Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KASUS KOLABORASI PATOLOGI


PERSALINAN PADA NY. S USIA 37 TAHUN G1P0A0 DENGAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD WALED KABUPATEN
CIREBON TAHUN 2023

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Profesi Bidan
Stase IX Kolaborasi Rujukan Maternal Yang Berpusat pada Perempuan

Dosen Pembimbing :

Uly Artha Silalahi, SST., M.Keb

Oleh :
EUIS NURMAWAR
P2.06.24.8.22.109
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya telah meridhai penulis sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan Praktik Stase IX. Laporan ini
dipergunakan untuk memenuhi tugas Stase IX Praktek Klinik Kebidanan
dalam kegiatan Praktik Klinik Program Studi Studi Kebidanan Politeknik
Kementerian Kesehatan Tasikmalaya.
Laporan ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Nunung Mulyani,APP,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
2. Dr. Meti WL, SST M,Keb selalu Ketua Prodi Profesi Kebidanan
3. Tim Penganggung Jawab Praktik klinik profesi pada stase .
4. Uly Artha Silalahi, SST., M.Keb dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis selama pembuatan laporan pendahuluan ini.
5. selaku Bidan Koordinator dan Clinical Instructur (CI) RSUD Waled
Kabupaten Cirebon
6. Seluruh tim dan teman-teman yang berperan dalam Praktik Klinik
Kebidanan Kolaborasi rujukan di Program Studi Profesi Kebidanan
Tasikmalaya.
Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, kami
barharap laporan ini bemanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
seluruh mahasiswa dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Cirebon, Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Manfaat Penulisan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ketuban Pecah Dini 3
B. Etiologi 3
C. Tanda dan Gejala 7
D. Patofisiologi 9
E. Penatalaksanaan 10
F. Kewenangan Bidan 13
DAFTAR PUSTAKA 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada
ataus etelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau
KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).
Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena
prevalensinya yang cukup besar dan cenderung meningkat. Berdasarkan
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, jumlah
angka kematian ibu (AKI) tergolong cukup tinggi yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup (KH), nilai tersebut masih dibawah standar capaian
Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 yaitu 70/100.000 (Dewi
et al., 2020). Dinas Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa
penyebab AKI adalah pendarahan, infeksi, dan hipertensi. Sedangkan data
dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2016 menunjukkan bahwa penyebab
terjadinya AKI adalah infeksi dan pendarahan yang merupakan komplikasi
dari ketuban pecah dini (KPD). Presentase kejadian KPD di Indonesia
sebesar 4,4-7,6% dari seluruh kehamilan yang terbagi pada 3-18% kehamilan
preterm dan 8-10% kehamilan aterm (Nikmathul Ali et al., 2021).
Sampai saat ini faktor yang menyebabkan terjdinya KPD pada ibu
bersalin belum diketahui secara pasti dan jelas, maka usaha preventif atau
pencegahan dari tenaga kesehatan belum bisa dilaksanakan secara mendetail.
Tetapi tenaga kesehatan masih bisa untuk menekan angka kejadian infeksi
supaya tidak terjadi komplikasi pada ibu bersalin. Adapun faktor-faktor
penyebab meningkatnya kejadian KPD pada ibu bersalin adalah fisiologi
membran amnion, ketidakmampuan serviks dalam mempertahankan janin,
vagina/serviks yang terkena infeksi, gemelli, umur ibu, paritas, cephalopelvic
disproportion (CPD), stress pada fetal maupun maternal, intensitas pekerjaan

3
ibu, dan prosedur medis (Zamilah et al., 2020).
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya KPD adalah
berbagai macam komplikasi neonatus meliputi prematuritas, respiratory
distress syndrome, pendarahan intraventrikel, sepsis, dan fetal distress,
sedangkan dampak KPD pada ibu yaitu dapat menyebabkan mudahnya
transmisi bakteri yang dapat menimbulkan infeksi infeksi asenden dan
intrapartal mulai dari bagian luar ke bagian dalam rahim. Ibu bersalin yang
mengalami fase laten memanjang akan meningkatkan peluang infeksi pada
bagian dalam rahim serta bayi yang lahir dari persalinan prematur. Hal
tersebut juga dapat meningkatkan kejadian angka kesakitan maupun angka
kematian pada ibu dan bayi yang ada di dalam rahim sehingga meningkatkan
AKI maupun AKB (Nikmathul Ali et al., 2021). Penting untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab terjadinya KPD pada ibu bersalin karena hal tersebut
dapat menjadi upaya untuk melakukan tindakan preventif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan pendahuluan ini adalah mahasiswa mampu
melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan manternal dengan kasus
Ketuban Pecah Dini yang Berpusat pada Perempuan secara komprehensif
dan berkesinambungan, menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampian
dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan meliputi pengkajian,
penegakan diagnosis kebidanan, mengidentifikasi masalah potensial,
mengidentifikasi tindakan segera menyusun perencanaan,
mengimplementasikan dan melakukan evaluasi berdasara clinical
reasoning dan hasil kajian evidance based practice.
b. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan pelaporan
kebidanan.

