Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktik Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Disusun Oleh :
Suzelva Ladyfiora
NIM. P17324121540

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini...................................................4
2.2 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Pada Ibu Dengan
Ketuban Pecah Dini..........................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................25
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................27
5.2 Saran..................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Target internasional yang telah disepakati dan mencanangkan
Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi sektor kesehatan yang
bertujuan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB dimana
program ini diteruskan dengan program Sustainable Development Goals
(SDGs) dimana pada tujuan ke 3 berisi menjamin kehidupan yang sehat
dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, yaitu
pada 2030 mengurangi AKI hingga di bawah 70 per 100.000 KH dan
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan
menurunkan Angka Kematian Neonatal hingga 12 per 1.000 KH dan
Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH(1). Penyebab AKI dan AKB
yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, dan abortus. Infeksi dan perdarahan
merupakan salah satu komplikasi dari ketuban pecah dini (1).
Data World Health Organization (WHO) kejadian ketuban pecah
dini (KPD) atau insiden PROM (prelobour rupture of membrane)
berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD preterm terjadi 1%
dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan
aterm. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, di Indonesia ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini dengan prevalensi 5.6%(2).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan (Manuaba, 2013). KPD bisa terjadi pada kehamilan aterm
maupun preterm. KPD masih menjadi disease of teori karena belum
diketahui penyebab pastinya, namun terdapat beberapa kondisi internal
ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban pecah dini. Faktor
internal diantaranya adalah umur kehamilan, paritas, pembesaran uterus,
kelainan letak, Disporposi Kepala Pangul (DKP) dan penyakit
penyerta(3).
2

Risiko ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah


bagi ibu maupun bagi janin. Bagi ibu dapat menyebabkan infeksi
intrapartal (dalam persalinan), infeksi puerparalis (masa nifas), partus
lama, perdarahan postpartum, morbiditas, dan mortalitas maternal.
Sedangkan bagi bayi dapat menyebabkan prematuritas, prolaps funiculli
(penurunan tali pusar, hipoksia, asfiksia sekunder, sindrom deformitas
janin, morbiditas, dan mortalitas perinatal(4).
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun
kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang
terjadi secara langsung pada selaput ketuban ataupun asenderen dari
vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal,
serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20
tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor multigravi-
ditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, perdarahan
antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat
KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat,
ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu
dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam dan amniosintesis.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan konsep dasar ketuban
pecah dini
2. Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
3

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat teoritis
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
perkembanagan ilmu kebidanan khususnya terkait Asuhan
Kebidanan pada Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini serta
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Profesi Bidan
Sebagai bahan untuk menambah pegetahuan dan pengalaman
serta pengaplikasian dalam pemberian asuhan kebidanan pada
ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang sesuai dengan
kewenangan kepada pasien.
2. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan untuk lahan praktik dalam meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadikan referensi baru sebagai sarana informasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan kepustakaan
khususnya tentang penberian asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini sesuai dengan kewenangan
klien.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketuban Pecah Dini


A. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) disebutkan sebagai pecahnya ketuban
sebelum pembukaan <4 cm fase laten, KPD dapat terjadi pada akhir
kehamilan atau jauh sebelum waktu melahirkan(5). Ada beberapa batasan
tentang KPD yaitu, 2 atau 4 atau 6 jam sebelum inpartu, KPD terjadi
sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, KPD pada prinsipnya yaitu
ketuban yang pecah sebelum waktunya (6).
B. Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
rapuh (7).
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen yang
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah
berkurangannya asam askorbik sebagai komponen kolagen, berkurangnya
tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antaralain merokok (7).
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP)
yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati proses persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan
membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang
persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan
MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini (7).
5

