Oleh:
Ahmad Danial Rizkillah Azzamzami, S. Ked
2030912310093
Pembimbing:
dr. M. Robyanoor Ahyadi Radam, Sp. OG, Subsp.KFM, M. Kes
Halaman
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
(Phelan). ....................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the Membranes (PROM)
proses persalinan pada kehamilan aterm atau sebelum onset persalinan. Sedangkan
pada pasien secara spontan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
Kejadian ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada 10-12% dari semua
preterm 2-5%. Laporan lain mendapatkan ketuban pecah dini terjadi pada sekitar
mendahului 20% sampai 50% dari semua kelahiran prematur. Insiden KPD di
seluruh dunia bervariasi antara 5-10% dan hampir 80% terjadi pada usia kehamilan
dan merupakan penyebab utama kelahiran prematur. Pada ketuban pecah dini
preterm terjadi risiko baik pada janin maupun pada ibu. Komplikasi maternal
meliputi infeksi intrauterin, retensio plasenta, dan solusio plasenta; juga dilaporkan
ada beberapa kasus sepsis dan kematian maternal. Pada kehamilan preterm angka
insiden korioamnionitis sekitar 13-60% dan solusio plasenta terjadi pada 4-12%
1
Berikut ini akan disajikan sebuah laporan kasus mengenai G1P0A0 H 33-34
gr pada seorang wanita berusia 21 tahun yang dirawat di Bangsal RSUD Ulin
Banjarmasin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern atau
IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. Sedangkan KPD
sangat preterm adalah pecah ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai
Di seluruh dunia, terdapat sedikit perbedaan prevalensi KPD dan hal ini dapat
disebabkan oleh perbedaan populasi yang diteliti. Insiden KPD berkisar dari sekitar
5% sampai 10% dari semua persalinan, dan KPD preterm terjadi pada sekitar 3%
dari seluruh kehamilan dan merupakan penyebab sepertiga dari seluruh kelahiran
premature.7
Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan.
KPD Preterm terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal
dan 7,4% dari kehamilan kembar. KPD Preterm merupakan komplikasi pada sekitar
1/3 dari semua kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun
1981.7
Ketuban pecah dini preterm dikaitkan dengan 30-40% kelahiran prematur dan
merupakan penyebab utama kelahiran prematur. Ketuban pecah dini preterm yang
terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu, juga disebut sebagai KPD preterm
3
komplikasi yang berat pada ibu ataupun janin. Kasus dengan ketuban pecah dini
akan mengalami persalinan hampir 95% dalam waktu 24 jam. Ketuban pecah dini
pada kehamilan preterm akan lahir sebelum umur kehamilan aterm terjadi dalam
integritas dari membran ketuban hingga kehamilan aterm, dimana pada saat
terjadinya pecahnya membran ketuban merupakan bagian yang saat vital pada saat
persalinan. Membran ketuban terdiri dari struktur dua lapis yang terdiri dari lapisan
amnion dan lapisan chorion. Lapisan korion lebih tebal dan lebih selular, dan
Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda, tidak mengandung
pembuluh darah atau saraf, nutrisi yang dibutuhkan dipasok oleh cairan ketuban.
Lapisan paling dalam, yang terdekat dengan janin, adalah epitel amnion. Sel epitel
berikutnya dari amnion. Lapisan kompakta jaringan ikat yang dekat dengan
membran basal membentuk kerangka fibrosa utama amnion. Kolagen lapisan padat
tersebut disekresikan oleh sel mesenkim pada lapisan fibroblas. Kolagen interstisial
(tipe I dan III) predominan dan membentuk ikatan paralel yang mempertahankan
filamentosa antara kolagen interstisial dan membran basal epitel. Tidak ada
penempatan substansi dasar amorf antara fibril kolagen dalam jaringan ikat amnion
4
aterm, sehingga amnion mempertahankan daya regangnya sepanjang tahap akhir
kehamilan normal. 8
Lapisan fibroblast adalah lapisan yang paling tebal diantara lapisan amnion,
glikoprotein nonkolagen. 8
amnion dan korion. Kandungan yang melimpah dari proteoglikan terhidrasi dan
glikoprotein memberikan sifat "kenyal" lapisan ini dalam preparat histologis, dan
Lapisan korion lebih tebal dari pada lapisan amion dan berisi sublapisan
jaringan ikat dan sitotrofoblas. Sel-sel sitotrofoblas dikelilingi oleh kolagen tipe IV
dan lapisan korion berikatan kuat dengan lapisan decidua, di mana sel-sel desidua
dikelilingi oleh kolagen tipe III, IV, dan V. Ketika membran janin terpisah dari
uterus saat melahirkan, beberapa jaringan rahim yang melekat, bagian dari desidua
a. Trofoblast: Terdiri dari sel-sel trofoblast dari yang bulat sampai polygonal
c. Lapisan reticular: Terdiri dari jaringan serabut - serabut fusiformis dan sel-
sel stellata.
