Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH OBSTETRI

LINGKUP KOMPLIKASI KEBIDANAN

DOSEN PEMBIMBING

Arika Indah Setyarini, M.Keb

DISUSUN OLEH :

1 (P17321183017)
Diajeng Fenti Setiawan
.
2 (P17321183028)
Mirza Aulia Cahyani
.
3 (P17321183036)
Inas Zhafirah
.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEDIRI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Lingkup komplikasi kebidanan” dapat tersusun hingga selesai.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Obstetri Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 26 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR……………………………………………………….…2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………3

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………4

A. Latar Belakang……………………………………………………4

B. Rumusan Masalah………………………………………………..4.

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………5

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………..6

A. Pengertian Komplikasi Kehamilan………………………………6


B. Komplikasi Kehamilan…………………………………………..7
C. Pengertian Komplikasi Persalinan………………………………12
D. Komplikasi Persalinan…………………………………………..15
E. Pengertian Komplikasi Pada Masa Nifas……………………….20
F. Komplikasi Pada Masa Nifas…………………………………....20
G. Prinsip Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kebidanan………..27
H. Prinsip Penanganan Rujukan dan Pendokumentasian………….31

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………34

3.1 Kesimpulan………………………………………………………34

3.2 Saran……………………………………………………………...34

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..35

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian maternal menurut WHO seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnyakehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab ini dapat dibagi menjadi 2
golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan
dan nifas.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu selama hamil antara lain keguguran,
plasenta previa, solusio plasenta dan pertumbuhan bayi yang buruk dalam rahim. Komplikasi
dalam persalinan antara lain terjadinya atonia uteri, rupture uteri dan malpresentation (bayi
salah posisi). Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kebidanan yang harus
sesuai dengan standar pelayanan sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 42 hari.
Untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan
abnormal, infeksi dan bendungan payudara (Depkes RI 2013).

Pencegahan awal komplikasi pada persalinan hingga setelah bayi baru lahir akan
mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Pencegahan komplikasi dengan pemantauan masa
nifas untuk selalu melakukan pemantauan kesehatan ibu karena pelaksanaannya yang tidak
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Penyebab kematian ibu
terbanyak setelah perdarahan adalah komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperali.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi komplikasi kehamilan?


2. Apa saja komplikasi kehamilan?
3. Apa saja komplikasi persalinan?
4. Apa saja komplikasi pada masa nifas?
5. Apa saja prinsip deteksi dini terhadap komplikasi kebidanan?
6. Apa saja prinsip penanganan,rujukan dan pendokumentasian?

5
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi komplikasi kehamilan


2. Untuk mengetahui apa saja komplikasi kehamilan
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi persalinan
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi pada masa nifas
5. Untuk mengetahui apa saja prinsip deteksi dini terhadap komplikasi kebidanan
6. Untuk mengetahui apa saja prinsip penanganan,rujukan dan pendokumentasian

6
BAB II

ISI

LINGKUP KOMPLIKASI KEBIDANAN

A. PENGERTIAN KOMPLIKASI KEHAMILAN

Pengertian dari  Komplikasi Kebidanan, yaitu kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi.

Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat


menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999). 

Komplikasi kehamilan adalah masalah-masalah yang hanya terjadi pada saat


kehamilan. Keadaan ini dapat menyebabkan gangguan pada si ibu, janin dan juga
keduanya.  Komplikasi kehamilan dapat terjadi pada awal ataupun akhir kehamilan,
namun sebagian komplikasi dapat ditangani dengan baik jika diketahui sejak dini.

a. Komplikasi Kehamilan Sebabkan Kematian


Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
bergantung pada tempat atau usia kehamilan.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan
atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul swaktu kehamilan yang
berpengaruhterhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskuler.
b. Standar Pelayanan Antenatal
Asuhan antenatal (antenatal care) adalah pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Dilakukan dengan observasi berencana dan teratur terhadap ibu

7
hamil melalui pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap
komplikasi dan penyakit ibu yang dapat memengaruhi kehamilan.

B. KOMPLIKASI KEHAMILAN
1. Kehamilan di luar kandungan
Kehamilan diluar kandungan terjadi apabila sel telur yang sudah
dibuahi tidak menempel pada rahim, namun pada tuba falopi. Hal ini memang
jarang terjadi, namun apabila hal ini dibiarkan dan tidak diberi tindakan maka
akan menimbulkan akibat yang serius. Apabila kondisi ini tidak didiagnosis
sedini mungkin, tuba falopi bisa pecah dan memengaruhi kesuburan.
Gejala yang sering muncul antara lain :
a) Rasa sakit ringan hingga berat yang terjadi pada salah satu sisi
perut dan kemudian menyebar
b) Perdarahan ringan hingga berat
c) Mual-mual dan muntah-muntah
d) Merasa lemas, pusing dan mau pingsan
Kasus kehamilan diluar kandungan selalu melibatkan tindakan operasi
yang ditujukan untuk mengeluarkan janin dari tuba falopi. Perlu menjalani
beberapa tes darah untuk memastikan jika jaringan kehamilan sudah
dikeluarkan dari tuba falopi. Sebelum merencanakan kehamilan selanjutnya,
disarankan untuk menjalani pemeriksaan USG 6 hingga 8 bulan sebelumnya
untuk memastikan kantung rahim berada pada tempat yang semestinya.
2. Keguguran Dan Kematian Bayi Saat Melahirkan
Keguguran adalah kondisi kematian bayi pada usia di bawah 20 minggu
kehamilan. Kematian bayi adalah kondisi kematian bayi setelah berusia 20
minggu masa kehamilan. Angka statistic menujukkan jika keguguran terjadi
pada saat kehamilan menginjak usia 12 minggu masa kehamilan dan biasanya
disebabkan oleh ketidaknormalan yang terjadi pada janin.
Keguguran sering disebabkan ketidakmampuan leher rahim yang
terbuka dalam waktu yang sama sebelum waktunya. Kekurangan plasenta juga

