DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Pemberian Obat Yang Aman Pada Anak” dapat tersusun hingga selesai.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Ilmu Kesehatan Anak Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………
2.1 Pemberian Obat Pada Bayi dan Balita Sesuai Wewenang dan Standar yang
Berlaku…………………………………………………………….
2.1.1 Jenis- Jenis Obat yang Diperbolehkan……………………………….
2.1.2 Dosis Pemberian…………………………………..
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………
3.1 Kesimpulan………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
3
PENDAHULUAN
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi di dalam tubuh.
Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya: nama
generic yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi,
kemudian ada nama resmi yang memiliki arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi
yang resmi, nama kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya
seperti acetylsalicylic acid atau aspirin, kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan
nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol
seperti ecortin, bufferin, empirin, anlagesik, dan lain-lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat
diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obatkarena unsure keasliannya,
tidak ada pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki
bioavailibilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas.
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja
sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan
waktu paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses
eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi.
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik adalah
obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti
paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-
lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal,
4
dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas
( keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
5
BAB II
ISI
A. Pemberian Obat Pada Bayi dan Balita Sesuai Wewenang dan Standar yang Berlaku
2.1.1 Jenis- Jenis Obat yang Diperbolehkan
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Di
negara-negara Barat, obat ini disebut OTC atau over the counter. Ini adalah obat
yang paling aman dan bisa dibeli bebas di warung, toko obat, maupun apotek.
Meskipun disebut aman, obat bebas tetap tidak boleh dipergunakan
sembarangan.
Tapi bagaimanapun juga obat bebas juga punya kandungan "racun" yang
bisa berbahaya buat tubuh bila tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kemasan obat ini ditandai dengan ''lingkaran hijau bergaris tepi hitam''.
Obat bebas ini digunakan untuk mengatasi gejala penyakit ringan, biasanya berupa
vitamin atau multivitamin.
b. Obat Bebas Terbatas
Obat jenis ini masih bisa dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan obat ini
terdapat ''lingkaran biru bergaris tepi hitam''.Contohnya,
obat antiflu atau obat antimabuk. Pada kemasannya terdapat peringatan bertanda
kotak kecil berdasar gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, misalnya:
P.No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan pemakaiannya
P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
Pemakaian obat ini juga harus dihentikan bila kondisi penyakit semakin
serius.Sebaiknya pergi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sangat tidak dianjurkan untuk melakukan pengobatan sendiri dengan
obat-obatan yang seharusnya diperoleh lewat resep dokter. Meski gejala dan
keluhan penyakit sama,obat yang digunakan belum tentu sama.
6
Perhatikan tanggal kadaluwarsa obat, baca informasi pada kemasan
tentang petunjuk penggunaan obat yang tidak, petunjuk penggunaan obat yang
tidak diperbolehkan, efek samping, dosis
obat, cara menyimpan obat, dan interaksi obat dengan obat lain atau interaksi
obat dengan makanan yang dikonsumsi.
c. Obat Keras
Obat ini harus diperoleh lewat resep dokter. Ciri khasnya adalah
terdapat tanda ''lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan huruf K
di dalamnya.'' Obat yang termasuk dalam golongan ini misalnya antibiotik,seperti
tetrasiklin, penisilin, obat-obatan yang mengandung
hormon, obat penenang, dan lain-lain. Obat jenis ini tidak bisa sembarang
dikonsumsi karena bisa berbahaya, meracuni tubuh,
memperparah penyakit, atau menyebabkan kematian.
c. Gaubius
7
1
Da = Dd (mg) (Untuk anak sampai usia 1 tahun)
12
1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 1-2 tahun)
8
1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 2-3 tahun)
6
1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 3-4 tahun)
4
1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 4-7 tahun)
3
d. Fried
1
Da = Dd (mg)
150
e. Sagel
(13 w+ 15)
Da = Dd (mg) (usia 0-20 minggu)
100
(8 w +7)
Da = Dd (mg) (usia 20-52 minggu)
100
(3 w+ 12)
Da = Dd (mg) (usia 1-9 tahun)
100
Keterangan:
W : berat badan (Kg)
f. Clark
w anak
Da = Dd (mg) (usia 0-20 minggu)
w dewasa
Perhitungan rumus dalam menentukan dosis tidak semuanya tepat dalam proses
kerja dan efek dari obat, tetapi lebih tepat dengan menggunakan ukuran fisik atau
ditentukan dengan waktu paruh dari jenis obat yang akan diberikan.
