Anda di halaman 1dari 17

MODUL

KEGAWATDARURATAN KETUBAN PECAH DINI

Dosen Pengampu : Ns.Pawiliah, S.Kep.MAN

Disusun Oleh
Kelompok 8 :

1.Lola Novita Erviana (2026010001)


2.Oky Oktaviani(2026010003)
3.Vovi Liasantika (2026010024)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022

1
DAFTAR TIM PENYUSUN
1.Lola Novita Erviana (2026010001) :kata pengantar,petunjuk
menggunakan modul,faktor resiko,penata laksanaan,daftar tim
penyusun.
2.Oky
Oktaviani(2026010003) :tujuan,definisi,etiologi,mekanisme,prognis,co
ver.
3.Vovi Liasantika (2026010024) :daftar isi,gejala
klinik,diagnosis,komplikasi,evaluasi.

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadiran Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
hidayatnya, modul tentang “Modul Kegawatdaruratan ketuban pecah dini” ini bisa diselesaikan
dalam tepat waktu. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah “Keperawatan
Maternitas II”. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan modul ini adalah untuk menyelesaikan
ujian akhir semester genap serta menambah pengetahuan.
Kami juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen yang telah membimbing
penulis dalam penulisan modul ini, serta kepada siapapun yang terlibat dalam penulisan dan
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, harapan kami semoga makalah tentang “Modul Kegawatdaruratan ketuban
pecah dini” ini bermanfaat bagi pembaca. kami telah berusaha sebisa mungkin untuk
menyelesaikan modul ini. Namun, seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak, kami
menyadari modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan modul ini.

Bengkulu, juli 2022

Penyusun
Petunjuk Penggunaan Modul
Modul ini digunakan sebagai panduan pembelajaran bagi mahasiswa. Mahasiswa yang
menggunakan modul kegawatdaruratan ketuban pecah dini adalah :

3
1. Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana terapan kebidanan, dan dinyatakan
lulus sebagai sarjana terapan kebidanan serta telah mengikuti yudisium
2. Mahasiswa yang telah mengikuti penguatan keilmuan kebidanan
3. Mahasiswa semester 2 prodi pendidikan profesi bidan
4. Terdapat di SIAKAD sebagai mahasiswa aktif prodi pendidikan profesi bidan pada semester
berjalan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................1

4
DAFTAR TIM PENYUSUN.......................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................3
PETUJUK PENGGUNAAN MODUL...........................................................................4
DAFTAR ISI.............................................................................................................…5
BAB PEMBAHASAN..................................................................................................6
A..Definisi...................................................................................................................6
B.Etiologi...........................................................................................…......................8
C.Paktor Resiko....................................................................................…..................8
D.Mekanisme.......................................................................................…..............…..9
E.Gejala Klinik...........................................................................................…...........…9
F.Diagnosis.........................................................…......................................….........10
G.Penatalaksanaan...................................…...........................................................12
H.Komplikasi...........................................................................................................15
I.Prognosis.......................…....................................................................................16
EVALUASI...........................................................................................................….17

BAB I
PEMBAHASAN

5
A. Definisi
Ketuban pecah dini ( amniorrhexis – premature rupture of the membrane PROM )
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Pada keadaan normal,
selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini KPD Preterm (PPROM = preterm
premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis). KPD memanjang
merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi
intra-amnion.
Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah
selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan
waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal
persalinan.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang
terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion dan apoptosis membran
janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokinin dan protein hormon yang merangsang aktivitas ”matrix degrading enzyme”.

Arti klinis Ketuban Pecah Dini adalah :

6
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat menjadi besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah
yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya
gangguan keseimbangan feto pelvik..
3. KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam ( prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya.
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

B. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. (2,8,13) Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi
adalah:
1. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya
KPD karena biasanya disertai infeksi.

7
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.

C. Faktor resiko
1. Golongan sosio ekonomi rendah
2. Ibu hamil tidak menikah
3. Kehamilan remaja
4. Merokok
5. Penyakit Menular Seksual
6. Vaginosis bakterial
7. Perdarahan antenatal
8. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya

D. Mekanisme
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah
pada degradasi proteolitik dari matriks ektraseluler dan membrane janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga, selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir, terjadi

8
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis.

E. Gejala Klinik
1. Ketuban pecah tiba – tiba, pancaran involunter atau kebocoran cairan jernih dari
vagina merupakan gejala khas.
2. Cairan tampak di introitus
3. Tidak ada his dalam 1 jam
4. Gejala klinis lainnya adalah gejala dari infeksi atau korioamnionitis seperti adanya
demam yang menyertai.

