Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


MENOPOUSE

Dibuat Oleh :
Aji Wijaya La Naka
02301074

YAYASAN AMANAH MAKASSAR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES AMANAH MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

berkat limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan

makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

MENOPOUSE”. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Anak. Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-teman

mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang Hirsprung.

Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga

akan mudah dipahami, dalam pembuatannya saya mendapatkan informasi dari

berbagai literature yang berhubungan demi untuk memperoleh hasil yang optimal

walaupun masih banyak ada kekurangan.

Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya

temanteman mahasiswa, Terimakasih.

07 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II (TINJAUAN TEORI)
A. Pengertian......................................................................................... 5
B. Etiologi............................................................................................. 6
C. Patofisiologi..................................................................................... 6
D. Manifestasi Klinis............................................................................ 8
E. Fase Menopouse............................................................................... 12
F. Jenis-jenis Menopouse..................................................................... 12
G. Resiko .............................................................................................. 13
H. Penatalaksanaan............................................................................... 14
I. Komplikasi....................................................................................... 17
BAB III (ASUHAN KEPERAWATAN)
A. Pengkajian........................................................................................ 20
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 24
C. Intervensi Keperawatan.................................................................... 25
D. Implementasi.................................................................................... 30
E. Evaluasi............................................................................................ 31
BAB IV (PENUTUP)
A. Kesimpulan ..................................................................................... 32
B. Saran................................................................................................. 32
Daftar Pustaka................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada umumnya, pandangan dan penilaian wanita tentang menopause


banyak dipengaruhi mitos atau keyakinan yang belum tentu benar, pada
individu masyarakat tentang menopause. Kebanyakan mitos dan kepercayaan
yang berkembang dalam masyarakat tentang menopause. Kebanyakan mitos
atau kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat tentang
menopause,begitu diyakini sehingga menggiring wanita untuk mengalami
perasaan negatif saat mengalami menopause. Menopause dikaitkan sebagai
habisnya peran sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Perasaan
bahwa dirinya tidak dibutuhkan lagi, akan menurunkan bahkan
menghentikan keinginannya untuk melakukan aktivitas. Wanita yang
mengalami menopause, kehilangan daya tarik seksualnya dan menurun
aktifitas seksualnya. Ada wanita yang beranggapan sesudah menopause,
tidak bisa memberi kepuasan seksual bagi suaminya. Ia juga tidak menikmati
hubungan intim dengan suaminya, karena jaringan genitalnya kurang elastik
(Lestari, 2010).
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pengetahuan berhubungan erat
dengan pendidikan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Pengetahuan yang baik muncul bila sejalan dengan pendidikan dan
mendapatkan informasi yang cukup (Meilina, 2015). Kecemasan dalam
menghadapi menopause terjadi kerena kurang kesiapan mental dan
kurangnya pengetahuan tentang menopause itu sendiri sehingga
menimbulkan kecemasan dan masalah tersendiri pada wanita premenopause
(Retno, 2010). Pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk
mengubah pemahaman individu, kelompok dan masyarakat di bidang
kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan
hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dengan tepat dan sesuai (Suliha, 2010).
Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik, lebih banyak bersikap positif dalam menghadapi masa
menopause, sikap positif yang memiliki pengetahuan pramenopause yang
memiliki pengetahuan baik dapat mengantarkan wanita untuk lebih siap dan
menerima adanya perubahan fisik maupun psikologis dan tidak menganggap
bahwa proses penuaan merupakan hal yang harus dihindari (Meilina, 2015).
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tingkat kecemasan menurun
(19,4%), hal ini dipengaruhi karena ada peningkatan pengetahuan tentang
menopause sehingga wanita mengetahui tentang perubahan fisiologis
maupun psikologis adalah hal yang wajar terjadi pada wanita menjelang
menopause (Retno, 2010).

B. Rumusan Masalah

1 Mengetahui definisi dari menopause

2 Mengetahui jenis- jenis dari menopause

3 Mengetahui tahap-tahap dari menopause

4 Mengetahui gejala- gejala menopause

5 Mengetahui tanda awal menopause

6 Mengetahui gangguan pada menopause

7 Mengetahui kelainan organic pada masa menopause

8 Mengetahui pengobatan pada menopause

9 Mengetahui pola makan sehat menuju menopause

10 Megetahui cara berolahraga pada saat menopause

11 Mengetahui dan mengerti cara mengimplementasikan asuhan kebidanan

pada ibu menopause


C. Tujuan

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola piker secara ilmiah

kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman

dalam memecahkan masalah pada pasien dengan menopause.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang


wanita. Pada masa menopause kapasitas reproduksi wanita berhenti.
Menopause adalah ketika wanita tidak lagi menstruasi selama satu tahun dan
secara umum terjadi pada usia 50-an tahun (Astuti dkk, 2010). Lebih kurang
70% wanita premenopause mengalami keluhan vasomotorik, depresi,
keluhan psikis, dan somatik lainnya (Kusmiran, 2012). Bagi wanita yang
menganggap wanita sebagai suatu ketentuan Allah yang dihadapi semua
wanita, maka dia tidak akan mengalami stress atau kemungkinan stress
wanita tidak sebrat dibanding wanita yang mempersepsikan menopause
sebagai “momok” atau “kiamat” (Khalid, 2012).
B. Etiologi

Penyebab menopause menurut Abernethy dalam Andrews (2010) yaitu:

a. Perubahan hormon saat menopause

Selama fase perimenopause, kadar ekstradiol turun sedangkan

kadar FSH dan LH meningkat. Akan tetapi kadar hormon tersebut

berfluktuasi disekitar waktu menopause serta terjadi kegagalan korpus

luteum. FSH meningkat secara bertahap dan mencapai puncak setelah

perdarahan berakhir terjadi. Kadar FSH kembali turun 10 – 20 tahun

setelah menopause (Cakravati et al dalam Andrews (2010)).

Sebelum terjadi menopause, estradiol dan estrogen merupakan

estrogen sirkulasi utama di dalam tubuh. Kedua hormon ini

dihasilkan terutama di ovarium, dengan estradiol sebagai hormon


utama. Estrogen juga dihasilkan melalui perubahan satu hormon,

yaitu androstenodion yang disekresikan oleh kelanjar adrenal. Setelah

menopause, kadar estrogen maupun ekstradiol turun secara drastis dan

estrogen menjadi estrogen dominan.

b. Menopause prematur, penyebabnya yaitu:

1) Pembedahan

Apabila kedua ovarium diangkat, menopause terjadi dengan

segera. Gejala yang dialami mungkin cukup parah walaupun

hanya terjadi dalam waktu singkat. Terapi sulih hormon diberikan

tidak hanya untuk mencegah timbulnya gejala, tetapi juga untuk

membantu melindungi dari penyakit kardiovaskuler dan

osteoporosis. Histerektomy (yaitu dengan mempertahankan salah

satu atau dua ovarium) terbukti dapat mempercepat usia

terjadinya menopause pada beberapa wanita.

2) Alami

Kadang kala, menopause terjadi secara spontan pada usia jauh

lebih muda. Hal ini disebabkan oleh abnoramalitas kromosom

atau penyakit autoimun pada ovarium. Kadang kala, penyebab

menopause prematur tidak ditemukan. Gejala menopause tertentu

dapat muncul atau tidak muncul sama sekali sehingga diperlukan

pengkajian secara saksama.

3) Iatrogenik

Menopause dini iatrogenik, yaitu disebabkan oleh pengaruh luar,


seperti kemoterapi atau radioterapi, dapat cukup traumatis,

terutama jika wanita tersebut berhasil menghadapi penyakit

keganasan, tetapi harus menghadapi menopause dini akibat

pengobatan tersebut.

C. Patofisiologi

Saat menopause indung telur masih tetap memproduksi estrogen namun

dalam jumlah yang sangat kecil. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan ini

adalah menurunnya fungsi estrogen seperti ovarium, uterus, uterus dan

endometrium serta menurunnya kekuatan serta kelenturan vagina dan jarngan

vulva, dan akhirnya semua jaringan yang bergantung pada estrogen akan

mengalami atrofi atau mengerut (Kusmiran, 2011). Cepat atau lambat

gangguan akibat kekurangan esterogen pasti akan muncul yaitu berupa

peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, pengurangan jaringan tulang

yang menjurus ke osteoporosis, gangguan psikis, kelelahan dan depresi.

Sehingga agar kehidupan berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan, maka

wanita perlu mengadakan persiapan untuk mengahadapinya dengan

mengetahui organ tubuh, fungsinya, serta mengenal kejadian masa

klimakterium dan menopause itu sendiri (Pieter, 2011).

D. Manifestasi Klinis

1. Psikoneuroendokrin efek

a. Cepat lelah, sakit kepala, mudah tersinggung, tidak sabar, sering

gugup, kurang percaya diri


b. Merasa tertekan, sulit tidur, kurang mampu berkonsentrasi, hot flush

c. Kecemasan berlebih, depresi berat sampai ingin mati

2. Hot flush

a. Mulai dari kepala dan muka terasa panas mendadak (flush) dapat

menyebar ke leher, tengkuk serta bagian tubuh lainnya

b. Berlangsung sekitar 1-2 menit, peningkatan teperatur

c. Peningkatan detak jantung berdebar

d. Darah menuju tempat hot flush meningkat

e. Diiringi penurunan temperatur dan berkeringat sampai basah

f. Hot flush pada malam hari ditandai dengan berkeringat banyak.

