Disusun Oleh :
Suzelva Ladyfiora
NIM. P17324121540
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini...................................................4
2.2 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Pada Ibu Dengan
Ketuban Pecah Dini..........................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................25
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................27
5.2 Saran..................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
akan tampak keluar cairan, dan ostium uteri dan terkumpul pada fornik
anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan
selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaaan dalam
vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang
kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat mejadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina
hanya dilakukan kalau KPD sudah dalam proses persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
D. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dalam
mendiagnosa KPD yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini
kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu. Mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukan gambaran daun pakis(6).
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion(6).
7
G. Pathway
Kala I Persalinan
Kontraksi dan
pembukaan serviks
Kanalis Kelainan letak Infeksi Seviks Gemeli
servikalis janin (sungsang) genetalia inkompeten hidrmanion
Mengiritasi nervus selalu
pundendalis terbuka
Tidak ada bag. Proses Dilatasi Ketegangan
akibat
Terendah yang biomekanik berlebih uterus
kelainan
Stimulus nyeri menutupi PAP bakteri serviks berlebih
serviks
yang mengeluarkan
menghalangi enzim
Nyeri akut Selaput Serviks
Mudahnya tekanan terhadap preteolitik
ketuban tidak bisa
pengeluaran membrane bag.
menonjol dan menahan
air ketuban bawah
Rasa mulas dan Selaput ketuban mudah pecah tekanan
ingin mengejan mudah pecah uterus
Ketidaknyamanan
pasien
Ketuban Pecah Dini (KPD)
Distoksia (partus
kering) Defisiensi pengetahuan Resiko infeksi
atau logis. Kaji ulang diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi
sudah tepat.
D. Langkah IV (Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera)
Tindakan segera merupakan tindakan yang di lakukan dengan cara
menetapkan kebutuhan tentang perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter
untuk konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Pada
kasus ini persalinan dengan KPD, tindakan antisipasi atau tindakan segera
yang harus di lakukan yaitu memberikan infus cairan larutan garam
fisiologis, larutan glukosa 5-10%, induksi uterotonika dan pemberian
antibiotik.
E. Langkah V(perencanaan)
Perencanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh yang di
tentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah
inimerupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data tidak
lengkapi. Rencana asuhan kebidanan di buat berdasarkan diagnosis
kebidanan dan masalah potensial yang akan terjadi.
Setiap rencana asuhan haruslah di setujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat di laksanakandengan efektif karena
klien merupakan bagian daripelaksanaan rencana tersebut. Semua
perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang meliputi
pengetauan, teori yang terbaru, evidence based care, serta divadilasi
dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan apa perencanaan
sebaiknya pasien dilbatkan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan
untuk suatu rencana asuhan harus disetujui oleh pasien.
F. Langkah VI (pelaksanaan)
Pelaksanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh dan di
lakukan dengan efisien dan aman. Pada langkah ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan
13
seluruhnya oleh bidan atau sebagian klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemn yang efisien akan menyingkat waktu dan menghambat
waktudan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.
Pelaksanaan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD sesuai dengan
perencanaan yang telah di buat.
G. Langkah VII(evaluasi)
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kita berikan
kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbngan yaitu tuuan
asuhan kebidananm efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan
hasil asuhan. Hasil yang di harapkan dari manajemen kebidanan pada ibu
bersalin dengan KPD adalah dapat di lakukan partus secara spontan,
komplikasi akibat tindakan medik dapat di atasi serta ibu dan janin dalam
keadaan baik dan sehat. Evaluasi di lakukan secara siklus dan dengan
mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor
mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang di
berikan. (Varneydkk,2002:31)
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL
PADA NY. R G4P3A0 HAMIL 39-40 MINGGU DENGAN KPD
DI RSUD BANDUNG KIWARI
B. Keluhan
Ibu datang ke IGD PONEK RSUD Bandung Kiwari mengatakan sudah
keluar air air yang tidak tertahan dari jalan lahir sejak pukul 01.00 WIB dini
hari, gerakan janin masih dirasakan oleh ibu. Riwayat penatalaksanaan di
PONEK ibu telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil
hemoglobin 11,2 gr/dL, sifilis, HIV dan HbSAg non reaktif, pemeriksaan
dalam pukul 04.00 WIB dengan hasil pembukaan 6, pemeriksaan lakmus
15
dengan hasil (+) kertas lakmus berubah warna, ibu juga telah dilakukan
pemberian terapi misoprostol pukul 04.30 WIB dan ceftriaxone pukul 07.00
WIB, selain itu ibu juga telah dilakukan pemeriksaan CTG dengan hasil
dalam batas normal. Kemudian ibu dipindahkan keruang VK pukul 07.20
WIB.
