PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI). AKI merupakan kematian yang
terjadi pada wanita mulai dari hamil hingga 6 minggu setelah persalinan.
Penurunan AKI merupakan salah satu indikator yang telah ditetapkan dalam
yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI kembali menujukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes
RI, 2017).
dilakukan tindakan Sectio Caesarea pada ibu hamil yang berisiko tinggi dan
perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1% dan infeksi nifas 7,3% (Kemenkes RI,
2015),
1
2
Sectio Caesarea di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan
Gambaran adanya faktor risiko ibu saat melahirkan atau di operasi caesarea
adalah 13,4 % karena ketuban pecah dini, 5,49% karena preeklampsia, 5,14%
karena perdarahan, 4,40% Kelainan letak Janin, 4,25% karena jalan lahir
atau lahirnya janin dan plasenta melalui sayatan dinding abdomen dan uterus,
karena komplikasi kehamilan dan persalinan. Pada kasus sudah terjadi gawat
janin akibat terinfeksi, misalnya, kasus ketuban pecah dini (KPD) sehingga
bayi terendam cairan ketuban yang busuk. Bisa juga akibat ibu mengalami
penderitaan ibu. Kondisi bayi – bayi seperti ini termasuk gawat biasanya jika
dokter menilai denyut jantung bayi lebih cepat dari biasa termasuk jika terjadi
dengan tidak PEB. Hasil uji statistik ada hubungan PEB dengan sectio
peluang 2,947 kali dilakukan SC dibandingkan tidak PEB karena PEB sangat
3
normal.
dengan KPD sebagian kecil mengalami seksio sesarea elektif dan sebagian
besar mengalami seksio sesarea emergensi. KPD berisiko 2,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan tidak Kelainan Letak Janin (Normal) karena pada ibu
bersalin yang mengalami kelainan letak akan susah untuk melahirkan normal.
137/100.000 KH pada tahun 2016 dan pada tahun 2015 AKI sebanyak
Caesarea tertingggi.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2018.
2. Tujuan Khusus
pecah dini, preeklampsia, letak sungsang dan partus lama pada ibu
2018.
2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar bisa
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data awal maupun
E. Keaslian Penelitian
RSUD Liun Kendage Tahuna, yaitu gawat janin 31,14%, persalinan tidak
peningkatan angka kejadian Sectio Caesarea yaitu gawat janin dan yang
5. Umadah, N & Arief Wibowo (2014) dengan judul Pengaruh Faktor Risiko
Section.
persalinan.
7. Yulidasari (2016) dengan judul Hubungan Antara Usia Ibu Pada Saat
Hamil dan Status Anemia dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
BBLR.
8. Prosser SJ, et al. (2014) dengan judul Why ”down under” is a cut above :
a comparison of rates of and reasons for caesarean section in England
and Australia. Hasil penelitian menunjukkan salah satu penyebab
dilakukan operasi sesar adalah penyulit pada saat persalinan seperti partus
lama (macet), prematuritas dan fetal distress.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sectio Caesarea
abdomen dan uterus, karena disebabkan antara ukuran kepala dan panggul
atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala
janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami
(Wiknjosastro, 2013).
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
(Prawirohardjo, 2014).
berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan diperut dengan menyayat
8
9
a. Indikasi Medis
(tenaga mengejan dan kontraksi dinding otot perut dan dinding rahim),
terjadinya trauma persalina serius pada jalan lahir atau pada anak, dan
adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular kepada anak,
sehingga kelahiran tidak bisa melalui jalan yang benar yaitu melalui
tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal
panggul ibu masih dalam batas normal atau tergolong sempit untuk
ketuban yang busuk, atau bayi ikut memikul demam tinggi. Bisa
bayi – bayi seperti ini termasuk gawat biasanya jika dokter menilai
denyut jantung bayi lebih cepat dari biasa termasuk jika terjadi
liang rahim dan akhirnya bayi tidak bisa keluar normal melalui
normal sudah tidak mungkin dilakukan lagi, baik kepala atau kaki
5) Jika terjadi kontraksi yang lemah dan tidak terkoordinasi. Hal ini
muncul gejala darah tinggi, ada protein dalam air seni, penglihatan
b. Indikasi social
oleh sebab itu, Sectio Caesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan
bawah ini: Anak sudah mati dalam kandungan. Dalam hal ini, dokter
menilai apabila denyut jantung anak sudah tidak ada, ibu sudah tidak
Doppler, dan tidak ada lagi tanda- tanda kehidupan dari anak tersebut.