8
dapat menyebabkan terjadinya keguguran, yakni ketika plasenta tidak bisa
mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi untuk membentuk bayi.

Gejala-gejala :

a) Keluarnya bercak-bercak merah atau pendarahan dari vagina.


b) Kram perut ringan hingga berat
c) Pusing
d) Demam
3. Plasenta previa
Plasenta previa adalah kelainan posisi plasenta yang terletak di rahim
bagian bawah. Biasanya pasien akan diinformasikan jika mereka mengalami
kelainan ini dan pada umumnya 95% dari kasus ini plasenta biasanya akan
kembali ke posisi yang semestinya setelah masa kehamilan memasuki usia 6
bulan. Apabila plasenta menutupi seluruh atau sebagian leher rahim maka tidak
mungkin menjalankan proses kelahiran secara normal.
Gejala-gejala :
a) Jika mengalami pendarahan spontan sebelum masa kelahiran tiba
b) Pendarahan yang terjadi biasanya tidak menimbulkan sakit dan bisa
terjadi karena mengangkat barang yang berat, bersin dan berhubungan
intim.
c) Jika mengalami pendarahan pada masa kehamilan, sebaiknya
kunjungi dokter atau bidan.
4. Pemisahan plasenta premature
Keadaan ini terjadi pada saat plasenta terkelupas dari rahim. Ibu akan
mengalami pendarahan hebat dan bayi akan kekurangan oksigen juga nutrisi.
Namun, sangat jarang bisa terjadi.

Gejala-gejala :

a) Terjadi kontraksi pada rahim


b) Rasa sakit dan nyeri pada perut
c) Janin yang mengalami stress

9
d) Pendarahan pada vagina
5. Pre-eklampsia
Pre-eklampsia dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada plasenta
dan eklampsia. Eklampsia dapat menyebabkan kejang, koma dan terkadang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini dapat dideteksi oleh dokter dan bidan
pada saat melakukan pemeriksaan rutin.
Gejala :
a) Terjadi pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki
b) Tekanan darah yang melonjak tinggi
c) Sakit kepala dan pusing
d) Demam
e) Mudah marah
f) Pandangan kabur
g) Sering mengeluarkan air seni
h) Sakit perut
6. Letak lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak
lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Letak lintang merupakan suatu
keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang
satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umunya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedagkan bahu berada pada
pintu atas panggul. Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas
disertai dinding uterus dan perut yang lembek.
7. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan kelainan letak janin didalam rahim pada
kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), dengan kepala diatas dan bokong atau kaki
dibawah. Bayi letak sungsang lebih sukar lahir, karena kepala atau kaki
terakhir. Menurut Manuaba (1998) penyebab letak sungsang dapat berasal dari
pihak ibu (kedaan rahim, keadaan plasenta, keadaan janin lahir) dan dari janin
(tali pusat pendek, hidrosefalus, kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas).

10
8. Hidramnion
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebig=h dari 2 liter.
Keadaan ini mulai tampak pada trimester III, dapat terjadi secara perlahan-
lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air ketuban 1/2 sampai
1 liter. Karena rahim sangat besar akan menekan organ tubuh disekitarnya.
Gejala dan tanda :
a) Sesak nafas
b) Oedem labia, vulva dan dinding perut
c) Regangan dinding rahim menimbulkan nyeri
d) Sulit melakukan palpasi
e) Bunyi jantung sering tidak terdengar
f) Perut terasa kembung dan ljebih kencang
g) Kulit perut tampak mengkilap
h) Terkadang perut terasa sakit ketika berjalan
9. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak
pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian ketu ban pecah
dini.
Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
10. Kehamilan Multiple
Ketika ada dua tau lebih janin tumbuh dalam uterus pada saat
bersamaan, kondisi ini dikenal sebagai kehamilan multiple (gemeli). Keadaan
seperti ini dipertimbangkan sebagai kehamilan yang rumit karena adanya
peningkatan kesakitan dan kematian yang signifikan. Kehamilan kembar diduga
terjadi apabila ukuran uterus lebih besar dibandingkan ukuran yang biasanya
pada kehamilan (perbedaannya lebih dari dua kali perbandingan ukuran dan usia
kehamilan, misalnya 36 cm pada kehamilan32 minggu). Selain itu, terabanya tiga
atau empat bagian besar dalam uterus, auskultasi dua denyut jantung janin

