luka idak berbau, tidak ada
kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada pus.
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Rabu 22 April 2021 pukul 11:00


Implementasi yang dilakukan :
1) memonitor tanda dan gejala infeksi
Hasil : klien mengatakan tidak ada rasa gatal pada luka operasi.
2) Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Hasil : diberikan injeksi Ceftizoxime 1g IV
3) mendorong masukan cairan dengan minum air mineral sebanyak 2 liter/ hari
Hasil : klien sudah minum 650 cc pada hari ini.

18
Evaluasi :
S: klien mengatakan tidak ada rasa gatal dan panas pada luka operasi
O : Kesadaran composmentis, GCS 15, suhu tubuh pasien 36,3ᵒC, luka idak berbau, tidak ada
kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada pus.
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Pasien 2 a. Diagnosis 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik pembedahan.
Senin, 19 Aril 2021 Pukul 11:00
Implementasi yang di lakukan
1) Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
Hasil : P : Nyeri akibat oprasi, Q : Nyeri seperti ditusuk – tusuk, R : abdomen jahitan
operasi, S : Skala nyeri 5, T : Nyeri bertambah saat beraktivitas.
2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Hasil : Wajah klien tampak meringis
3) Mengajarkan teknik non farmakologi
Hasil : teknik relaksasi nafas dalam
4) Kolaborasi pemberian analgetic untuk mengurangi nyeri
Hasil : diberikan terapi injeksi ketorolac 30mg

Evaluasi
S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post Op, nyeri akibat oprasi, nyeri seperti ditusuk –
tusuk, jahitan operasi, skala nyeri 5, nyeri 5 menit hilang timbul.
O : GCS 15, composmentis, TTV : Td 106/70 mmHg, Nadi :71x/menit, RR : 20x/menit, S :
36,1ᵒC pasien tampak meringis, terdapat luka jahitan pada abdomen , luka tertutup kasa
steril.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

Selasa, 20 April 2021 pukul 11:30


Implementasi yang dilakukan :
1) Mengkaji skala nyeri
Hasil : P : Nyeri akibat operasi, Q : Nyeri seperti di tusuk – tusuk, R : Abdomen pada
jahitan pasca operasi, S : Skala nyeri 3, T : Nyeri 2 menit hilang timbul.
2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Hasil : Wajah pasien tampak lebih rileks
3) Mengobervasi tekhnik relaksasi yang sudah di ajarkan
Hasil : Pasien menggunakan tekhnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri secara
mandiri
5) Memberikan therapi analgesik kolaborasi dengan tim medis
Hasil : memberikan Inj ketorolac 30 mg IV
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, nyeri akibat operasi, nyeri seperti di tusuk – tusuk,
lokasi pada perut jahitan sc, skala nyeri , nyeri 2 menit hilang timbul.
O : Keadaan umum baik, composmetis, GCS 15, TTV : TD 110/90 mmHg, N : 80x/menit, RR :
20x/menit, S: 36,4 ᵒC, wajah pasien tampak lebih rileks.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

Rabu, 21 April 2021 pukul 10.00


Implementasi yang dilakukan :
1) Mengkaji skala nyeri
Hasil : klien mengatakan sudah tidak nyeri

19
2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Hasil : Wajah pasien tampak rileks
3) Mengobervasi tekhnik relaksasi yang sudah di ajarkan
Hasil : Pasien menggunakan tekhnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri secara
mandiri
Evaluasi :
S : klien mengatakan nyeri sudah hilang
O : Keadaan umum baik, composmetis, GCS : 15, TTV : TD 107/90 mmHg, N : 90x/menit, RR
: 20x/menit, S : 36,6ᵒC wajah pasien tampak lebih rileks.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

b. Diagnosis 2 : Defisit pengetahuan pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


tentang perawatan payudara
Rabu 21 April 2021 11.00
Implementasi :
1) Menyiapkan lingkungan yang kondusif untuk memberikan kenyamanan pasien
Hasil : Pasien merasa nyaman
2) Mengkaji motivasi pasien untuk mengikuti pendkes
Hasil : Pasien mau mengikuti Pendidikan kesehatan
3) Memberi bimbingan dan mendemostrasikan cara perawatan payudara yang benar
Hasil : Pasien mengikuti kegiatan Pendidikan kesehatan
4) Memberikan penyuluhan tentang cara perawatan payudara dan mengikutsertakan pasien
untuk melakukan perawatan payudara dan cara pelekatan yang benar
Hasil : Pasien megikuti arahan perawat dan pasien bisa melakukan perawatan payudara
secara mandiri dan ASI mulai keluar
5) Menjelaskan kepada ibu tentang penting menjaga kondisi tubuh dengan mempertahankan
nutrisi dan kebersihan ibu.
Hasil : Pasien paham apa yang telah di ajarkan
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan sudah mengerti cara merawat payudaranya ,
O : Pasien dapat mendemonstrasikan tekhnik merawat payudara dengan benar
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Diagnosis 3: Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