1) Jika anak terlalu kecil untuk mampu hidup diluar rahim ibu.
2) Jika anak dikandungan ibu terbukti cacat, misalnya kepala anak besar
a. Jenis klasik
ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Jenis ini sudah
komplikasi.
c. Histerektomi Caesar
sebelumnya.
nifas.
dan terbuka atau atonia uteri (kurangnya tonus otot pada dinding uteri).
d. Rupture uteri.
berlangsung sendiri tanpa ada tindakan yang tepat, dapat timbul bahaya
a. Bahaya bagi ibu dapat menyebabkan partus lama yang sering kali
nekrosis.
intracranial.
15
a. Analgesik
meperidin IM setiap 3 jam sekali bila perlu untuk mengatasi rasa sakit
atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10-15 mg morfin sulfat. Obat-
b. Tanda-tanda Vital
harus di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah
dapat menerima cairan per oral satu hati setelah pembedahan. Jika
makanan biasa.
gerak usus dapat menjadi gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post
e. Ambulasi
Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat
analgesik yang baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada
terjadi.
f. Perawatan luka
Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative
lambat pada hari ke tiga post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa
g. Laboratorium
Secara rutin Ht diukur pada pagi hari setelah operasi, Ht harus segera
dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri
1. Usia Ibu
kehidupan seseorang dalam beberapa waktu yang telah dijalani sejak lahir
sampai sekarang. Usia adalah usia yang dimiliki seseorang sejak lahir
bawah usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Kematian pada wanita hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan >35
tahun.
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur
plasenta previa juga sering terjadi pada ibu yang berumur diatas 35 tahun
2016).
mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Sebagian
besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37
berasal dari vagina dan serviks. KPD merupakan salah satu faktor
asfiksia yaitu eklamsi, gawat janin, KPD, dan keadaan gawat ibu dan janin
tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
ketuban pecah dini (KPD) sebesar 4,6 kali dan oligohidramnion berisiko
sebesar 2,1 kali. Sedangkan panggul sempit dan riwayat bekas persalinan
3. Preeklampsia
minggu yang disertai dengan peningkatan berat badan ibu sehingga tubuh
20
yang disertai dengan kejang atau koma. Dari hasil penelitian ini diketahui
konvulsi yang dapat diikuti oleh koma. Mencegah timbulnya eklamsi jauh
4. Partus Lama
jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama merupakan
suatu masalah di Indonesia karena kita ketahui bahwa 80% dari persalinan
(Mochtar, 2014)
Menurut Fatmawati (2013), bahwa partus tak maju adalah fase laten
lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi
belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif
dilatasi serviks, atau penurunan dari bagian yang masuk selama persalinan
21
Partus tak maju merupakan fase dari suatu partus yang macet dan
dilahirkan melalui suatu insisi pada dindingperut dan dinding syaraf rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Winkjosastro,
dengan berat di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus.
5. Letak Sungsang
sulit bagi fetus untuk turn over, jadi apapun posisi yang dicapai pada saat
ini biasanya sama dengan posisi saat persalinan akan dimulai (Manuaba,
2013).
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
Jakarta, diperoleh hasil bahwa risiko terjadinya persalinan sesarea pada ibu
yang mengalami ketuban pecah dini sebesar 4,6 kali. Sedangkan panggul
Sragen, diperoleh hasil bahwa ada hubungan ketuban pecah dini dengan
persalinan seksio sesar. Ketuban pecah dini mempunyai resioko 9,333 kali
adalah indikasi terbesar ke tiga dilakukan tindakan sectio caesar dari 167
sectio caesaria dengan Odds Ratio (OR)= 2,947 yang berarti Responden
pada ibu bersalin yang mengalami kelainan letak akan susah untuk
melahirkan normal.