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester


ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan
gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada
selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar
dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta (7).
C. Diagnosis Ketuban Pecah Dini
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat itu sangat penting. Diagnosa
yang positif palsu dapat melakukan intervensi seperti melahirkan bayi
yang terlalu awal atau melakukukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya. Sebaliknya, diagnosa negatif palsu berarti akan membiarkan
ibu dan janin mempunyai risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan
janin dan ibu. Diagnosa KPD dapat ditegakkan dengan cara :(6)
1. Anamnesis
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan
berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan
tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran
lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak pemeriksaan ini masih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekukulm pada KPD akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak
keluar, fundus ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau
mengadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan,
6

akan tampak keluar cairan, dan ostium uteri dan terkumpul pada fornik
anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan
selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaaan dalam
vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang
kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat mejadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina
hanya dilakukan kalau KPD sudah dalam proses persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
D. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dalam
mendiagnosa KPD yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini
kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu. Mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukan gambaran daun pakis(6).
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion(6).
7

E. Komplikasi yang Timbul Akibat Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Persalinan premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh perslainan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-
34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari
26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu (7).
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan bayi meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering dari
pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah
dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten (7).
3. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat
hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,
semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4. Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.
F. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu)
Lama periode laten dan durasi KPD berhubungan dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Apabila
dalam 24 jam setelah selaput ketuban pecah belum ada tanda-tanda
persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal
dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat
menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya
diberikan setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan
8

lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi. Induksi persalinan


segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam. Pelaksanaan induksi
persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan ibu,
janin dan jalannya proses persalinan. Induksi dilakukan dengan
memperhatikan bishop skor jika >5, induksi dilakukan, sebaliknya jika
bishop skor <5 dilakukan pematangan serviks dan jika tidak berhasil
akhiri kehamilan dengan seksiosesaria (6).
2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
Jika umur kehamilan kurang bulan tidak dijumpai tandatanda
infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai pemberian
antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi. Penderita perlu dirawat
dirumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan
diusahakan bisa mencapai 37 minggu. Obat-obatan uteronelaksen atau
tocolitic agent diberikan juga dengan tujuan menunda proses
persalinan (6).
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian
kortikostreroid agar tercapainya pematangan paru. Pemberian
kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara
pasti dapat menurunkan kejaidan RDS. The National Institutes of
Health (NIH) telah merkomendasikan penggunaan kortikosteroid pada
preterm KPD pada kehamilan 30-32 mingggu yang tidak ada infeksi
intraamnion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masingmasing 12
mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masingmasing 6 mg tiap
12 jam (6).
9

G. Pathway

Kala I Persalinan

His yang berulang Gangguan pada kala I


persalinan

Kontraksi dan
pembukaan serviks
Kanalis Kelainan letak Infeksi Seviks Gemeli
servikalis janin (sungsang) genetalia inkompeten hidrmanion
Mengiritasi nervus selalu
pundendalis terbuka
Tidak ada bag. Proses Dilatasi Ketegangan
akibat
Terendah yang biomekanik berlebih uterus
kelainan
Stimulus nyeri menutupi PAP bakteri serviks berlebih
serviks
yang mengeluarkan
menghalangi enzim
Nyeri akut Selaput Serviks
Mudahnya tekanan terhadap preteolitik
ketuban tidak bisa
pengeluaran membrane bag.
menonjol dan menahan
air ketuban bawah
Rasa mulas dan Selaput ketuban mudah pecah tekanan
ingin mengejan mudah pecah uterus

Ketidaknyamanan
pasien
Ketuban Pecah Dini (KPD)

Air ketuban terlalu Pasien tidak Tidak adanya


banyak mengetahui penyebab pelindung dunia luar
dan akibat KPD dengan daerah rahim