4
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Laporan pendahuluan ini dapat menambah pengetahuan dan


wawasan sesuai kewenangan bidan tentang penanganan asuhan
kebidanan yang berpusat pada perempuan pada kasus ketuban pecah
dini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa

Bidan bisa memahami dan melakukan penanganan asuhan


kebidanan yang berpusat pada perempuan pada kasus ketuban
pecah dini sesuai kewenangannya.
b. Bagi Institusi Pendidikan

Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi


mahasiswa profesi bidan agar dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan yang berpusat
pada perempuan pada kasus ketuban pecah dini sesuai
kewenangannya.
c. Bagi Mahasiswa

Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan


bagi mahasiswa serta sebagai implementasi dalam memberikan
asuhan kebidanan yang berpusat pada perempuan pada kasus
ketuban pecah dini sesuai kewenangannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketuban Pecah dini


Menurut POGI (2016) pengertian KPD adalah pecahnya selaput
ketuban (amnion dan korion) tanpa diikuti tanda persalinan pada kehamilan
aterm atau pecahnya selaput ketuban pada kehamilan preterm.
Menurut Prawirohardjo KPD adalah pecahnya ketuban sebelum
persalinan. Ketuban pecah dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan >37 minggu disebut KPD aterm atau disebut premature rupture of
membranes (PROM), KPD yang tejadi pada usia kehamilan kurang <37
minggu disebut KPD preterm premature rupture of membrance (PPROM).
Pada kehamilan aterm 8-10 % kehamilan akan mengalami ketuban pecah
dini. (Prawirohardjo, 2016). Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya
ketuban pada saat kehamilan atau pada saat persalinan sebelum pembukaan
serviks mencapai fase aktif.

B. Etiologi
Ada beragam mekanisme yang menyebabkan pecahnya membran
prelaboratif. Hal ini dapat terjadi akibat melemahnya fisiologis dari membran
yang dikombinasikan dengan kekuatan yang disebabkan oleh kontraksi
uterus. Infeksi intamniotik umumnya dikaitkan dengan PPROM. Faktor risiko
utama untuk PPROM termasuk riwayat PPROM, panjang serviks pendek,
perdarahan vagina trimester kedua atau ketiga, kekurangan nutrisi dari
tembaga dan asam askorbat, gangguan jaringan ikat, indeks massa tubuh
rendah, status sosial ekonomi rendah, merokok, dan penggunaan narkoba.
Meskipun berbagai etiologi, sering tidak ada penyebab yang jelas yang
diidentifikasi pada pasien yang datang dengan PROM. (Peter Hong, 2019).
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini menurut jurnal
(Endang Susilowati,dkk. 2021) yaitu sebagai berikut:

6
1. Usia
Usia dapat dikategorikan menjadi dua yaitu risiko tinggi dan risiko
rendah, ibu dengan usia risiko tinggi mempunyai risiko lebih tinggi
terjadi KPD daripada ibu dengan risiko rendah dengan usia <20 tahun hal
ini dikarenakan organ reproduksinya belum bekerja dengan baik
termasuk jalan lahir wanita yang belum optimal untuk bekerja secara
sempurna. Organ reproduksi perempuan yang belum matang dan siap
dapat menyebabkan kurang optimalnya pembentukan beberapa jaringan
yang ada di dalamnya dan dari hal ini nantinya dapat berpengaruh
terhadap pembentukan membran ketuban yang tipis sehingga bisa
menyebabkan KPD. Sedangkan wanita dengan usia di atas 35 tahun akan
mengalami penurunan fungsi organ yang berarti mempunyai potensi
lebih besar untuk terkena penyakit degenerative seperti tensi yang tinggi,
gangguan pada sistem pembuluh darah, dan penyakit gula di mana
beberapa penyakit ini secara tidak langsung juga mempengaruhi dengan
tingkat kejadian KPD. (Maharrani & Nugrahini, 2017).
2. Gemelli
Gemelli merupakan kehamilan ganda yang ditandai dengan ukuran
uterus yang lebih besar dibandingkan dengan usia kehamilannya, dan
dapat menyebabkan terjadinya regangan pada rahim. Hal ini akan
meningkatkan tekanan di dalam rahim, sehingga dengan tekanan yang
berlebihan vaskularisasi tidak berjalan dengan lancar kemudian
mengakibatkan selaput ketuban kekurangan jaringan ikat kemudian
terjadi selaput ketuban yang lemah dan bila terjadi sedikit pembukaan
servik saja maka selaput ketuban akan mudah pecah. (Hackenhaar et al.,
2014).
3. Paritas
Komplikasi pada persalinan biasanya akan sering terjadi pada ibu
multipara dan grandemultipara, hal ini berkaitan dengan fungsi organ
reproduksi yang sudah menurun seperti pada bagian leher rahim yang
berkurang keelastisannya dan hal ini dapat menyebabkan pembukaan