Senin 19 April 2021 pukul 09:00
Implementasi yang dilakukan :
1) Monitor tanda – tanda infeksi
Hasil : Tidak ditemukan tanda – tanda infeksi, tidak ada rasa panas, tidak ada bengkak,
tidak ada kemerahan, tidak berbau pada daerah jahitan, tidak ada pus
2) Mengkolaborasi pemberian antibiotik
Hasil : Di berikan Inj Ceftizoxime 1g IV
3) Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, terdapat pus,
pembengkakan, luka berbau
Hasil : Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali tanda dan gejala infeksi.
4) Mendorong pasien untuk istirahat yang cukup
Hasil : klien mengatakan tidur sekitar 4-5 jam dimalam hari
5) mendorong masukan cairan dengan minum air mineral sebanyak 2 liter/ hari
Hasil : klien mengatakan sudah minum 300 ml

Evaluasi :
S : Klien mengatakan tidak ada rasa gatal dan panas pada luka operasi.
O : Kesadaran composmentis, GCS : 15, luka tidak berbau, suhu 36,1°C, tidak ada pus, tidak
ada tanda – tanda infeksi, tidak ada bengkak, tidak ada kemerahan, luka tertutup perban.

20
A : Resiko infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan

Selasa 20 April 2021 pukul 11:30


Implementasi yang dilakukan :
1) memonitor tanda dan gejala infeksi
Hasil : klien mengatakan tidak ada rasa gatal pada luka operasi.
2) Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Hasil : diberikan injeksi Ceftizoxime 1g IV
3) mendorong masukan cairan dengan minum air mineral sebanyak 2 liter/ hari
Hasil : klien sudah minum 600 cc pada hari ini.

Evaluasi :
S: klien mengatakan tidak ada rasa gatal dan panas pada luka operasi
O : Kesadaran composmentis, GCS 15, suhu tubuh pasien 36,4ᵒC, luka idak berbau, tidak ada
kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada pus.
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Rabu 21 April 2021 pukul 10:00


Implementasi yang dilakukan :
1) memonitor tanda dan gejala infeksi
Hasil : klien mengatakan tidak ada rasa gatal pada luka operasi.
2) Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Hasil : diberikan injeksi Ceftizoxime 1g IV
3) mendorong masukan cairan dengan minum air mineral sebanyak 2 liter/ hari
Hasil : klien sudah minum 500 cc pada hari ini.

Evaluasi :
S: klien mengatakan tidak ada rasa gatal dan panas pada luka operasi
O : Kesadaran composmentis, GCS 15, suhu tubuh pasien 36,6ᵒC, luka tidak berbau, tidak ada
kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada pus.
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

21
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan maternitas yang dilakukan pada Ny.
E dan Ny. S dengan post partum section caesarea dengan indikasi ketuban pecah
dini (KPD) di Rumah Sakit Rajak Salemba, maka dalam bab ini penulis akan
membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil
pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan yang ditemukan
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien 1 dan pasien 2 dengaan
indikasi Ketuban Pecah Dini, dan penyusunan asuhan keperawatan penulis
melakukan suatu proses yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut :

A. Pengkajian
Pada pengkajian ditemukan pada pasien 1 yaitu Ny. E dengan P3A0 pasien 2
yaitu Ny. S dengan P1A0 dengan diagnosa post operasi Sectio Caesarian atas
indikasi ketuban pecah dini. Pengkajian ditemukan pasien 1 memiliki riwayat
2 kali persalinan normal sehingga ini adalah persalinan pertama yang
dilakukan secara sectio caesarea sedangkan pasien 2 ini merupakan
persalinan pertama. Sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk melahirkan bayi dengan membuka perut dan rahim. (Lia et.al,
2010 dalam Sitorus 2021).