C. Aktivitas terakhir
1. Nutrisi : Makan terakhir pukul 21.00 WIB tanggal 01
September 2022 dengan nasi, ayam dan sayur
2. Hidrasi : Minum terakhir pukul 06.30 WIB tanggal 02
September 2022 dengan air putih
3. Eliminasi : BAK pukul 22.00 WIB, BAB pukul 19.00 WIB
tanggal 01 September 2022
4. Istirahat : Malam ±5 jam, dan belum tidur siang karena
merasakan mulas
D. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 28-12-2021
TP : 05-09-2022
UK : 39-40 minggu
Siklus haid : Ibu mengatakan haid lancar dan teratur karena tidak
menggunakan alat kontrasepsi
Pergerakan janin yang pertama kali dirasakan : Saat usia kehamilan 20
minggu
Gerakan janin yang dirasakan dalam 2 jam terakhir : ± 8 kali, kuat
Imunisasi TT : Ibu mendapatkan 3 kali imunisasi TT untuk kehamilan saat
ini
Periksa kehamilan : 5x Tempat: Puskesmas Oleh: Bidan
Tablet Fe : 30 tablet/ bulan, habis
Cara minum : 1x1 pada pagi hari sesudah sarapan dengan air mineral
16
D. Riwayat Obstetri
Penyulit Anak
Usia Jenis
Tahu Kehamila Keadaa JK BB P Keadaan H/M ASI
No Kehamila Persalina Penolog
n n dan n Nifas B Saat
n n
Persalinan Lahir
1 2015 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada Normal P 2,6 48 Menangi H Eksklusi
s f
2 2018 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada Normal P 2,8 48 Menangi H Eksklusi
s f
3 2020 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada Normal L 2,9 50 Menangi H Eksklusi
s f
E. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti
hipertensi, diabetes mellitus, jantung. Tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan ibu tidak memiliki
riwayat alergi makanan
2. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
menurun seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung. Tidak
memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis.
3. Riwayat alergi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, suhu
udara dan terhadap hal-hal spesifik lainnya
4. Perilaku kesehatan
a. Penggunaan alkohol/ obat-obatan tertentu : Tidak ada
b. Obat-obatan/ jamu yang serng diminum : Tidak ada
c. Merokok : Tidak ada
5. Riwayat kontrasepsi
17
b. Palpasi
TFU : 30 cm
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting
(bokong).
Leopold II : Kanan : Teraba bagian keras, memanjang, dan ada
tahanan (punggung), Kiri : Teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, dan sulit digoyangkan.
Leopold IV : Divergent
His : 3x10’30’’
TBJ : (30-11) x 155 = 2.945 gram
c. Auskultasi
DJJ : 145 x / menit, regular
4. Ekstremitas
a. Atas
Tidak ada oedema, kuku terlihat pendek dan bersih
b. Bawah
Simetris, Tidak ada oedema, tidak adavarises
5. Genetalia
a. Inspeksi
Ada pengeluaran yaitu lendir bercampur darah, tidak ada oedema, dan
tidak ada varises.
b. Pemeriksaan dalam
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan
serviks 10 cm, ketuban (-), presentasi kepala, posisi UUK kanan
depan, molase 0, penurunan bagian terendah st 0, tidak ada bagian
kecil terkemuka
6. Anus : Tidak ada haemoroid
F. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11, 2 gr/ dL
Sifilis : Non reaktif
HIV : Non reaktif
19
III. ANALISIS
G4P3A0 parturien aterm kala II dengan KPD
KALA II
Hari/Tanggal : 02-09-2022 Jam : 08.20 WIB
III. ANALISIS
G4P3A0 parturien aterm kala II dengan KPD.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan ibu sudah lengkap
10 cm, ibu diperbolehkan meneran apabila ada mulas.