7
yang lebih dini pada serviks sehingga hal lain juga bisa mengakibatkan
kelainan dalam proses persalinan seperti KPD, perdarahan dan eklamsia.
Ibu bersalin dengan paritas yang tinggi akan lebih berpotensi untuk
terkena beberapa komplikasi. Karena jika dilihat lebih tinggi paritas,
lebih tinggi juga angka kematian maternal (Maharrani & Nugrahini,
2017).
4. Preterm
Pada ibu dengan usia kehamilan preterm adalah 28-36 minggu pada
trimester ke-3 selaput ketuban mudah pecah, melemahnya kekuatan
selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi
rahim dan pembesaran janin. Hal ini dikarenakan pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen
matriks ekstraseluler amnion, korion, dan apotosis membrane janin.
Ketuban pecah dini pada kehamilan premature disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal misalnya infeksi yang menjalar dari vagina,
polihidramnion inkompeten serviks solusio plasenta (Tchirikov et al.,
2018).
5. Infeksi
Membran ketuban yang pecah dapat disebabkan oleh banyak hal,
adapun salah satunya yaitu karena adanya bakteri anaerob yang tumbuh
pada area vagina ibu. Hal ini bisa disebabkan oleh vulva hygiene ibu
yang kurang baik sehingga bisa menimbulkan adanya infeksi asendens
yaitu karena adanya perumbuhan bakteri pathogen atau terjadi perubahan
mikroba flora normal yang ada pada daerah vagina maupun servik ibu.
Bakteri pathogen ini nantinya akan merambah melalui vagina kemudian
ke serviks ibu hingga nantinya masuk ke membran ketuban sehingga
dapat menyebabkan penurunan fungsi pada membran ketuban. Serta
dengan adanya bakteri vaginosis yang mengakibatkan peptidase akan
dengan mudah untuk mendegenerasikan kolagen dan melemahkan
membran ketuban yang selanjutnya dapat mengakibatkan pecahnya
membran ketuban (Nguyen et al., 2021).

8
6. Cephalo pelvic disproportion (CPD)
Disorposi Kepala Panggul atau cephalopelvic disproportion (CPD)
adalah suatu kondisi yang timbul karena kepala bayi lebih besar jika
dibandingkan dengan panggul ibu sehingga kepala bayi tidak dapat
melewati panggul ibu. Hal ini dikarenakan bayi dengan makrosomia atau
kelainan ukuran panggul ibu yang sempit dan juga bisa dikarenakan
kombinasi antara keduanya. Disorposi kepala panggul atau CPD dapat
menyebabkan terjadinya KPD, hal ini dikarenakan tidak dapat masuknya
bagian terendah janin ke panggul ibu sehingga akan terjadi penekanan
pada cairan yang terdapat di dalam rahim bagian bawah dan akibatnya
dapat menimbulkan pecahnya membran ketuban atau terjadinya KPD
pada ibu bersalin (Barokah & Agustina, 2021).
7. Riwayat KPD
Riwayat KPD Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin
dengan kejadian ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap
ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya
beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini
dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada
kehamilan menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan
lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya (Shah et al, 2013).
8. Serviks inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot – otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia

9
serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi
(Alim, 2015).
9. Kelainan Letak Janin
Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD
karena kelainan letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim
meningkat sehingga dapat menyebabkan KPD. Pada letak sungsang
posisi janin berbalik, kepala berada dalam ruangan yang besar yaitu di
fundus uteri sedangkan bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih
besar di paksa untuk menepati ruang yang kecil yaitu disegmen bawah
rahim, Sehingga dapat membuat ketuban bagian terendah langsung
menerima tekanan intrauteri dan ketegangan rahim meningkat,
sedangkan letak lintang bagian terendah adalah bahu sehingga tidak
dapat menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran
bagian bawah maupun pembukaan serviks. (Ahmad, dkk.2021).

