Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Konsep Keperawatan Ibu dengan
Masalah Reproduksi” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa‟atnya di akhirat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,
mental, sosial dan semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi,
serta fungsinya. Ruang lingkup reproduksi secara nasional antara lain:
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir (BBL), keluarga berencana (KB),
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual termasuk PMS
dan HIV/AIDS, Kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanggulangan aborsi. Di Indonesia angka kematian ibu dan bayi masih
dibilang tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam
pelayanan kesehatan reproduksi. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah pelayanan kesehatan,
sarana kesehatan yang memadai, tenaga kesehatan yang berkualitas baik
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat
itu sendiri. Kesehatan termasuk salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertera
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 alinea ke empat. Pemerintah perlu bekerja keras menghadapi
masalah kesehatan salah satunya dengan melakukan pemerataan tenaga
kesehatan disetiap wilayah agar seluruh penduduk Indonesia mendapatkan
pelayanan kesehatan yang optimal terutama masalah kesehatan ibu dan
bayi baru lahir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masalah reproduksi?
2. Apa saja gangguan dalam menstruasi?
3. Apa saja gangguan dalam infertil?
4. Asuhan keperawatan pada ibu dengan masalah reproduksi
1
C. Tujuan
1. Dapat memahami mengenai masalah reproduksi.
2. Dapat memahami mengenai gangguan dalam menstruasi.
3. Dapat memahami mengenai gangguan dalam infertil.
4. Dapat mengetahui askep pada ibu dengan masalah reproduksi.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
B. Gangguan Menstruasi
Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis yang merupakan
peristiwa pengeluaran darah, lendir, dan sisa-sisa sel akibat luruhnya
dinding rahim (uterus) dan terjadi relative teratur mulai dari menarche
(menstruasi pertama) hingga menopause (tidak menstruasi), kecuali pada
masa hamil. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya hormone estrogen
dan progesterone secara tiba-tiba, terutama progesterone pada akhir siklus
ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua
hormone tersebut terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium
yang nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal.
Menstruasi dianggap normal jika terjadi antara 22-35 hari, biasanya
perempuan memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama perdarahan
pada menstruasi 4-6 hari, tetapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis.
Mekanisme terjadinya perdarahan mentruasi terjadi dalam satu
siklus terdiri atas 4 fase:
3
1) Fase Folikuler/Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-14)
Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai
dari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada
pertengahan fase folikuler, kada FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3- 30 folikel yang masing-masing
membawa 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan
sebagai respon terhadap penurunan kadar hormonestrogen da
progesterone. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas
dan lapisan paling tengah terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan
lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah
yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak
membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. Pada akhir dari
fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormone LH yang sangat
meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.
2) Fase Luteal/Fase Sekresi/Fase Pramenstruasi (hari ke-14 sampai hari
ke-28
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk
korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah
mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulsi. Pada
fase ini peningkatan hormone progesterone yang bermakna, yang
diikuti oleh penurunan kadar hormone-hormon FSH, estrogen, dan LH.
Keadaan ini digunakan sebagai lapisan endometrium untuk
mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika
terjadi kehamilan, digunakan untuk penghambat masuknya sperma ke
dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan
terjadi pada akhir fase ini.
4
3) Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya.
Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH
dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormone LH dan
pengaruhnya karena produksi telah dihentikan oleh peningkatan kadar
hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi
flora normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang
selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan hygienepada
daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
4) Fase Regenerasi/Pascamenstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali
lapisan endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas
kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya
melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya
sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.
5
berpengaruh terhadap aktivitas harian. Dysmenorrhea terdiri dari dua
jenis, yaitu :
Dismenorrhea Primer : Nyeri yang terjadi sebelum atau saat
periode haid. Dismenore primer tidak menyebabkan komplikasi.
Biasanya dismenore tidak berbahaya dan tidak menyebabkan
komplikasi, meski memang keluhan ini bisa mengganggu aktivitas
seperti belajar, bekerja, dan hubungan sosial.
Dismenorrhea Sekunder : Nyeri atau kram perut yang terjadi
akibat masalah kesehatan tertentu yang mendasarinya.