2.1.3 Efek samping pemberian obat pada bayi dan balita
1. Paracetamol. Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3 bulan,
penggunaan obat ini sebaiknya berdasarkan resep dan setelah berdiskusi dengan
dokter atau setelah bayi mendapatkan vaksinasi pertama kali. Parasetamol bisa
menghambat beberapa enzim yang berbeda di dalam otak dan ikatan tulang
8
belakang yang terlibat dalam perpindahan rasa sakit. Penelitian baru-baru ini
menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol pada bayi bisa meningkatkan risiko
asma 5 tahun mendatang sebesar 46 persen.
2. Tablet kunyah. Jangan memberikan anak berusia di bawah 2 tahun obat ini,
umumnya anak berusia 2 sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara minum obat
ini. Jika orang tua berpikir anaknya belum terlalu mengerti, maka hancurkan obat
dan letakkan di sendok yang diberi sedikit air. Dosis yang diberikan harus sesuai.
9
1) Resmi
a) Sendok takar/gelas takar
b) Alat ukur obat berupa suntikan
c) Siring atau pipet (untuk obat tetes)
2) Tidak resmi
a) Jus buah, campur dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
b) Jeli/agar-agar/pudding buah untuk menyembunyikan puyer
c) Sendok/alat makan yang berbentuk dan bermotif lucu
d) Susu biasa atau susu cokelat. Pastikan obat bercampur dengan baik
e) Makanan kesukaan si kecil. Bisa diberikan bersama potongan kue,
dicampur madu (untuk anak usia diatas setahun). Atau berikan makanan
kesukaan anak sebelum atau sesudah minum obat.
2.1.5 Prinsip Pemberian Obat Pada Bayi Dan Balita
a. Pengertian Demam :
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau diatas 37°C,
dan merupakan gejala dari suatu penyakit.
b. Penyebab Demam :
Demam dapat disebabkan oleh penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyebab infeksi
antara lain bakteri, virus, parasit atau microbiologi lainnya. Penyebab non-infeksi antara lain
dehidrasi, alergi, trauma, dsb.
2. Penanganan :
Untuk mengatasi demam ringan lebih baik dilakukan penanganan lain, antara lain sebagai
berikut: banyak minum, kompres es, alcohol didaerah lipatan paha, atau memakai pakian tipis.
10
b. Perhatian Sebelum Pemberian Obat :
- Tidak boleh menggunakan obat penurun demam bersamaan dengan obat flu karena
umumnya obat flu sudah mengandung obat penurun demam.
Pengertian : ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang biasa menyerang bayi
dan balita, dengan penyebab virus, bakteri, atau microorganism lainnya.
1. Obat Batuk :
b. Pengertian Batuk: Batuk adalah refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda
asing dari saluran nafas. Batuk juga membantu melindungi paru dari aspirasi yaitu masuknya
benda asing dari saluran cerna atau saluran nafas bagian atas.
- Batuk berdahak, yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan.
Lebih sering terjadi pada saluran nafas yang peka terhadap paparan debu, lembab berlebih,
dsb.
- Batuk tak berdahak (kering), terjadi apabila tidak ada sekresi saluran nafas, iritasi pada
tenggorokan, sehingga timbul rasa sakit.
11
Batuk berdahak dan batuk tidak berdahak dapat dikurangi dengan cara: sering minum air
putih, yang tujuannya untuk mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal:
menghindari paparan debu, menghindari minuman dan makanan yang merangsang
tenggorokan, menghindari udara malam yang dingin.
e. Obat Batuk:
- Antitusif, yaitu penekan batuk, digunakan untuk batuk, digunakan untuk batuk tidak
berdahak (kering), bekerja sentral pada susunan sarafpusat menekan pusat batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk.