C. Tanda dan gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
berwarna jernih, campur darah atau campur mekonium, cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang.
Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Sunarti, 2017).

10
Secara prosedural, menurut Saifudin (2015) diagnosis ketuban pecah dini
ditegakkan dengan cara:

a. Anamnesa
Melakukan pendekatan dengan penderita untuk memastikan cairan yang
keluar adalah cairan ketuban. Tanyakan apakah penderita merasakan basah
pada vagina, keluar cairan tiba-tiba dalam kapasitas sedikitbanyak, berbau
khas, warna dan apakah tedapat his yang teratur serta pengeluaran lendir
darah.
b. Inspeksi
Mengamati dengan mata secara langsung, apabila ketuban baru pecah dan
jumlah ketuban masih banyak sehingga mengalir di vagina.
c. Pemeriksaan dengan Spekulum
Diagnosa KPD dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dalam
menggunakan spekulum. Pemeriksaan KPD di dapatkan cairan amnion
keluar dari ostium uteri eksterna (OUE), jika cairan amnion belum nampak
keluar penderita diminta untuk batuk, mengejan, atau melakukan manuver
valsalva.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan cairan vagina : warna, konsistensi, bau dan pH
2) Test lakmus. Apabila dengan cara tersebut cairan belum keluar dapat
dilakukan dengan pemeriksaan dengan menggunakan kertas nitrasin
yang ditempelkan pada forniks posterior. Dengan menggunakan
pemeriksaan dengan kertas nitrasin menghasilkan perubahan warna
menjadi biru. Cairan amnion mempunyai pH sekitar 7,0 sampai 7,5
sedangkan pH normal cairan vagina antara 4,5 sampai 5,5. Namun
positif palsu dapat ditemukan oleh karena adanya kontaminasi dari
darah, cairan antiseprik, urine dan infeksi vagina.
3) Mikroskopik. Berdasarkan penelitian Hyagriv, pemeriksaan lain yang
dapat dilakukan adalah fern test, pemeriksaan ini dilakukan dengan

11
cara meneteskan cairan sempel pada gelas objek, kemudian
dikeringkan selama 10 menit. Pada pemeriksaan di bawah mikroskop,
cairan amnion akan tampak seperti kristal yang berbentuk daun pakis,
yang menunjukkan tingginya kadar protein dan NaCl. Tingkat
ketepatan pada pemeriksaan ini mencapai 90% untuk diagnosis
PPROM dan jika spesimen ditemukan pakis dan nitrazine positif, ibu
harus segera ditangani.
e. Pemeriksaan USG Pemeriksaan USG bertujuan untuk mengetahui jumlah
cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD indeks jumlah cairan
ketuban berkurang yaitu <1000 ml.

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung Manuaba
(2011) sebagai berikut:
a) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
b) Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
c) Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
1) Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan
dunia luar.
2) Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion.

12
3) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik
traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan KPD, infeksi
merupakan faktor utama yang terkait dengan KPD. Selama terjadi infeksi,
terjadi pelepasan endoktoksin dan eksotoksin dari mikroorganisme yang
menginvasi korionamnion dan desidua selanjutnya akan mengaktivasi desidua
dan selaput janin untuk memproduksi sejumlah sitokin, dimana banyak zat
bioaktif yang dilepaskan seperti prostaglandin bertindak intuk merangsang
kontraksi rahim, sedangkan di sisi lain metalloprotease mempengaruhi
kekuatan dari membran yang menyebabkan pecahnya membran (Al-Riyami,
2013). Matrix metalloproteinase (MMP) adalah grup dari protein yang
memecah kolagen. Kolagen memberikan kekuatan regangan utama pada
membran janin, oleh karena itu pecahnya selaput membran janin dikaitkan
dengan peningkatan ekspresi.
Berdasarkan Hasil penelitian Ika Yulia Darma, dkk (2021) ditemukan
kadar MMP-2 serum yang lebih tinggi pada ketuban pecah dini dibandingkan
kehamilan normal. Hal ini dapat disebabkan karena MMP-2 merupakan
enzim yang berperan dalam mendegradasi kolagen sehingga melemahkan
elastisitas selaput ketuban yang merupakan dasar terjadinya ketuban pecah
dini. Pada ketuban pecah dini MMP-2 aktif diawali oleh mekanisme infeksi.
Peningkatan kadar prostaglandin memicu desidua untuk meningkatkan kadar
matriks metalloproteinase-2 (MMP-2), yang kemudian peningkatan kadar
MMP- 9 ini memicu terjadinya peningkatan degradasi matriks ekstraseluler
(ECM). Degradasi matriks ekstraselluler yang meningkat mengakibatkan
terjadinya penurunan elastisistas membran, kemudian perlemahan pada
membran dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
(Weiss et al.2007).