Distoksia (partus
kering) Defisiensi pengetahuan Resiko infeksi

Laserasi pada jalan Demam


lahir

Kecemasan ibu thd


Ansietas janin dan dirinya
10

2.2 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Pada Ibu dengan KPD


A. Langkah I (Pengumpulan DataDasar)
Pada langkah ini, di lakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap. Pada kasus KPD, data yang di perlukan untuk di kumpulkan
yaitu, data subjektif yang terdiri dari alasan utama ibu masuk Rumah
sakit,riwayat keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan,
riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat nifas yang
lalu,riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan sekarang dan yang
lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial dan ekonomi, psikososial,
dan spiritual, riwayat KB, serta riwayat kebutuhan dasar ibu. Selain itu,
data objektif pun termasuk ke dalam asuhan kebidanan pada ibu dengan
KPD yang terdiri pemeriksaan umum ibu, pemeriksaan fisik (head to toe),
pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan inspekulo. Terakhir yaitu
pemeriksaan penunjang yang sangat membantu dalam menegakkan
diagnosisyang pemeriksaan laboratorium uji kertas nitrazin atau kertas
lakms yang akan berubah warna menjadi biru gelap jika pelepasan yang
keluar adalah cairan amnion,kemudian pemeriksaan ultrasonografi (USG)
untuk melihat jumlah cairan amnion yang ada di dalam kavum uteri dan
pemeriksaan darah untuk melihat tanda-tanda infeksi yang terjadi pada
ibu.
B. Langkah II (interpretasidata)
Pada langkah ini di lakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah di kumpulkan. Data dasar yang telah di
kumpulkan, diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan, seperti diagnosis, tetapi
sungguh membutuhkan penananan yang di tuangkan dalam sebuah
rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
pengarahan.
11

C. Langkah III (identifikasi diagnosis atau masalahpotensial)


Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensiallain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi.langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di
lakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat di harapkan
bersiap-siap bila diagnosis/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk mengantisipasi semua


kemungkinan yang dapat muncul. Pada langkah ini, bidan
mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial berdasarkan diagnosis
dan masalah aktual.
Diagnosis potensial yang mungkin terjadi pada ibu yaitu infeksi
intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerpalis atau masa nifas, dry lebou
atau partus lama, perdarahan post partum, meningkatkannya tindakan
operatif obstetric(khususnya SC), morbiditas dan motarlitas maternal.
Sedangkan masalah potensial yang terjadi pada jain yaitu prematuritas
(respiratory distress syndrom, hypotermia, neonatal feeding problem,
retinopathy of premturit, intraventricular hemorrhage, necroticing
entrecolitis, brain disorder(and risk of serebral palsy, hipoksia,
hiperbilirubinia, anemia, sepsis), prolaps funiculli atau penurunan tali
pusat,hipoksia dan asfiksia sekunder (kompresi tali pusat, prolaps uteri,
dry labour atau partus lama, APGAR score rendah, ensefalopy, cerebral
palsy, perdarahan intracranial, renalfailure,respiratory distress), dan
oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipolapsia paru, deformitas
ekstrimitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas
perinatal.
Pada langkah ketiga ini, bidan di tuntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Dengan demikian,
lagkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional
12

atau logis. Kaji ulang diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi
sudah tepat.
D. Langkah IV (Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera)
Tindakan segera merupakan tindakan yang di lakukan dengan cara
menetapkan kebutuhan tentang perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter
untuk konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Pada
kasus ini persalinan dengan KPD, tindakan antisipasi atau tindakan segera
yang harus di lakukan yaitu memberikan infus cairan larutan garam
fisiologis, larutan glukosa 5-10%, induksi uterotonika dan pemberian
antibiotik.
E. Langkah V(perencanaan)
Perencanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh yang di
tentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah
inimerupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data tidak
lengkapi. Rencana asuhan kebidanan di buat berdasarkan diagnosis
kebidanan dan masalah potensial yang akan terjadi.
Setiap rencana asuhan haruslah di setujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat di laksanakandengan efektif karena
klien merupakan bagian daripelaksanaan rencana tersebut. Semua
perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang meliputi
pengetauan, teori yang terbaru, evidence based care, serta divadilasi
dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan apa perencanaan
sebaiknya pasien dilbatkan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan
untuk suatu rencana asuhan harus disetujui oleh pasien.
F. Langkah VI (pelaksanaan)
Pelaksanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh dan di
lakukan dengan efisien dan aman. Pada langkah ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan
13