5
d. Lapisan seluler: Merupakan lapisan sel-sel bervakuola dan melekat satu
dengan yang lain secara erat dengan ruang intraseluler yang sempit (basal
sitotrofoblast). 8
Tempat pecahnya membrane amnion yang paling umum pada PPROM adalah
di tempat ini secara structural berubah, mudah terganggu dan sering dikolonisasi
bakteri.
dalam lapisan kompakta jaringan ikat, lapisan fibroblas dan lapisan intermediat.
menginduksi ekspresi MMP-9 tidak diketahui, tetapi toksin bakteri dan/atau sitokin
pro-inflamasi, IL-1β dan faktor nekrosis tumor (TNF-α), dapat bertindak sebagai
parakrin atau sinyal autokrin untuk metaloprotease ini. Apoptosis yang menigkat
b. Peran Inflamasi
konsentrasi TNF-α terlarut dalam reseptor plasma janin dapat dikaitkan dengan
mikroorganisme.
6
Mediator inflamasi juga memainkan peran penyebab dalam gangguan
sebagai respons terhadap invasi patogen. Reactive Oxygen Species dan mediator
kematian sel selaput ketuban melalui mekanisme kerusakan DNA, aktivasi pro-
senescence stress kinase (p38 MAPK) dan tanda-tanda penuaann sel dini. Respon
inflamasi yang diinduksi dalam kasus ini meng produksi sitokin. mediator inflamasi
catepsins, (yang menginduksi apoptosis sel epitel amnion), dan TNF terlibat dalam
memunculkan pelepasan fibronektin janin (fFN) oleh sel epitel amnion. fFN
7
c. Peregangan Mekanik Membran Amnion
kolagen dan apoptosis. Kontraksi rahim premature atau distensi serta regangan akut
menginduksi gen yang terkait dengan apoptosis dan aktivasi MMP sehingga terjadi
juga terjadi akibat kerusakan enzimatik menyebabkan stres pada mokelul dan
stres oksidatif. Faktor risiko PPROM adalah status sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan yang rendah, merokok, kondisi kerja penuh tekanan, dan etnis Afrika.
Faktor risiko lainnya meliputi usia ibu dan peningkatan atau penurunan indeks
massa tubuh (BMI), riwayat PROM, riwayat prematuritas atau kehamilan ganda,
nuliparitas, jarak antar kehamilan (<6 atau >60 bulan), kelainan serviks-isthmik,
infeksi menular seksual atau ISK, dan hidramnion.11(10) Prosedur tindakan seperti
sirklase dan amniosentesis diduga juga dapat menjadi faktor predisposisi KPD
preterm.11
seperti IMT < 18,5 kg/m2 dan tingkat pendidikan rendah merupakan faktor risiko
8
sebelumnya mengalami PROM adalah 4,45 lebih mungkin untuk terjadi PROM
dikarenakan infeksi genitourinari yang tidak diobati dan panjang serviks yang
pendek. Selain itu, sebagian besar masalah obstetric bersifat berulang. Keputihan
yang tidak normal merupakan indikasi infeksi. Beberapa bakteri pada genital
menyebabkan kelemahan dan ruptur membran amnion. Nikotin pada rokok, yang
iskemia desidua.13
infeksi genital. ISK adalah reservoir potensial bakteri yang melintasi vagina dan
penurunan nutrisi ibu, termasuk folat, karena interval waktu tidak cukup untuk
serviks dapat menyebabkan dilatasi uterus sehingga bagian dari selaput janin dapat
9
Gambar 2.1. Faktor Risiko PPROM.9
fisik dengan spekulum steril dengan visualisasi langsung cairan amnion di forniks
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Pada anamnesis,
warna, bau, dan kuantitas dari cairan ketuban, waktu pecahnya cairan ketuban, usia
gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD preterm sebelumnya, dan faktor risiko
steril dilakukan untuk mengkonfirmasi keluarnya cairan amnion dari orificium uteri
Apabila cairan keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan, atau
10
bagian terendah digoyangkan. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk
menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
mendapatkan sampel cairan ketuban. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil
dua swab dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan pewarnaan
gram, bahan lainnya diletakkan di medium transport untuk dikultur. Jika cairan
amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi pemeriksaan
mencegah risiko infeksi. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan pada kasus
KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan. 6
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi
(nitrazine, tes ferning, dan evaluasi ultrasonografi volume cairan ketuban) dapat
untuk mengkonfirmasi diagnosis KPD saat cairan ketuban tidak terlihat pada
dilakukan dengan test nitrazine. PH vagina normal bervariasi antara 4,5 sampai 6,0,
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1 – 7,3. Tes ferning adalah pemeriksaan