2. Obat Pilek:
b. Pengertian Pilek: Pilek adaah suatu gejala adana cairan encer atau kental dari hidung
yang disebut ingus. Pilek alergi bukan penyakit yang diturunkan.
c. Penyebab Pilek: reaksi alergi, seperti allergen tertentu: debu, kapas, bulu binatang,
dingin, infeksi, missal oleh virus atau bakteri.
d. Penanganan Tanpa Obat : pilek akibat alergi dapat dicegah dengan menghindari alrgen.
e. Perhatian sebelum pemberian obat: Obat pilek hanya pada pilek yang tidak dapat diatasi
dengan penanganan tanpa obat.
f. Obat Pilek: Obat pilek biasanya mengandung antihistamin dan dekongestan hidung.
- Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkopetisi melawan histamine,
yaitu salah satu mediator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi atau
influenza.
12
Obat Flu
b. Pengertian Flu: flu atau influenza adalah infeksi virus dengan gejala keluhan antara lain:
demam/sumang, nyeri kepala, nyeri di otot, pilek, hidung tersumbat atau berair, batuk, rasa
kering di tenggorokan, kadang-kadang disertai diare.
c. Penanganan Tanpa Obat: flu biasa umumnya dapat sembuh sendiri oleh daya tahan
tubuh. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala flu, antara lain:
beristirahat, dengan mengurangi kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan,
banyak minum air the, sari buah, yang akan mengurangi rasa kering di tenggorokan,
mengencerkan dahak, dan menbantu menurunkan demam, bekumur dengan air garam untuk
mengurangi rasa nyeri di tenggorokan.
d. Perhatian Sebelum pemberian obat: obat flu hanya meringankan keluhan dan gejala saja,
tetapi tidak dapat menyembuhkan, tidak boleh digunakan pada penderita yang alergi terhadap
komponen yang ada dalam obat ini.
e. Obat Flu: obat flu biasanyamerupakan kombinasi dari beberapa zat berkhasiat, antara
lain:
- Antihistamin, untuk mengurangi rasa gatal di tenggorokan dan bersin-bersin atau reaksi
alergi lain yang menyertai influenza.
Obat Diare
2. Pengertian:
13
- Diare adalah apabila penderita buang air mengalami perubahan bentuk dan konsistensi
tinja lembek sampai cair, dengan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali lebih
dalam 24 jam)
- Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat
kematian, utamanya pada anak/bayi bila tidak segera diatasi.
3. Penanganan
Oralit merupakan satu-satunya obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare karena kehilangan
cairan tubuh. Untuk penanganan diare.
Untuk dapat memberikan penyuluhan kepada ibu tentang pemberian obat oral dirumah,maka
berikut ini diuraikan beberapa cara memberikan obat pada bayi dan balita yang perlu diketahui
oleh bidan dan diberitahu pada ibu ( orang tua)
b. Karena bayi biasanya susah diam,mintalah bantuan orang dewasa atau anak yang
lebih besar untuk menenangkan nya.Kalau tidak ada orang lain , ibu bisa
Membungkus tangan dan tubuh tidak ada orang lain, ibu bisa membungkus
tangan dan tubuh bayi dengan selimut agar tangan si bayi tak mengganggu ibu.
14
d. Pemberian obat ,yang biasanya berbentuk cair,itu bisa menggunakan sendok atau
pipet.
- Tengadahkan sedikit kepala bayi. Perlahan teteskan obat ke setiap lubang hidung.
- Hitung jumlah tetesan yang masuk kehidung. Dua atau tiga tetes biasanya sudah cukup.
- Dengan cara ini tetesan obat tak mengalir masuk ke mata sehat.
- Perlahan tariklah kelopak mata bawah agar obat dapat mudah mengalir.
- Baringkan bayi pada salah satu sisi dengan lubang telinga terinfeksi berada di atas.
Teteskan obat ke dalam lubang telinga yang sakit.
- Buat bayi tetap diam agar obat benar-benar masuk ke lubang telinga bagian dalam.
Sebelum obat tetes tersebut diberikan, ada baiknya hal-hal berikut ini diperhatikan:
- Rendam obat tetes dengan posisi tegak dalam tabung berisi air suam-suam kuku selama
beberapa menit, agar ketika diteteskan dan masuk kelubang hidung atau telinga, anak tidak
terlalu kaget.