seluruhnya oleh bidan atau sebagian klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemn yang efisien akan menyingkat waktu dan menghambat
waktudan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.
Pelaksanaan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD sesuai dengan
perencanaan yang telah di buat.
G. Langkah VII(evaluasi)
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kita berikan
kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbngan yaitu tuuan
asuhan kebidananm efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan
hasil asuhan. Hasil yang di harapkan dari manajemen kebidanan pada ibu
bersalin dengan KPD adalah dapat di lakukan partus secara spontan,
komplikasi akibat tindakan medik dapat di atasi serta ibu dan janin dalam
keadaan baik dan sehat. Evaluasi di lakukan secara siklus dan dengan
mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor
mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang di
berikan. (Varneydkk,2002:31)
14

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL
PADA NY. R G4P3A0 HAMIL 39-40 MINGGU DENGAN KPD
DI RSUD BANDUNG KIWARI

Hari, tanggal : Jumat, 02 September 2022


Jam Pengkajian : 08.20 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK RSUD Bandung Kiwari
Pengkaji : Suzelva Ladyfiora
No. Register : 0105XX

I. DATA SUBEJEKTIF (S)


A. Biodata
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. M
Umur : 28h Umur : 32th
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Golongan darah :A Golongan darah :O
Alamat : Gg. Maskardi No. 124/88 Rt/Rw 6/1

B. Keluhan
Ibu datang ke IGD PONEK RSUD Bandung Kiwari mengatakan sudah
keluar air air yang tidak tertahan dari jalan lahir sejak pukul 01.00 WIB dini
hari, gerakan janin masih dirasakan oleh ibu. Riwayat penatalaksanaan di
PONEK ibu telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil
hemoglobin 11,2 gr/dL, sifilis, HIV dan HbSAg non reaktif, pemeriksaan
dalam pukul 04.00 WIB dengan hasil pembukaan 6, pemeriksaan lakmus
15

dengan hasil (+) kertas lakmus berubah warna, ibu juga telah dilakukan
pemberian terapi misoprostol pukul 04.30 WIB dan ceftriaxone pukul 07.00
WIB, selain itu ibu juga telah dilakukan pemeriksaan CTG dengan hasil
dalam batas normal. Kemudian ibu dipindahkan keruang VK pukul 07.20
WIB.
C. Aktivitas terakhir
1. Nutrisi : Makan terakhir pukul 21.00 WIB tanggal 01
September 2022 dengan nasi, ayam dan sayur
2. Hidrasi : Minum terakhir pukul 06.30 WIB tanggal 02
September 2022 dengan air putih
3. Eliminasi : BAK pukul 22.00 WIB, BAB pukul 19.00 WIB
tanggal 01 September 2022
4. Istirahat : Malam ±5 jam, dan belum tidur siang karena
merasakan mulas
D. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 28-12-2021
TP : 05-09-2022
UK : 39-40 minggu
Siklus haid : Ibu mengatakan haid lancar dan teratur karena tidak
menggunakan alat kontrasepsi
Pergerakan janin yang pertama kali dirasakan : Saat usia kehamilan 20
minggu
Gerakan janin yang dirasakan dalam 2 jam terakhir : ± 8 kali, kuat
Imunisasi TT : Ibu mendapatkan 3 kali imunisasi TT untuk kehamilan saat
ini
Periksa kehamilan : 5x Tempat: Puskesmas Oleh: Bidan
Tablet Fe : 30 tablet/ bulan, habis
Cara minum : 1x1 pada pagi hari sesudah sarapan dengan air mineral
16

