Anda di halaman 1dari 23

STASE KESEHATAN WANITA

MORNING REPORT
WOMEN CYCLE (MENSTRUASI, PREGNANCY, MENOPAUSE)

I GUSTI AGUNG AVINDA SRI LAKSMI DEWI


2002631064

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji di panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas segala limpah berkah yang dianugrahkan,
baik itu sehat fisik serta akal pikiran sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas profesi di stase kesehatan wanita dengan judul “WOMEN
CYCLE (MENSTRUASI, PREGNANCY, MENOPAUSE)”.

Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penuli memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penulis
dalam membuat makalah ini dari awal hingga dapat terselesaikan dengan baik. Demikian
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Denpasar, 28 Oktober 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah......................................................................................................2
BAB II ISI.................................................................................................................................3
2.1 Definisi Menstruasi...................................................................................................3
2.1.1 Etiologi..........................................................................................................................3
2.1.2 Patofisiologi..................................................................................................................4
2.1.3 Gangguan Menstruasi..................................................................................................5
2.1.4 Keluhan Saat Menstruasi............................................................................................6
2.1.5 Permasalahan Fisioterapi............................................................................................6
2.1.6 Penanganan...................................................................................................................6
2.2 Definisi Kehamilan....................................................................................................8
2.2.1 Etiologi...........................................................................................................................8
2.2.2 Patofisiologi...................................................................................................................9
2.2.3 Gangguan/Penyakit Saat Kehamilan.........................................................................9
2.2.4 Permasalahan Fisioterapi...........................................................................................10
2.2.5 Penanganan.................................................................................................................10

2.3 Definisi Menopause.................................................................................................12


2.3.1 Etiologi.........................................................................................................................13
2.3.2 Patofisiologi.................................................................................................................13
2.3.3 Gangguan/Masalah Saat Menopause........................................................................14
2.3.4 Permasalahan Fisioterapi...........................................................................................15
2.3.5 Penanganan.................................................................................................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek hak dan kesehatan reproduksi sangat luas, karena hak dan
kesehatan reproduksi menyangkut seluruh siklus kehidupan manusia selama
hidupnya, yaitu mulai dari kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, remaja,
dewasa sampai dengan masa usia lajut. Wanita pada sepanjang apek
kehidupan akan mengalami dan melewati beberapa masa seperti, masa bayi,
masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimaterium, dan
masa senium. Selain panjangnya aspek kehidupan wanita, masalah kesehatan
reproduksi juga sangat kompleks pada setiap masa nya.
Wanita yang sudah beranjak dewasa akan mengalami masa pubertas
yang merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
yang salah satunya ditandai dengan terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah
terjadinya perdarahan periodic dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Menstruasi seringkali menimbulkan masalah atau gangguan seperti nyeri saat
menstruasi (Kram otot perut/Menstrual Cramps). Kemudian, dari masa
pubertas akan beralih dimana wanita akan mengalami masa reproduksi,
merupakan masa terpenting pada wanita, haid pada masa ini paling teratur dan
bermakna untuk kemungkinan kehamilan. Pada saat wanita memasuki
kehamilan, terdapat beberapa gangguan yang mungkin biasa terjadi seperti
nyeri pada punggung bagian bawah, pinggang, panggul hingga nyeri betis.
Setelah wanita mengalami masa reproduksi (kehamilan) dan melakukan
persalinan, seiring bertambahnya usia wanita akan memasuki masa
klimaterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa
senium, yang bukan merupakan suatu keadaan patologik, melainkan suatu
masa peralihan yang normal. Pada wanita dengan masa ini, terjadi juga
keluhan-keluhan yang disebut sindroma klimaterik. keluhan-keluhan ini dapat
bersifat psikis seperti mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat
kurang, dan susah tidur. Gangguan atau permasalahan seperti nyeri persendian
dan otot juga seringkali dialami oleh wanita pada masa ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
disampaikan adalah “Apa yang dimaksud dengan women cycle (menstruasi,
preganancy, menopause) dan bagaimana proses intervensi terhadap gangguan
atau permasalahan yang muncul pada setiap siklus wanita?”
1.3 Tujuan Makalah
Untuk memberikan gambaran mengenai intervensi fisioterapi pada
women cycle (menstruasi, pregnancy, menopause).
1.4 Manfaat Makalah
a. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan terhadap pembaca atau masyarakat khususnya
wanita yang mengalami siklus-siklus terkait menstruasi, pregnancy, dan
menopause.
b. Bagi praktisi atau fisioterapi
Untuk menambah wawasan terkait intervensi fisioterapi pada women cycle
(menstruasi, pregnancy, menopause).

