Oleh:
Egi Erico Perangin-angin
Pembimbing:
DIVISI FETOMATERNAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD PIRNGADI MEDAN
MEDAN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Anatomi Fisiologi Ketuban.............................................................. 3
2.2 Definisi Ketuban Pecah Dini ............................................................ 3
2.3 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini ....................................................... 4
2.4 Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini .................................................. 4
2.5 Etiologi Ketuban Pecah Dini ............................................................ 5
2.6 Patogenesis Ketuban Pecah Dini ...................................................... 8
2.7 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini ............................................ 11
2.8 Diagnosis Ketuban Pecah Dini ......................................................... 12
2.9 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini............................................... 13
2.10 Komplikasi Ketuban Pecah Dini .................................................... 15
2.11 Prognosis Ketuban Pecah Dini ....................................................... 18
BAB III LAPORAN KASUS......................................................................... 19
BAB IV ANALISIS KASUS.......................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22
i
DA
BAB I
PENDAHULUAN
1
DA
terjadinya KPD diantaranya karena trauma pada perut ibu, kelainan letak janin
dalam rahim, atau pada kehamilan grande multipara. KPD disebabkan oleh
berkurangnya kekuatan membran karena suatu infeksi yang dapat berasal dari
vagina dan serviks atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor
tersebut.4
2
DA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
DA
4
DA
5
DA
a. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban yang bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini. Koreoamnitis adalah keadaan dimana
koreon amnion dan cairanketuban terkena infeksi bakteri. Amnionitis
sering disebebkan group bakteri streptococus, selain itu bakteroide
fragilis, laktobacilli dan stapilococus epidermis adalah bakteri-bakteri
yangserng ditemukan pada cairan ketuban. Bakteri tersebut melepaskan
mediator inflamasi yang menyebebkan kontraksi uterus. Hal ini
akanmenyebabkan pembukaan sercix dan pecahnya selaput ketuban
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka karena
kelainan pada servik uteri akibat persalinan atau curetage.
c. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan Tekanan intra
uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya:
1) Trauma: saat berhubungan badan, pememeriksaan yang dilakukan saat
kehamilan untuk memeriksa sampel air ketuban untuk mengetahui ada
atau tidaknya kelainan pada janin (amniosintesis), trauma saat
berkendara.
2) Gemelli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan Gemelli terjadinya distensi uterus yang
berlebihan sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan, hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang
lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relatif kecil sedangkan
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
d. Kelainan letak
Hubungan kelainan letak dengan adalah lebih dominan pada kelainan
letak sungsang karena pada letak sungsang posisi janin berbalik, kepala
berada dalam ruangan yang besar yaitu di fundus uteri sedangkan bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar di paksa untuk menepati
ruang yang kecil yaitu disegmen bawah rahim, sehingga dapat membuat
ketuban bagian terendah langsung menerima tekanan intrauteri dan
6
DA
7
DA
8
DA
9
DA
10
DA
11
DA
dinding uterus sebelum atau pada saat melahirkan dan darah mengumpul di antara
plasenta dan uterus.
d. Nyeri perut: ketuban pecah dini menyebabkan kontraksi yang mengakibatkan
nyeri atau kram pada perut.
e. Denyut jantung janin bertambah cepat: DJJ bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi.
12
DA
13
DA
14
DA
minggu 50% persalinan terjadi dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari
26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. Periode laten, yang
merupakan masa dari pecahnya selaput amnion sampai persalinan secara
umum bersifat proporsional secara terbalik dengan usia kehamilan pada
saat KPD terjadi. Sedangkan analisis terhadap studi yang mengevaluasi
pasien dengan preterm 1 minggu, dengan sebanyak 22 persen memiliki
periode laten 4 minggu.
4. Sindrom deformitas janin
Bila ketuban pecah terlalu dini maka akan menyebabkan
pertumbuhanjanin terhambat. Komplikasi yang sering terjadi pada
ketuban pecahdini sebelum kehamilan 37 minggu adalah sindrom distres
pernafasan, ini terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan
meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, semua ibu hamil dengan
ketuban pecahdini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinyakorioamnionitis. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali
pusat bisaterjadi pada ketuban pecah dini. Resiko kecacatan dan
kematianjaninmeningkat pada ketuban pecah dini preterm, kejadiannya
hampir 100%, apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
15
DA
setelah satu minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik untuk mengurangi
kontraksi uterus dapat diberikan apabila sudah dapat dipastikan tidak terjadi
infeksi korioamninitis.21,22
Pada kehamilan kurang 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu
tidah baring, diberikan sedatif berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotik
selama 5 hari dan glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2
hari. Berikan pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada
kehamilan 33-35 miggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian
induksi persalinan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka
pimpin meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi persalinan.
Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang dari 5 cm atau
ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013).
Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37 minggu induksi
dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat diberikan
misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.23
Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi
pada kehamilan ibu dan janin, serta adanya tanda-tanda persalinan:24
1. KPD dengan kehamilan aterm (PROM)
a) Diberikan antibiotika prafilaksis, ampisilin 4x500 mg selama 7 hari
b) Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila ada kecendrungan
dilakukan terminasi kehamilan
c) Observasi temperature rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C, segera dilakukan terminasi
d) Bila temperature rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12
jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan
terminasi.
e) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi
obstetric
f) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS):
(1) Bila PS ≥ 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip
(2) Bila PS > 5, dilakukan pematangan servik dengan Misoprostol
µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali pemberian
16
DA
17
DA
18
DA
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
KU :
Telaah :
RPT :
RPO :
Riwayat operasi :
HPHT :
TTP :
ANC :
Riwayat Persalinan :
B. Pemeriksaan Fisik
Status Presents
Sens. : Anemis :
TD : mmHg Ikterus :
HR : x/i Dyspnoe :
RR : x/i Cyanosis :
Temp : oC Oedem :
Keadaan Umum : BB : kg
Keadaan Penyakit : TB : cm
Status Nutrisi : LLA : cm
Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Leher :
Jantung :
Thorax : Suara Pernafasan :
Suara Tambahan:
19
DA
Abdomen :
Extremitas :
Pemeriksaan Obstetrikus
Abdomen :
TFU :
Teregang :
Terbawah :
HIS :
DJJ : x/i
Pergerakan janin :
TBJ :
Pemeriksaan Ginekologis
USG Transabdominal
Janin tunggal, Intrauteri, Anak hidup
Gerak janin , DJJ
BPD : mm
HC : mm
AC : mm
FL : mm
MVP : cm
EFW : gr
Placenta
Kesimpulan:
20
DA
Laboratorium
‐ Hb : N: 12-14 gr/dL
‐ Leukocyte : N: 4.000-11.000/uL
‐ Hematocrite : N: 36,0-42,0/%
‐ Platelet : N: 150.000-400.000/uL
‐ MCV : N: 82 – 92 fL
‐ MCH : N: 27 – 33.7 pg
‐ MCHC : N: 32 – 36 %
‐ Neutrofil : N: 50.00 – 70.00%
‐ Limfosit : N: 20.00 – 40.00%
‐ Monosit : N: 2.00 – 8.00%
‐ Eosinofil : N: 1.00 – 3.00%
‐ Basofil : N: 0.00 – 1.00%
‐ Neutrofil Abs : N: 2,7-6,5 10^3/ mcL
‐ Lymphocyte Abs : N: 1,5-3,7 10^3/ mcL
‐ Monosit Abs : N: 0,2-0,4 10^3/ mcL
‐ Eosinophyl Abs : N: 0-0,1 10^3/ mcL
‐ Basophyl Abs : N: 0-0.1 10^3/ mcL
‐ PT : N : 11.6-14.5
‐ APPT : N : 28.6-42.2
‐ INR : N : 1-1.3
‐ Glucose ad random : N: <140 mg/dl
‐ HbsAg : N: Non Reactive
‐ HIV : N: Non Reactive
‐ Rapid Antigen SARS-CoV-2 : N: Negative
C. Diagnosis
D. Terapi
E. Rencana
Follow Up
21
DA
S
O Sens : RR : x/i TD : mmHg T : C HR : x/i SpO2 :
Status Lokalisata
Abdomen :
TFU :
P/V :
Luka operasi :
BAK :, UOP: cc/ jam, warna
BAB :
A
P
R/
BAB IV
22
DA
ANALISIS KASUS
Teori Kasus
BAB V
23
DA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
24
DA
25
DA
12. Benli AR, Cetin benli N, Usta AT, et al. Preterm premature rupture of
membranes: diagnosis and management. J Clin Med Res. 2015;7(2):97–102.
13. Bazezew K, Worku W, Abebe Z. Timely initiation of complementary feeding
practices in Gondar Town Northwest Ethiopia: a cross-sectional study. Ecol
Food Nutr. 2020;59(3):329–341.
14. Workineh Y, Birhanu S, Kerie S, Ayalew E, Yihune M. Determinants of
premature rupture of membrane in Southern Ethiopia, 2017: case control
study design. BMC Res Notes. 2018;11(1):927.
15. Shazly SA, Ahmed IA, Radwan AA, et al. Middle-East Obstetrics and
Gynecology Graduate Education (MOGGE) Foundation Practice Group.
Middle-East OBGYN Graduate Education (MOGGE) Foundation Practice
Guidelines: Prelabor rupture of membranes; Practice guideline No. 01-O-19. J
Glob Health. 2020 Jun;10(1):010325.
16. Kuba K, Bernstein PS.ACOG Practice Bulletin No. 188: Prelabor Rupture of
Membranes. Obstet Gynecol. 2018;131:1163-4.
17. National Institute for Health and Care Excellence. Preterm labour and birth.
[London]: NICE; 2015 [updated 2019 Aug]. (Clinical guideline [NG25]).
18. Yudin MH, van Schalkwyk J, Van Eyk N.No. 233-Antibiotic Therapy in
Preterm Premature Rupture of the Membranes. J Obstet Gynaecol Can.
2017;39:e207-12.
19. Quist-Nelson J, de Ruigh AA, Seidler AL, van der Ham DP, Willekes C,
Berghella V, et al.Immediate delivery compared with expectant management
in late preterm prelabor rupture of membranes: An individual participant data
meta-analysis. Obstet Gynecol. 2018;131:269-79.
20. Thomson AJ, Royal College of Obstetricians and Gynaecologists Care of
women presenting with suspected preterm prelabour rupture of membranes
from 24+0 weeks of gestation. BJOG. 2019;126:e152-66.
21. American College of Obstetricians and Gynecologists, Society for Maternal-
Fetal Medicine Obstetric care consensus No. 6: Periviable Birth. Obstet
Gynecol. 2017;130:e187.
22. Cataño Sabogal PC, Fonseca J, García-Perdomo HA.Validation of diagnostic
tests for histologic chorioamnionitis: Systematic review and meta-
26
DA
27