11
dengan frekuensi yang berbeda atau adanya riwayat anak kemabr dalam
keluarga.
11. Kehamilan Post-Term

Kehamilan post-term (lebih bulan), salah satu komplikasi kehamilan yan


paling sering terjadi, terjadi ketika persalinan gagal dimulai secara spontan pada
usia kehamilan 42 minggu atau lebih. Setelah 42 minggu, insiden kesakitan janin
dan neonates adalah 25%.Angka kematian perinatal dua kali lebih besar pada
usia kehamilan antara 42-42 minggu dan kemudian meningkat empat kali lebih
besar pada usia kehamilan 44 minggu atau lebih. Penyebab kehamilan post-term
belum diketahui. Secara teoritis hal ini dihubungkan dengan perubahan
pengaturan hormonal saat awitan persalinan. Kemungkinan factor resiko meliputi
kurangnya peningkatan hormone estrogen yang normal terjadi saat mencapai
preterm akibat insufisiensi kelenjar adrenal atau hipofisis janin, difisiensi
sulfatase plasenta, atau penurunan fungsi adrenokortikal yang menyebabkan
penurunan kadar kortisol (kortisol mengurangi kadar progesterone dan
meningkatkan pembentukan prekusor estrogen). Juga, sekitar 50% wanita yang
sebelumnya mengalami kehamilan post-term memiliki kemungkinan
berulangnya kejadian tersebut pada kehamilan selanjutnya.

Tipe risiko yang dimiliki janin dihubungkan dengan perubahan plasenta


yang degeneratof dan progresif. Seirng dengan makin tuanya plasenta, perubahan
struktur, seperti peningkatan degradasi sinsitial, deposit fibrin, vili fibritik,
nekrosis vili dengan perdarahan, dan infark dapat terjadi. Perubahan ini dapat
sangat memberi pengaruh merugikan pada difusi oksigen, zat-zat makanan, dan
cairan yang melewati membrane plasenta. Oligohidramnion juga dapat terjadi,
yang menyebabkan tali pusat rentan mengalami penekanan.

12
C. PENGERTIAN KOMPLIKASI PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan serangkaian kejadian yang berakhri dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks lalu janin turun ke jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi.

Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin
yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat
persalinan. Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan
penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya
kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut berhubungan dengan
kejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status gizi dan status
ekonomi ibu bersalin.

Faktor usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
komplikasi persalinan dikarenakan semakin muda usia ibu saat terjadi persalinan
maka semakin besar kemungkinan terjadi komplikasi akibat panggul ibu yang
masih sempit serta alat-alat reproduksi yang belum matur, usia kehamilan yang
terlalu muda saat persalinan mengakibatkan bayi yang dilahirkan menjadi
premature. Status perkawinan ibu mempengaruhi psikologis ibu selama proses
kehamilan dan persalinan serta keteraturan dalam memeriksakan kehamilan juga
mempengaruhi terjadinya komplikasi saat persalinan sebab apabila terjadi kelainan
tidak dapat terdeteksi secara dini.

2. Sebab-sebab Mulainya persalinan


a. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot Rahim, sebaliknya estrogen
menungkatkan kontaksi uterus. Selama kehamilan terdapat keseimbangan

13
antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
b. Teori Oxcytocin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot Rahim
c. Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin terenganglah otot-otot Rahim
sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peran penting oleh
karena it pada anchepalus kelahiran sering lebih lama.
e. Teori Protaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm
terutama saat persalina nyang menyebabkan kontraksi myometrium.
3. Tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tanda kemungkinan
persalinan, tanda awal persalinan, dan tanda positif persalinan. Ibu hmail mungkin
saja mengalmai semua tanda tersebut atau sebagian saja.
Tanda kemungkinan persalinan :
a. Nyeri pinggang yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul.
b. Kram pada perut bagian bawah seperti saat menstruasi dan biasanya disertai
dengan rasa tidak nyaman di paha.
c. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut
atau gangguan pencernaan.
d. Lonjakan energy yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan bnayak
aktivitas dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.

Tanda-tanda awal persalinan :

a. Kontraksi cenderung mempunyai panjang, kekuatan dan frekuensi yang sama.


Kontraksi berlangsung singkat atau terus menerus selama beberapa jam sebelum
berhenti atau mulai berkembang.

14
b. Aliran lender ynag bernoda darah dari vagina.
c. Rembesan cairan ketuban dari vagina karena robekan kecil pada membrane.

Tanda positif persalinan :

a. Kontraksi menjadi lebih lama, lebih kuat, atua lebih dekat jaraknya bersam
dengan berjalannya waktu, biasanya disebut “sakit” atau “sangat kuat” dan
terasa di daerah perut atau pinggang atau keduanya.
b. Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina.
c. Leher Rahim ynag membuka sebagi respon terhadap kontaksi yang
berkembang.
4. Tahapan persalinan
a. Persalinan kala I
Proses pembukaan serviks untuk yang pertama kali sibagi mnejadi 2 fase : a)
fase laten berlangsung selama 8 jam sampia pembukaan 3 cm, his masih lemah
dengan frekuensi jarang b) fase aktif terdiri dari 1) fase akselerasi (2 jam
dengan pembukaan 2-3 cm) 2) fase dilatasi (maks 2 jam dengan pembukaan 4-
9 cm) 3) fase deselerasi (2 jam pembukaan >9 cm sampai dengan pembukaan
lengkap). His tiap 3-4 menit selama 45 detik.
b. Persalinan kala II
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3
menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi
gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus
uteri. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 1,5 jam dan pada
multigravida 0,5 jam.
c. Persalinan kala III
Tahap ini adalah tahap pengeluaran plasenta, 6-15 menit setelah janin
dikeluarkan. Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum
ialah untuk melahirkan plasenta dengan komplikasi dengan sekecil-kecilnya.
Bila plsenta dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus,
retensio plasenta dapat terjadi.

15
d. Persalinan kala IV
Yakni 1 jam setelah plasenta keluar. Kala ini pernting untuk menilai
perdarahan (maksimal 500 ml) dan baik tidaknya kontraksi uterus. Yang harus
diperhatikan yaitu kontraksi uterus harus baik. Tidak ada perdarahan dari
vagina atau alat-alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah
lahir lengkap, kandung kemih harus kosong, luka-luka perineum terawatt
dengan baik dan tidak ada hematom, ibu dan bayi keadaan baik. Keadaan ini
harus sudah tercapat dalam waktu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap.

D. KOMPLIKASI PERSALINAN
a. Distosia
Distosia merujuk pada kemajuan persalinan yang tidak normal. Persalinan
berlangsung lebih lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah
pada mekanisme persalinan, tenaga/kekuataan, jalan lahir, janin yang dilahirkan,
atau masalah psikis. Penyebab distosia dapat terjadi karena :
1) Distosia karena kelainan his
a) Inersia uteri hipotonik adalah kelainan his yang lemah/tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan serviks atau mendoorng anak keluar.
Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai
pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia,
uterus yang terlalu terenggang misalnya akibat hidramnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara,
serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi
pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada
kala pengeluaran.
b) Inersia uteri hipertonik adalah kelainan his dengna kekuatan cukup
besar (kadang sampai melebihi normal) namuntidak ada koordinasi
kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak
efisien untuk membuka serviks dan mendoorng bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Misalnya “ tetania
uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien meras kesakitan
karena his yang kuat dan berlangsung hamper terus-menerus. Pada

16
janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi
uteroplasenter. Factor yang dapat menyebabkan kelainan ini anatara
lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin
yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi dan
sebagainya.

2) Distosia karena kelainan letak


a) Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dnegan kepala di
fundus uteri dan bokong di bawah bagian cavum uteri.
b) Prolaps tali pusat
Selama persalinan, tali pusat kadang kala mengalami prolapse di
samping atau di depan bagian terendah janin. Faktor penyebab
terjadinya prolapse tali pusat adalah karena terjadi ketidak sesuaian
adaptasi antara bagian terndah janin dengan rongga panggul ibu.
Faktor tersebut meliputi presentasi bokong, letak melintang, bagian
terendah janin belum masuk pintu atas panggul, kehamilan kembar,
hidroamnion, atau janin yang berukuran kecil. Ketika terjadi prolapse
taloi pusat, kondisi ini mneyebabkan komplikasi pada janin, karena
terjadi penekanan tali pusat di antara bagian terendah janin dan tulang
panggul, sirkulasi darah janin dapat terhenti.
Ketika terjadi prolapse tali puat, yang biasa terjadi setelah
ketuban pecah, ketika bagian tererndah janin belum masuk pintu atas
panggul.

3) Distosia karena kelainan jalan lahir


a) Distosia karena kelainan panggul/bagian keras, dapat berupa :
kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, missal panggul
jenis Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyposis, Robert, dll. ; Kelainan
ukuran panggul ; Panggul sempit yakni apabila ukurannya 1-2 cm
kurang dari ukuran yang normal.
b) Kelainan jalan lahir lunak adalah kelainan serviks uteri (serviks kaku,
serviks gantung, serviks konglumer, edema serviks), vagina (septa
vagina), selaput dara (selaput dara yang kaku dan tebal) dan keadaan
lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.

17
b. Persalinan Dan Kelahiran Prematur

Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum


janin berusia 37 minggu. Pada kebanyakan kasus yang terjadi, penyebab
penyebab persalinan premature tidak diketahui. Namun, beberapa studi yang
dilakukan selama 15 tahun terakhir telah menunjukkan beberapa kondisi tertentu
yang dihubungkan dengan terjadinya persalinan premature.