E: Ibu mengerti dan akan mengikuti arahan
2. Memberitahu kepada keluarga untuk mendampingi persalinan dan
memberikan dukungan agar ibu bersemangat dalam menghadapi
persalinan.
E: Suami sudah mendampingi.
3. Memberitahu ibu cara mengedan yaitu saat puncak kontraksi, dengan mata
terbuka, kepala diangkat melihat ke perut, gigi dirapatkan dan kedua
tangan menarik pergelangan kaki, serta jangan mengangkat bokong.
E: Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Memimpin ibu meneran saat ada mulas dan melakukan pertolongan
persalinan.
E: Bayi lahir spontan segera menangis pukul 08.40 WIB, jenis kelamin
Perempuan, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, cacat bawaan tidak
ada
5. Memberikan dukungan psikologis
E: mengucapkan selamat kepada ibu karna bayinya sudah lahir
21
KALA III
Hari/Tanggal: Jumat, 02 September 2022 Jam: 08.40 WIB
III.ANALISIS
P4A0 kala III dengan KPD
2. Memberitahu ibu bahwa akan di suntikan obat pada paha bagian luar.
E: Oksitosin 10 IU telah disuntikan di 1/3 paha kanan atas.
3. Melakukan penjepitan tali pusat sekitar 2-3 cm dari umbilicus lalu jepit 2
cm dari jepitan pertama, kemudian melakukan pemotongan tali pusat.
E: Penjepitan dan pemotongan telah dilakukan.
4. Melakukan IMD.
E: IMD sedang berlangsung.
5. Melakukan PTT dengan memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva. Saat
uterus berkontraksi lakukan peregangan tali pusat secara perlahan
sementara tangan kiri berada di atas sympisis dengan posisi dorso cranial.
E: PTT dilakukan saat kontraksi.
6. Mengecek tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat memanjang, semburan
darah tiba-tiba dan uterus globuler.
7. Melahirkan plasenta dengan cara menegangkan tali pusat ke arah bawah
secara perlahan kemudian ke atas hingga plasenta tampak tampak di vulva
lalu pegang plasenta dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam
untuk mencegah robeknya selaput ketuban.
E: Plasenta lahir pukul 08.47 WIB.
8. Melakukan massase uterus segera setelah plasenta lahir selama 15 detik.
E: Uterus teraba keras.
9. Mengecek kelengkapan plasenta.
E: plasenta lahir lengkap (selaput ketuban dan kotiledon lengkap), tidak
ada infrak dan kelainan
10. Melakukan pengecekan robekan jalan lahir.
E: Terdapat laserasi jalan lahir.
23
KALA IV
Hari/ Tanggal : 02 September 2022 Jam: 08.47 WIB
III.ANALISIS (A)
P4A0 kala IV dengan laserasi perineum derajat 2
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai kesesuaian antara teoi dan
praktik yang ada dilapangan terhadap kasus yang telah penulis asuh diatas pada
Ny.R G4P3A0 gravida 39-40 minggu dengan KPD. Ketuban pecah dini (KPD)
disebutkan sebagai pecahnya ketuban sebelum pembukaan <4 cm fase laten, KPD
dapat terjadi pada akhir kehamilan atau jauh sebelum waktu melahirkan.
Dalam kasus ini pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
subjektif dan objektif. Menurut Arikunto (2006) dalam pengkajian data subjektif
dilakukan dengan wawancara kepada pasien sedangkan data objektif dilakukan
dengan pemeriksaan kepada pasien (8). Dalam kasus ini penulis melakukan
penkajian data subjektif dengan cara melakukan wawancara langsung kepada
Ny.R dan keluarganya. Hasil dari pengkajian data subjektif yang penulis dapatkan
yaitu Ny.R mengatakan keluar air-air yang tidak dapat ditahan dari jalan lahir
berwarna jernih sejak tanggal 02 September 2022 pukul 01.00 WIB dini hari.