D. Riwayat Obstetri

Penyulit Anak
Usia Jenis
Tahu Kehamila Keadaa JK BB P Keadaan H/M ASI
No Kehamila Persalina Penolog
n n dan n Nifas B Saat
n n
Persalinan Lahir

1 2015 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada Normal P 2,6 48 Menangi H Eksklusi
s f

2 2018 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada Normal P 2,8 48 Menangi H Eksklusi
s f

3 2020 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada Normal L 2,9 50 Menangi H Eksklusi
s f

4 2022 Hamil ini

E. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti
hipertensi, diabetes mellitus, jantung. Tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan ibu tidak memiliki
riwayat alergi makanan
2. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
menurun seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung. Tidak
memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis.
3. Riwayat alergi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, suhu
udara dan terhadap hal-hal spesifik lainnya
4. Perilaku kesehatan
a. Penggunaan alkohol/ obat-obatan tertentu : Tidak ada
b. Obat-obatan/ jamu yang serng diminum : Tidak ada
c. Merokok : Tidak ada
5. Riwayat kontrasepsi
17

Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB Suntik 3 Bulan, ibu


mengatakan tidak ada keluhan yang berarti selain tidak mendapatkan
haid.
F. Riwayat Sosial
1. Kehamilan ini diinginkan atau direncanakan : Ya, direncanakan
2. Status perkawinan : Kawin
3. Pernikahan ke :1
4. Lama perkawinan : 7 tahun
5. Hubungan dengan suami : Baik, harmonis
6. Hubungan dengan anggota keluarga lain : Baik, harmonis
7. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
8. Dukungan keluarga : Baik
9. Pendonor darah : Belum menentukan
10. Rencana persalinan : Normal
11. Oleh : Bidan
12. Tempat : Rumah sakit

II. DATA OBJEKTIF (O)


A. Keadaan umum: Baik
B. Kesadaran: Compos Mentis
C. Status Emosional: Stabil
D. Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 88 x/menit, regular
Suhu : 36,50 C
Pernafasan : 21 x/ menit, regular
E. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah : Tidak ada oedema
2. Mata : Terlihat simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
3. Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk perut sesuai usia kehamilan, tidak terlihat bekas
operasi, ada striae, ada hyperpigmentasi.
18

b. Palpasi
TFU : 30 cm
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting
(bokong).
Leopold II : Kanan : Teraba bagian keras, memanjang, dan ada
tahanan (punggung), Kiri : Teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, dan sulit digoyangkan.
Leopold IV : Divergent
His : 3x10’30’’
TBJ : (30-11) x 155 = 2.945 gram
c. Auskultasi
DJJ : 145 x / menit, regular
4. Ekstremitas
a. Atas
Tidak ada oedema, kuku terlihat pendek dan bersih
b. Bawah
Simetris, Tidak ada oedema, tidak adavarises
5. Genetalia
a. Inspeksi
Ada pengeluaran yaitu lendir bercampur darah, tidak ada oedema, dan
tidak ada varises.
b. Pemeriksaan dalam
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan
serviks 10 cm, ketuban (-), presentasi kepala, posisi UUK kanan
depan, molase 0, penurunan bagian terendah st 0, tidak ada bagian
kecil terkemuka
6. Anus : Tidak ada haemoroid
F. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11, 2 gr/ dL
Sifilis : Non reaktif
HIV : Non reaktif
19

HbSAg : Non reaktif

III. ANALISIS
G4P3A0 parturien aterm kala II dengan KPD

KALA II
Hari/Tanggal : 02-09-2022 Jam : 08.20 WIB

I. DATA SUBJEKTIF (S)


Ibu mengatakan mulas yang sering dan semakin lama, merasa ingin mengedan
dan seperti ingin BAB (Buang Air Besar).