6
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval
yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi yaitu jarak
siklus menstruasi 35-90 hari.
4) Polymenorrhea
Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi
yang pendek kurang dari 21- hari.
5) Menorrahgia,
Menorrahgia yaitu kondisi perdarahan yang terjadi reguler dalam
interval yang normal, durasi dan aliran darah lebih banyak.
6) Metrorraghia,
Metrorraghia yaitu kondisi perdarahan dalam interval irreguler, durasi
dan aliran darah berlebihan/banyak.
7) Premenstruasi Syndrome (PMS)
Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat
menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan malas
bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Nafsu makan
meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi
menjadi labil. Biasanya wanita mudah marah, sensitif, dan perasaan
negatif lainnya. Saat PMS, gejala yang sering timbul adalah
mengalami kram perut, nyeri kepala, pingsan, berat badan bertambah
karena yubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak serta
pinggang terasa pegal.
8) Hipomenorrhea
Hipomenorrhea adalah gangguan menstruasi di mana darah haid yang
keluar sangat sedikit. Kondisi ini juga menyebabkan masa haid atau
menstruasi berlangsung lebih singkat.
9) Hipermenorrhea
Hipermenorrhea adalah kondisi medis di mana seorang wanita
mengalami menstruasi dengan volume darah yang lebih banyak dari
biasanya, dan berlangsung lebih lama dari normal. Pada
hipermenorrhea, pendarahan menstruasi yang berlebihan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan emosional bagi pengidapnya.
7
Penyebab hipermenorrhea dapat bervariasi, termasuk gangguan
hormonal yang menyebabkan ketidakseimbangan antara hormon
estrogen dan progesteron dalam tubuh wanita.
10) Endometriosis
Endometriosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
kelenjar endometrium dan stroma diluar kavum uterus yang
menyebabkan terjadinya inflamasi kronis. Gejala utama yang terjadi
pada penyakit ini adalah nyeri panggul dan infertilitas. Nyeri yang
ditimbulkan dapat berupa nyeri panggul kronis, dismenorea,
dispareunia, disuria, dan diskezia.
C. Gangguan Infertil
Salah satu gangguan kesehatan reproduksi yang terjadi pada usia
subur adalah infertilitas. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah satu tahun melakukan
hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun atau setelah memutuskan untuk mempunyai anak.
8
yang terlalu asam juga dapat menyebabkan seorang wanita kesulitan
mengalami kehamilan.
9
tersebut menyebabkan hambatan dalam pematangan folikel
(Eniola, Adetola and Abayomi, 2012). Manifestasi klinis pada
PCOS dapat berupa siklus menstruasi tidak normal (amenorea atau
oligomenorea), hirsutisme, obesitas, dan timbulnya jerawat
(Kanagavalli et al., 2013).
b. Faktor Tuba, Paratuba, dan Peritoneal
Penyebab lain infertilitas adalah faktor tuba fallopi, paratuba dan
peritoneal. Faktor tuba dan peritoneal menjadi 30%-40% penyebab
infertilitas pada wanita. Faktor tuba meliputi kerusakan maupun
obstruksi pada tuba fallopi dan biasanya terkait dengan riwayat
PID, operasi tuba dan operasi pelvis. Faktor peritoneal meliputi
adhesi perituba dan periovarium, yang biasanya merupakan akibat
dari PID, operasi, maupun endometriosis. PID akibat penyakit
menular seksual yang ditransmisikan oleh mikroorganisme seperti
gonococcus dan chlamydia adalah penyebab utama infertilitas
karena faktor tuba. Infeksi berulang akan menyebabkan perubahan
pada mukosa tuba fallopi, adhesi intratubular, dan obstruksi pada
bagian distal tuba fallopi. Riwayat PID berkaitan dengan
peningkatan risiko infertilitas. Suatu studi meyatakan bahwa
riwayat PID pertama, kedua, dan ketiga kali, berturut-turut
memiliki risiko infertilitas sebesar 12%, 23%, dan 54% (Healy,
Trounson and Andersen, 1994; Richter and R. Edward Varner,
2007).