E. Penatalaksanaan

13
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta
dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini
dilakukan secara konservatif dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu
rawat di rumah sakit (Saifuddin, 2015).
Menurut (Prawirohardjo, 2016) penanganan pada kasus ketuban pecah
dini di bagi dalam menjadi 2 yaitu :
1. Konservatif
a. Rawat dirumah sakit
b. Berikan antibiotik ( ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
c. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada tanda
infeksi, tes busa negatif beri dexametason, observasi tanda-tanda infeksi
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
d. Jika usia 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada tanda infeksi, berikan
tokolitik ( salbutamol), dexametason, dan induksi sesudah 24 jam.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda
infeksi intrauterin).
f. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematan paru janin dan bila memungkinkan periksa kadar lestin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal 2 hari, dexametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal
sectio cesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg- 50 µg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik
dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

14
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan pserviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan sectio cesarea.
b. Bila skor pelvic > 5, induksi. Persalinan.
Sebelum melakukan induksi hendaknya dilakukan pemeriksaan dalam
untuk mengetahui keadaan serviks, bagian terbawah janin, dan panggul.
Salah satu metode yang dapat dihitung untuk penilaian kematangan serviks
adalah dengan penilaian Bishop, yang pertama dikenalkan oleh Bishop
pada tahun 1964 yang meliputi dilatasi serviks, konsistensi, panjang
(pendataran) dan posisi serviks serta turunnya bagian terendah janin. Hasil
penilaian Bishop 4 atau kurang, akan lebih tinggi potensi kegagalan
dilakukan induksi persalinan, karena serviks belum mengalami
pematangan (Cunningham, 2012).
TABEL SKOR BISHOP
SKOR 0 1 2 3
Pembukaan Tertutup 1-2 3-4 ≥5
Pendataran 0-30 % 40-50% 60-70% >80 %
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi Kaku Medium Lunak -
Posisi servik Posterior Pertengahan Anterior Anterior

F. Kewenangan Bidan
Bidan dalam menjalankan perannya, fungsi dan tugasnya berdasarkan
kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur
dalam peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan, untuk memberikan
pelayanan kebidanan yang bermutu dan berkesinambungan, bidan harus
memahami falsafah, kode etik, dan regulasi yang terkait dengan praktik
kebidanan.
Dalam melakukan tugasnya bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan
rujukan sesuai kondisi pasien, kewenangan dan kemampuan dalam keadaan

15
darurat bidan juga diberi kewenangan pelayanan kebidanan untuk
menyelamatkan jiwa. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28
Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, Bagian Kedua
tentang Kewenangan Pasal 18 disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan
Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana. Pasal 19 ayat 1 disebutkan bahwa
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
Ayat 2 disebutkan bahwa Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan konseling pada masa sebelum
hamil; antenatal pada kehamilan normal; persalinan normal; ibu nifas normal;
ibu menyusui; dan konseling pada masa antara dua kehamilan. Ayat 3
disebutkan bahwa Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan episiotomi; pertolongan
persalinan normal; penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II; penanganan
kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan; pemberian tablet tambah
darah pada ibu hamil; pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
penyuluhan dan konseling; bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Bagian Ketiga tentang Pelimpahan kewenangan Pasal 22 disebutkan
bahwa Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan : penugasan dari
pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau pelimpahan wewenang melakukan
tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari dokter. Pasal 27 ayat 1
disebutkan bahwa Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan
kesehatan secara mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

16
huruf b diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama tempat Bidan bekerja.
Ayat 2 disebutkan bahwa Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat
kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama tersebut. Ayat 3 disebutkan bahwa Pelimpahan
tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan ketentuan : tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi
yang telah dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan; pelaksanaan tindakan
yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan dokter pemberi pelimpahan;
tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai
dasar pelaksanaan tindakan; dan tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus
menerus. Ayat 4 disebutkan bahwa Tindakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab dokter pemberi
mandat, sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang
diberikan.
Disimpulkan bahwa dalam kasus persalinan dengan KPD yang terjadi
seorang bidan boleh memberikan pertolongan persalinan setelah ada mandat
dari dokter yang bertanggungjawab. Wewenang bidan adalah melakukan apa
yang menjadi perintah dokter dan yang bertanggung jawab adalah dokter yang
memberi mandat.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S 37 TAHUN G3P2A0
GRAVIDA 33-34 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
DI RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
eTAHUN 2023