II. DATA OBJEKTIF (O)


1. Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.60C
3. Pemeriksaan abdomen
DJJ : 130 x/m
Perlimaan : 0/5
His : 3x10’40’’
Kandung kemih : kosong
4. Pemeriksaan Genetalia
a. Inspeksi
Ada pengeluaran yaitu lendir bercampur darah, tidak ada oedema,
tidak ada varises.
b. Pemeriksaan dalam
20

Vulva tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan serviks


lengkap (10cm), ketuban : pecah spontan pukul 01.00 WIB berwarna
jernih, presentasi kepala, posisi UUK depan, molase 0, penurunan
bagian terendah Hodge IV, dan tidak ada bagian kecil mengembung.

III. ANALISIS
G4P3A0 parturien aterm kala II dengan KPD.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan ibu sudah lengkap
10 cm, ibu diperbolehkan meneran apabila ada mulas.
E: Ibu mengerti dan akan mengikuti arahan
2. Memberitahu kepada keluarga untuk mendampingi persalinan dan
memberikan dukungan agar ibu bersemangat dalam menghadapi
persalinan.
E: Suami sudah mendampingi.
3. Memberitahu ibu cara mengedan yaitu saat puncak kontraksi, dengan mata
terbuka, kepala diangkat melihat ke perut, gigi dirapatkan dan kedua
tangan menarik pergelangan kaki, serta jangan mengangkat bokong.
E: Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Memimpin ibu meneran saat ada mulas dan melakukan pertolongan
persalinan.
E: Bayi lahir spontan segera menangis pukul 08.40 WIB, jenis kelamin
Perempuan, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, cacat bawaan tidak
ada
5. Memberikan dukungan psikologis
E: mengucapkan selamat kepada ibu karna bayinya sudah lahir
21

KALA III
Hari/Tanggal: Jumat, 02 September 2022 Jam: 08.40 WIB

I. DATA SUBJEKTIF (S)


Keluhan: Ibu mengatakan senang bayinya sudah lahir dan masih merasakan
mulas.

II. DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Baik
Status emosional : Stabil
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 128/72 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,60C
3. Abdomen
Bayi ke 2 : Tidak ada
Keadaan kandung kemih : Kosong
4. Genetalia : Terlihat tali pusat di vulva, perdarahan
±150 cc

III.ANALISIS
P4A0 kala III dengan KPD

IV. PENATALAKSANAAN (P)


1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi telah lahir, ibu dan bayi dalam
keadaan baik saat ini akan melahirkan plasenta.
E: Ibu dan keluarga terlihat senang mendengarnya.
22

2. Memberitahu ibu bahwa akan di suntikan obat pada paha bagian luar.
E: Oksitosin 10 IU telah disuntikan di 1/3 paha kanan atas.
3. Melakukan penjepitan tali pusat sekitar 2-3 cm dari umbilicus lalu jepit 2
cm dari jepitan pertama, kemudian melakukan pemotongan tali pusat.
E: Penjepitan dan pemotongan telah dilakukan.
4. Melakukan IMD.
E: IMD sedang berlangsung.
5. Melakukan PTT dengan memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva. Saat
uterus berkontraksi lakukan peregangan tali pusat secara perlahan
sementara tangan kiri berada di atas sympisis dengan posisi dorso cranial.
E: PTT dilakukan saat kontraksi.
6. Mengecek tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat memanjang, semburan
darah tiba-tiba dan uterus globuler.
7. Melahirkan plasenta dengan cara menegangkan tali pusat ke arah bawah
secara perlahan kemudian ke atas hingga plasenta tampak tampak di vulva
lalu pegang plasenta dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam
untuk mencegah robeknya selaput ketuban.
E: Plasenta lahir pukul 08.47 WIB.
8. Melakukan massase uterus segera setelah plasenta lahir selama 15 detik.
E: Uterus teraba keras.
9. Mengecek kelengkapan plasenta.
E: plasenta lahir lengkap (selaput ketuban dan kotiledon lengkap), tidak
ada infrak dan kelainan
10. Melakukan pengecekan robekan jalan lahir.
E: Terdapat laserasi jalan lahir.
23