ketuban yang kering karena kandungan natrium klorida dan proteinnya. 6,14,15
dan pengukuran empat kuadran menurut Phelan. Penilaian subyektif volume cairan
11
ada bagian janin yang menempel pada dinding uterus, dan bagian lain cukup terisi
kantong (single pocket) ketuban terbesar yang terletak antara dinding uterus dan
tubuh janin, tegak lurus terhadap lantai. Tidak boleh ada bagian janin yang terletak
Pengukuran volume cairan ketuban empat kuadran atau indeks cairan amnion
(ICA)/amnion fluid index (AFI) dilakukan dengan membagi abdomen ibu dibagi
atas empat kuadran dengan garis yang dibuat melalui umbilikus vertikal ke bawah
dan transversal. Tidak boleh ada bagian janin atau umbilikus didalam kantong
Tabel 3.2 Indeks Cairan Ketuban Berdasarkan Pengukuran Empat Kuadran (Phelan). 8
ibu dan janin dengan tujuan utama untuk mengesampingkan persalinan aktif,
12
infeksi (korioamnionitis), solusio plasenta, atau gawat janin, semua kondisi yang
aktif dan ekspektatif. Penatalaksanaan manajemen aktif dan ekspektatif pada KPD
preterm tidak bersifat mutlak, kecuali pada KPD aterm dilakukan penatalaksanaan
tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif
mengintervensi persalinan.16
menentukan usia kehamilan, presentasi janin, dan kesejahteraan janin. Bukti infeksi
yang merupakan indikasi utama untuk induksi persalinan termasuk demam >38oC,
takikardia, leukositosis >15.000 sel/uL, nyeri tekan uterus saat tidak berkontraksi,
cairan amnion berbau, dan takikardia janin. Jika hasil belum tersedia dan jika
indikasi untuk pengobatan belum ada, kultur untuk grup B strepto cocci (GBS) dan
ekspetatif. Pada pasien dengan KPD prematur, tatalaksana awal berupa pemantauan
detak jantung janin dan pemantauan aktivitas uterus dan identifikasi DJJ abnormal
pada usia kehamilan. Fetal test abnormal atau bukti infeksi intraamniotik
13
segera, dengan keputusan berdasarkan pada status janin, jumlah perdarahan, dan
usia gestasional. 16
antenatal untuk maturitas paru janin. RCOG dan SOGC membuat rekomendasi
yang sama untuk waktu pemberian (24+0 dan 34+0 minggu), sedangkan ACOG
dari usia kehamilan 23+0 minggu. Sedangkan untuk penggunaan tokolisis, baik
memperpanjang kehamilan, mengurangi infeksi ibu dan bayi baru lahir, dan
ampisilin intravena (IV) dan eritromisin diikuti dengan amoksisilin oral (PO) dan
jam dan eritromisin (333 mg setiap 8 jam) selama 5 hari. SCOG merekomendasikan
2 rejimen serupa: (1) ampisilin 2 g IV setiap 6 jam dan eritromisin 250 mg IV setiap
6 jam selama 48 jam diikuti dengan amoksisilin 250 mg PO setiap 8 jam dan
eritromisin 333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari atau (2) eritromisin 250 mg PO
setiap 6 jam selama 10 hari. Semua pedoman menyarankan bahwa, pada pasien
14
yang alergi terhadap penisilin, makrolida antibiotik (eritromisin) dapat digunakan.
ini. 17
tidak terdapat, usia gestasional adalah parameter utama yang menentukan waktu
persalinan pada usia kehamilan 32 minggu jika kematangan paru janin dapat
konseling.17
Konsultasi neonatologi
15
- <7 hari dari waktu persalinan yang diperkirakan
Pemberian kortikosteroid
Screening GBS pada saat masuk rumah sakit, jika dilakukan persalinan berikan
profilaksis GBS seusai indikasi
Untuk usia kehamilan <320/7 minggu, magnesium sulfat untuk neuroprotector dapat
diberikan sebelum waktu eprsalinan yang diperkirakan
16
Tabel 3.4 Medikamentosa yang digunakan pada KPD.7
KORTIKOSTEROID BETAMETHASONE:
ANTIBIOTIK AMPICILLIN
AMOXICILLIN
ERYTHROMYCIN
CEFAZOLIN
ERYTHROMYCIN
dengan:
CEPHALEXIN
ERYTHROMYCIN
17
VANCOMYCIN 1 gram IV setiap 12 jam
ERYTHROMYCIN
dengan
CLINDAMYCIN
PROM mengakibatkan risiko pada ibu, bayi, dan neonatus. Mengenai risiko
dan Abruptio plasenta terjadi masing-masing pada sekitar 2 sampai 29% dan 15-
25% kasus. Komplikasi yang tidak umum namun serius dari PROM yang dikelola
dilatasi dan kuretase (12%), sepsis maternal (0,8%), dan 0,14% kematian
maternal.13
Komplikasi janin setelah ketuban pecah meliputi infeksi dan gawat janin
akibat kompresi tali pusat atau solusio plasenta. Karena faktor-faktor ini, wanita
dengan PROM memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan sesar karena detak
jantung janin yang tidak meyakinkan. Kematian janin terjadi pada 1 sampai 2%
kasus PROM yang dikelola secara konservatif. Respiratory Distress Syndrome (10-
40%) adalah morbiditas akut serius yang paling umum setelah PPROM.