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi Menstruasi


Masa remaja adalah masa dimana remaja mengalami masa pubertas
dan pematangan seksual dengan cepat karena perubahan hormonal yang
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun sekunder.
Masa remaja merupakan tahap kehidupan dimana orang mencapai proses
kematangan emosional, psikososial, dan seksual, yang ditandai dengan mulai
berfungsinya organ reproduksi dan segala konsekuensinya. Perkembangan
seksual masa remaja ditandai dengan menstruasi pada wanita dan mimpi
basah pada pria. Menstruasi umumnya akan dialami oleh remaja wanita saat
menginjak usia 12-14 tahun. (Gustina & Djannah, 2015).

Menstruasi merupakan perdarahan periodik dari rahim yang dimulai


sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur
oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang sudah
menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Umumnya siklus
mestruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid antara 3-7
hari. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus
menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya.

2.1.1 Etiologi
Terdapat dua fase pada siklus terjadinya menstruasi yaitu, siklus
endometrium dan siklus ovarium :
1. Siklus Endometrium
 Fase Menstruasi : Endometrium terlepas dari dinding uterus disertai
perdarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-
6 hari).
 Fase Proliferasi : Ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan
pematangan ovum. Fase ini merupakan periode pertumbuhan cepat

3
yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus
haid.
 Fase Sekresi/Luteal : Berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar
tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya.
 Fase Iskemi (pre-menstrual) : Apabila tidak terjadi
pembuahan/implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan
progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan
progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi kontriksi, sehingga
suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis.
Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstuasi dimulai.
2. Siklus Ovarium
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar
hormone progesterone menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

2.1.2 Patofisiologi

Hormon-hormon yang berperan sebagai pengendali proses menstruasi


yaitu, hormon kelenjar hipofisis (hipotalamus) dan hormon ovarium (estrogen
dan progesterone).

A. Hormon kelenjar hipofisis – Hipotalamus


 Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesterone darah menurun.
 Kadar hormone ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realizing hormone (Gn-
RH).
 Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone
(FSH).
 FSH menstimulasi perkembangan folikel de Graaf ovarium dan
produksi estrogennya.
 Kadar estrogen mulai meningkat dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH).

4
 LH mencapai puncak pada sekitar hari ke 13 atau ke 14 dari siklus 28
hari.
 Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, korpus luteum
menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesterone menurun,
maka terjadi menstruasi.

B. Hormon Ovarium – Estrogen & Progesterone


 Indung telur (Ovarium) menghasilkan hormone steroid, terutama
estrogen dan progesterone.
 Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder
yang berkaitan dengan wanita dewasa.
 Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara
dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus.
 Progesterone juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi
dalam rahim selama siklus menstruasi.
 Progesterone merupakan hormone yang paling penting untuk
menyiapkan endometrium untuk berdiamnya sel telur yang telah
dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesterone berperan penting
terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal.

2.1.3 Gangguan Menstruasi


A. Amenorea : Amenorea terdiri dari primer dan sekunder. Amenoria primer
adalah istilah yang digunakan untuk perempuan yang terlambat mulai
menstruasi, sedangkan Amenorea sekunder adalah berhenti menstruasi,
paling tidak selama 3 bulan berturut-turut, padahal sebelumnnya sudah
pernah mengalami menstruasi (dapat disebabkan oleh rendahnya hormone
pelepasan gonadotropin ataupun kondisi stress, anoreksia, penurunan bb
yang ekstrim, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium).
B. Polimenorea : Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang
menyebabkan wanita berkali-kali mengalami menstruasi dalam sebulan,
bisa dua atau tiga kali bahkan lebih (bisa disebabkan oleh

5
ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis
ovarium).
C. Menoragia : Istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan
(dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone, adanya tumor fibroid
rahim, polip serviks, polip endometrium, radang panggul, dll).