KALA IV
Hari/ Tanggal : 02 September 2022 Jam: 08.47 WIB

I. DATA SUBJEKTIF (S)


Keluhan: Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas

II. DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 128/72 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu : 36, 60C
3. Pemeriksaan Abdomen
Kandung kemih : Kosong
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : keras
4. Pemeriksaan Genetalia
Laserasi : Terdapat laserasi pada perineum
Perdarahan : ±150 cc

III.ANALISIS (A)
P4A0 kala IV dengan laserasi perineum derajat 2

IV. PENATALAKSANAAN (P)


1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Ibu dalam keadaan baik dan
plasenta telah lahir, perineum Ibu terdapat robekan akan tetapi ibu tidak
24

perlu khawatir karena akan dilakukan penjahitan untuk mencegah


perdarahan ibu dan plasenta lengkap.
E: Ibu mengerti dan senang mendengarnya.
2. Melakukan informed consent kepada ibu untuk dilakukan penjahitan,
untuk mencegah terjadinya perdarahan pada jalan lahir ibu.
E: Ibu menyetujui dilakukan penjahitan
3. Melakukan penjahitan pada perineum ibu dengan anestesi penjahitan
dilakukan secara jahit tunggal.
E: Penjahitan sudah dilakukan.
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dialami saat ini adalah hal
yang normal. Rasa mules karena Rahim berkontraksi untuk mencegah
perdarahan.
E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan makan dan minum
kepada ibu.
E: Ibu meminum air putih.
6. Memberikan kenyamanan kepada ibu dengan membersihkan luka serta
badan, serta tempat persalinan, memakaikan pembalut, mengganti pakaian.
E: Ibu terlihat nyaman.
7. Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit sekali 1 jam pertama dan
30 menit sekali pada jam kedua yaitu pemantauan terhadap tekanan darah,
nadi, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan, sedangkan
suhu dilakukan setiap 2 jam sekali.
E: Terlampir di partograf.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi oral
Advice : Th/oral: Fe : 1x1
Paracetamol : 3x1
9. Mobilisasi dini, dan tidak menahan BAK dan BAB.
E: Ibu mengerti dan belajar duduk dan tidak menahan BAB dan BAK
25

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai kesesuaian antara teoi dan
praktik yang ada dilapangan terhadap kasus yang telah penulis asuh diatas pada
Ny.R G4P3A0 gravida 39-40 minggu dengan KPD. Ketuban pecah dini (KPD)
disebutkan sebagai pecahnya ketuban sebelum pembukaan <4 cm fase laten, KPD
dapat terjadi pada akhir kehamilan atau jauh sebelum waktu melahirkan.
Dalam kasus ini pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
subjektif dan objektif. Menurut Arikunto (2006) dalam pengkajian data subjektif
dilakukan dengan wawancara kepada pasien sedangkan data objektif dilakukan
dengan pemeriksaan kepada pasien (8). Dalam kasus ini penulis melakukan
penkajian data subjektif dengan cara melakukan wawancara langsung kepada
Ny.R dan keluarganya. Hasil dari pengkajian data subjektif yang penulis dapatkan
yaitu Ny.R mengatakan keluar air-air yang tidak dapat ditahan dari jalan lahir
berwarna jernih sejak tanggal 02 September 2022 pukul 01.00 WIB dini hari.
Berdasarkan keluhan yang dirasakan oleh Ny.R hal ini sejalan dengan teori
menurut Sunarti (2017) yang mengatakan bahwa tanda dan gejala dari pecahnya
ketuban ialah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air
ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna jernih, cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran
mendatang (9).
Selanjutnya untuk pengkajian data objektif, penulis melakukan pemeriksaan
kepada Ny.R mulai dari pemeriksaan umu, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan
penunjang. Didapatkan hasil bahwa pemeriksaan umum dalam batas normal,
pemeriksaan fisik dalam batas normal namun pada saat pemeriksaan genetalia
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui apakah keluhan yang dirasakan
oleh ibu benar karena pecahnya ketuban dan untuk mengetahui kemajuan
persalinan ibu, hasil dari dilakukannya pemeriksaan dalam pada Ny.R didapatkan
26