22
Pada pengkajian pemeriksaan fisik pasien 1 ditemukan tekanan darah 103/61
MmHg dan pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah pusat serta
pengeluaran pervagina lochea rubra, warna merah kehitaman, bau amis,
konsistensi encer. Sedangkan klien 2 ditemukan tekanan darah 106/70 MmHg
, pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah pusat dan pengeluaran pervagina
Lochea rubra. Sejalan dengan teori Kustriyani & Wulandari (2021)
menjelaskan terjadi perubahan sistem reproduksi pasca persalinan terhadap
uterus yang mengalami proses involusi akibat kontraksi otot polos uterus
sehingga uterus akan berada ditengah kira-kira 2 cm dibawah umbilicus.

Pengkajian pada pasien 1 mengatakan bahwa pada saat kehamilan jarang


minum vitamin karena mual adapun pada pasien 2 mengatakan pada saat
kehamilan jarang mengkonsumsi vitamin karena malas dan terkadang suka
lupa, hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu, dkk
(2020) terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap kejadian ketuban
pecah dini yang ditunjukan pada uji Chi Square dengan nilai p value = 0,0001
< 0,05.

Peatalaksaan medis yang diberikan pada kedua pasien post sectio caesarea
sudah sesuai dengan teori, bahwa kedua pasien post sectio caesarea dilakukan
perawatan yang sesuai dengan indikasi.

Faktor pendukung yang dialami penulis adalah keinginan pasien untuk segera
pulih dari perawatan serta keluarga maupun pasien yang kooperatif, adapun
faktor penghambat dalam mengegakan diagnosis keperawatan tidak dirasakan
oleh penulis karena penulis menegakkan diagnosis sesuai dengan buku
diagnosa keperawatan.

B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan teori Nurarif & Kusuma (2015), diagnosis keperawatan untuk ibu
post partum sectio caesarea ada 7 yaitu: nyeri akut, ketidakseimbangan

23
nutrisi, konstipasi, gangguan pola tidur, defisit perawatan diri, resiko infeksi,
Defisit perawatan diri dan kurangnya pengetahuan. Menetapkan diagnosis
berdasarkan masalah utama dan kebutuhan klien yang didapatkan dari hasil
pengkajian pada klien.

Dalam menetapkan diagnosis keperawatan terdapat perbedaan antara diagnosa


teori dengan kasus yang dialami pasien dilapangan. Terdapat empat diagnosis
keperawatan yang tidak diangkat dari dari pasien 1 yaitu diagnosa pertama:
Ketidakseimabngan nutrisi dikarenakan tidak ada tanda tanda pasien
mengalami deficit nutrisi. Diagnosa keperawatan konstipasi tidak di ambil
karena tidak ditemukan masalah konstipasi. Ketiga, yaitu defisit perawatan diri,
diagnosa tersebut tidak diambil karena tidak ada data untuk menegakkan
diagnosa tersebut dan klien melakukan perawatan dirinya dibantu oleh
keluarganya. Diagnosa keempat kurangnya pengetahuan diagnosa tersebut
tidak diangkat karena pasien sudah pernah melahirkan dan sudah
berpengalaman.

Pada pasien 2 terdapat tiga diagnosis keperawatan yang tidak diangkat dari
pasien yaitu diagnose pertama : Ketidakseimbangan nutrisi dikarenakan tidak
ada tanda tanda pasien mengalami deficit nutrisi, konstipasi diagnose ini tidak
diangkat karena tidak ada data yang sesuai dengan diagnose, kedua gangguan
pola tidur diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ada data yang sesuai karena
pasien tidur dengan cukup kadang sesekali bangun hanya untuk menyusui.
Ketiga, defisit perawatan diri diagnose ini tidak diambil karena tidak ada data
yang untuk menegakkan diagnosa tersebut dan pasien dapat merawat dirinya
dengan baik dengan dibantu keluarga.

Pada tinjauan teori terdapat diagnose gangguan pola keperawatan gangguan


pola tidur, dimana pasien 1 ditegakkan diagnosa gangguan pola tidur dengan
jumlah jam tidur 2-3 jam, mengatakan sulit untuk tidur, pada pasien post
section caesarea mengalami masalah keperawatan gangguan pola tidur yang

24
ditandai dengan megeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak
puas tidur. Menurut Bahiyatun (2009) dalam Aminah dkk (2020) Ibu post
partum membutuhkan waktu untuk istirahat dan tidur selama 8 jam untuk
memulihkan kondisi setelah melahirkan dan memaksimalkan perawatan.