F.Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang
positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau
melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang
negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya.
1. Anamnesa
Pasien mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir . Cairan
berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna cairan tersebut. Tidak ada His dan
pengeluaran lendir darah.
2. Pemeriksaan
Tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
a) Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE). Jika tidak ada, dapat dicoba dengan

9
menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan maka akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada
fornik anterior. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus
(Nitrazin test) dimana merah menjadi biru.
b) Tentukan usia kehamilan
c) Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari
38⁰C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm³ . Janin
yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
d) Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
e) Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
f) Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan). Mengenai pemeriksaan dalam, perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan
pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan jika KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
g) Diagnosis ketuban pecah dini premature dengan inspekulo dilihat adanya cairan
ketuban keluar dari cavum uteri.
3. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan pH vagina wanita hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban
pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin dapat meningkatkan pH
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna, tetap kuning. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilakan tes yang positif
palsu.
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.

10
c) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada
penderita oligohidromnion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan
caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sedehana.
Pasien dengan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih
lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat
jalan. Bila terdapat persalinan kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, kehamilan
diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan premature, diperlukan
penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien ketuban
pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.

G.Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam
mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
ibu maupun bayinya.
Dalam menghadapi ketuban pecah dini harus dipertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
A. Fase laten:
a) Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses persalinan.
b) Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadinya infeksi.
c) Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara lain:
Korioamnionitis:
a. Abdomen terasa tegang.
b. Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis.
c. Kultur cairan amnion positif.
Desiduitis: Infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.1

11
B. Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang mempunyai
program untuk mengukur BB janin. Semakin kecil BB janin, semakin besar
kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi memerlukan
pertimbangan keluarga.
C. Presentasi janin intrauterin
Presentasi janin merupakan penunjuk untuk melakukan terminasi kehamilan. Pada
letak lintang atau bokong, harus dilakukan dengan jalan seksio sesarea.
a) Pertimbangan komplikasi dan risiko yang akan dihadapi janin dan
maternal terhadap tindakan terminasi yang akan dilakukan.
b) Usia kehamilan. Makin muda kehamilan, antarterminasi kehamilan
banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan sehingga janin lebih
matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar
dan membahayakan janin serta situasi maternal.
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya
mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan
komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan
disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan makin
memanjang L.P-nya.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada sejumlah faktor, antara lain :
(1) Usia kehamilan
(2) Ada atau tidak adanya chorioamnionitis

A. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit.
2) Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari).
3) Jika umur kehamilan < 32 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negative, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin.

12
5) Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
7) Pada usia kehamilan 32-37 minggu, berikan steroid untuk
memacukematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
B. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal, lakukan seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg – 50 µg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotic dosis
tinggi dan persalinan diakhiri.
2) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
3) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.

13
H. Komplikasi
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50 % persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
1) Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana korion, amnion,
dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi
paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis. Penyebab
korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus urogenitalis
ibu. Secara spesifik permulaan infeksi berasal dari vagina, anus, atau rektum dan
menjalar ke uterus.
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu dapat
terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia dan omfalitis.
Umumnya korioamnionitis terjadi sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini
premature, infeksi lebih sering daripada aterm.
3. Hipoksia dan asfiksia akibat oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 300 cc. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan
paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.
4. Sindrom deformitas janin
KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan oligohidramnion
yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin antara lain :

14
a) Sindroma Potter
Sindroma Potter dapat berbentuk “clubbed feet”, Hipoplasia Pulmonal dan
kelainan kranium yang terkait dengan oligohidramnion

b) Deformitas ekstrimitas

I.Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya
infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu)
memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia kehamilan
saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak 60% bila
didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk,
sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif. Apabila
KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila
tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan induksi untuk
membantu persalinan.

EVALUASI
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif memiliki kontribusi yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran pada Program Studi S1 Ilmu keperawatan untuk mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan. Tujuan penilaian formatif adalah untuk mengetahui

15
perkembangan hasil pembelajaran serta memberikan feedback (umpan balik) kepada
Mahasiswa.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi summatif merupakan penilaian akhir terhadap hasil pembelajaran
Mahasiswa. Penilaian Summatif dilakukan pada akhir stase. Komponen kompetensi
yang dinilai selama menempuh praktik klinik adalah :
1. Kemampuan pengetahuan / kognitif (knowledge).
2. Psikomotor / keterampilan klinik (skill).
3. Sikap / afektif.
Evaluasi Program:
a. Semua kegiatan berlangsung sesuai kalender akademik.
b. Perubahan jadwal, waktu dan kegiatan tidak lebih dari 10%.
c. Setiap kegiatan dihadiri 100% mahasiwa, pembimbing akademik dan
pembimbing lahan (CI).
d. Angka kehadiran tiap mahasiswa 100%

16
17

Anda mungkin juga menyukai