c. Gangguan pada Uterus
Gangguan pada uterus dapat memengaruhi infertilitas, seperti
abnormalitas bentuk uterus dan septum intrauterin. Abnormalitas
pada uterus yang memengaruhi infertilitas meliputi polip
endometrium, fibroid submukosa, anomali duktus mulleri, dan
defek pada fase luteal. Diagnosis dan terapi terhadap abnormalitas
pada uterus dapat meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien
infertil (Richter and R. Edward Varner, 2007; Sudha, 2013).
d. Hormonal
10
Ketidakseimbangan hormonal dapat memengaruhi infertilitas
melalui sekresi gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) oleh
hipotalamus, sehingga akan menginduksi kelenjar hipofisis yang
dapat mengontrol kelenjar lainnya di tubuh. Kelainan hormonal
dapat memengaruhi ovulasi, seperti pada hipertiroidisme,
hipotiroidisme, PCOS, dan hiperprolaktinemia. Perubahan
hormonal pada aksis hipothalamus- hipofisis-adrenal dapat
dipengaruhi oleh stress. Sebuah studi pada wanita infertil akibat
endometriosis menyatakan bahwa terjadi peningkatan kadar
prolaktin pada wanita infertil. Hiperprolaktinemia menyebabkan
infertilitas dengan cara menghambat GnRH. Hambatan pada
sekresi GnRH selanjutnya akan menghambat hormon yang
berperan dalam aktivitas reproduksi wanita, seperti LH dan FSH.
e. Perubahan Massa Tubuh
Perubahan massa tubuh diketahui memiliki pengaruh terhadap
terjadinya infertilitas. Banyaknya lemak tubuh menyebabkan
meningkatnya produksi estrogen yang diinterpretasikan tubuh
sebagai kontrasepsi, sehingga menurunkan kesempatan untuk
mendapatkan kehamilan (Sudha, 2013). Suatu penelitian
menyebutkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) ≥ 29,5
berhubungan dengan peningkatan risiko infertilitas (Eniola,
Adetola and Abayomi, 2012).
f. Usia
Seiring bertambahnya usia, laju konsepsi menurun sebagai akibat
dari menurunnya kualitas dan jumlah ovum. Hal ini mengakibatkan
kesempatan hamil menurun 3%-5% per tahun setelah usia 30 tahun
dan akan lebih besar penurunannya setelah usia 40 tahun (Oktarina
et al., 2014; Risk et al., 2014).
2) Pria
Definisi pria infertil merujuk pada ketidakmampuan pria dengan
pasangannya yang fertil untuk memperoleh kehamilan. Infertilitas pada
pria menjadi penyebab 40%-50% kasus infertilitas pada pasangan
11
infertil (Olooto, 2012). Infertilitas pada pria disebabkan karena banyak
faktor, dari proses gametogenesis hingga ejakulasi, abnormalitas
genetik, infeksi, defek struktural, ketidakseimbangan hormonal, dan
faktor lingkungan.
Baru-baru ini, reactive oxygen species (ROS) juga dikaitkan dengan
penyebab kerusakan sperma sebesar 30%-80% kasus (K, 2015).
Sekitar 30%-40% penyebab infertilitas pada pria tidak diketahui
penyebabnya. Pada kasus ini pria tidak memiliki riwayat medis terkait
infertilitas, menunjukan tanda-tanda normal pada pemeriksaan fisik,
endokrin, genetik, dan tes laboratorium. Namun, pada analisis semen
ada kemungkinan didapatkan temuan patologis (Jungwirth et al.,
2012).
a. Penyebab Pre-testikuler
Penyebab pre-testikuler meliputi kondisi yang tidak mendukung
bagi testis, kondisi hormonal yang buruk, dan kesehatan fisik yang
buruk. Pengaruh obat-obatan juga dapat memengaruhi kondisi
hormonal pada pria, seperti cimetidine dan spironolactone yang
dapat menurunkan kadar FSH, yang bekerja pada sel Sertoli untuk
meningkatkan spermatogenesis. Selain pengaruh obat-obatan, gaya
hidup seperti konsumsi alkohol, ganja, dan merokok dapat
menurunkan fertilitas pria (Sherwood, 2011;Olooto, 2012). Sebuah
studi menyebutkan bahwa rokok menyebabkan penurunan enzim
superoxide dismutase pada semen, yang berperan pada jalur stress
oksidatif. Superoxide dismutase berkorelasi dengan jumlah dan
durasi merokok; penurunan volume, jumlah, dan motilitas sperma
pada perokok (Kovac, Khanna and Lipshultz, 2015).