15
- Jangan sentuh obat tetes ke hidung, telinga, atau mata agar bakteri tidak berpindah
kedalam botol obat.
- Perhatikan batas waktu pemakaian obat itu. Obat kadaluarsa akan memperburuk
peradangan atau kondisi bayi yang di obati.
a. Mintalah anak menutup lubang hidung saat meminum obat agar rasa obat tak terlalu
keras.
b. Campurlah obat, terutama yang berasa pahit dengan sirup atau madu atau jus agar tidak
terasa pahit.
c. Jangan larutkan obat dengan air di gelas karena ada kemungkinan obat mengendap dan
tak terminum si anak.
d. Mintalah anak untuk menggosok gigi setelah meminum obat yang manis agar tidak
menempel di gigi.
Alternative memberi obat pada anak-anak yang sudah lebih besar, antara lain:
a. Buat mereka tertawa. Biarkan dia tertawa sekeras-kerasnya. Lalu, saat mereka lengah,
masukkan obat. Usahakan dia tetap riang setelah minum obat, hati-hati, agar tidak tersedak.
b. Masukkan obat di dalam makanan dan minuman. Perlu dicatat, sirup coklat sangat baik
untuk menutupi rasa pahit. Cara, memberikannya, campur obat dengan satu sendok cair. Tapi
ingat, jangan lakukan trik ini dibawah anak umur 6 bulan. Pada bayi, dapat diberikan dengan
dicampur pada ASI.
c. Berikan anak kepercayaan. Anak-anak umur 2-3 tahun biasanya ingin lebih berkuasa.
Mereka ingin memegang sendok obat itu sendiri dan meminumnya. Untuk itu beri mereka
pilihan, tetapi mengharuskan mereka untuk minum obat.
16
d. Coba jenis obat lain. Jika biasanya anak ibu mengonsumsiobat dalam bentuk cair dan ia
menolak, coba tablet kunyah dan tablet biasa. Yang paling gampang, tentu tablet kunyah yang
rasanya enak dan larut dalam waktu singkat di mulut.
Dengan dosis yang tepat sesuai BB bayi, niscaya penyakit si kecil dapat sembuh. Jangan
sungkan untuk bertanya pada dokter mengenai hal ini karena kenaikan BB bayi tergolong
cepat. Umumnya dosis obat disesuaikan dengan BB bayi.
Saat akan menggunakan obat-obatan yang tersimpan di kotak obat, lihat dulu tanggal
kadaluarsa (umumnya tercantum dikemasan). Cara lain, cermati warna, rasa dan baunya. Bila
sudah terjadi perubahan warna, rasa dan baunya pertanda kualitas obat sudah tidak baik,
segera buang.
Obat-obat yang sebelumnya disimpan di lemari es, saat akan digunakan perlu dikeluarkan
terlebih dahulu pada suhu ruangan selama kurang lebih 10 menit agar bayi tidak terlalu kaget
dengan sensasi dingin yang ditimbulkan. Khusus obat puyer simpanlah dalam wadah tertutup
rapat dan kering, jangan menyimpan didalam kulkas karena dapat mempengaruhi tekstur
puyer.
d. Boleh bergiliran.
Katakanlah bayi mendapat 3 jenis obat. Cara memberikannya bila secara bergiliran dalam
waktu berdekatan (tanpa jeda waktu yang panjang).
Hingga bayi berusia 1 tahun, hindari mencampur obat dengan madu karena dikawatirkan
mengandung bakteri clostridium botulinum yang dapat menyebabkan terganggunya
17
pencernaan bayi. Setelah usia 1 tahun umumnya pencernaan anak lebih kuat sehingga bisa
menerima campuran obat dan madu.
Setelah minum obat, jangan langsung minum susu. Ada beberapa obat yang tidak dapat larut
dalam susu, seperti golongan antibiotic.