Hari/Tanggal : Senin, 13 Februari 2023

Waktu : 22.00 WIB

Tempat : PMB Euis N

A. Data Subyektif
1. Biodata

Istri Suami
Nama Ny. S Tn. R
Umur 37 tahun 36 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Tidak Bekerja Buruh
Alamat Pelandakan
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu datang mengeluh keluar air-air sejak jam 21.00 WIB, ibu
mengatakan keluar air-airnya sedikit dan rembes ke celana dalam
berwarna bening, belum keluar lendir darah dan tidak merasakan
mulas. Merupakan kehamilan ketiga belum pernah keguguran. Merasa
hamil 8 bulan. HPHT 19-06-2022 TP 26-03-2023. Siklus menstruasi
ibu sebelum hamil lancar 28 hari lamanya kurang lebih 5 sampai 6
hari. Tidak mengkonsumsi obat dari warung ataupun jamu. Ibu
mengatakan rutin mengkonsumsi tablet tambah darah malam hari
menggunakan air putih. Ibu rutin periksa ke bidan atau pun puskesmas
sudah 7 kali dan USG 2 kali di puskesmas dan di dokter SpOG.

18
Gerakan janin yang di rasa aktif. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
berat yang mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan seperti
hipertensi, diabetes, jantung, HIV, TB dan lain sebagainya. Selama
hamil ibu tidak pernah di rawat di RS. Suami dan bapaknya merokok
dan ibu mengatakan sering terpapar asap rokok. Ibu tidak merokok dan
minum-minuman keras. Makan terakhir pukul 19.00 WIB Minum
terakhir pukul 20.30 WIB. BAK terakhir pukul 21.00 WIB. BAB
terakhir pukul 17.00.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
2. Keadaan Umum : Baik
3. Kesadaran : Compos mentis
4. Antropometri : BB : 72 kg TB : 153 cm
LILA : 26 cm
5. TTV : TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit
R : 20x/menit S : 36,5ºC
6. Wajah : Tidak ada Oedema
7. Mata : konjungtiva an anemis. sklera an ikterik
8. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU
26 cm, puka, presentasi kepala, penurunan 4/5,
DJJ 145x/menit. HIS : 1x10’x 10”. TBJ : ± 1.860
gram.
9. Genetalia : PD v/v t.a.k (tidak ada pembesaran bartholini dan
kelenjar skene, tidak ada oedema dan varises). Portio tebal lunak.
Pembukaan 1 cm, Ketuban negatif sisa cairan jernih, tidak adabagian
kecil yang menumbung. Tidak ada molase, kepala dihodge I-II.
10. Anus : Tidak ada Hemoroid
11. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat
Bawah : Tidak ada oedema , kuku tidak pucat,
tidak terdapat varises, reflex patella +/+

19
12. Data Penunjang
Hb : 12,1 gr%
Protein Urine : (-)
Glukosa Urine : (-)
Golongan Darah :O
C. Analisa
Ny. S usia 27 tahun G3P2A0 Gravida 33-34 minggu parturient preterem
kala I fase laten dengan ketuban pecah dini keadaan umum ibu dan janin
baik perlu kolaborasi dengan dokter.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin
2. Melakukan informed consent sebelum pemeriksaan, ibu menyetujui
dilakukan pemeriksaan
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan.
4. Melakukan kolaborasi doker, advice:
a. Melakukan cek lakmus
b. Memasang infus RL
c. Antibiotik amoxicilin 500 mg
d. Lakukan rujukan ke rumah sakit
5. Melakukan cek lakmus, hasil : lakmus merah berubah menjadi biru.
6. Memasang infus RL 500 ml di tangan kiri 20 tpm, sudah terpasang.
7. Memberikan antibiotik amoxicilin 500mg, telah diberikan.
8. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan
tindakan rujukan ke Rumah Sakit, ibu dan keluarga menyetujui.
9. Melakukan persiapan rujukan, menghubungi pihak rumah sakit bahwa
akan merujuk pasien.
10. Merujuk pasien ke Rumah Sakit.
11. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan SOAP, sudah di
dokumentasi

20
BAB
IV
PEMB
AHAS
AN

Pada bab ini diuraikan pembahasan kasus mengenai asuhan kebidanan


pada Ny. S 37 Tahun G3P2A0 33-34 minggu dengan 6 jam Ketuban Pecah Dini
(KPD) di PMB Euis N, yang telah diambil sesuai dengan manajemen kebidanan
SOAP mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi penatalaksanaan. Dalam hal
ini juga diuraikan tentang persamaan dan kesenjangan antara teori yang ada
dengan praktik yang ditemukan dilapangan.