2.1.4 Keluhan Saat Menstruasi


Dismenorea (Menstrual Cramps)
Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat
menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas,
hingga betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut. Kram tersebut berasal dari
kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi
dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian
menyebabkan otot-otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau
nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga
pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang,
panggul, paha hingga betis. Dismenorea yang disebabkan oleh penyakit
disebut dismenorea sekunder. Dismenorea yang dialami remaja umumnya
bukan karena penyakit, dan disebut dismenora primer.

2.1.5 Permasalah Fisioterapi


Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar
hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis
disertai dengan adanya kram perut oleh karena kontraksi otot rahim yang
menyebabkan otot-otot menegang.

2.1.6 Penanganan / Intervensi Fisioterapi


1. Breathing Exercise – Deep Breathing Exercise
Merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan, dengan cara
bernafas dalam dan pelan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik deep breathing exercise juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigen darah. Prinsip yang mendasari penurunan nyeri
oleh teknik deep breathing terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang
merupakan bagian dari sistem saraf perifer. Selain melakukan deep
6
breathing, pasien diarahkan untuk berkonsentrasi pada daerah yang
mengalami ketegangan. Teknik deep breathing exercise secara umum
sebagai metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri.
Cara pelaksanaan : Deep breathing exercise diatur dengan cara inspirasi
yang dalam dan menghembusakan nafas secara perlahan. Inspirasi atau
tarik napas dilakukan dengan 6 kali hitungan, begitu juga saat ekspirasi.
Deep breathing exercise ini dilakukan 3 kali sehari, dengan pengulangan
sebanyak 5 kali dalam satu set latihan (Trisnabari & Wahyuni, 2018).
2. Olah Raga Saat Menstruasi
Olahraga dapat menurunkan frekuensi dan atau derajat keparahan sindrom
dismenorea. Secara umum, olahraga dapat meringankan ketidaknyamanan
yang berkaitan dengan dismenorea. Olahraga adalah salah satu teknik
relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis olahraga
aktif maupun pasif dapat meringankan nyeri pada dismenorea. Pada saat
berolahraga tubuh akan mengeluarkan hormone endorphin yang dapat
membantu untuk mengurangi kram perut, stress, sakit kepala dan nyeri
yang berkaitan dengan gejala yang muncul saat haid. Beberapa aktivitas
yang dapat dilakukan saat haid antara lain : peregangan (stretching),
olahraga berjalan, serta yoga yang dimana dapat membantu tubuh
berelaksasi dan mengurangi gejala stress yang terjadi (Anisa, 2015).

7
2.2 Definisi Kehamilan
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk
wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
(minggu-minggu awal) dan kemudian janin atau fetus (sampai kelahiran).
Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau
gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.
Kehamilan secara umum terbagi dalam periode tiga bulanan atau
trimester. Dalam tiap trimesternya, ibu hamil mengalami perubahan yang khas
dalam segi fisik maupun psikologis. Secara umum, simptom fisik yang dialami
ibu hamil antara lain kelelahan, morning sickness, dan ngidam (food craving),
sedangkan perubahan dalam sisi psikologis dan emosi antara lain labilitas
mood, insomnia, menurunnya konsentrasi dan meningkatnya responsivitas
emosi.
2.2.1 Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter kurang lebih 0,1 mm yang
terdiri dari suatu nucleus yang terapung-apung dalam vitellus dilingkari
oleh zona pellusida oleh kromosom radiate.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak
cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di
tuba fallopi.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna
untuk pertukaran zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
8
2.2.2 Patofisiologi
Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari wanita
yang kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu
kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada
dinding rahim, hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam proses
pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma.
Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi
seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur yang sudah
matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai –rumbai (microfilamen
fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba fallopi), sel ini
dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda
dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis
dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama
(coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim
melalui saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada
akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur.