18
atau kematian. Hipoplasia paru adalah komplikasi serius pada janin yang terjadi
setelah PROM. 13
19
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
B. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang sendiri mengaku hamil 8.5 bulan dengan keluhan keluar air-air
(+) sejak 10 jam SMKB, keluar lendir darah (-), kencang-kencang (-), gerak janin
(+) aktif. Pasien mengaku riwayat dirawat 5 hari yll di RS Sultan Suriansyah ai Obs
Febris ec ISK, KRS 3 hari yll dengan obat pulang PO Cefixime dan Paracetamol.
Saat dirawat pasien mengaku tidak diberikan pematangan paru. Nyeri BAK (-),
keputihan (+), gatal (-), berbau (-), coitus (-), pijat perut (-).
20
Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga: Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Asma (-)
Riwayat Haid: Menarche umur 13 tahun, siklus haid 28 hari, lama 5-7 hari
Riwayat ANC:
Puskesmas 4x → KRR
HPHT : 10-07-2022
TP : 17-04-2023
1. Hamil ini
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
BB sekarang = 61 kg
21
2. Tanda vital
3. Kulit
ulkus (-)
leher (-)
5. Telinga
22
6. Hidung
), tonsil (T1/T1)
8. Mata
9. Thoraks
simetris
23
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru-hepar
10. Jantung
sinistra
11. Abdomen
(-)
12. Punggung
24
13. Ekstremitas
varises (-)
TFU: 26 cm
His: (-)
tinggi (PS 2)
D. Pemeriksaan penunjang
25
Trombosit 92 150 – 450 rb/ul
RDW-CV 12,5 12,1 – 14,0 %
MCV 88,6 75,0 – 96,0 fl
MCH 29,9 28,0 – 32,0 pg
MCHC 33,8 33,0 – 37,0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0,4 0,0 – 1,0 %
Eusinofil% 0,1 1,0 – 3,0 %
Neutrofil% 71,9 50,0 – 81,0 %
Limfosit% 24,8 20,0 – 40,0 %
Monosit% 2,8 2,0 – 8,0 %
Basofil# 6,43 <1,00 ribu/ul
Eusinofil# 2,22 <3,00 ribu/ul
Neutrofil# 0,25 2,50 – 7,00 ribu/ul
Limfosit# 0,93 1,25 – 4,00 ribu/ul
Monosit# 0,25 0,30 – 1,00 ribu/ul
KIMIA
HATI DAN PANKREAS
Albumin 2,8 3,5-5,2 g/dl
SGOT 53 5-34 u/L
SGPT 32 0-55 u/L
GINJAL
Ureum 12 0-50 mg/dL
Kreatinin 0,57-1.11 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 140 136-145 Meq/L
Kalium 3,5 3,5-5,1 Meq/L
Chlorida 109 98-107 Meq/L
DIABETES
Gula Darah Sewaktu 102 <200.00 mg/dl
IMUNO-SEROLOGI
Anti HIV Rapid Non Reaktif Non Reaktif -
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif -
26
Darah Segar negatif negatif -
Nitrit negatif negatif
Urobilinogen 0,1 0,1-1,0
leukosit negatif negatif
SEDIMEN URIN
Leukosit 0-2 0-3 /LPB
Eritrosit 0-2 0-2 /LPB
epitel 1+ 1+ -
Kristal negatif negatif -
Silinder negatif negatif -
Bakteri negatif negatif -
lain-lain negatif negatif -
Hasil Pemeriksaan Apusan darah tepi (tanggal 04 maret 2023 pukul 08.00
WITA)
27
Gambar 3.1 USG di VK bersalin
Interpretasi
HC : 304,7 mm ~ 34 mgg +3 hr
AC : 294,3 mm ~ 33 mgg +3 hr
FL : 66,5 mm ~ 34 mgg +2 hr
28
Anomali : Saat ini tidak ditemukan kelainan kongenital mayor
Kesimpulan :
Janin, Tunggal, Hidup, Intra Uterine, Presentasi Kepala, sesuai usia gestasi 33-34
mgg, plasenta letak fundus meluas ke corpus posterior Gr I-II dengan cairan amnion
kurang
Lapor DPJP dr. Renny Aditya, Sp. OG, Subsp. Obginsos → Disetujui
29
G. Diagnosis dan tatalaksan pre partum selama di VK
04-03-2023 04-03-2023 05-03-2023 06-03-2023 (08.00 06-03-2023 (13.00 06-03-2023 (19.30 07-03-2022 (01.30 07-03-2022 (07.30
(07.15 WITA) (14.00 WITA) (08.00 WITA) WITA) WITA) WITA) WITA) WITA)
Keluar
A air-air (+), Keluar air-air (-), Keluar air-air (-), Keluar air-air (-), Keluar air-air (-), kencang-kencang kencang-kencang kencang-kencang