b. Penyebab Testikuler
Penyebab testikuler meliputi faktor-faktor yang memengaruhi
kualitas dan kuantitas semen yang diproduksi testis. Faktor-faktor
yang memengaruhi kualitas dan kuantitas semen tersebut
diantaranya adalah usia, defek pada kromosom Y (Sindrom
12
Klinifelter), neoplasma, infeksi mumps virus, dan penyebab
idiopatik (Olooto, 2012).
c. Penyebab Post-testikuler
Penyebab post-testikuler memengaruhi sistem genitalia pria setelah
produksi sperma. Faktor tersebut meliputi gangguan ejakulasi,
seperti ejakulasi retrograde, anejakulasi dan obstruksi Vas deferens.
Selain itu, infeksi pada organ genitalia pria, seperti prostitis, juga
dapat menjadi faktor penyebab post-testikuler (Olooto, 2012;
Leaver, 2016).
13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. V
Usia : 21 Tahun
Tanggal Lahir : 14 Februari 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Marital : Menikah
Golongan Darah :-
Tanggal MRS : 20 Februari 2024
Tanggal Pengkajian : 20 Februari 2024
Diagonsis Medis : Disminore
Nomor Medical Record : 03.14.02.03
Alamat lengkap : Jl. Tanah Seratus Nosi, RT 03/01,
Sudimara Jaya, Ciledug, Kota
Tangerang
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. G
Usia : 24 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Marital : Menikah
Alamat : Jl. Tanah Seratus Nosi, RT 03/01,
Sudimara Jaya, Ciledug, Kota
Tangerang
14
3) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan umum
Pasien mengeluh nyeri di bagian abdomen bawah dekat pubis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh suaminya dengan
menggunakan kursi roda. Pasien mengeluh nyeri pada abdomen
bawah dekat pubis, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 6 (skala 0-10), nyeri biasa timbul ketika haid hari pertama
hingga kedua, nyeri menjalar hingga pinggang bawah, dan
memburuk ketika pasien bergerak. Pasien juga mengatakan sakit
kepala, badan lemas, dan mual.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sudah sering mengalami nyeri saat haid sejak
usia 18 tahun. Pasien juga sering masuk IGD karena nyeri yang
tidak tertahankan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ibunya juga pernah mengalami hal yang sama
saat masih muda.
e. Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia 13 Tahun
Frekuensi : Normal
Keluhan : nyeri abdomen
Siklus : 26 – 29 hari
Lama : 5 – 9 hari
4) Pola Kesehatan Fungsional
a. Nutrisi
Sebelum haid, pasien mengatakan nafsu makan meningkat dan
selalu ingin makan pedas dan asam. Tetapi saat haid, terutama saat
nyeri pasien menjadi tidak nafsu makan dan mual.
b. Tidur
Pasien mengatakan tidur cukup, tetapi ketika sedang nyeri haid
tidurnya menjadi tidak nyenyak dan sering terbangun
15
c. Aktivitas
Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas saat sedang
nyeri haid. Tubuhnya terasa lemas bahkan hanya untuk ke kamar
mandi harus dibantu sang suami
d. Konsep diri
Pasien merasa nyerinya ini sangat merepotkan dan menyakitkan.
Pasien juga sering merasa takut jika ternyata menderita penyakit
penyerta.
5) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Terlihat sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
BB sebelum sakit :-
BB setelah sakit : 48 kg
TB : 152 cm
IMT : 20
Tanda-tanda vital :
T. Darah :122/79 mmHg
Nadi : 105 x/menit
Suhu : 23 x/menit
RR : 37oC
SpO2 : 98%
Head to toe
a. Kepala
Normacephali, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan, rambut hitam, distribusi rambut menyebar rata, rambut
bersih tidak ada ketombe, tidak ada benjolan/tumor.
b. Mata
Bentuk normal, pergerakan mata simetris kanan dan kiri, dapat
bergerak ke segala arah, iris hitam, pupil mengecil saat terkena
cahaya, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
c. Hidung
16
Bentuk hidung normal, septum berada di tengah, tidak ada secret,
tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada nyeri
tekan.
d. Telinga
Bentuk telinga normal, simetris kanan kiri, tidak terdapat serumen,
gendang telinga normal, tidak memakai alat bantu dengar.
e. Mulut dan tenggorokan
Warna mukosa bibir pucat, tampak lembab, tidak ada lesi, tidak ada
stomatitis, lidah bersih, tidak ada perdarahan, gigi lengkap tanpa
karies, tidak ada kesulitan menelan.
f. Leher
Bentuk leher normal, trakea berada di tengah, tidak ada pembesaran
tiroid, tidak ada pembesaran KGB.
g. Thorax
Bentuk dada normal, tidak terdapat kelainan, pergerakan dada
simetris kanan dan kiri, tidak terdapat jejas, tidak sianosis, tidak
terdapat lesi, tidak ada pembesaran mammae, tidak ada benjolan
pada mammae, tidak ada nyeri tekan, areolla dan papilla mammae
normal. Frekuensi napas 23 x/menit.
h. Jantung
Ictus cordis tidak tampak, tidak ada tonjolan, tidak ada nyeri tekan,
perkusi pekak, suara jantung S1 dan S2 reguler, tidak ada suara
tambahan, tekanan darah 122/79 mmHg, nadi 105 x/menit.
i. Abdomen
Bentuk abdomen normal, perut supel, tidak ada lesi, tidak terdapat
kelainan, terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah, tidak ada nyeri
lepas, tidak terdapat tumor/masa, bunyi perut tympani.
j. Pelvis
Bentuk pelvis normal
k. Perineum dan rectum
Perineum normal, tidak ada pembengkakan
l. Genitalia
17
Tidak ada kelainan pada genitalia
m. Ekstremitas
Tidak ada kelainan pada ekstremitas atas atau bawah
n. Kulit
Turgor kulit normal, warna kulit kuning langsat, kulit lembab, tidak
ada lesi, tidak ada memar, tidak ada tanda-tanda infeksi.
B. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS :
Menstruasi
Pasien mengatakan
takut menderita
Nyeri haid
penyakit serius
Ansietas
Kurang informasi
DO :
Pasien tampak
Ansietas
gelisah
2. DS :
Menstruasi
Pasien mengatakan
nyeri pada abdomen
Korpus luteum regresi
bawah dekat
genitalia, skala nyeri
Penurunan kadar
6 (0-10)
progresteron
Nyeri akut
DO :
Meningkatkan kontraksi
Pasien tampak
dan distrimi uterus
meringis, menangis,
dan memegangi
Iskemia
perutnya. TD 122/79
mmHg, nadi 105
Nyeri
x/menit
3. DS : Manstruasi Intoleransi
Pasien mengatakan aktivitas
18
pusing, lemas, dan Anemia
tidak mampu
beraktivitas Nyeri haid
DO : Kelemahan
Pasien tampak lemas
dan pucat, pasien Intoleransi aktivitas
hanya dapat
berbaring
C. Diagnosis Keperawatan
1) D.0077
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (menstruasi) d.d mengeluh
nyeri, tanpak meringis, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, dan pola napas berubah.
2) D.0080
Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi (nyeri haid) dan tampak gelisah.
3) D.0058
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d meras lemah.
D. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
Dx. Kep
Tujuan Intervensi Rasional
D.0077 L.08066 I. 08238 Observasi
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen 1) Mengetahui
agen intervensi selama 1 nyeri PQRST nyeri
pencedera x 3 jam diharapkan Observasi 2) Mengetahui
fisiologis tingkat nyeri 1) Identifikasi skala nyeri
(menstruasi) menurun dengan lokasi, 3) Mengetahui
d.d mengeluh kriteria hasil: karakteristik, respon non
nyeri, tanpak 1) Keluhan nyeri durasi, verbal
meringis, menurun (skala frekuensi, terhadap
19
frekuensi nadi 3 dari skala 0- kualitas, nyeri
meningkat, 10) intensitas Terapeutik
tekanan darah 2) Meringis nyeri 1) Nyeri pasien
meningkat, menurun 2) Identifikasi menurun
dan pola 3) Frekuensi nadi skala nyeri tanpa
napas membaik 3) Identifikasi bantuan obat
berubah. 4) Pola napas respon nyeri Edukasi
membaik non verbal 1) Pasien dapat
5) Tekanan darah Terapeutik melakukan
membaik 1) Berikan teknik terapi secara
non mandiri
farmakologis Kolaborasi
untuk 1) Nyeri pasien
mengurangi dapat
rasa nyeri menurun
berupa dengan
kompres bantuan obat
hangat
Edukasi
1) Ajarkan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik
D.0080 L.09093 I.09326 Observasi
Ansietas b.d Setelah dilakukan Terapi relaksasi 1) Mengetahui
kurang intervensi selama 1 Observasi kemampuan
20
terpapar x 3 jam diharapkan 1) Identifikasi konsentrasi
informasi d.d tingkat ansietas penurunan pasien
merasa menurun dengan tingkat energi, 2) Mengetahui
khawatir kriteria hasil: ketidakmampu respon
dengan akibat 1) Verbalisasi an pasien
dari kondisi khawatir akibat berkonsentrasi terhadap
yang dihadapi kondisi yang , atau gejala terapi yang
(nyeri haid) dihadapi lain yang diberikan
dan tampak menurun mengganggu Terapeutik
gelisah. 2) Perilaku gelisah kemampuan 1) Memberikan
menurun kognitif lingkungan
3) Pucat menurun 2) Monitor yang aman
4) Frekuensi respons dan nyaman
pernapasan terhadap terapi kepada
menurun relaksasi pasien
5) Frekuensi nadi Terapeutik 2) Pasien
menurun 1) Ciptakan merasa
6) Tekanan darah lingkungan tenang dan
menurun tenang dan merasa
tanpa terlindungi
gangguan Edukasi
dengan 1) Pasien
pencahayaan merasa
dan suhu nyaman
ruang, jika 2) Pasien dapat
memungkinka melakukan
n terapi
2) Gunakan nada mandiri
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
21
Edukasi
1) Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
2) Demonstrasika
n dan latih
teknik
relaksasi
D.0058 L.05047 I.05178 Observasi
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen 1) Mengetahui
aktivitas b.d intervensi selama 1 energi penyebab
kelemahan d.d x 3 jam diharapkan Observasi pasien tidak
merasa lemah. toleransi aktivitas 1) Monitor lokasi dapat
meningkat dengan dan beraktivitas
kriteria hasil: ketidaknyama Terapeutik
1) Kemudahan nan selama 1) Mempermud
melakukan melakukan ah pasien
aktivitas aktivitas beraktivitas
sehari-hari Terapeutik Edukasi
meningkat 1) Fasilitasi 1) Mengurangi
2) Jarak duduk di sisi nyeri pasien
berjalan tempat tidur, 2) Pasien dapat
meningkat jika tidak beraktivitas
3) Perasaan dapat perlahan
lemah berpindah atau
menurun berjalan
4) Frekuensi Edukasi
nadi 1) Anjurkan tirah
membaik baring
5) Frekuensi 2) Anjurkan
napas melakukan
membaik aktivitas
22
secara
bertahap
23
BAB 4
PENUTUP
A. Simpulan
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
B. Saran
Mengingat pentingnya kesehatan reproduksi, khususnya bagi
perempuan, karena kesehatan reproduksi menjamin kelangsungan
hidupnya, maka sangat penting untuk memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dan aman. Sehingga dapat memiliki
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Selain itu, kesehatan
reproduksi dikatakan penting karena dengan menjaga kesehatan
reproduksi, setiap orang akan terbebas dari penyakit menular seksual.
24
DAFTAR PUSTAKA
25