D. Kerangka Teori
Sectio Caesarea
E. Kerangka Konsep
Faktor Risiko SC
1. Indikasi Mesis
Power
Passageway
Passanger
Usia Tindakan Sectio
Preeklampsia Caesarea
Letak
Sungsang
KPD Bagan 2.2
Partus Lama Kerangka Konseptual
2. Indikasi Sosial
Permintaan
Sendiri
F. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Ya
KPD
Tidak
Ya
Preeklampsia Kasus
Tidak
Ya
Letak Sungsang
Tidak
Ya Partus Lama
Tidak Sectio
Berisiko Caesarea
Usia
Tidak Berisiko
Ya
KPD
Tidak
Ya Kontrol
Preeklampsia
Tidak
Ya Letak Sungsang
Tidak
Ya Partus Lama
Tidak
27
28
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
bebas (Independen) dalam penelitian ini adalah KPD, preeklampsia dan letak
Caesarea.
Usia
Preeklampsi
Partus Lama
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
1. Populasi
ibu.
2. Sampel
(Z1-α/2)2 PN
n=
d (N-1) + ((Z1-α/2)2 P
2
n = 161
Keterangan :
N= Populasi 981
Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang tidak
597
Kasusi= =4
161
384
Kontroli= =2
161
jadi sampel kasus dalam penelitian ini diambil interval 4 dari 597
populasi SC hingga diperoleh 161 orang dan sampel kontrol penelitian ini
survey awal dilakukan pada bulan Desember 2018 dan penelitian dilakukan
2. Pengolahan Data
berikut ini:
kode (0): SC dan (1) tidak SC, Usia (0) : Berisiko dan (1): Tidak
Berisiko, KPD (0): Ya dan (1): Tidak, Preeklampsia dengan kode (0):
Ya dan (1): Tidak, Letak sungsang dengan kode (0); Ya dan (1) Tidak,
4. Tabulating yaitu data yang telah di beri kode dari variabel dependen
5. Cleaning yaitu data yang telah di beri kode dari variabel dependen
a. Analisis Univariat
masing variabel.
50% : sebagian
b. Analisis Bivariat
c. Analisis Multivariat
A. Jalannya Penelitian
Bhayangkara Kota Bengkulu. Sampel diambil sebanyak 322 yang terdiri dari
161 sampel kasus diambil interval 4 dari 597 populasi SC dan sampel kontrol
penelitian ini diambil kelipatan 2 dari 384 populasi tidak SC hingga diperoleh
sesuai dengan data yang ada dalam buku register. Setelah data dikumpulkan
B. Hasil
1. Analisis Univariat
34
35
Tidak Sectio
Sectio Caesarea Jumlah
No Variabel Caesarea
n=161 % n=161 % n=322 %
1 Usia
<20 atau >35 tahun 87 54 19 11,8 106 32,9
20-35 tahun 74 46 142 88,2 216 67,1
2 KPD
Ya 80 49,7 22 13,7 102 31,7
Tidak 81 50,3 139 86,3 220 68,3
3 Preeklampsia
Ya 80 49,7 16 9,9 96 29,8
Tidak 81 50,3 145 90,1 226 70,2
4 Letak Sungsang
Ya 85 52,8 25 15,5 110 34,2
Tidak 76 47,2 136 84,5 212 65,8
5 Partus Lama
Ya 79 49,1 22 13,7 101 31,4
Tidak 82 50,9 139 86,3 221 68,6
besar (49,1%) ibu yang mengalami partus lama melakukan tindakan Sectio
Caesarea.
36
2. Analisis Bivariat
Sectio Caesarea
Total P OR
Usia SC Tidak SC
Value 95%
N % n % N %
Berisiko 87 54 19 11,8 106 32,9
Tidak Berisiko 74 46 142 88,2 216 67,1 0,000 8,787
Total 161 100 161 100 322 100
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.2 diperoleh data bahwa dari 161
responden Sectio Caesarea sebagian besar (54%) dengan usia berisiko <20
tahun atau >35 tahun dan hampir sebagian besar (46%) dengan usia tidak
dengan usia berisiko dan hampir seluruh (88,2%) dengan usia tidak
berisiko. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti bahwa
ada hubungan usia dengan tindakan Sectio Caesarea pada ibu bersalin di
tidak berisiko.