kencang-kencang (-) kencang-kencang kencang-kencang kencang-kencang kencang-kencang sesekali, gerak sesekali, gerak sesekali, gerak
S (-) sesekali, gerak sesekali, gerak sesekali, gerak janin (+) aktif janin (+) aktif janin (+) aktif
janin (+) aktif janin (+) aktif janin (+) aktif
30
A G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34
mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + mgg + JTHIU +
Preskep + KPD Preskep + KPD Preskep + KPD Preskep + KPD Preskep + KPD Preskep + KPD Preskep + KPD Preskep + KPD
Preterm + Riw Preterm + Riw Preterm + Riw Preterm + Riw Preterm + Riw Preterm + Riw Preterm + Riw Preterm + Riw
Febris + Febris + Febris + Febris + Febris + Febris + Febris + Febris +
trombositopenia trombositopenia trombositopenia trombositopenia trombositopenia trombositopenia trombositopenia trombositopenia
(92.000) + (92.000) + (158.000) (158.000) (158.000) (158.000) (158.000) (158.000)
hipoalbuminemia hipoalbuminemia perbaikan + perbaikan + perbaikan + perbaikan + perbaikan + perbaikan +
(2,8) dalam (2,8) dalam hipoalbuminemia hipoalbuminemia hipoalbuminemia hipoalbuminemia hipoalbuminemia hipoalbuminemia
koreksi + dalam koreksi + dalam (2,8) dalam (2,8) dalam koreksi (2,8) dalam koreksi (2,8) dalam koreksi (2,8) dalam koreksi (2,8) dalam koreksi
pematangan paru pematangan paru koreksi + dalam + pasca + pasca + pasca + pasca + pasca
(H1/H2) + TBJ (H1/H2) + TBJ pematangan paru pematangan paru pematangan paru pematangan paru pematangan paru pematangan paru
2170 gr 2170 gr (H2/H2) + TBJ (H1) + TBJ 2170 (H1) + dalam (H1) + dalam (H1) + dalam (H1) + dalam
2170 gr gr terminasi terminasi terminasi terminasi
misoprostol I + misoprostol II + misoprostol III + misoprostol IV +
TBJ 2170 gr TBJ 2170 gr TBJ 2170 gr TBJ 2170 gr
P • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone
2x1 gr IV (H1) 2x1 gr IV (H1) 2x1 gr IV (H2) 2x1 gr IV (H3) 2x1 gr IV (H3) 2x1 gr IV (H3) 2x1 gr IV (H4) 2x1 gr IV (H4)
• Inj • Inj • Inj • Nifedipin • Nifedipin • Po VIP albumin • Po VIP albumin • Po VIP albumin
Deksamethasone Deksamethasone Deksamethasone tokolitik: tokolitik: 3x2caps 3x2caps 3x2caps
6 mg/12 jam IM 6 mg/12 jam IM 6 mg/12 jam IM H3 20-20-0 mg H3 20-20-0 mg • Po Misoprostol • Po Misoprostol • Po Misoprostol
selama 2x24 jam selama 2x24 jam selama 2x24 jam (09.00-15.00 (15.00 WITA) tab 50 mcg/6 tab 50 mcg/6 tab 50 mcg/6
(H1/H2) (H1/H2) (H2/H2) WITA) • Po VIP albumin jam/oral dosis II jam/oral dosis III jam/oral dosis
• Nifedipin • Nifedipin • Nifedipin • Observasi T rect 3x2caps • Evaluasi ulang • Evaluasi ulang IV
tokolitik: tokolitik: tokolitik: per 3 jam • Po Misoprostol pkl 01.30 WITA pkl 07.30 WITA • Evaluasi ulang
H1 30-30-20 mg H1 30-30-20 mg H2 20-20-20 mg • Po VIP albumin tab 50 mcg/6 (07-03-2023) • MgSo4 40 % 8gr pkl 13.30 WITA
H2 20-20-20 mg (19.00 WITA) (11.00-19.00 3x2caps jam/oral dosis I • MgSo4 40 % 8gr dalam 500 cc RL • MgSo4 40 % 8gr
H3 20-20-0 mg H2 20-20-20 mg WITA) • Bed rest total • Evaluasi pkl dalam 500 cc RL – 20 tpm dalam 500 cc RL
H3 20-20-0 mg H3 20-20-0 mg • Mo 19.00 WITA – 20 tpm neuroprotector – 20 tpm
KU/Kel/TTV neuroprotector neuroprotector
31
• Pro evaluasi FM • Pro evaluasi FM • Pro evaluasi FM • MgSo4 40 % • Observasi T rect • Observasi T rect • Observasi T rect
pasca maturasi pasca maturasi pasca maturasi neuroprotector per 3 jam per 3 jam per 3 jam
paru paru paru • Observasi T rect • Bed rest total • Bed rest total • Bed rest total
• Observasi T rect • Observasi T rect • Observasi T rect per 3 jam Mo • Mo • Mo
per 3 jam per 3 jam per 3 jam • Bed rest total KU/Kel/TTV/ KU/Kel/TTV/ KU/Kel/TTV/
• Po VIP albumin • Po VIP albumin • Po VIP albumin Mo kemajuan kemajuan kemajuan
3x2caps 3x2caps 3x2caps KU/Kel/TTV/ke persalinan persalinan persalinan
• Bed rest total • Bed rest total majuan • Pro terminasi SC
• Mo • Mo persalinan apabila tidak ada
KU/Kel/TTV KU/Kel/TTV kemajuan pada
• Cek DR pagi ini evaluasi
berikutnya
32
Laporan operasi
d/s dbn
• Dibuat jahitan figure of eight pada kedua sudut lalu SBR dijahit jelujur
sebanyak 2 lapis
7. Dilakukan Reperitonealisasi
11. Mo KU/keluhan/TTV/fluksus/kontraksi
33
H. Diagnosis Post Partum
P1A0 Post SC (H0) a/I KPD preterm + gagal induksi (dengan Po Misoprostol
- PO Ketorolac 3x30 mg IV
- Lapor DPJP dr. Bambang Abimanyu, Sp. OG, Subsp. KFM → Disetujui
-
J. Lampiran Foto Bayi dan Plasenta
34
Gambar 3.2 Bayi pasien
35
K. Follow-up
S Perdarahan Gerak janin (+) Gerak janin (+) Nyeri luka pos Nyeri luka pos Nyeri luka pos Nyeri luka pos
pervaginam (-), aktif, kencang- aktif, kencang- operasi (+), operasi (<), operasi (<), operasi (-),
keluar air-air (-) kencang (-), kencang (+) Perdarahan Perdarahan Perdarahan Perdarahan
demam (-) sesekali, demam (- pervaginam (-) pervaginam pervaginam (-), pervaginam
) (minimal), ASI (+) ASI (+), BAK (-) (minimal), ASI (+)
sedikit sedikit
O Stu Stu Stu Stu Stu Stu Stu
KU: baik KU: baik KU: baik KU: baik KU: baik KU: baik KU: baik
Kesadaran: CM Kesadaran: CM Kesadaran: CM Kesadaran: CM Kesadaran: CM Kesadaran: CM Kesadaran: CM
A/C/I/D A/C/I/D A/C/I/D A/C/I/D A/C/I/D A/C/I/D A/C/I/D
-/-/-/ -/-/-/ -/-/-/ -/-/-/ -/-/-/ -/-/-/ -/-/-/
TD:116/72 mmhg TD:128/72 mmhg TD:118/70 mmhg TD:110/70 mmhg TD:127/86 mmhg TD:110/80 mmhg TD:118/75 mmhg
N : 88x/m N : 89x/m N : 88x/m N : 82x/m N : 66x/m N : 90x/m N : 87x/m
RR: 18x/m RR: 20 x/m RR: 19x/m RR: 20x/m RR: 20x/m RR: 20x/m RR: 20x/m
T: 36,9o C T: 37,0o C T: 37,0o C T: 36,6o C T: 36,7o C T: 36,6o C T: 36,5o C
Abd: Abd: Abd: Abd: Abd: Abd: Abd:
Supel, BU (+) Supel, BU (+) Supel, BU (+) Supel, BU (+) Supel, BU (+) Supel, BU (+) Supel, BU (+)
Lab:
Hb: 13,3 g/dl
36
Leu: 15,7 ribu/uL
Trom: 315 ribu/uL
A G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 G1P0A0 H 33-34 P1A0 post SC (H1) P1A0 post SC (H2) P1A0 post SC (H3) P1A0 post SC (H4)
mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + mgg + JTHIU + a/I KPD Preterm + a/I KPD Preterm + a/I KPD Preterm + a/I KPD Preterm +
Preskep + KPD Preskep + KPD Preskep + KPD gagal induksi + gagal induksi + gagal induksi + gagal induksi +
Preterm + Riw Preterm + Riw Preterm + Riw trombositopenia trombositopenia trombositopenia trombositopenia
Febris + Febris + Febris + (315.000) (315.000) (315.000) (315.000)
trombositopenia trombositopenia trombositopenia perbaikan+ perbaikan+ perbaikan+ perbaikan+
perbaikan+ (158.000) (315.000) hipoalbumin (2,8) hipoalbumin (2,8) hipoalbumin (2,8) hipoalbumin (2,8)
hipoalbumin (2,8) perbaikan+ perbaikan+ dalam koreksi dalam koreksi dalam koreksi dalam koreksi
dalam koreksi+ hipoalbumin (2,8) hipoalbumin (2,8)
dalam pematangan dalam koreksi+ dalam koreksi+
paru (H2/H2) + pasca pematangan pasca pematangan
TBJ 2170 gr paru (H1) + TBJ paru (H2) + TBJ
2170 gr 2170 gr
P • Bed rest total • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 500 cc • Diet TKTP • Diet TKTP • Diet TKTP
• IVFD RL 20 tpm • Inj Ceftriaxone • Inj Ceftriaxone + drip oksitosin ekstra putel ekstra putel ekstra putel
• Inj 2x 1gr (H3) 2x 1gr (H4) 20 IU – 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • Aff infus • Po Cefadroxil
Dexamethasone • Nifedipine • Po Vip albumin s/d 24 jam post • Inj ceftriaxone • Po Cefadroxil 2x50 mg
6 mg/12 jam tokolitik 3x2 caps SC 2x1 gr (H3) 2x50 mg • Po As
(H2/H2) III 20-20-0 mg • Po misoprostol • In ceftriaxone • Po As • Po As mefenamat
• Inj Ceftriaxone • Po Vip albumin tab 50 mg/6 2x1 gr (H2) mefenamat mefenamat 3x500 mg
2x 1gr (H2) 3x2 caps jam/oral/dosis • Inj ketorolac 3x500 mg 3x500 mg • Po SF 2x3oo mg
• Nifedipine • Po misoprostol IV 3x30 mg • Po Vip Albumin • Po SF 2x3oo mg • Po Vip Albumin
tokolitik tab 50 mg/6 • Monitor • Inj as 3x2 caps • Po Vip Albumin 3x2 caps
II 20-20-20 mg jam/oral TTV/Kel/flx/His traneksamat • Rawat luka H3 3x2 caps • Pro KRS
III 20-20-0 mg • Monitor /DJJ 3x500 mg (tgl 10-03-2023) • Rawat luka hari
• Po Vip albumin TTV/Kel/flx/His • Obs temp • Rawat luka H3 • Monitoring ini
3x2 caps /DJJ rectal/3jam (tgl 10-03-2023) KU/kel/TTV/flx
• Pro evaluasi Spv • Obs temp • MgSO4 40% 8 /kont uterus
fetomaternal rectal/3jam gr dalam 500 cc
37
post pematangan • MgSO4 40% RL- 20 • Monitoring • Aff DC • Monitoring
paru neuroprotektor tpm(1gr/jam)- KU/kel/TTV/flx KU/kel/TTV/flx
• Monitor neuroprotektor /kont uterus /kont uterus
TTV/Kel/flx/His TS IPD • Pro terminasi SC • Pro pindah
/DJJ apabila tidak ada ruangan
• Cek DR pagi ini • Lepas rawat kemajuan pada
evaluasi
TS IPD selanjutnya
(hasil diskusi
• Cek IgG/IgM MR)
anti dengue • Induksi persalian
• Cek DR/24 • Spv FM (dr
jam RBY) acc
• Amati tanda terminasi
perburukan induksi
• Terapi sesuai persalinan – PS
TS Obsgyn MgSO4 40%
neuroprotekstor
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, dilaporkan seorang wanita berusia 21 tahun dengan diagnosis
(92.000) + TBJ 2170 gr Pasien Pasien datang sendiri mengaku hamil 8.5 bulan
dengan keluhan keluar air-air (+) sejak 10 jam SMKB, keluar lendir darah (-),
kencang-kencang (-), gerak janin (+) aktif. Pasien mengaku riwayat dirawat 5 hari
yll di RS Sultan Suriansyah ai Obs Febris ec ISK, KRS 3 hari yang lalu dengan obat
pulang PO Cefixime dan Paracetamol. Saat dirawat pasien mengaku tidak diberikan
pematangan paru. Nyeri BAK (-), keputihan (+), gatal (-), berbau (-), coitus (-), pijat
perut (-).
Pada kasus ini didapatkan data dari anamnesa pasien yaitu usia kehamilan
33-34 minggu dengan adanya keluhan keluar air-air sejak 10 jam SMKB kemudian
didukung dengan adanya pemeriksaan inspekulo dan dipatkan adanya pooling (+)
jernih, lakmus (+). Hal ini sejalan dengan teori bahwa KPD preterm/ Preterm
dibuktikan dengan adanya vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern atau IGFBP-1
stres oksidatif, salah satu faktor risiko yang berperan adalah terjadinya infeksi pada
saluran kemih. ISK adalah reservoir potensial bakteri yang melintasi vagina dan
39
naik melalui serviks ke membrane amnion sehingga menyebabkan inflamasi lokal,
membrane amnion.12 Salah satu infeksi yang paling sering terjadi yaitu adanya
dirawat 5 hari yang lalu SMKB di RS Sultan Suriansyah atas indikasi febris et kausa
ISK.
