PANGESTUNINGSIH 1130119005
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Kehamilan Normal....................................................................................8
2.1.1 Pengertian kehamilan.........................................................................8
2.1.2 Lama kehamilan.................................................................................8
2.1.3 Tanda-Tanda Kehamilan....................................................................8
2.1.4 Dugaan Hamil....................................................................................9
2.1.5 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis dalam Kehamilan pada
trimester I, II dan III.......................................................................................10
2.2 Plasenta previa.........................................................................................13
2.2.1 Pengertian Plasenta..........................................................................13
2.2.2 Klasifikasi Plasenta Previa...............................................................15
2.2.3 Insiden Plasenta Previa....................................................................16
2.2.4 Etiologi Plasenta Previa...................................................................16
2.2.5 Patofisiologi Plasenta Previa............................................................18
2.2.6 Gejala dan Dampak pada Ibu dan Janin...........................................22
2.2.7 Penegakan diagnosis........................................................................24
2.2.8 Penatalaksanaan Plasenta Previa......................................................25
2.2.9 Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan Plasenta
Previa 27
2.2.10 Penatalaksanaan ..............................................................................29
2.2.11 Pathways..........................................................................................30
2.3 Solutio Plasenta.......................................................................................31
2.3.1 Pengertian.........................................................................................31
2.3.2 Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta..........................................32
2.3.3 Penyebab Solusio Plasenta...............................................................33
2
2.3.4 Etiologi.............................................................................................33
2.3.5 Patologi............................................................................................36
2.3.6 Gambaran Klinis..............................................................................37
2.3.7 Komplikasi.......................................................................................38
2.3.8 Diagnosis..........................................................................................41
2.3.10 Penatalaksanaan...............................................................................48
BAB 3....................................................................................................................50
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................50
3.1 Pengkajian...............................................................................................50
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................54
3.3 Rencana Keperawatan / Intervensi Keperawatan....................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................61
3
BAB 1
PENDAHULUAN
rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yang mana
merupakan penyabab peningkatan angka kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
janin. Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab
11%.5Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan
tersebut adalah plasenta previa. Beberapa rumah sakit umum pemerintah angka
kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju
4
dikarenakan adanya perlukaan uterus disegmen bawah rahim. dan riwayat
kuretase, Kuretase merupakan salah satu faktor risiko untuk kejadian plasenta
previa ibu dengan riwayat kuretase memiliki peluang 3,4 kali untuk kejadian
plasenta previa pada kehamilan berikutnya disbandingkan dengan ibu yang tidak
lain prolaps plasenta, plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan secara manual
kematian janin mendadak, pada ibu dapat menyebabkan maternal syok sampai
solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat
akibat kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
5
15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan
sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, berlangsung dalam waktu 40
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Mochtar (2011), lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan
(trimester), yaitu:
7
b. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan,
2. Tanda tidak pasti hamil Menurut Mochtar (2011), tanda tidak pasti
konsistensi rahim.
minggu.
vulva
pertama haid terakhir (HT) supaya dapat di taksir umur kehamilan dan
Naegele: TTP = (Hari HT +7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1)
8
terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi). Apabila
hiperemesis gravidarum.
payudara.
6. Miksi / sering buang air kecil, karena kandung kemh tertekan oleh
1. Sistem reproduksi
a. Uterus Trimester I
9
1) Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima
pembukaan serviks.
b. Serviks
10
1) Trimester I Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi
memertahankan kehamilannya.
c. Vagina
11
Perubahan kronologi payudara dari 3-4 minggu sensasi gatal dan
bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagaian dari
ostium uteri internum sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani
2005:83).
12
segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
dan meluas dalam persalinan kala 1 bisa mengubah luas pembukaan serviks yang
tertutup oleh plasenta.Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu
sudah viable atau mampu hidup di luar rahim ( usia kehamilan > 20 minggu dan /
13
Gambar 1. Plasenta Previa
plasenta yang letaknya abnormal dan berimplantasi pada segmen bawah rahim
berikut:
14
4. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
dengan 2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%
deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi (Prawirohardjo,
2010:496)
sebagai berikut:
umur dibawah 25 tahun. Usia optimal yang aman bagi ibu untuk
15
penuaan uterus, sehingga terjadi seklerosis pembuluh darah arteri
dkk, 2011).
16
janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta mencari tempat yang
previa dapat disebabkan oleh tumor dalam hal ini mioma uteri dan
dkk, 2015).
minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis,
umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
17
hindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak tempat untuk
vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta
di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml
tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan
tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya
dapat disebabkan:
18
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat
diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna
merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang
terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta
letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah dari
kehamilan dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat dari os serviks
internal, jaraknya dilaporkan dalam milimeter dari os internal; ketika tepi plasenta
19
Sebuah tepi plasenta yang persis mencapai os internal digambarkan oleh
kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24 minggu, dan 1,9%
pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan 14 minggu, mereka
memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa pada saat itu adalah 8%.
Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2% untuk plasenta yang
dan hanya 4 yang memiliki plasenta previa bertahan sampai term (0,3%). Dua
studi tambahan yang ada memeriksa berbagai jarak tumpang tindih antara 9 dan16
mungkin jika tingkat tumpang tindih plasenta tidak lebih dari 10 mm.
Ini menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau tumpang tindih
internal Os hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini bertahan sebagai
plasenta previa Kemungkinan plasenta persisten previa efektif nol saat tepi
tindih memiliki kemungkinan adanya plasenta previa saat melahirkan antara 40%
dan 100%.
20
2.2.6 Gejala dan Dampak pada Ibu dan Janin
Gejala dan dampak yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus
sering terjadi pada malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim,
bagian terendah masih tinggi diatas pintu atas panggul (kelainan letak).
kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah
rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul, karena hal
2. Dampak
1. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan
21
terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk
sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian.
Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam
kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk
belum masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa
terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang
terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007).
berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma, coitus (penetrasi
(first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
22
khusus sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu
kemudian
janin.
segar.
letak janin.
2. Pemeriksaan fisik
23
b. Pemerksaan inspekulo : pemeriksaan ini bertujuan untuk
(Fauziyah, Y, 2012:74)
3. Pemeriksaan penunjang
37 minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam
batas normal), tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat
a. Istirahat
24
2. Penanganan aktif Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa
dalam diatas meja operasi. (double set up) yakni dalam keadaan siap
serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan
c. Presentase abnormal
d. Panggul sempit
f. Gawat janin
25
2.2.9 Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan Plasenta
Previa
atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap di laksanakan).
rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat
sebagai berikut:
26
presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan
Versi braxton hicks tidak dilakukan pada pada janin yang masih
hidup.
3. Solusio plasenta
4. Vasa previa
27
2.2.10 Penatalaksanaan
Penanganan Plasenta
Previa
Infus cairan
1. Infus cairan
2. Oksigen ( jika ada)
PDMO 1. Konservatif
2. Rawat
3. Kortikosteroid utnutk
pematanganparu-paru jann
4. Bila perdarahan ulang
banyakdilakukan PDMO
SC Partus pervaginam
28
2.2.11 Pathways
Hb Kurangnya pengetahuan
Kurangnya pengetahuan
O2 turun
Metabolisme anaerob
Ansietas Fatigue
O2 di jaringan turun
Hipoksia jaringan
29
1.3.3 Solutio Plasenta
2.3.1 Pengertian
diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan
perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi
yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial (Chalik, TMA. 2009).
30
2.3.2 Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta
lepasnya plasenta kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas
sehingga bagian janin mudah di raba. Tanda gawat janin belum tampak
pertiga bagian dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang
dan bagian janin sulit di raba. Janin sudah mengalami gawat janin berat
3. Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga
bagian. Perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut seperti
kurang dari 100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai Nampak.
ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian
31
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre
renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3
janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau
keseluruhan.
6. Preeklamsia/eklamsia
2.3.4 Etiologi
32
Bertambahnya usia dan paritas NA
Preeklamsia 2.1-4.0
Hipertensi kronik 1.8-3.0
Ketuban pecah dini 2.4-3.0
Merokok 1.4-1.9
Trombofilia NA
Pemakaian kokain NA
Riwayat solusio 10-25
Leiomioma uterus NA
NA = tidak tersedia
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
1. Faktor kardiorenovaskuler
pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang
2. Faktor trauma
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
33
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi
meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur
mengandung leiomioma.
34
terlepasnyaplasenta . Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus
per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
35
2.3.5 Patologi
penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya. Pada tahap awal
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga
pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah
dengan cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena masih teregang oleh
hasil konsepsi, uterus tidak dapat beronntraksi untuk menjepit pembuluh darah
yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta. Darah yang keluar
dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul
(Prawirohardjo. 2010)
warna merah kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak
36
Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan.
Tanda dan gejala dapat timbul perlahan seperti pada solution plasenta
ringan atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, nyeri
tekan, bagian janin sukar di raba., BJA sukar di raba dengan stetoskop
(Prawirohardjo. 2010).
ibu syok janin meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri.
(Prawirohardjo. 2010).