Diagnosis yang ditegakan pada pasien 2 yaitu kurangnya pengetahuan karena


pasien tidak memiliki pengalaman menyusui dan perawata payudara
sebelumnya. Seperti teori menurut Manuaba (2010) Perawatan payudara ketika
selama hamil ( Prenatal Breast Care) adalah tindakan yang dilakukan untuk
persiapan menyusui dengan tujuan memudahkan bayi untuk menghisap ASI,
menjaga kesehatan payudara, sehingga dapat mencegah gangguan yang dapat
timbul selama menyusui.

Diagnosis ketiga yang ditegakkan adalah risiko infeksi dimana pasien 1 dan
pasien 2 memiliki luka post section caesarea. Seperti pada teori faktor
terjadinya risiko infeksi adalah karena trauma jaringan dimana terdapat luka
pasca SC pada bagian abdomen.

C. Perencanaan Keperawatan
Dalam perencanaan yang penulis tetapkan sebagai asuhan keperawatan kedua
klien, penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan diagnose
keperawatan kemudian menetapkan tujuan dan kriteria hasil, setelah itu penulis
menetapkan tindakan yang tepat.

Pada pasien 1 dan pasien 2 memiliki kesamaan pada diagnosis nyeri akut dan
risiko infeksi serta kesamaan dalam intervensi yang diberikan batasan waktu
selama 3x24 jam. Pada pasien 1 dengan diagnose kedua yaitu gangguan pola
tidur diberikan intervensi dengan batasan waktu 3x24 jam, sedangkan pasien 2
pada diagnose kedua diberikan intervemsi selama 30 menit hal ini karena pada
diagnosa kurangnya pengetahuan pasien sudah memahami tentang perawatan
payudara dalam 30 menit, sehingga penulis menghentikan implementasinya.

25
Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan pada kasus yaitu ganti
balutan section caesarea hal tersebut tidak dapat dilakukan karena ganti balutan
dilakukan oleh dokter obgyn penanggung jawab pasien.

Dalam penyusunan perencanaan ini, penulis tidak tidak mengalami hambatan


dikarenakan sudah berkordinasi dengan perawat di ruangan dan atas
persetujuan pasien dan keluaga. Hal ini karena intervensi yang telah disusun
penulis sesuai dengan apa yang butuhkan dan sesuai dengan kemampuan serta
keingian pasien.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat setelah dibuatnya perencanaan
keperawatan. Dalam tahap ini, penulis melakukan tindakan sesuai dengan
tindakan apa yang telah direncana. Pelaksanaan tindakan keperawatan
disesuaikan dengan kondisi pasien dan persetujuan pasien. Pada tahap
pelaksanaan keperawatan, penulis bekerja sama dengan perawat, tim
kesehatan, klien dan keluarga yang mengacu pada rencana tindakan di
Ruangan di Rumah Sakit Radjak Salemba serta didukung dengan adanya
pembimbing yang telah ditunjuk oleh institusi.

Implementasi pada pasien 1 dengan diagnosis nyeri akut berhubungan dengan


agen injuri fisik yang telah dilakukan yaitu ; melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif, mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan,
meningkatkan istirahat, memonitor tanda-tanda vital, menganjurkan tehnik
relaksasi serta kolaborasi dalam pemberian analgetik. Untuk implementasi
dengan diagnosis gangguan pola tidur yang telah dilakukan adalah
mengidentifikasi pola tidur pasien, mengidentifikasi pengganggu tidur pasien,
menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, menciptakan lingkungan yang
nyaman. Sedangkan implementasi dengan diagnosa resiko infeksi dibuktikan
dengan efek prosedur invasif yang telah dilakukan yaitu ; mempertahankan

26
tehnik aspetik, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
memberikan therapi antibiotik, meningkatkan intake cairan, memonito tanda
dan gejala infeksi sistemik dan lokal, mendorong pasien istirahat yang cukup.

Implementasi pada pasien 2 dengan diagnosis kurang pengetahuan


berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan payudara yang telah
dilakukan adalah menyiapkan lingkungan yang kondusif untuk memberikan
kenyamanan pasien, mengkaji motivasi pasien untuk mengikuti pendidikan
kesesehatan, memberikan bimbingan dan mendemonstrasikan cara perawatan
payudara yang benar, menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya kondisi
tubuh dengan mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu.