Berdasarkan keluhan yang dirasakan oleh Ny.R hal ini sejalan dengan teori
menurut Sunarti (2017) yang mengatakan bahwa tanda dan gejala dari pecahnya
ketuban ialah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air
ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna jernih, cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran
mendatang (9).
Selanjutnya untuk pengkajian data objektif, penulis melakukan pemeriksaan
kepada Ny.R mulai dari pemeriksaan umu, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan
penunjang. Didapatkan hasil bahwa pemeriksaan umum dalam batas normal,
pemeriksaan fisik dalam batas normal namun pada saat pemeriksaan genetalia
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui apakah keluhan yang dirasakan
oleh ibu benar karena pecahnya ketuban dan untuk mengetahui kemajuan
persalinan ibu, hasil dari dilakukannya pemeriksaan dalam pada Ny.R didapatkan
26
bahwa ketuban (-) yang artinya ketuban sudah pecah, penulis juga melakukan
peeriksaan penunjang berupa tes lakmus dan didapatkan hasil (+) dengan ditandai
kertas lakmus berubah warna. Hal ini sejalan dengan teori menurut Norma N
(2018) yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan dalam pada pasien dengan
ketuban pecah dini didapatkan cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi (6). Selain itu pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis
ketuban pecah dini ialah tes Lakmus (tes Nitrazin), dengan kriteria jika kertas
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis)(10).
Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang telah penulis lakukan
maka Ny.R didiagnosa G4P3A0 parturien aterm kala II dengan KPD, janin
tunggal hidup intrauterine presentasi kepala. Selanjutnya penatalaksanaan yang
diberikan kepada Ny. R ialah pemberian terapi misoprostol, hal ini sejalan dengan
teori menurut Prawirohardjo (2010) yang mengatakan bahwa penatalaksanaan
untuk pasien ketuban pecah dini dengan kehamilan > 37 minggu yaitu
diberikanterapi misoprostol 50 mg untuk pematangan serviks yang diberikan
melalui intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali (10). Selain itu Ny. R diberikan
antibiotik berupa ceftriaxone untuk menurunkan infeksi pada ibu.
Pada saat Ny.R dipindahkan ke ruangan VK, pembukaan Ny.R sudah lengkap
dan siap untuk bersalin spontan, kemudia penulis memimpin persalinan Ny.R,
pukul 08.40 WIB bayi Ny.R lahir dengan jenis kelamin perempuan, segera
menangis, kulit kemerahan dan bergerak aktif. Selanjutnya pada kala III dan kala
IV Ny.R dalam batas normal dan Ny.R sangat senang atas kelahiran bayinya.
Dalam hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan parktik karna menurut teori
Tucker (2001) mengatakan bahwa diagnose potensial dari ketuban pecah dini
ialah terjadi infeksi, partus preterm, prolaps tali pusat, dan distosia/partus kering,
sedangkan pada kasus Ny.R persalinan berjalan dengan normal (11).
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam kasus yang telah penulis asuh diatas dapat disimpulkan bahwa
asuhan kebidanan pada pasien dengan ketuban pecah dini sudah
dilakukan sesuai dengan teori yang ada mulai dari pengkajian data
subjektif dan objektf, penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan yang
diberikan kepada pasien.
5.2 Saran
1. Bagi Profesi Bidan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
menambah pegetahuan dan pengalaman serta pengaplikasian dalam
pemberian asuhan kebidanan kehamilan dengan ketuban pecah dini
(KPD) yang sesuai dengan kewenangan kepada pasien.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
lahan praktik dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan kehamilan dengan ketuban pecah dini
(KPD).
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana
informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan
kepustakaan khususnya tentang penberian asuhan kebidanan
kehamilan dengan ketuban pecah dini (KPD) sesuai dengan
kewenangan klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018. Vol. 1, Kemenkes RI.
2018. 146–147 p.
4. Manuaba I. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC; 2014.
9. Sunarti. 2017. “Manajemen Askeb Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 minggu
dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini
10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka ; 2010