Pada pengkajian data subjektif didapatkan bahwa Berdasarkan hasil


anamnesa didapatkan hasil sebagai berikut, ini merupakan kehamilan ketiga.
Mengatakan keluar air-air pada pukul 21.00 WIB. Belum merasa mules. HPHT :
19-06-2022 TP : 26-03-2023 Gerakan janin masih dirasakan oleh ibu sampai saat
ini. Jika dihitung dari HPHT maka usia kehamilan ibu saat ini yaitu 33-34 minggu
dan termasuk preterem. Ketuban Pecah Dini Preterm adalah pecahnya ketuban
secara spontan sebelum saatnya persalinan dan terjadi saat usia kehamilan
belum mencapai aterm atau 37 minggu (Garcia dan Kurniawati, 2020).

Pada pengkajian data subjektif ibu juga mengatakan bahwa ibu sering
terpapar asap rokok karena suami dan bapaknya merupakan perokok aktif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati, N. dan Fibriana, A. ika
(2018) Pada variabel paparan asap dan perilaku merokok ibu, diketagorikan
sebagai berisiko dan tidak berisiko. Paparan asap dan perilaku merokok ibu yang
berisiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah ibu sebagai perokok aktif atau
perokok pasif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan
antara paparan asap dan perilaku merokok ibu dengan kejadian ketuban pecah
dini. Dari hasil analisis dengan uji chi square yang diperoleh p value = (0,004)

21
dimana nilai p value kurang dari dari 0,05 (0,0041), 95% CI : 1,848-26,036
artinya responden yang terkena paparan asap dan merokok memiliki risiko 6,935
kali dibanding responden yang tidak terkena paparan asap dan tidak merokok.
Wanita hamil yang terpapar asap rokok seringkali mengalami gangguan selama
kehamilan seperti abortus, BBLR, pre-eklamsi, abruption plasenta dan KPD. Hal
ini terjadi dalam asap rokok merupakan radikal bebas yang akan merusak
komponen molekul utama dari sel tubuh dan dapat mengganggu integritas sel,
berkurangnya elastisitas membran, termasuk selaput ketuban sehingga rentan
mengalami rupture.

Hasil pengkajian data objektif diperoleh bahwa secara keseluruhan hasil


pemeriksaan dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil :
Tidak ada bekas luka operasi, TFU : 26 cm. presentasi kepala. Posisi puka.
Penurunan 4/5. DJJ : 140x/menit. His : 1x10’x 10”. TBJ : ± 1.860 gram. Pada
pemeriksaan genitalia didapaatkan hasil : Vulva vagina tidak ada kelainan, portio
tebal lunak. Pembukaan 1cm. ketuban negatif. Sisa cairan jernih. Tidak ada bagian
kecil yang menumbung. Tidak molase. UUK kanan depan. Kepada di hodge I-II.
Sesuai teori yang menyatakan bahwa Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm
(fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. (Zamilah,dkk,2020).

Analisis yang dapat disimpulkan dari pengkajian data subjektif dan


objektif yaitu Ny. S usia 37 tahun G1P0A0 gravida 33-34 minggu kala I fase laten
dengan 6 jam KPD. Menurut Andalas et al. (2019) sekitar 1/3 perempuan yang
mengalami KPD akan mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan
fetus/neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar
dibanding ibunya hingga 47,9% bayi mengalami kematian. Potensi masalah yang
muncul pada persalinan premature adalah infeksi perinatal, dan kompresi tali
pusat merupakan komplikasi yang umum terjadi pada KPD.

22
Selanjutnya pada asuhan patologi persalinan dengan ketuban pecah dini
dilakukan kolaborasi dengan dokter puskesmas dan didapatkan advice bahwa :
lakukan cek lakmus, Memasang infus RL, pemberian antibiotik amoxicilin 500
mg, dan Lakukan rujukan ke rumah sakit. Menurut Andalas et al. (2019) Semua
pasien dengan ketuban pecah dini yang dicurigai terkena infeksi harus diberikan
terapi antibiotik atau profilaksis antibiotik. Selanjutnya perlu dilakukan rujukan ke
Rumah Sakit, karena Ketuban Pecah Dini Preterm masih merupakan penyebab
tersering morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin di Indonesia. Hal
ini terkait dengan terjadinya persalinan preterm, sepsis neonatorum serta kematian
perinatal. Selain itu komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi
intrapartal/dalam persalinan, infeksipuerperalis/masa nifas, dry labour/partus
lama, perdarahan postpartum, meningkatnya tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal (Garcia dan Kurniawati,
2020).