didapatkan kategori I pada pasien. Hal ini sejalan dengan teori yang didapatkan
yaitu pada pasien dengan KPD prematur, tatalaksana awal berupa pemantauan
detak jantung janin dan pemantauan aktivitas uterus dan identifikasi DJJ abnormal
16
dan mengevaluasi kontraksi. CTG umumnya dilakukan setelah usia kehamilan
28 minggu hal ini dikarenakan janin belum cukup berkembang untuk merespons
protokol tes. Selain itu KPD merupakan salah satu indikasi intrapartum dalam
selama 2x24 jam guna maturasi paru pada janin hal ini sejalan dengan rekomendasi
antenatal untuk maturitas paru janin. RCOG dan SOGC membuat rekomendasi
yang sama untuk waktu pemberian (24+0 dan 34+0 minggu), sedangkan ACOG
Pada pasien diberikan nifedipine tokolitik hal ini berguna agar kontraksi
tidak terjadi yang dapat menyebabkan persalinan terjadi terlebih dahulu sebelum
40
tindakan maturitas janin selesai dengan penggunaan kortikosteroid. 19 Namun dari
adanya peningkatan apgar kurang dari 7, meningkatan ventilasi dari neonatus, dan
terhadap ibu dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu meningkatkan risiko
terjadinya chorioamnionitis.20
Pada pasien diberikan antibiotic Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV hal ini sejalan
kehamilan, mengurangi infeksi ibu dan bayi baru lahir, dan mengurangi
terhadap bakteri gram negatif salah stunya terhadap bakteri Escherichia coli,
pada usia kehamilan pada usia kehamilan 34 minggu hal ini sesuai rekomendasi
dalam 4 siklus namun pasien mengalami kegagalan induksi karena tidak mengalami
41
yang berbeda mulai dari kegagalan tercapainya induksi dalam mencapai fase aktif,
kegagalan timbulnya persalinan dalam satu siklus terapi, hingga kegagalan dalam
oksitosin dan menurunkan tingkat kelahiran sesar pada ibu, selain itu pemberian
oral dapat dikaitkan dengan skor Apgar yang lebih tinggi secara signifikan dan
sectio caesaria diantaranya adalah induksi gagal, Kelainan ketuban (ketuban pecah
Caesarea.22
mengalami perbaikan pada hari ke-2 perawatan menjadi 158.000/uL dan di hari ke-
dalam darah.1 Selain itu terdapat teori lain yaitu akibat ekspansi volume darah
pada trimester ketiga. Apabila trombositopenia ini terjadi makan akan membaik
atau kembali menjadi normal dalam waktu 1-2 bulan setelah melahirkan dan kadar
trombosit bayi normal sehingga tidak perlu dilakukan intervensi apapun. 23,28
42
BAB V
PENUTUP
bersalin RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 4 Maret 2023. Pasien datang sendiri
dengan G1P0A0 H 33-34 mgg dengan keluhan keluar air-air sejak 10 jam SMKB
tanpa disertai kencang-kencang maupun lender darah dan gerak janin aktif. Pasien
memiliki riwayat dirawat 5 hari yang lalu di Rumah sakit ai Obs Febris ec ISK
pada pasien ini ditegakkan diagnosis G1P0A0 H 33-34 mgg + JTHIU + Preskep +
ruang VK bersalin sebagai tindakan maturitas paru janin, selain itu pasien telah
diberikan induksi secara oral dalam 4 dosis namun kemajuan persalinan tidak
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F, Leveno KJ, Dashe JS, Hoffman BL, Spong CY, Casey BM.
2022 Jan.
3. Getahun D, Strickland D, Ananth CV, Fassett MJ, Sacks DA, Kirby RS, et al.
202(6).
Medicine. 2016;7(2):147.
Research. 2014;2(1):14–7.
44
PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA KOMPLIKASI
KEHAMILAN. 2017
8. Negara K.S, Mulyana R.S, Pangkahila ES, Buku Ajar Ketuban Pecah Dini.
1;10(11):4163-71.
13. Assefa NE, Berhe H, Girma F, Berhe K, Berhe YZ, Gebreheat G, Werid WM,
45
in public hospitals at Mekele city, Tigray, a case control study. BMC
15. Kuba K, Bernstein PS. ACOG practice bulletin no. 188: prelabor rupture of
16. Siegler Y, Weiner Z, Solt I. ACOG practice bulletin No. 217: prelabor rupture
46
Preterm Premature Rupture of Membranes. The International Arabic Journal
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1128
https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-health-
wellness/non-stress-test/
doi:10.1159/000433429
27. Debele TZ, Cherkos EA, Badi MB, Anteneh KT, Demssie FW, Abdo AA, et
al. Factors and outcomes associated with the induction of labor in referral
47
28. Prabandari DA, Erias Erlangga M. Penatalaksanaan Anestesi pada Operasi
48