2.2.3 Gangguan/Penyakit Saat Kehamilan


A. Kehamilan muda
 Abortus
 Kehamilan ektopik
 Kehamilan mola (mola hidatidosa)
B. Kehamilan lanjut
 Plasenta previa
 Solutio plasenta
 Persalinan premature
 Ruptur uteri
C. Saat persalinan dan pasca persalinan
 Atonia uteri
 Retensio plasenta dan retensio sisa plasenta
D. Diabetes mellitus & kehamilan

9
E. Gangguan hipertension dalam kehamilan
2.2.4 Permasalahan Fisioterapi
Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan
salah satunya adalah perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal,
sebagai dampak dari hormon dan anatomi, dimana dalam konteks ini faktor
biomekanik turut memiliki pengaruh dalam menimbulkan ketidaknyamanan,
yaitu perubahan berat badan sehingga merubah postur dan nyeri pada sistem
musculoskeletal seperti nyeri pinggang dan juga kram otot (Jannah, dkk.
2019).

2.2.5 Penanganan/Intervensi Fisioterapi


1. Latihan fisik (Physical exercise)
Penerapan latihan fisik harus tepat dan terukur supaya tidak terjadi
yang tidak diinginkan. Latihan terdapat pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan, dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan. Frekuensi
latihan 3-5 kali seminggu dengan istirahat 1 hari. Latihan dilakukan
dalam intensitas ringan sampai sedang dengan denyut nadi antara 100-
140x/menit. Latihan fisik yang terlalu berat dapat mengganggu janin.
latihan yang terlalu lama menyebabkan penurunan lemak tubuh
sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Latihan
dilakukan dalam pengawasan tenaga yang terlatih.
Manfaat dari latihan fisik bagi ibu adalah untuk mepertahankan
kemampuan fisik sebelum kehamilan, memperkuat otot tubuh untuk
menyangga beban tubuh selama kehamilan, mengurangi keluhan nyeri
pinggang, dan mempercepat pemulihan pasca persalinan.
Kontraindikasi latihan dibedakan menjadi absolut dan relative. Pada
kontraindikasi absolut berupa ketuban pecah, plasenta previa,
perdarahan pervaginam, anemia berat, riwayat abortus, dll. sedangkan
pada kontraindikasi relative berupa rasa lelah, nyeri perut dan
punggung, gangguan pernapasan, dll (Hidayati,2019).
2. Senam hamil
Senam hamil merupakan salah satu bentuk olahraga guna membantu
wanita hamil memperoleh power yang baik sehingga memperlancar
proses persalinannya dan menuntun wanita hamil ke persalinan
10
fisiologis. Salah satu keuntungan fisik senam hamil adalah
meningkatkan dan memperbaiki sistem peredaran darah, khususnya ke
otot-otot sehingga meningkatkan kekuatan dan tonus otot serta
memperbaiki pertumbuhan otot-otot uterus. Pertumbuhan otot uterus
yang optimal akan menyebabkan kontraksi uterus lebih optimal dan
terkoordinasi di saat persalinan. Senam atau latihan selama hamil
memberikan efek positif terhadap pembukaan serviks dan aktifitas
uterus yang terkoordinasi saat persalinan sehingga lama persalinan
lebih singkat (Yanuaria, dkk. 2016).
3. Senam nifas (Fase pemulihan setelah persalinan)
Masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting bagi
kesehatan ibu dan anak, setelah melewati masa hamil dan melahirkan.
Involusio uteri merupakan salah satu fokus yang harus dipantau pada
ibu nifas. Involusi uteri merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Senam nifas
adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan, setiap
hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh
yang dilakukan untuk membantu supaya aliran darah meningkat dan
lancar, sehingga mempengaruhi proses pengecilan rahim. Manfaat
senam nifas diantaranya adalah mengencangkan otot perut, liang
senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul,
serta melancarkan sirkulasi darah. Senam nifas juga bermanfaat untuk
memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki
tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/ perut setelah
hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan
kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
Senam nifas dapat dilakukan setelah persalinan, tetapi dengan
ketentuan sebagai berikut : untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak
ada kelainan, senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan
dilakukan di rumah sakit atau rumah bersalin, dan diulang terus di
rumah (Widatiningsih, 2018).