Ada beragam alat bantu untuk meminumkan obat pada bayi, seperti pipet, sendok takar, atau
sepuit (tanpa jarum suntik). Alat-alat ini memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Sendok takar, umpannya, agak sulit digunakan untuk bayi mengingat bila ia meronta risiko
obat tersebut tumpah lebih besar. Nah, menggunakan pipet memang lebih mudah, namun pilih
yang berbahan plastic. Pipet berbahan beling atau gelas rawan pecah. Pilih juga pipet yang
ukurannya jelas terlihat sehingga bisa dipakai sebagai alat takar yang pas. Saat meminumkan
obat pada bayi, jaga agar pipet tidak mengenai mulutnya (agar tidak terkena bakteri).
Beberapa pipet sekaligus berfungsi sebagai tutup obat. Senagai langkah antisipasi, setiap kali
habis digunakan, cucilah pipet dan rendam dalam air mendidih selama 10 menit, keringkan
kemudian baru tutupkan kembali pada tempatnya.
Sementara keuntungan sepuit adalah takarannya yang jelas dan mudah digunakan. Bila bayi
anada menyukai minum obat dengan sepuit, jangan lupa meminta dokter membuat resep
karena sepuit tidak bisa di beli bebas.
Cara lain meminumkan obat pada bayi adalah dengan menggunakan botol dotnya. Campur
obat dengan air gula lalu masukkan ke dalam botol ot si kecil. Sebaiknya air jangan terlalu
banyak, takarannya kira-kira cukup untuk melarutkan obat saja. Missal, 1 bungkus puyer atau
1 sendok the obat sirup dengan 5-10 cc air. Kocok atau aduk terlebih dahulu hinggan
tercampur merata sebelum diberikan kepada bayi.
18
5. Jangan Menggunakan Sendok Rumah Tangga
Pada kemasan obat kerap tercantum istilah sendok the atau sendok makan sebagai takaran
obat. Perlu diketahui yang di maksud dengan sendok tek dan sendok makan tersebut bukan
sendok yang ada di dapur kita, melainkan sendok takar yang ada dalam kemasan obat. Ukuran
takaran sendok rumah tangga tidak sama dengan sendok takar obat (takaran sendok rumah
tangga memiliki jumlah yang berbeda-beda, tidak 5 ml).
Untuk itu, jangan lupa meminta sendok takar obat ketika membeli obat di apotik. Atau, dapat
pula meminta alat takar yang meniliki ukuran jelas, seperti, gelas takar, pipet, atau sepuit
tanpa jarum suntik.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beragam alat bantu untuk meminumkan obat pada bayi, seperti pipet, sendok
takar, atau sepuit (tanpa jarum suntik, tentunya). Alat-alat ini memiliki keuntungan dan
kerugian masing-masing. Sendok takar, umpamanya, agak sulit digunakan untuk bayi
mengingat bila ia meronta risiko obat tersebut tumpah lebih besar. Nah, menggunakan
pipet memang lebih mudah, namun pilih yang berbahan plastik. Pipet berbahan beling
atau gelas rawan pecah. Pilih juga pipet yang ukurannya jelas terlihat sehingga bisa
dipakai sebagai alat takar yang pas. Saat meminumkan obat pada bayi, jaga agar pipet
tidak mengenai mulutnya (agar tidak terkena bakteri). Beberapa pipet sekaligus berfungsi
sebagai tutup obat. Sebagai langkah antisipasi, setiap kali habis digunakan, cucilah pipet
dan rendam dalam air mendidih selama 10 menit, keringkan kemudian baru tutupkan
kembali pada tempatnya.
Sementara keuntungan sepuit adalah takarannya yang jelas dan mudah digunakan.
Bila bayi Anda menyukai minum obat dengan sepuit, jangan lupa meminta dokter
membuatkan resep karena sepuit tidak bisa dibeli bebas.
Cara lain meminumkan obat pada bayi adalah dengan menggunakan botol dotnya.
Campur obat dengan air gula lalu masukkan ke dalam botol dot si kecil. Sebaiknya air
jangan terlalu banyak, takarannya kira-kira cukup untuk melarutkan obat saja. Misal, 1
bungkus puyer atau 1 sendok teh obat sirop dengan 5-10 cc air. Kocok atau aduk terlebih
dahulu hingga tercampur merata sebelum diberikan kepada bayi.
20
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Maryunani Anik, CV. Trans Info Media, Jakarta
Timur, 2011
Hidayat, A.Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika, 2011
22