23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan dan menerapkan keterampilan
asuhan kebidanan secara women centre care pada kehamilan dengan ketuban
pecah dini di PMB Euis N, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil
pengkajian subjektif maupun objektif pada Ny. S 37 tahun G3P2A0 Parturien
Preterm 33-34 minggu mengalami ketuban pecah dini karena factor dari
lingkungan yang tidak baik/sering terpapar asap rokok, kemudian dimana
semua ini mempengaruhi pada kekuatan membrane ketuban sehingga terjadi
rembes/keluarnya air ketuban sebelum waktu bersalin. adapun
penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan evidence based practice
terakhir data dalam penatalaksanaan yang dilakukan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.

B. Saran
1) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat terus membimbing mahasiswa agar dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mengenai asuhan
kebidanan kehamilan yang berpusat pada perempuan.
2) Bagi Bidan
a) Bidan sebagai pelaksana pelayan kesehatan diharapkan selalu
memberikan pelayanan asuhan kebidanan kehamilan yang berpusat
pada perempuan.
b) Bidan diharapkan agar selalu mempertahankan dan meningkatkan
kompetensinya, sehingga dalam penerapan pelayanan kebidanan
dapat sesuai standar dan uptodate.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Arif , Eva Kurnia , Meike Julesa. 2021. Hubungan Letak Janin Dengan
Kejadian Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Pada Ibu Bersalin. Volume 1,
Nomor 2 Agustus 2021 Journal Of Health Science.
Al Riyami, N., Al-Ruheili, I., Al-Shezawi, F., & Al-Khabori, M. (2013). Extreme
Preterm Premature Rupture Of Membranes: Risk Factors And Feto Maternal
Outcomes. Oman Medical Journal, 28(2), 108–111.
Endang Susilowati , Endang Surani , Reka Anggie Estina. 2021. Scoping
Review: Faktor Penyebab Ketuban Pecah Dini Pada Persalinan. Bidan
Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Vol. 12 No.2 Edisi Desember 2021, Hlm.
35-48.
Hong.L.Peter. Premature Rupture Of Membranes.2019.STATPEARLS.
Https://Www.Statpearls.Com/Keywords/Userviewpopup/27659
Manuaba. (2017). Pengantar Kuliah Obstetri. ECG : Jakarta.
Nikmathul Ali, R., Aprianti A Hiola, F., & Tomayahu, V. (2021). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian Komplikasi Ketuban Pecah Dini (Kpd) Di
Rsud Dr Mm Dunda Limboto. Jurnal Health Sains, 2(3), 381–393.
Perkumpulan Obstetri Ginekologi (POGI) & Himpunan Kedokteran Feto
Maternal (HKFM). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK):
Ketuban Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM. 2016; 1-17/
Http:/Www.Alumniobgynunpad.Com.
Prawirohardjo Sarwono (2016). Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Standar Prosedur Operasional RSUD Cibabat. 2016.
Saifuddin Abdul Bari, Trijatmo Rachimhadhi, Gulardi H. Wiknjosastro. 2015.
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Varney, Kriebs DG. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. ECG; 2007.
Rokom (2018). Ayo Tingkatkan Pemanfaatan Buku KIA untuk Pantau Kesehatan Ibu
dan Anak Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat.

26
Raising Children Network Australia (2018). Tests In Pregnancy.
Healthline (2017). Nutritional Needs During Pregnancy.
Fontein-Kuipers Y, et al., 2018, Women Centered Care 2.0: Bringing the concept
into focus International Journal of Gynecology and Obstetrics.
Torika Anggi Pradana dkk (2020 ) Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban
Pecah Dini (Aterm & Preterm) Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Periode Juli 2015 – Juni 2016. ISSN: 2597-8012 Jurnal Medika
Udayana, VOL. 9 NO.7,JULI, 2020
Rahma Sri Dewi. (2020). Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di Rsud Bangkinang Tahun 2018. Volume 1, No 2
2020 Jurnal Kesehatan Tambusai Jkt : Jurnal Kesehatan Tambusai
Rozikhan, Dkk (2020) Hubungan Paparan Asap Rokok Terhadap Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di Puskesmas Ringinarum Kabupaten Kendal.
Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.2, Januari 2020, E-Issn 2715-5978.

27

Anda mungkin juga menyukai