11
2.3 Definisi Menopause
Menopause terdiri dari “men” dan “pauseis” adalah kata Yunani yang
pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menopause
terjadi pada usia menjelang 50 tahun yang ditandai denngan berhentinya haid
terakhir dari uterus yang dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel-
sel telur. Menopause sebagai peralihan masa reproduksi ke masa non-
reproduksi (tua) dimana kemampuan alat-alat reproduksinya mulai menurun
yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesterone yang mulai
memegang peranan sangat penting dalam berbagai aktivitas tubuh (Marretih,
2012).
Istilah menopause digunakan untuk mengatakan suatu perubahan hidup
dan pada saat itulah perempuan mengalami periode terakhir masa haid.
Menopause adalah saat dimana tidak ada lagi telur yang masuk lagi sehingga
tidak direproduksi oleh indung telur hormon estrogen dan progesteron, maka
perempuan itu tidak dapat hamil lagi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju
perubahan secara perlahan-lahan kemasa non produktif yang disebabkan oleh
berkurangnya hormon estrogendan progesteron seiring dengan bertambahnya
usia (Marretih, 2012).
Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju
fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generative
ataupun endokrinologi dari ovarium. Penurunan produksi hormon estrogen
menimbulkan berbagai keluhan pada seorang wanita, sedangkan penurunan
fertilitas sangat bergantung pada usia wanita tersebut, dan jarang
menimbulkan keluhan yang berarti. Fertilitas wanita dan laki-laki pada usia
20-24 tahun adalah 100%. Pada usia 35-39 tahun fertilitas wanita hanya
tinggal 60%, sedangkan laki-laki masih tetap tinggi, yaitu 95%. Pada usia 45-
49 tahun fertilitas wanita tinggal 5% saja dan pada laki-laki mencapai 80%.
Sebelum mengalami menopause, wanita akan mengalami fase klimakterium,
yang akan dibagi menjadi beberapa fase, yaitu (Riyadina,2019)
Proses Menopause :
a. Pra-Menopause
12
Pra-menopause adalah masa 4 hingga 5 tahun sebelum menopause. Pada
masa ini berbagai keluhan klimakterik dan pendarahan yang tidak teratur.
Pada fase ini estradiol yang biasanya dihasilkan oleh sel granulosa folikel
yang berkembang menjadi berkurang. Siklus menstruasi anovulator
meningkat dan reproduksi progesteron menurun.
b. Menopause
Menopause adalah berhenti menstruasi secara permanen.Terdapat amenorea
sekurang-kurangnya satu tahun. Menopasue terjadi pada usia sekitar 45-55
tahun. Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/I. Setelah menopause, estrogen
jenis estron adalah yang banyak berada dalam sirkulasi dibandingkan
estrogen lainnya.
c. Pasca Menopause
Pasca-menopause adalah masa yang terjadi 3 hingga 5 tahun setelah
menopause.
2.3.1 Etiologi
Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium.
Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira-kira 400 folikel primordial
tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevolusi. Sementara berates-ratus dan
ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa
folikel primordial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh FSH dan LH, dan
pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila jumlah folikel primordial
mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat kritis,
estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang cukup
untuk menyebabkan siklus ovulasi.
Akibatnya, FSH dan LH (terutama FSH) setelah itu dihasilkan dulu
jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam jumlah subkritis dalam
waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, waktu sisa
terakhir. Folikel primordial menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh
ovarium turun sampai nol.

2.3.2 Patofisiologi
Patofisiologi fase menopause (Riyadina,2019) dimulai dari proses
perkembangan pematangan ovarium di dalam rahim dengan aktivasi folikel
primordial. Selama proses penuaan, fase folikular pada siklus menstruasi
13
menurun. Selanjutnya, terjadi penurunan ovulasi dan sel granulosa. Proses
ovulasi mempengaruhi panjangnya siklus menstruasi. Proses penurunan
ovulasi menyebabkan penurunan corpus luteum dan mengakibatkan
penurunan progesterone yang akhirnya menyebabkan perdarahan ringan.
Penurunan sel granulosa menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak
teratur selama masa transisi awal menopause. Penurunan sel granulosa selama
proses menopause melalui tiga mekanisme, yaitu penurnan inhibin B sebagai
insiator utama menopause, penurnan estradiol, dan penurnan hormone anti-
mullerian. Mekanisme yang pertama terjadai pada awal menopause. Dalam
mekanisme ini, fungsi normal hipofisis anterior adalah menghambat sekresi
FSH pada awal siklus menstruasi. Pada saat wanita sudah berumur, tingkat
inhibin B menurun karena penurunan fungsi folikel. Penurunan inhibin B
menyebabkan peningkatan awal siklus FSH. Dalam mekanisme kedua,
ovarium merespons peningkatan FSH dengan mensekresi estradiol. FSH
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah folikel dalam setiap kelompok.
Kadar estradiol normal atau tinggi menyebabkan tingginya serum FSH dan
peningkatan aktivitas aromatase. Aromatase mengonversi estradiol tetosteron
sehingga progesterone menurun selama fase luteal. Pada saat semua folikel
berkurang habis, indung telur menjadi tidak responsive terhadap peningkatan
FSH, terjadi penurunan kadar estradiol dan LH, selanjutnya merangsang
sekresi androgen. Mekanisme terakhir melalui penurunan hormone anti-
mullerman merupakan indikator terbaik bagi perbaikan folikel.
Senium merupakan masa sesudah pasca-menopause. Pada awalnya,
senium dimulai saat wanita berusia 65 tahun, dan saat ini telah bergeser ke
usia yang lebih tua, yakni 70 tahun. Senium adalah fase saat telah tercapai
keseimbangan baru dalam kehidupan wanita sehingga tidak ada lagi gangguan
vegetative maupun psikis.
Menopause dini atau kegagalan ovarium premature didefinisikan
sebagai menopause dibawah 40 tahun. Kondisi tersebut terjadi kemungkinan
karena idiopatik atau terkait dengan paparan toksik, kelainan kromosom, atau
gangguan autoimun (Dalal & Argawal, 2015).

2.3.3 Gangguan/Masalah Saat Menopause

14
Pada wanita yang mengalami menopause sering mengalami berbagai
keluhan, yaitu keluhan vasomotorik (hot flushes), keluhan somatik (sakit
pinggang, nyeri tulang dan otot, nyeri pada daerah kemaluan), keluhan psikis
(stress dan depresi), gangguan tidur, penurunan fungsi kognitif dan sensorik,
penurunan libido, demensia, dll. Namun, keluhan fisik dan psikologis sebagian
besar dialami wanita pada masa pre-menopause. Pada masa pre-menopause
juga lebih banyak mengalami keluhan sakit kepala, gangguan tidur, sakit
punggung, nyeri persendian, lelah, hot flushes, dan depresi dibandingkan pada
masa pasca menopause (Riyadina, 2019).

2.3.4 Permasalahan Fisioterapi


Pada wanita dengan kondisi menopause, terdapat efek jangka panjang
bagi kesehatan akibat menopause, antara lain :
a. Osteoporosis
Salah satu akibat jangka panjang menopause adalah hilangnya kepadatan
tulang yang berkelanjutan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
kepatahan atau keretakan pergelangan pinggul dan punggung. Untuk
mengetahui seorang wanita mengalami osteoporosis atau tidak dapat
dilakukan test densitas tulang (bone density) untuk mengetahui kepadatan
tulang.
b. Hipertensi
Wanita di usia menopause juga berisiko mengalami tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang bisa menyebabkan stroke dan serangan jantung apabila
tidak diobati. Tekanan darah yang meningkat adalah salah satu faktor risiko
yang paling penting terhadap penyakit jantung koroner dan stroke.
c. Penyakit Kardiovaskular
Semua perempuan, terutama setelah menopause, perlu mewaspadai dan
mengenali gejala-gejala serangan jantung karena hormon estrogen
berkurang. Hormon ini bersifat melindungi dan membuat pembuluh darah
koroner lebih lebar dan mengurangi risiko penyakit jantung. Namun, saat
hormon estrogen menurun, risiko terkena penyakit jantung meningkat dua
hingga tiga kali lipat.

15
2.3.5 Penanganan/Intervensi Fisioterapi
1. Latihan beban (Weight exercise)
 Latihan beban ringan seperti contohnya berjalan (berjalan dengan
intensitas ringan-sedang).
 Latihan beban berat seperti contohnya jogging.
2. Latihan daya tahan dan penguatan, contohnya berenang dan bersepeda.
Latihan tersebut berdampak positif pada :
a. Osteoporosis dan kepadatan tulang
Studi menunjukkan bahwa  fisioterapi dapat membantu dalam
memberikan panduan seputar olahraga dalam fase menopouse ini,
tetapi tidak semua latihan memiliki efek osteogenik yang sama.
Latihan ketahanan memiliki efek osteogenik yang lebih kuat, dan agar
olahraga menjadi efektif, beban mekanisnya harus melebihi aktivitas
kehidupan sehari-hari.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, kombinasi latihan yang mencakup
(latihan daya tahan dan beban) adalah pilihan terbaik untuk
mendapatkan efek keduanya karena latihan melawan mempengaruhi
pemuatan otot, penahan beban memiliki efek pemuatan mekanis pada
tulang (Khosla, et.al 2011), (Hong & Kim,2018).
b. Penyakit Kardiovaskuler
Secara teratur, program latihan aerobik bertahap meningkatkan daya
tahan kardiovaskuler (jantung paru)  dan menurunkan risiko penyakit
kardiovaskuler, beberapa artikel sepakat bahwa olahraga meningkatkan
tingkat HDL, menurunkan LDL dan TAG, mengendalikan hipertensi
yang pada akhirnya meningkatkan fungsi kardiovaskular (Nystoriak &
Bhatnagar, 2018).
c. Obesitas
Program latihan teratur menunjukkan dapat meningkatkan laju
metabolisme dan pengeluaran energi, serta dapat membakar  lemak
pada perut.
3. Senam Osteoporosis
Untuk menangani permasalahan osteoporosis dapat diberikan senam
osteoporosis. Tujuannya untuk meningkatkan kesimbangan karena pada

16
kondisi pasca-menopause resiko jatuh cukup tinggi. Senam osteoporosis,
adalah salah satu senam yang merupakan kombinasi beberapa jenis latihan
yang bersifat aerobic dengan benturan ringan, latihan penguatan dengan
menggunakan beban di kedua tangan, latihan keseimbangan dan latihan
pernafasan. Senam osteoporosis diberikan sebanyak 12 kali dengan dosis
latihan 3x/minggu selama 30 menit dengan teknik aerobic low impact
(Azizah, dkk. 2020).