Faktor pendukung dalam melakukan rencana keperawatan ini adalah


semangatnya pasien saat dilakukannya perawatan, pasien yang kooperatif,
dukungan keluarga pasien yang memberikan semangat pasien, serta adanya
kerjasama dengan perawat ruangan dan tim dalam memberikan asuhan
keperawatan, sehingga tidak ditemukan hambatan dalam melakukan
implementasi.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan laporan tertulis tentang hasil (kemajuan pasien terhadap
tujuan), format dibuat agar dapat menghemat waktu dan memberikan
kesempatan penilaian cepat tentang kondisi pasien terkini, catatan
perkembangan dibuat secara beruntun dari waktu ke waktu mengikuti
kemajuan pasien, dengan mengguankan teknik SOAP (Subjektif, Objektif,
Analisa, Planing) yang bertujuan untuk melihat keberhasilan akan tindakan
keperawatan yang di berikan (Mulyati, 2018). Dengan demikian tujuan yang
diharapkan penulis yang sudah disusun dalam perencanaan telah dilakukan dan
sesuai dengan kriteria hasil serta tujuan tindakan. Dari 2 kasus yang di ambil
oleh penulis semua masalah sudah teratasi.

27
Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien 1 terdapat diagnosa terdapat
diagnosa keperawatan teratasi setelah 3 hari diberikan asuhan keperawatan
yaitu diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik,
gangguan pola tidur berhubungan dengan pasca section caesarea, resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan. Sedangkan pada pasien 2 terdapat
diagnosis keperawatan teratasi setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan
yaitu diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
pembedahan, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang perawatan payudara.
BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 April 2021- 22 April 2021 di
Radjak Hospital Salemba, peneliti mampu melakukan pengkajian review
kasus asuhan keperawatan pada pasien Ny. E dengan P3A0 pasien 2 yaitu
Ny. S dengan P1A0 dengan indikasi ketuban pecah dini. Pengkajian
ditemukan pasien 1 memiliki riwayat 2 kali persalinan normal sehingga ini
adalah persalinan pertama yang dilakukan secara section caesarea sedangkan
pasien 2 ini merupakan persalinan pertama.

Masalah keperawatan yang muncul pada ke 2 pasien tersebut berbeda dimana


pada pasien 1 masalah yang muncul yaitu nyeri akut, gangguan pola tidur dan
risiko infeksi sedangkan pada pasien 2 masalah yang muncul yaitu nyeri akut,
kurangnya pengetahuan, risiko infeksi. Terdapat perbedaan diagnosa
keperawatan pada ke 2 pasien tersebut di mana pasien 1 yaitu diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik pembedahan,
gangguan pola tidur berhubungan dengan pasca section caesarea, risiko
infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, pada pasien ke 2 yaitu nyeri
akut berhubungan agen injuri fisik pembedahan, risiko infeksi berhubungan

28
dengan trauma jaringan, kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi.

Perencanaan untuk pasien post sectio caesarea yaitu sesuai dengan intervensi
yang telah disusun dan telah dilakukan modifikasi agar tidak adanya tindakan
yang berulang pada diagnosa akan tetapi tidak mengurangi hasil dari
perencanaan yang telah disusun namun terdapat perbedaan batas waktu pada
pasien 2 dimana pada diagnosa ke 1 dan 3 diberi batasan waktu 3x24 jam
sedangkan pada diagnosa ke 2 hanya diberikan 30 menit. Implementasi
keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat. Evaluasi
yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai dengan catatan
perkembangan dalam bentuk SOAP serta masalah yang timbul dapat teratasi.

Faktor pendukung dalam melakukan tindakan keperawatan ini adalah


semangat dari pasien saat dilakukannya perawatan, pasien yang kooperatif,
dukungan keluarga pasien yang memberikan semangat pasien, serta adanya
kerjasama dengan perawat ruangan dan tim dalam memberikan asuhan
keperawatan, sehingga tidak ada ditemukannya hambatan dalam melakukan
pemberian asuhan keperawatan.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian yang peneliti lakukan diharapkan dapat menjadi bahan
informasi bagi perawat serta pihak Rumah Sakit dalam meningkatkan
mutu pelayanan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan ketuban pecah dini secara profesionl dan komperhensif.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

29
ketuban pecah dini dan sebagai bahan pedoman untuk penelitian
selanjutnya.

3. Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,
keterampilan, dan pengalaman, serta wawasan peneliti sendiri dalam
melakukan penelitian ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien ketuban pecah dini. Diharapkan bagi peneliti
selanjutnya dapat melakukan pengkajian secara holistik terkait dengan
yang dialami oleh klien agar asuhan keperawatan dapat tercapai tepat
sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien ketuban pecah dini.

30

Anda mungkin juga menyukai