1. Distensi uterus yang berlebihan yang disebabkan oleh kondisi seperti


polihidramniondan kehamilan kembar.
2. Anomaly uterus
3. Riwayat pembedahan uterus
4. Pernah atau mengalami aktivitas uterus dini
5. Anomaly pada janin
6. Infeksi maternal seperti bakteriuria asimtomatik
7. Wanita pengguna kokain (insiden persalinan preterm empat kali lebih besar
dari normal)
8. Merokok
9. Stress psikologis, waktu kerja yang panjang dan keletihan

c. Hemoragi

Perdarahan obstetric didefinisikan sebagai kehilangan darah sebanyak 500


ml atau lebih. Namun banyak praktisi kesehatan yang suka memakai kehilangan
darah sebanyak 1000 ml atau lebih sebagai suatu definisi yang secara klinis lebih
signifikan. Karena ekspansi volume darah maternal yang normal adalah sekitar
1500 ml, kebanyakan wanita dapat mentoleransi kehilangan darah yang sama
dengan volume darah tambahan mereka tanpa gangguan. Penyebab perdarahan
utama pada kehamilan dan kelahiran adalah plasenta previa, solusio plasenta, dan
atoni uterus. Namun tenaga medis harus juga mewaspadai kemungkinan penyebab
perdarahan yang lain, yang terkait dengan uterus, plasenta, membrane, dan tali
pusat selama periode intrapartum dan awal pascapartum.

18
a. Plasenta previa : keadaan dimana plasenta tertanam di segmen bawah
Rahim sehingga sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut serviks
internal.
b. Solusio plasenta : pemisahan premature placenta ynag normalnya tertanam
di dindaing uterus.
c. Plasenta akreta : implantasi plasenta yang tidak normal menempel pada
dinding uterus dengan sangat kuat.
d. Ruptur uterus : penyebab terjadinya rupture uterus dihubungkan dengan
robeknya jaringan parut akibat pelahiran seksio sesarea sebelumnya.
e. Atonia uteri : tidak adekuatnya uterus dalam berkontrasksi

d. Prolaps Tali Pusat

Selama persalinan, tali pusat kadang kala mengalami prolapse di samping


atau di depan bagian terendah janin. Faktor penyebab terjadinya prolapse tali
pusat adalah karena terjadi ketidak sesuaian adaptasi antara bagian terndah janin
dengan rongga panggul ibu. Faktor tersebut meliputi presentasi bokong, letak
melintang, bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul, kehamilan
kembar, hidroamnion, atau janin yang berukuran kecil. Ketika terjadi prolapse
taloi pusat, kondisi ini mneyebabkan komplikasi pada janin, karena terjadi
penekanan tali pusat di antara bagian terendah janin dan tulang panggul, sirkulasi
darah janin dapat terhenti.

Ketika terjadi prolapse tali puat, yang biasa terjadi setelah ketuban pecah,
ketika bagian tererndah janin belum masuk pintu atas panggul.

e. Embolisme Cairan Amnion

Adalah suatu kondisi yang mengancam kekehidupan yang terjadi ketika


cairan amnion masuk ke dalam sirkulasi maternal dan kemudian memasuki
pembuluh darah kapiler pulmonal. Pada kejadian ini, pasti ada robekan melalui
amnion dan korion, lubang ke dalam sirkulasi maternal, dan peningkatan tekanan
intaruteri untuk memaksa cairan tersbeut masuk ke dalam sirkulasi meternal, dan
peningkatan tekanan intrauteri untuk memaksa cairan tersebut masuk ke dalam

19
sirkulasi pembuluh vena. Kemungkinan besar lokasi masuknya embolus cairan
amnion tersebut adalah pembuluh vena di endoservikal dan area uteroplasenta.

f. Mekonium

Keluarnya cairan ketuban yang berwarna meconium dalam persalinan


terjadi pada 20-25% dari semua persalinan melalui vagina dan boleh jadi
menandakan keadaan janin yang tidak menyenangkan. Walaupun tidak ada tanda
yang jelas dari denyut jantung janin, keadaan tersebut adalah akibat hipoksia atau
anoksia yang menuju kepada relaksasi sfingter ani janin dan rectum dengan
disertai peningkatan peristaltic usus dan sesak nafas (gasping) intrauterine. Tidak
seperti janin aterm dan posterm, janin yang premature jarang mengeluarkan
meconium dan mempunyai kapasitas yang luar biasa untuk menahan tanda-tanda
gawat janin yang berat selama beberapa jam sampai terjadi kematian intrapartum.

Keadaan lain yang menyebabkan terlihatnya meconium adalah pada letak


sungsang, tali pusat terbelit, partus lama, keracunan kehamila, dan kehamilan
lewat waktu. Bayi baru lahir ini membutuhkan resusitasi, pertolongan pernapasan,
dan antibiotika yang lebih sering daripada populasi bayi baru lahir pada
umumnya.

g. Persalinan Letak Sungsang

Insidensi letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%. Insidennya jauh
lebih tinggi pada permulaan masa kehamilan, kira-kira 40% pada kehamilan
sebelum 28 minggu dan 17% antara 28 sampai 31 minggu. Janin letak bokong
berada pada resiko morbiditas dna moralitas perinatal yang lebih tinggi tidak
hanya akibat trauma partus tetapi juga karena presentasi yang engan demikian
disertai oleh keadaan-keadaan atau komplikasi-komplikasi semisal kelahiran
premature, berat bdan lahir rendah yang tidak sesuai dengan umur kehamilan, tali
pusat menumbung, malfromasi kongential, plasenta previa dan solusio plasenta.

20
E. PENGERTIAN KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS

Angka kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan


masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals
(MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang
ditetapkan, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu
akibat kehamilan, persalinan, dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas
penyebab serta langkah-langkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya
berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat
penurunan AKI seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan
hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukan peningkatan ( dari 228
per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup ). Diskusi sudah
banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan
sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbeda-beda dan fluktuasinya kadang
drastatis.

Komplikasi nifas adalah kondisi dimana nyawa ibu terancam keselamatannya


setelah proses persalinan.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hamper 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada
24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas. Selama ini, perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian
ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

F. KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS


1. Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi terjadi dalam kehamilan,
waktu persalinan, dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh
sebab apapun. Morbiditas peurpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC

21
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari
pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral.
Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh),
dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dari 50% adalah
streptoccus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal
jalan lahir.
Factor Risiko
a. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
b. Tindakan operasi persalinan
c. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah. Keruba pecah dini
atau pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam
d. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum
dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu
hamil dengan penyakit infeksi
e. Manipulasi penolong ; terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang suci hama
f. Infeksi yang didapat di rumah sakit
g. Hubungan seks menjelang persalinan
h. Sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama terlantar, ketuban pecah
lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh
Macam-macam Infeksi Masa Nifas
a. Infeksi pada vulva, vagina, dan serviks
1. Vulvitis
Vulvitis adalah luka bekas episiotomi atau robekan perinium yang kena
infeksi. Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perinium,
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak,
jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.

22
2. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus,
serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus.
Penyebarannya dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tingga terbatas.
3. Servisitis
Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium
Tanda dan gejalnya :
- Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
- Kadang-kadang perih bila kencing
- Nadi dibawah 100x per menit
- Getah radang dapat keluar
- Suhu 38oC
- Penanganan pada kasus ini dengan pemberian antibiotic, roborantia,
pemantauan vital sign, serta in take out pasien.

b. Endometritis
Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis infeksi ini
biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang masuk endometrium,
biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam waktu singkat.
Tanda dan gejalanya :
- Uterus membesar
- Nyeri pada saat pembesaran uterus
- Uterus lembek
- Suhu meningkat
- Nadi menurun

23
c. Septicemia dan pyemia
Infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen,
biasanya streptococcus baemolyticus. Infeksi ini sangat berbahaya dan
tergolong 50% penyebab kematian karena infeksi nifas.
- Septicemia
Adalah keadaan dimana kuman-kuman dari uterus langsung masuk
ke dalam peredaran darah umumdan menyebabkan infeksi umum.
Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan
kuman-kuman dari darah.
- Pyemia
Pada pyemia,terdapat thrombophlebitis dahulu pada di uterus dan
sinus-sinus pada bekas implantasi plasenta.
d. Peritonitis
Peritonitis ( radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang disebabkan
oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum).
Tanda dan gejalanya :
- Perut kembung
- suhu tinggi
- nadi cepat dan kecil
- perut kembung dan nyeri
- ada defense musculair
- muka yang awalnya kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin, terdapat fasies hypocratica.
e. Parametritis
Parametritis merupakan peradangan pada parametrium. Parametrium
merupakan lapisan terluar yang melapisi uterus
Tanda dan gejalanya :
- Suhu badan meningkat 38oC – 40oC dan mengigil
- Nyeri perut bagian bawah dan terasa kaku
- Denyut nadi meningkat

24
- Terjadi lebih dari hari ke-7 postpartum
- Lochea yang purulent dan berbau

2. Infeksi saluran kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih. Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi .

Factor risiko

- Trauma kandung kemih waktru persalinan


- Kontaminasi kuman dari perineum
- Kateterasi yang sering dan teknik yang kurang benar
- Nutrisi yang buruk
- Persalinan lama
- Episiotomy
- Hygiene perineum yang buruk

Tanda dan gejala

- Nyeri atau rasa terbakar selama berkemih


- Demam mengigil
- Mual dan muntah
- Kelemahan terjadi jika infeksi memburuk.

3. Metritis
Metritis adalah insfeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab kematian ibu. Bila pengobatan ini terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi abses pelvic yang menahun, periotritis, syok septik, thrombosis yang
dalam, emboli pulmonal, infeksi felvik yang menahun, dyspareunia, penyumbatan
tuba dan infertilitas

Tanda dan gejala

- Demam menggigil

25
- Nyeri perut bawah
- Lockea berbau nanah
- Uterus nyeri tekan
- Perdarahan pervagina
- Syok

4. Bendungan Payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Bendungan terjadi akibat
bendungan berleihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak
disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu, sehingga ASI terkumpul pada
daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke-3 setelah melahirkan

Tanda dan gejala

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Payudara


bengkak : payudara odeme, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau
tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam.
Payudara penuh ; payudara terasa berat, panas dank eras, bila ASI dikeluarkan
tidak demam

5. Infeksi payudara
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan pada
payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada putting susu atau melalui
peredaran darah

Factor risiko

- Umur, wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis


- Paritas, mastitis leih banyak diserita oleh primipara
- Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia
- Factor kekebalan dalam ASI

26
Tanda dan gejala

- Lemah, malgia, nyeri kepala seperti flu


- Demam lebih dari 38,5oC
- Ada luka pada putting payudara
- Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
- Terasa kerasdan tegang

6. Abses payudara
Abses payudara merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah
kambuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang secara alami
bias ditemukan pada kulit manusia itu bias masuk apabila ada luka pada payudara
terutama di sekitar putting susu. Juga merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara/mastitis yang sering timbul pada minggu ke-2 post partum, karena
adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada putting
susu.
Tanda dan gejalanya
- Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah
- Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah
- Benjolan terasa lunak karena berisi nanah
- Pada lokasi yang terkena akan tampak memengkak
- Sensasi rasa panas pada area yang terkena
- Demam yang kedinginan, menggigil
Factor risiko
- Diabetes mellitus
- Perokok berat

7. Infeksi luka perineum dan luka abdominal

27
Luka perineum adalah adanya robekan jalan lahir baik karena rupture
maupun karena episiotomy pada waktu melahirkan. Rupture perineum adalah
robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Roebekan jalan lahir
merupakan luka atau robekan jaringan yang tidak teratur
Macam luka perineum
a. Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan
b. Episiotiomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lender vagina cincin selaput darah, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan pasiaperineum dan kulit sebelah depaqn perineum
Derajat perlukaan pada perineum
a. Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum
b. Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum
c. Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spinter ani eksternal, dinding rectum anterior

8. Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina adalaha kehilngan darah sebanyak 500cc atau lebih dari
traktus genetalia setelah melahirkan
Penyebab
- Uterus atonik ( terjadi karena plasenta atau selaput ketuban tertahan )
- Trauma genetalia ( meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan
atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk
section caesaria, episiotomy )
- Koagulasi intravaskuler disetaminata
- Inversi uterus

G. PRINSIP DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI KEBIDANAN

28
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil perlu dilakukan secara teratur untyk
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain
itu, juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang
biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati.
Pada akhirnya, angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.
a. Pemeriksaan kehamilan dini (Early ANC Detection)
Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu :
a) Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari
anamnesa ini banyak keterangan yang diperoleh guna membantu
menegakkan diagnosis dan prognosa kehamilan.
1) Anamnesa sosial (biodata dan latar belakang sosial)
2) Anamnesa keluarga
3) Anamnesa medik
4) Anamnesa haid
5) Anamnesa kebidanan
b) Pemeriksaan umum
1) Tinggi badan
2) Berat badan
3) Tanda-tanda vital
4) Pemeriksaan kepala dan leher
5) Pemeriksaan payudara
6) Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
7) Pemeriksaan abdominal
8) Pemeriksaan genetalia
9) Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
c) Pemeriksaan laboratorium
Tes laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine dan
glukosa urine.

29
b. Kontak dini kehamilan trimester 1
Pada trimester 1, menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual
sangat wajar. Jika dalam anamnesis terdapat riwayat abortus sebelum
kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16
minggu. Pada minggu ke-16 ini, plasenta telah terbentuk serta kemungkinan
abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya, koitus diperbolehkan pada masa
kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala
sudah masuk panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan.

c. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu


Pelayanan AC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil
berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Persetujuan
ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya berbeda
dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varises.

d. Skrining untuk deteksi dini


1) USG
USG merupakan suatu media diagnostic dengan menggunakan
gelombang ultrasonic untuk memplejari struktur jaringan berdasarkan
gambaran ecko dari gelombang ultrasonik.
Pemeriksaan USG pada kehamilan normal usia 5 minggu, struktur
kantong gestasi intrauterine dapat dideteksi dimana diameternya sudah
mencapai 5-10 mm.
2) Deteksi dini penyulit persalinan
Persalinan tidak selalu berjalan normal. Oleh sebab itu, pada saat
memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus
waspada terhadap masalah yang mungkin terjadi. Selain itu, deteksi dini
penyulit persalinan juga tidak kalah pentingnya demi kesuksesan dan
kelancaran jalannya proses kelahiran.

30
1) Pemanfaatan partograf pada setiap persalinan kala 1 aktif
2) Pencatatan partograf

3) Deteksi dini pada masa nifas


Perubahan yang terjadi pada masa nifas :
1) Suhu badan
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2ºC. Sesudah
partus dapat naik + 0,5ºC dari keadaan normal, tetapi tidak
melebihi 38,0ºC sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya
suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari
38ºC mungkin ada infeksi.
2) Nadi
Pada umunya nadi berkisar antara 60-80 denyutan atau menit.
3) Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal
sebagai “shunt”antara sirkulasi ibu dan plasenta.
4) Laktasi
Perubahan yang terdapat pada kedua mammae antara lain :
I. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan
alveolus mamae dan lemak.
II. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-
kadang dapat dikeluarkan (kolostrum).
III. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun
pada bagian dalam mamae.
IV. Setelah persalinan, pengaruh menekan estrogen dan
progesterone hilang. Maka timbul pengaruh hormon
laktogenik (LH) atau prolactin yang akan merangsang air
susu.
V. Lochea

31
Yaitu cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.

H. PRINSIP PENANGANAN RUJUKAN, DAN PENDOKUMENTASIAN


1. Prinsip dasar penanganan
a. Menghormati pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang
status sosial dan ekonominya. Petugas juga harus memahami dan peka
bahwa dalam situasi dan kondisi gawat darurat perasaan cemas, ketakutan
dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan keluarga yang
menginginkannya.

b. Kelembutan
Dalam melakukan pemeriksaan atau pengobatan, harus dilakukan dengan
penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa ras sakit
pengobatan, tetapi prosedur itu akan dilakukan selembut mungkin sehingga
perasaan kurang enak itu diupayakan sedikit mungkin.
c. Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan
kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memerhatikan nilai norma kultur
setempat. Dalam melakukan pemeriksaan petugas kesehatan harus
mejelaskan kepada pasien yang diperiksa apa sedang dilakukan dan apa
yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien
sudah stabil, upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan
kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangat penting.
d. Hak pasien
Hak-hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan informed consent, hak
pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dari kerahasiaan
status medic pasien.

32
e. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas
kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, peka akan masalah keluarga yang berkaitan dengan keterbatasan
keuangan, keterbatasan transportasi dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan,
misalnya pasien dalam keadaan syok dan petugas kesehatan kebetulan
hanya sendirian, maka tikda mungkin untuk meminta informed consent
kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus
dilakukan walupun keluarga pasien belum diberi
Informasi.

2. Penilaian awal
Pemeriksaan yang dilakukan untuk penilaian awal adalah :
a. Penilaian dengan periksa pandang (inspeksi)
1) Melihat kesadaran
2) Menilai wajah
3) Menilai pernapasan
4) Menilai perdarahan dari kemaluan
b. Penilaian dengan periksa raba : kulit, nadi, kaki/tungkai bawah
c. Penilaian tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
3. Penilaian klinik lengkap
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan obstetric
4. Pemeriksaan panggul
5. Penilaian imbnag feto-pelvik
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
1) Golongan darah dan cross match

33
2) Pemeriksaan darah lengkap
3) Pemeriksaan ureum dan kreatinin
4) Pemeriksaan glukosa darah
5) Pemeriksaan pH darah dan elektrolit
6) Pemeriksaan koagulasi
7) Pemeriksaan fungsi hati
8) Kultur darah
b. Pemeriksaan air kemih
5. Prinsip umum penanganan
a. Pastikan jalan napas bebas
b. Pemberian oksigen
c. Pembrian cairan intravena
d. Pemberian tranfusi darah
e. Pasang kateter kandung kemih
f. Pemberian antibiotika
g. Obat pengurnag rasa nyeri
h. Penanganan masalah utama
i. Rujukan

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat


menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).  Komplikasi
kehamilan adalah masalah-masalah yang hanya terjadi pada saat kehamilan. Keadaan
ini dapat menyebabkan gangguan pada si ibu, janin dan juga keduanya.  Komplikasi
kehamilan dapat terjadi pada awal ataupun akhir kehamilan, namun sebagian
komplikasi dapat ditangani dengan baik jika diketahui sejak dini. Komplikasi
kehamilan terdiri dari kehamilan di luar kandungan, keguguran dan kematian bayi saat
melahirkan, plasenta previa, pemisahan plasenta premature, pre-eklampsia, letak
lintang, letak sungsang, hidramnion, tetuban pecah dini, hidramnion dan kehamilan
post-term.

Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia
kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan.
Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan,
dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin.
Komplikasi persalinan terdiri dari distosia, persalinan dan kelahiran premature,
hemoragi, prolapse tali pusat, embolisme cairan amnion, mekonium, persalinan letak
sungsang.

Komplikasi nifas adalah kondisi dimana nyawa ibu terancam keselamatannya


setelah proses persalinan. Komplikasi nifas terdiri dari infeksi nifas

3.2 Saran

35
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas

DAFTAR PUSTAKA

Purwoastuti, Endang, dkk. 2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi social untuk Kebidanan .
Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Reeder, J S haron, dkk. 2011. Keperaeatan Maternitas Volume 2, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran

Purwoastuti, Endang, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui, Yogyakarta :
Pustaka Baru Press

36

Anda mungkin juga menyukai