Sectio Caesarea
Total P OR
KPD SC Tidak SC
Value 95%
N % n % n %
Ya 80 49,7 22 13,7 102 31,7
Tidak 81 50,3 139 86,3 220 68,3 0,000 6,240
Total 161 100 161 100 322 100
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.3 diperoleh data bahwa dari 161
KPD dan hampir seluruh (86,3%) tidak mengalami KPD. Hasil uji Chi-
Square diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan KPD
Kota Bengkulu Tahun 2018 dengan nilai OR = 6,240, yang berarti bahwa
N % n % n %
Ya 80 49,7 16 9,9 96 29,8
Tidak 81 50,3 145 90,1 226 70,2 0,000 8,951
Total 161 100 161 100 322 100
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.4 diperoleh data bahwa dari 161
Sectio Caesarea
Total P OR
Letak Sungsang SC Tidak SC
Value 95%
n % n % n %
Ya 85 52,8 25 15,5 110 34,2
Tidak 76 47,2 136 84,5 212 65,8 0,000 6,084
Total 161 100 161 100 322 100
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.5 diperoleh data bahwa dari 161
letak sungsang. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti
Sectio Caesarea
Total P OR
Partus Lama SC Tidak SC
Value 95%
n % n % n %
Ya 79 49,1 22 13,7 101 31,4
Tidak 82 50,9 139 86,3 221 68,4 0,000 6,087
Total 161 100 161 100 322 100
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.6 diperoleh data bahwa dari 161
Partus Lama dan sebagian (50,9%) tidak mengalami partus lama. Dari 161
Lama dan hampir seluruh (86,3%) tidak mengalami partus lama. Hasil uji
3. Analisis Multivariat
Letak sungsang (p=0,000) dan partus lama (p=0,000). Hasil analisis dapat
Pemodelan I
Pemodelan II
Pemodelan Akhir
memiliki niliai p value sebesar 0,000 < 0,005 dan memiliki nilai OR
tertinggi yaitu 3,738 yang artinya preeklampsia berpeluang 3,738 kali lipat
C. Pembahasan
besar (32.9%) responden dengan usia berisiko <20 tahun atau >35 tahun
dan dari 161 responden Sectio Caesarea sebagian besar (54%) dengan
persalinan adalah <20 atau >35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20
juga sering terjadi pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena
mempunyai risiko yang lebih besar pada kesehatan ibu dan bayinya.
peneliti karena permintaan dari ibu dan keluarga sendiri untuk tidak
persalianan yang dialami ibu dan ibu merasa mampu untuk melahirkan
kondisi hamil akan membuat dirinya harus berbagi dengan janin yang
melalui plasenta.
yang bersalin dengan tindakan SC ibu yang usia tidak beresiko dan tidak
disebut indikasi sosial. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
rasa sakit dan proses yang lama dari proses persalinan normal dan
memiliki usia berisiko dan atau mengalami satu atau lebih komplikasi
seperti KPD, Preeklampsia, letak sungsang dan partus lama tetapi tidak
tanpa perlu dilakukan tindakan SC dan dari permintaan ibu dan keluarga
sendiri yang meminta untuk tidak dilakukan persalinan dengan SC. Hal
dianjurkan bagi ibu yang masih dapat melahirkn secara normal. Alasan
ibu hamil memilih SC daripada sevara normal agar terhindar dari rasa
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Kasdu (2003), banyak ibu
rasa sakit seperti halnya persalinan alami. Hal ini terjadi karena
besar (31,7%) ibu mengalami Ketuban pecah dini dan dari 161
tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu.
sedikit atau habis. Penyebab KPD belum diketahui secara jelas sehingga
infeksi yang berasal vagina dan serviks. KPD merupakan salah satu
Hal ini karena berdasarkan penelitian ibu yang tidak mengalami KPD
letak sungsang, partus lama, gawat janin, usia risiko untuk melahirkan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyawati, dkk
(2011), bahwa risiko KPD pada ibu hamil bukan saja terjadi
persalinan SC.
sebesar 6,240 kali dibandingkan dengan responden yang tidak KPD. Hal
ini sejalan dengan pendapat Syaifuddin (2012) bahwa salah satu indikasi
pecah dini, yang mana dapat menyebabkan gawat janin. Hasil penelitian
persalinan tidak terjadi dalam 24 jam yang akan terjadi risiko infeksi
yang KPD tidak SC. Hal ini disebakan karena ibu yang mengalami KPD
bisa melahirkan secara normal dan tidak terjadi gawat janin sehingga
Caesarea.
pervaginam.