bahwa ketuban (-) yang artinya ketuban sudah pecah, penulis juga melakukan
peeriksaan penunjang berupa tes lakmus dan didapatkan hasil (+) dengan ditandai
kertas lakmus berubah warna. Hal ini sejalan dengan teori menurut Norma N
(2018) yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan dalam pada pasien dengan
ketuban pecah dini didapatkan cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi (6). Selain itu pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis
ketuban pecah dini ialah tes Lakmus (tes Nitrazin), dengan kriteria jika kertas
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis)(10).
Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang telah penulis lakukan
maka Ny.R didiagnosa G4P3A0 parturien aterm kala II dengan KPD, janin
tunggal hidup intrauterine presentasi kepala. Selanjutnya penatalaksanaan yang
diberikan kepada Ny. R ialah pemberian terapi misoprostol, hal ini sejalan dengan
teori menurut Prawirohardjo (2010) yang mengatakan bahwa penatalaksanaan
untuk pasien ketuban pecah dini dengan kehamilan > 37 minggu yaitu
diberikanterapi misoprostol 50 mg untuk pematangan serviks yang diberikan
melalui intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali (10). Selain itu Ny. R diberikan
antibiotik berupa ceftriaxone untuk menurunkan infeksi pada ibu.
Pada saat Ny.R dipindahkan ke ruangan VK, pembukaan Ny.R sudah lengkap
dan siap untuk bersalin spontan, kemudia penulis memimpin persalinan Ny.R,
pukul 08.40 WIB bayi Ny.R lahir dengan jenis kelamin perempuan, segera
menangis, kulit kemerahan dan bergerak aktif. Selanjutnya pada kala III dan kala
IV Ny.R dalam batas normal dan Ny.R sangat senang atas kelahiran bayinya.
Dalam hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan parktik karna menurut teori
Tucker (2001) mengatakan bahwa diagnose potensial dari ketuban pecah dini
ialah terjadi infeksi, partus preterm, prolaps tali pusat, dan distosia/partus kering,
sedangkan pada kasus Ny.R persalinan berjalan dengan normal (11).
27

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam kasus yang telah penulis asuh diatas dapat disimpulkan bahwa
asuhan kebidanan pada pasien dengan ketuban pecah dini sudah
dilakukan sesuai dengan teori yang ada mulai dari pengkajian data
subjektif dan objektf, penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan yang
diberikan kepada pasien.
5.2 Saran
1. Bagi Profesi Bidan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
menambah pegetahuan dan pengalaman serta pengaplikasian dalam
pemberian asuhan kebidanan kehamilan dengan ketuban pecah dini
(KPD) yang sesuai dengan kewenangan kepada pasien.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
lahan praktik dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan kehamilan dengan ketuban pecah dini
(KPD).
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana
informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan
kepustakaan khususnya tentang penberian asuhan kebidanan
kehamilan dengan ketuban pecah dini (KPD) sesuai dengan
kewenangan klien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018. Vol. 1, Kemenkes RI.
2018. 146–147 p.

2. RI K. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2020. 2020.


12–26 p.

3. Legawati, Riyanti. Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang


Cempaka Rsud Dr Doris Sylvanus Palangkaraya. Jurnal Surya Medika. 2018;3(2).

4. Manuaba I. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC; 2014.

5. Nugroho T. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.

6. Norma N. Asuhan Kebidanan: Patologi Teori Dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta:


Nuha Medika; 2018.

7. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2016.

8. Arikuntti, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Bumi Aksara

9. Sunarti. 2017. “Manajemen Askeb Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 minggu
dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini

10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka ; 2010

11. Tucker, dkk. 2001. Standar Perawatan pasien. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai