DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
1 (P17321183017)
Diajeng Fenti Setiawan
.
2 (P17321183028)
Mirza Aulia Cahyani
.
3 (P17321183036)
Inas Zhafirah
.
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Lingkup komplikasi kebidanan” dapat tersusun hingga selesai.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Obstetri Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………4
A. Latar Belakang……………………………………………………4
B. Rumusan Masalah………………………………………………..4.
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………5
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………..6
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………34
3.1 Kesimpulan………………………………………………………34
3.2 Saran……………………………………………………………...34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..35
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian maternal menurut WHO seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnyakehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab ini dapat dibagi menjadi 2
golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan
dan nifas.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu selama hamil antara lain keguguran,
plasenta previa, solusio plasenta dan pertumbuhan bayi yang buruk dalam rahim. Komplikasi
dalam persalinan antara lain terjadinya atonia uteri, rupture uteri dan malpresentation (bayi
salah posisi). Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kebidanan yang harus
sesuai dengan standar pelayanan sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 42 hari.
Untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan
abnormal, infeksi dan bendungan payudara (Depkes RI 2013).
Pencegahan awal komplikasi pada persalinan hingga setelah bayi baru lahir akan
mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Pencegahan komplikasi dengan pemantauan masa
nifas untuk selalu melakukan pemantauan kesehatan ibu karena pelaksanaannya yang tidak
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Penyebab kematian ibu
terbanyak setelah perdarahan adalah komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperali.
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan Penulisan
6
BAB II
ISI
Pengertian dari Komplikasi Kebidanan, yaitu kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi.
7
hamil melalui pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap
komplikasi dan penyakit ibu yang dapat memengaruhi kehamilan.
B. KOMPLIKASI KEHAMILAN
1. Kehamilan di luar kandungan
Kehamilan diluar kandungan terjadi apabila sel telur yang sudah
dibuahi tidak menempel pada rahim, namun pada tuba falopi. Hal ini memang
jarang terjadi, namun apabila hal ini dibiarkan dan tidak diberi tindakan maka
akan menimbulkan akibat yang serius. Apabila kondisi ini tidak didiagnosis
sedini mungkin, tuba falopi bisa pecah dan memengaruhi kesuburan.
Gejala yang sering muncul antara lain :
a) Rasa sakit ringan hingga berat yang terjadi pada salah satu sisi
perut dan kemudian menyebar
b) Perdarahan ringan hingga berat
c) Mual-mual dan muntah-muntah
d) Merasa lemas, pusing dan mau pingsan
Kasus kehamilan diluar kandungan selalu melibatkan tindakan operasi
yang ditujukan untuk mengeluarkan janin dari tuba falopi. Perlu menjalani
beberapa tes darah untuk memastikan jika jaringan kehamilan sudah
dikeluarkan dari tuba falopi. Sebelum merencanakan kehamilan selanjutnya,
disarankan untuk menjalani pemeriksaan USG 6 hingga 8 bulan sebelumnya
untuk memastikan kantung rahim berada pada tempat yang semestinya.
2. Keguguran Dan Kematian Bayi Saat Melahirkan
Keguguran adalah kondisi kematian bayi pada usia di bawah 20 minggu
kehamilan. Kematian bayi adalah kondisi kematian bayi setelah berusia 20
minggu masa kehamilan. Angka statistic menujukkan jika keguguran terjadi
pada saat kehamilan menginjak usia 12 minggu masa kehamilan dan biasanya
disebabkan oleh ketidaknormalan yang terjadi pada janin.
Keguguran sering disebabkan ketidakmampuan leher rahim yang
terbuka dalam waktu yang sama sebelum waktunya. Kekurangan plasenta juga
8
dapat menyebabkan terjadinya keguguran, yakni ketika plasenta tidak bisa
mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi untuk membentuk bayi.
Gejala-gejala :
Gejala-gejala :
9
d) Pendarahan pada vagina
5. Pre-eklampsia
Pre-eklampsia dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada plasenta
dan eklampsia. Eklampsia dapat menyebabkan kejang, koma dan terkadang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini dapat dideteksi oleh dokter dan bidan
pada saat melakukan pemeriksaan rutin.
Gejala :
a) Terjadi pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki
b) Tekanan darah yang melonjak tinggi
c) Sakit kepala dan pusing
d) Demam
e) Mudah marah
f) Pandangan kabur
g) Sering mengeluarkan air seni
h) Sakit perut
6. Letak lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak
lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Letak lintang merupakan suatu
keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang
satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umunya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedagkan bahu berada pada
pintu atas panggul. Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas
disertai dinding uterus dan perut yang lembek.
7. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan kelainan letak janin didalam rahim pada
kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), dengan kepala diatas dan bokong atau kaki
dibawah. Bayi letak sungsang lebih sukar lahir, karena kepala atau kaki
terakhir. Menurut Manuaba (1998) penyebab letak sungsang dapat berasal dari
pihak ibu (kedaan rahim, keadaan plasenta, keadaan janin lahir) dan dari janin
(tali pusat pendek, hidrosefalus, kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas).
10
8. Hidramnion
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebig=h dari 2 liter.
Keadaan ini mulai tampak pada trimester III, dapat terjadi secara perlahan-
lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air ketuban 1/2 sampai
1 liter. Karena rahim sangat besar akan menekan organ tubuh disekitarnya.
Gejala dan tanda :
a) Sesak nafas
b) Oedem labia, vulva dan dinding perut
c) Regangan dinding rahim menimbulkan nyeri
d) Sulit melakukan palpasi
e) Bunyi jantung sering tidak terdengar
f) Perut terasa kembung dan ljebih kencang
g) Kulit perut tampak mengkilap
h) Terkadang perut terasa sakit ketika berjalan
9. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak
pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian ketu ban pecah
dini.
Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
10. Kehamilan Multiple
Ketika ada dua tau lebih janin tumbuh dalam uterus pada saat
bersamaan, kondisi ini dikenal sebagai kehamilan multiple (gemeli). Keadaan
seperti ini dipertimbangkan sebagai kehamilan yang rumit karena adanya
peningkatan kesakitan dan kematian yang signifikan. Kehamilan kembar diduga
terjadi apabila ukuran uterus lebih besar dibandingkan ukuran yang biasanya
pada kehamilan (perbedaannya lebih dari dua kali perbandingan ukuran dan usia
kehamilan, misalnya 36 cm pada kehamilan32 minggu). Selain itu, terabanya tiga
atau empat bagian besar dalam uterus, auskultasi dua denyut jantung janin
11
dengan frekuensi yang berbeda atau adanya riwayat anak kemabr dalam
keluarga.
11. Kehamilan Post-Term
12
C. PENGERTIAN KOMPLIKASI PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan serangkaian kejadian yang berakhri dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks lalu janin turun ke jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi.
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin
yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat
persalinan. Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan
penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya
kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut berhubungan dengan
kejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status gizi dan status
ekonomi ibu bersalin.
Faktor usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
komplikasi persalinan dikarenakan semakin muda usia ibu saat terjadi persalinan
maka semakin besar kemungkinan terjadi komplikasi akibat panggul ibu yang
masih sempit serta alat-alat reproduksi yang belum matur, usia kehamilan yang
terlalu muda saat persalinan mengakibatkan bayi yang dilahirkan menjadi
premature. Status perkawinan ibu mempengaruhi psikologis ibu selama proses
kehamilan dan persalinan serta keteraturan dalam memeriksakan kehamilan juga
mempengaruhi terjadinya komplikasi saat persalinan sebab apabila terjadi kelainan
tidak dapat terdeteksi secara dini.
13
antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
b. Teori Oxcytocin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot Rahim
c. Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin terenganglah otot-otot Rahim
sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peran penting oleh
karena it pada anchepalus kelahiran sering lebih lama.
e. Teori Protaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm
terutama saat persalina nyang menyebabkan kontraksi myometrium.
3. Tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tanda kemungkinan
persalinan, tanda awal persalinan, dan tanda positif persalinan. Ibu hmail mungkin
saja mengalmai semua tanda tersebut atau sebagian saja.
Tanda kemungkinan persalinan :
a. Nyeri pinggang yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul.
b. Kram pada perut bagian bawah seperti saat menstruasi dan biasanya disertai
dengan rasa tidak nyaman di paha.
c. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut
atau gangguan pencernaan.
d. Lonjakan energy yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan bnayak
aktivitas dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.
14
b. Aliran lender ynag bernoda darah dari vagina.
c. Rembesan cairan ketuban dari vagina karena robekan kecil pada membrane.
a. Kontraksi menjadi lebih lama, lebih kuat, atua lebih dekat jaraknya bersam
dengan berjalannya waktu, biasanya disebut “sakit” atau “sangat kuat” dan
terasa di daerah perut atau pinggang atau keduanya.
b. Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina.
c. Leher Rahim ynag membuka sebagi respon terhadap kontaksi yang
berkembang.
4. Tahapan persalinan
a. Persalinan kala I
Proses pembukaan serviks untuk yang pertama kali sibagi mnejadi 2 fase : a)
fase laten berlangsung selama 8 jam sampia pembukaan 3 cm, his masih lemah
dengan frekuensi jarang b) fase aktif terdiri dari 1) fase akselerasi (2 jam
dengan pembukaan 2-3 cm) 2) fase dilatasi (maks 2 jam dengan pembukaan 4-
9 cm) 3) fase deselerasi (2 jam pembukaan >9 cm sampai dengan pembukaan
lengkap). His tiap 3-4 menit selama 45 detik.
b. Persalinan kala II
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3
menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi
gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus
uteri. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 1,5 jam dan pada
multigravida 0,5 jam.
c. Persalinan kala III
Tahap ini adalah tahap pengeluaran plasenta, 6-15 menit setelah janin
dikeluarkan. Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum
ialah untuk melahirkan plasenta dengan komplikasi dengan sekecil-kecilnya.
Bila plsenta dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus,
retensio plasenta dapat terjadi.
15
d. Persalinan kala IV
Yakni 1 jam setelah plasenta keluar. Kala ini pernting untuk menilai
perdarahan (maksimal 500 ml) dan baik tidaknya kontraksi uterus. Yang harus
diperhatikan yaitu kontraksi uterus harus baik. Tidak ada perdarahan dari
vagina atau alat-alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah
lahir lengkap, kandung kemih harus kosong, luka-luka perineum terawatt
dengan baik dan tidak ada hematom, ibu dan bayi keadaan baik. Keadaan ini
harus sudah tercapat dalam waktu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap.
D. KOMPLIKASI PERSALINAN
a. Distosia
Distosia merujuk pada kemajuan persalinan yang tidak normal. Persalinan
berlangsung lebih lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah
pada mekanisme persalinan, tenaga/kekuataan, jalan lahir, janin yang dilahirkan,
atau masalah psikis. Penyebab distosia dapat terjadi karena :
1) Distosia karena kelainan his
a) Inersia uteri hipotonik adalah kelainan his yang lemah/tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan serviks atau mendoorng anak keluar.
Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai
pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia,
uterus yang terlalu terenggang misalnya akibat hidramnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara,
serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi
pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada
kala pengeluaran.
b) Inersia uteri hipertonik adalah kelainan his dengna kekuatan cukup
besar (kadang sampai melebihi normal) namuntidak ada koordinasi
kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak
efisien untuk membuka serviks dan mendoorng bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Misalnya “ tetania
uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien meras kesakitan
karena his yang kuat dan berlangsung hamper terus-menerus. Pada
16
janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi
uteroplasenter. Factor yang dapat menyebabkan kelainan ini anatara
lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin
yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi dan
sebagainya.
17
b. Persalinan Dan Kelahiran Prematur
c. Hemoragi
18
a. Plasenta previa : keadaan dimana plasenta tertanam di segmen bawah
Rahim sehingga sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut serviks
internal.
b. Solusio plasenta : pemisahan premature placenta ynag normalnya tertanam
di dindaing uterus.
c. Plasenta akreta : implantasi plasenta yang tidak normal menempel pada
dinding uterus dengan sangat kuat.
d. Ruptur uterus : penyebab terjadinya rupture uterus dihubungkan dengan
robeknya jaringan parut akibat pelahiran seksio sesarea sebelumnya.
e. Atonia uteri : tidak adekuatnya uterus dalam berkontrasksi
Ketika terjadi prolapse tali puat, yang biasa terjadi setelah ketuban pecah,
ketika bagian tererndah janin belum masuk pintu atas panggul.
19
sirkulasi pembuluh vena. Kemungkinan besar lokasi masuknya embolus cairan
amnion tersebut adalah pembuluh vena di endoservikal dan area uteroplasenta.
f. Mekonium
Insidensi letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%. Insidennya jauh
lebih tinggi pada permulaan masa kehamilan, kira-kira 40% pada kehamilan
sebelum 28 minggu dan 17% antara 28 sampai 31 minggu. Janin letak bokong
berada pada resiko morbiditas dna moralitas perinatal yang lebih tinggi tidak
hanya akibat trauma partus tetapi juga karena presentasi yang engan demikian
disertai oleh keadaan-keadaan atau komplikasi-komplikasi semisal kelahiran
premature, berat bdan lahir rendah yang tidak sesuai dengan umur kehamilan, tali
pusat menumbung, malfromasi kongential, plasenta previa dan solusio plasenta.
20
E. PENGERTIAN KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hamper 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada
24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas. Selama ini, perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian
ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
21
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari
pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral.
Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh),
dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dari 50% adalah
streptoccus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal
jalan lahir.
Factor Risiko
a. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
b. Tindakan operasi persalinan
c. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah. Keruba pecah dini
atau pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam
d. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum
dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu
hamil dengan penyakit infeksi
e. Manipulasi penolong ; terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang suci hama
f. Infeksi yang didapat di rumah sakit
g. Hubungan seks menjelang persalinan
h. Sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama terlantar, ketuban pecah
lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh
Macam-macam Infeksi Masa Nifas
a. Infeksi pada vulva, vagina, dan serviks
1. Vulvitis
Vulvitis adalah luka bekas episiotomi atau robekan perinium yang kena
infeksi. Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perinium,
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak,
jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.
22
2. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus,
serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus.
Penyebarannya dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tingga terbatas.
3. Servisitis
Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium
Tanda dan gejalnya :
- Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
- Kadang-kadang perih bila kencing
- Nadi dibawah 100x per menit
- Getah radang dapat keluar
- Suhu 38oC
- Penanganan pada kasus ini dengan pemberian antibiotic, roborantia,
pemantauan vital sign, serta in take out pasien.
b. Endometritis
Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis infeksi ini
biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang masuk endometrium,
biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam waktu singkat.
Tanda dan gejalanya :
- Uterus membesar
- Nyeri pada saat pembesaran uterus
- Uterus lembek
- Suhu meningkat
- Nadi menurun
23
c. Septicemia dan pyemia
Infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen,
biasanya streptococcus baemolyticus. Infeksi ini sangat berbahaya dan
tergolong 50% penyebab kematian karena infeksi nifas.
- Septicemia
Adalah keadaan dimana kuman-kuman dari uterus langsung masuk
ke dalam peredaran darah umumdan menyebabkan infeksi umum.
Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan
kuman-kuman dari darah.
- Pyemia
Pada pyemia,terdapat thrombophlebitis dahulu pada di uterus dan
sinus-sinus pada bekas implantasi plasenta.
d. Peritonitis
Peritonitis ( radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang disebabkan
oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum).
Tanda dan gejalanya :
- Perut kembung
- suhu tinggi
- nadi cepat dan kecil
- perut kembung dan nyeri
- ada defense musculair
- muka yang awalnya kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin, terdapat fasies hypocratica.
e. Parametritis
Parametritis merupakan peradangan pada parametrium. Parametrium
merupakan lapisan terluar yang melapisi uterus
Tanda dan gejalanya :
- Suhu badan meningkat 38oC – 40oC dan mengigil
- Nyeri perut bagian bawah dan terasa kaku
- Denyut nadi meningkat
24
- Terjadi lebih dari hari ke-7 postpartum
- Lochea yang purulent dan berbau
Factor risiko
3. Metritis
Metritis adalah insfeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab kematian ibu. Bila pengobatan ini terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi abses pelvic yang menahun, periotritis, syok septik, thrombosis yang
dalam, emboli pulmonal, infeksi felvik yang menahun, dyspareunia, penyumbatan
tuba dan infertilitas
- Demam menggigil
25
- Nyeri perut bawah
- Lockea berbau nanah
- Uterus nyeri tekan
- Perdarahan pervagina
- Syok
4. Bendungan Payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Bendungan terjadi akibat
bendungan berleihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak
disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu, sehingga ASI terkumpul pada
daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke-3 setelah melahirkan
5. Infeksi payudara
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan pada
payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada putting susu atau melalui
peredaran darah
Factor risiko
26
Tanda dan gejala
6. Abses payudara
Abses payudara merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah
kambuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang secara alami
bias ditemukan pada kulit manusia itu bias masuk apabila ada luka pada payudara
terutama di sekitar putting susu. Juga merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara/mastitis yang sering timbul pada minggu ke-2 post partum, karena
adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada putting
susu.
Tanda dan gejalanya
- Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah
- Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah
- Benjolan terasa lunak karena berisi nanah
- Pada lokasi yang terkena akan tampak memengkak
- Sensasi rasa panas pada area yang terkena
- Demam yang kedinginan, menggigil
Factor risiko
- Diabetes mellitus
- Perokok berat
27
Luka perineum adalah adanya robekan jalan lahir baik karena rupture
maupun karena episiotomy pada waktu melahirkan. Rupture perineum adalah
robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Roebekan jalan lahir
merupakan luka atau robekan jaringan yang tidak teratur
Macam luka perineum
a. Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan
b. Episiotiomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lender vagina cincin selaput darah, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan pasiaperineum dan kulit sebelah depaqn perineum
Derajat perlukaan pada perineum
a. Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum
b. Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum
c. Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spinter ani eksternal, dinding rectum anterior
8. Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina adalaha kehilngan darah sebanyak 500cc atau lebih dari
traktus genetalia setelah melahirkan
Penyebab
- Uterus atonik ( terjadi karena plasenta atau selaput ketuban tertahan )
- Trauma genetalia ( meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan
atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk
section caesaria, episiotomy )
- Koagulasi intravaskuler disetaminata
- Inversi uterus
28
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil perlu dilakukan secara teratur untyk
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain
itu, juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang
biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati.
Pada akhirnya, angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.
a. Pemeriksaan kehamilan dini (Early ANC Detection)
Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu :
a) Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari
anamnesa ini banyak keterangan yang diperoleh guna membantu
menegakkan diagnosis dan prognosa kehamilan.
1) Anamnesa sosial (biodata dan latar belakang sosial)
2) Anamnesa keluarga
3) Anamnesa medik
4) Anamnesa haid
5) Anamnesa kebidanan
b) Pemeriksaan umum
1) Tinggi badan
2) Berat badan
3) Tanda-tanda vital
4) Pemeriksaan kepala dan leher
5) Pemeriksaan payudara
6) Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
7) Pemeriksaan abdominal
8) Pemeriksaan genetalia
9) Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
c) Pemeriksaan laboratorium
Tes laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine dan
glukosa urine.
29
b. Kontak dini kehamilan trimester 1
Pada trimester 1, menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual
sangat wajar. Jika dalam anamnesis terdapat riwayat abortus sebelum
kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16
minggu. Pada minggu ke-16 ini, plasenta telah terbentuk serta kemungkinan
abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya, koitus diperbolehkan pada masa
kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala
sudah masuk panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan.
30
1) Pemanfaatan partograf pada setiap persalinan kala 1 aktif
2) Pencatatan partograf
31
Yaitu cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
b. Kelembutan
Dalam melakukan pemeriksaan atau pengobatan, harus dilakukan dengan
penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa ras sakit
pengobatan, tetapi prosedur itu akan dilakukan selembut mungkin sehingga
perasaan kurang enak itu diupayakan sedikit mungkin.
c. Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan
kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memerhatikan nilai norma kultur
setempat. Dalam melakukan pemeriksaan petugas kesehatan harus
mejelaskan kepada pasien yang diperiksa apa sedang dilakukan dan apa
yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien
sudah stabil, upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan
kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangat penting.
d. Hak pasien
Hak-hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan informed consent, hak
pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dari kerahasiaan
status medic pasien.
32
e. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas
kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, peka akan masalah keluarga yang berkaitan dengan keterbatasan
keuangan, keterbatasan transportasi dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan,
misalnya pasien dalam keadaan syok dan petugas kesehatan kebetulan
hanya sendirian, maka tikda mungkin untuk meminta informed consent
kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus
dilakukan walupun keluarga pasien belum diberi
Informasi.
2. Penilaian awal
Pemeriksaan yang dilakukan untuk penilaian awal adalah :
a. Penilaian dengan periksa pandang (inspeksi)
1) Melihat kesadaran
2) Menilai wajah
3) Menilai pernapasan
4) Menilai perdarahan dari kemaluan
b. Penilaian dengan periksa raba : kulit, nadi, kaki/tungkai bawah
c. Penilaian tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
3. Penilaian klinik lengkap
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan obstetric
4. Pemeriksaan panggul
5. Penilaian imbnag feto-pelvik
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
1) Golongan darah dan cross match
33
2) Pemeriksaan darah lengkap
3) Pemeriksaan ureum dan kreatinin
4) Pemeriksaan glukosa darah
5) Pemeriksaan pH darah dan elektrolit
6) Pemeriksaan koagulasi
7) Pemeriksaan fungsi hati
8) Kultur darah
b. Pemeriksaan air kemih
5. Prinsip umum penanganan
a. Pastikan jalan napas bebas
b. Pemberian oksigen
c. Pembrian cairan intravena
d. Pemberian tranfusi darah
e. Pasang kateter kandung kemih
f. Pemberian antibiotika
g. Obat pengurnag rasa nyeri
h. Penanganan masalah utama
i. Rujukan
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia
kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan.
Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan,
dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin.
Komplikasi persalinan terdiri dari distosia, persalinan dan kelahiran premature,
hemoragi, prolapse tali pusat, embolisme cairan amnion, mekonium, persalinan letak
sungsang.
3.2 Saran
35
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas
DAFTAR PUSTAKA
Purwoastuti, Endang, dkk. 2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi social untuk Kebidanan .
Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Reeder, J S haron, dkk. 2011. Keperaeatan Maternitas Volume 2, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Purwoastuti, Endang, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui, Yogyakarta :
Pustaka Baru Press
36