(50,3%) ibu yang tidak Preeklampsia melakukan SC. Hal ini disebabkan
karena ibu mengalami komplikasi lain seperti ketuban pecah dini, letak
sungsang, partus lama, gawat janin, usia risiko untuk melahirkan secara
itu juga hal ini dapat terjadi karena indikasi sosial,yakni permintaan
normal dan stabil, dan tidak terjadi gawat janin sehingga memungkinkan
dibandingkan denga variabel yang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian
Aprina & Anita Puri (2016), dimana menurut peneliti Sectio Caesarea
bersalin dan masa nifas yang terdiri dari trias, yakni hipertensi,
mencegah hal tersebut maka upaya yang dilakukan adalah dengan segera
(Prawirohardjo,2014).
Sectio Caesarea, hal ini karena ibu mengalami komplikasi lain seperti
tindakan Sectio Caesarea, karena berat janin yang tidak besar yang
sungsang/malposisi.
partus lama. Menurut Fatmawati (2013), bahwa partus tak maju adalah
fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih bayi belum lahir, dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan
partus tak maju adalah ketiadaan kemajuan dalam dilatasi serviks atau
(13,7%) ibu yang mengalami partus lama tidak melakukan tindakan SC,
Sectio Caesarea. Selain itu juga, prinsip penanganan partus lama adalah
(2013), bahwa partus tak maju merupakan fase dari suatu partus yang
janin, risiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam, terjadi
atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan dan syok pada ibu.
hubungan partus tak maju dengan Sectio Caesarea. Partus tak maju yang
53
A. Kesimpulan
1. Hampir sebagian besar responden mempunyai usia berisiko <20 atau >35
partus lama.
2. Ada hubungan usia dengan tindakan Sectio Caesarea pada ibu bersalin di
3. Ada hubungan KPD dengan tindakan Sectio Caesarea pada ibu bersalin di
5. Ada hubungan Letak Sungsang dengan tindakan Sectio Caesarea pada ibu
6. Ada hubungan Partus Lama dengan tindakan Sectio Caesarea pada ibu
54
55
B. Saran
melalui literatur terbaru dan memberikan edukasi secara langsung pada ibu
diantaranya faktor paritas, panggul sempit dan penyakit pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Andayasari, L, dkk. 2015. Proporsi Seksio Sesarea dan Faktor yang Berhubungan
dengan Seksio Sesarea di Jakarta. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 43(2)
: 105-116
Aprina & Anita Puri. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan
Sectio Caesarea di RSUD DR. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Kesehatan Volume 7 (1) : 91-96
Handoko. 2006. Sembilan Bulan Yang Menajubkan ,Seri Ayah Bunda Dan Bayi.
Jakarta :Gaya Favorit
Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: .Puspa Sehat
56
57
Nugroho, Prasetyo. 2010. Persalinan Seksio Sesarea dengan Indikasi Non Medis
di Kota Surabaya. Skripsi. S1- Fisipol.Departemen Antropologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universiyas Airlangga, Surabaya.
Prosser SJ, et al. 2014. Why ”down under” is a cut above : a comparison of rates
of and reasons for caesarean section in England and Australia. BMC
Preganancy Chlidbirth, Vol 14 (1) : 149
RSUD Dr. M Yunus. Data Operasi Seksio Caesaria dan Seluruh Persalinan
Tahun 2015-2017. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
RS Kota Bengkulu. Data Operasi Seksio Caesaria dan Seluruh Persalinan Tahun
2015-2017. Rumah Sakit Kota Bengkulu
Umadah, N & Arief Wibowo. (2014). Pengaruh Faktor Risiko Ibu dan Janin
Terhadap Persalinan Caesarean Section. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, Vol 3 (1) : 59-65.
Yulidasari. (2016). Hubungan Antara Usia Ibu Pada Saat Hamil dan Status
Anemia dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1