17
BAB III
PENUTUP

Wanita pada sepanjang aspek kehidupan akan mengalami masa-masa


seperti masa pubertas (menstruasi), masa kehamilan, dan masa klimaterium
(menopause), yang dimana wanita pada masa-masa tersebut seringkali
terdapat gangguan atau permasalahan kesehatan. Gangguan pada masa
pubertas (menstruasi) wanita mengalami nyeri perut menstruasi yang dimana
permasalahan ini dapat ditangani dengan intervensi fisioterapi berupa deep
breathing exercise dan juga pemberian latihan fisik atau olahraga saat
menstruasi. Pemberian intervensi ini dapat mencegah dan mengurangi nyeri
atau kram otot perut akibat menstruasi.
Selanjutnya, pada masa kehamilan perubahan fisiologis yang terjadi
salah satunya adalah perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal,
sebagai dampak dari hormon dan anatomi. Keluhan seperti nyeri punggung
bagian bawah, pinggang, panggul hingga nyeri betis seringkali dialami wanita
pada masa ini. Intervensi fisioterapi dengan memberikan latihan fisik dan juga
senam hamil diharapkan dapat mengurangi nyeri yang dialami dan membuat
tubuh berelaksasi.
Masa klimaterium (menopause), pada masa ini wanita mengalami
pemberhentian haid atau peralihan dari masa reproduksi ke masa senium. Pada
wanita yang mengalami menopause sering mengalami berbagai keluhan,
seperti gangguan kecemasan dan gangguan tidur, serta keluhan somatik (sakit
pinggang, nyeri persendian, tulang dan otot, nyeri pada daerah kemaluan).
Intervensi yang dapat diberikan oleh fisioterapi pada masa ini berupa latihan
beban (ringan dan berat) untuk menjaga kekuatan otot dan mengurangi nyeri,
juga diberikan latihan daya tahan dan penguatan (berenang dan bersepeda)
yang dimana latihan ini akan berdampak positif pada osteoporosis dan
kepadatan tulang, penyakit kardiovaskular dan obesitas, serta diberikannya
senam osteoporosis pada kondisi menopause.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, M, V. 2015. The Effect Of Exercises On Primary Dysmenorrhea. Jurnal


Majority. Vol. 4 No.2 : 60-65.

Azizah, N. Bachtiar, F. Saadiyah, S. 2020. Pengaruh Senam Osteoporosis Terhadap


Kesimbangan Wanita Pascamenopause. Indonesian Jurnal Of Health
Development. Vo.2 No.1 : 1-6.

Gustina, E & Djannah, S. 2015. Sumber Informasi dan Pengetahuan Tentang


Menstrual Hygiene Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Vol.10 No.2 : 147-152.

Hidayati, U. 2019. Senam Hamil Untuk Masa Kehamilan dan Persiapan Persalinan:
Systematic Review. PLACENTUM Jurnal Ilmiah dan Aplikasinya. Vol.7
No.2 : 8-15.

Hong AR & Kim SW. Effects of resistance exercise on bone health. Endocrinology
and Metabolism. 2018 Dec 1;33(4):435-44.

Jannah, R. Agustina, D. Faradisa, W, P. 2019. Korelasi Persepsi Terhadap


Kebutuhan Fisioterapi Antenatal Untuk Mengatasi Masalah
Muskuloskeletal Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan. Vol.13 No.1

Khosla S, Melton III LJ, Riggs BL. The unitary model for estrogen deficiency
and the pathogenesis of osteoporosis: is a revision needed ?. Journal of
Bone and Mineral Research. 2011 Mar;26(3):441-51.

Marretih, A, K, E. 2012. Kualiatas Hidup Perempuan Menopause. Jurnal


Perempuan Agama dan Jender. DOI: 10.24014/marwah.v11i2.506.

Nursyi, I, R. 2018. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia 48-55 Tahun
Tentang Menopause di Desa Weru RT 02 RW 05 Weru Sukoharjo Tahun
2015. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol.7 No.1 : 67-77.

Nystoriak MA & Bhatnagar A. Cardiovascular effects and benefits of exercise.


Frontiers in cardiovascular medicine. 2018 Sep 28;5:135.

Riyadina, W. 2019. Hipertensi Pada Wanita Menopause. LIPI Press. Kementrian


Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan

19
Masyarakat. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Edisi
Pertama.

Trisnabari, H, M & Wahyuni. 2018. Manfaat Deep Breathing Exercise Terhadap


Nyeri Haid Primer Pada Mahasiswa S1 Fisioterapi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. University Research Colloqium. 755-761.

Widantiningsih, S dkk. 2018. Pelatihan Senam Nifas Bagi Kader Posyandu di Desa
Ambartawang Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link. Vol.14 No.1 : 14-17.

Yanuaria, dkk. 2016. Penerapan Senam Selama Hamil dan Efektifitasnya Terhadap
Lama Persalinan, Robekan Perinium, dan Hasil Luaran Bayi. IJFMC. Vol.3
No.2 : 57-68.

20

Anda mungkin juga menyukai