2.3.7 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
1. Syok perdarahan
37
pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering
Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu
mungkin. Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio
dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan
koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang
ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah
2. Gagal ginjal
yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan
atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya
38
rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal
terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya.
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450
kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
a. Fase I
39
jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia dan kerusakan
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
40
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian
2.3.8 Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas.
plasenta belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau
dapat juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas
seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini
(Varney, 2007).
bahaya yang jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat
pada 59 kasus solusio plasenta dilaporkan gejala dan tanda pada solusio plasenta.
No
Tanda atau Gejala Frekuensi (%)
.
1. Perdarahan pervaginam 78
2. Nyeri tekan uterus atau nyeri pinggang 66
3. Gawat janin 60
4. Persalinan prematur idiopatik 22
41
5. Kontraksi berfrekuensi tinggi 17
6. Uterus hipertonik 17
7. Kematian janin 15
gejala atau tanda dengan frekuensi tertinggi pada kasus-kasus solusio plasenta.
Berdasarkan kepada gejala dan tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik
umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada
bentuk solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai
ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang
tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan syok, denyut
jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan
1. Anamnesis.
42
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar
pervaginam.
Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi.
3. Palpasi
Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
4. Auskultasi
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang
bila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
5. Pemeriksaan Dalam
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang,
43
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta
6. Pemeriksaan Umum
menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh
7. Pemeriksaan Laboratorium
8. Pemeriksaan Plasenta
44
Darah.
Tepian plasenta.
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan.
janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi
45
b. Solusio plasenta sedang dan berat
terjadi adalah nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat
tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosis
umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya dapat
diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara
rutin dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi
46
mungkin terjadi, mengatasi hipovolemia, menyelesaikan persalinan secepat
dari bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan dengan fibrinogen hanya
2.3.9 Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
sampai selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat
47
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian.
Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar
antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin
tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio
plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya
2.3.10 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio
48
darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
49
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
minggu/trimester III
c. Riwayat kesehatan
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu perdarahan jalan lahir berwarna
50
4) Riwayat Obstetri
dan perdarahan.
5) Riwayat menstruasi
disesuaikan.
7) Riwayat Kontrasepsi
51
sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui
harus di dokumentasikan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Umum
linea nigra.
paha.
c) Hidung
e) Leher
52
g) Jantung dan paru
darah pulmonal.
Diafragma meningga.
h) Abdomen
i) Vagina
(tanda Chandwick)
Hipertropi epithelium
j) Sistem muskuloskeletal
diastasis rectal
53
2) Khusus
54
keliru
terhadap
masalah
menurun
d. Menjalani
pemeriksaan
yang tidak
tepat menurun
D.0023 Status Cairan MANAJEMEN (I.03116)
Risiko Membaik (L.03028)
Hipovolemia 1. Observasi
o Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit,turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus dan
lemah)
o Monitor intake dan output cairan
2. Terapeutik
o Hitung kebutuhan cairan
o Berikan posisi modified
trendelenburg
o Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
o Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
o Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
o Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
o Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin, plasmanate)
o Kolaborasi pemberian produk
darah
B. PEMANATAUAN CAIRAN (I.03121)
1. Observasi
o Monitor frekuensi dan kekuatan
55
nadi
o Monitor frekuensi nafas
o Monitor tekanan darah
o Monitor berat badan
o Monitor waktu pengisian kapiler
o Monitor elastisitas atau turgor kulit
o Monitor jumlah, waktu dan berat
jenis urine
o Monitor kadar albumin dan protein
total
o Monitor hasil pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium, BUN)
o Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
o Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia mis. Dyspnea,
edema perifer, edema anasarka,
JVP meningkat, CVP meningkat,
refleks hepatojogular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
o Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,
apheresis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
2. Terapeutik
o Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
o Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
56
o Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
B. MANAJEMEN ENERGI
1. Observasi
o Identifkasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
o Monitor kelelahan fisik dan
emosional
o Monitor pola dan jam tidur
o Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
2. Terapeutik
o Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya,
57
suara, kunjungan)
o Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
o Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
o Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
o Anjurkan tirah baring
o Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
o Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
o Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
o Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
58
tentang peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
o Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
o Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
o Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
o Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
o Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
o Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
o Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
o Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
B. TERAPI RELAKSASI
1. Observasi
o Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
yang menganggu kemampuan
kognitif
o Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
o Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
o Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
o Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
2. Terapeutik
o Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
59
o Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
o Gunakan pakaian longgar
o Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama
o Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis, relaksasi yang tersedia
(mis. music, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
o Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
o Anjurkan mengambil psosisi
nyaman
o Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
o Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih’
o Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing )
60
DAFTAR PUSTAKA
Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam
Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit
Kandungan .Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology.10th ed. New York: McGraw-Hill
Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPN. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
61