3. Gangguan tidur

a. Merasa kurang tidur

1) Tidur dengan gerak mata cepat atau “rapid eye movement

(REM)” berkurang

2) Kenyeyakan tidur berkurang

b. Terasa kekurangan tidur menyebabkan keluhan sekunder:

1) Mudah tersinggung, tegang, gugup

2) Cepat lelah, pelupa

3) Sulit konsentrasi

4. Emosi potsmenopause (Manuaba, 2010)

a. Kekurangan estrogen menimbulkan perasaan tertekan

b. Trythopan komponen bebas, berkurang pada menopause

c. Trythopan asam amino ikut dalam metabolisme serotonin


d. Gangguan konsentrasi serotonin otak menyebabkan depresi

e. Estrogen darah post menopause erat hubungannya dengan trytopan

dan serotonin

f. Trythopan bebas meningkat bila diberikan estrogen sehingga emosi

post menopause akan membaik

5. Ingatan dan penyakit

a. Pelupa atau pikun sudah merupakan hokum alam

1) Acetylcholine otak depan dan daerah frontal menurun

2) Faktor pelupa disebabkan, menurunnya deposit: serebral amyloid

b. Estrogen menghambat: Alzheimer, menghambat aktivitas choline

acetyltransferase, sehingga konsentrasi acetylcholine dipertahankan

E. Fase Menopouse

1. Pramenopause

Pramenopause yaitu waktu sebelum periode mentruasi berakhir, biasanya

sebelum gejala mulai muncul.

2. Perimenopause

Perimenopause yaitu waktu disekitar menopause saat perdarahan

menstruasi tidak teratur dan gejala menopause dapat muncul. Secara

teoritis, konsepsi masih mungkin terjadi walaupun siklus yang terjadi

mungkin merupakan siklus anovulatori.

3. Pascamenopause

Pascamenopause yaitu waktu dalam kehidupan wanita setelah periode

menstruasi berhenti paling tidak satu tahun.


F. Jenis Menopause

1. Alamiah / spontan yaitu menstruasi berhenti sesuai waktu.

2. Pembedahan yaitu ovarium diangkat melalui pembedahan,

mengakibatkan menopause terjadi dengan segera.

3. Prematur yaitu menopause terjadi sebelum usia 40 tahun apapun

alasannya.

4. Diinduksi yaitu menopause terjadi akibat factor eksternal, seperti

kemoterapi dan radioterapi.

G. Resiko Menopouse

Sebagian wanita tampak memiliki semua faktor resiko, tetapi tidak

mengalami osteoporosis, sedangkan wanita lain yang tampak tidak beresiko

tinggi justru mengalami osteoporosis (Andrews, 2010). Faktor yang dapat

mempengaruhi menopause menurut Manuaba (2010) yaitu:

1. Mempercepat menopause

a. Riwayat keluarga dengan menopause usia relatif muda

b. Merokok, melalui gangguan vaskukarisasi

c. Wanita buta, karena rangsangan panca indera tidak membantu

tumbuh kembangnya system hormonal

d. Pubertas prekok, karena degenerasi oosit lebih cepat, menjadi atresia

dan tidak berfungsi

e. Wanita yang tangan kirinya lebih aktif, karena umur rata-ratanya

43-44 tahun, sedangkan pemakai tangan kanan sekitar 47-48 tahun.

2. Memperlambat menopause
a. Wanita gemuk menopausenya terlambat

1) Aromatisasi estrogen pherper mempertahankan menstruasi

2) Cadangan kolesterol dan lemak cukup tinggi

b. Keadaan sosial ekonomi tinggi, cenderung menopausenya lambat

1) Diet baik dan vitamin cukup menyebabkan vaskularisasi

bertambah baik, sehingga menopausenya terhambat

2) Cadangan lemaknya cukup tinggi sehingg aromatisasi

estrogen peripere dominan sampai waktu cukup lama

H. Penatalaksanaan

1. Terapi yang dapat diberikan:

a. Non estrogen terapi

1) Memberikan kalsium tambahan

2) Meningkatkan exercise (berolah raga)

3) Non estrogen untuk mengurangi gangguan tulang

b. Hormonal terapi

1) Sulih hormon estrogen

2) Sulih hormon progesterone

3) Sulih hormon androgen

2. Pemberian tambahan kasium

Pemberian kalsium menghindari osteoporosis sehingga dekalsifikasi

tulang terhambat, serta mengimbangi pengeluaran kasium melalui

urin. Tambahan kalsium dapat diberikan sejak usia 35 tahun dengan

jumlah 800-900 mg/hari dan pada menopause sekitar 1.200 mg/hari.


3. Berolahraga

Olahraga dapat menghambat demineralisasi tulang, sehingga mengurangi

kemungkinan fraktura. Dampak olahraga yang teratur adalah

meningkatnya masa tulang, mengurangi kemungkinan fraktura,

aktivitasmengurangi thrombosis sehingga menekan terjadinya stroke,

gangguan kardiovaskuler, dan menurunkannya kejadian tekanan darah

tinggi.

4. Terapi sulih hormon (Manuaba, 2010)

Terapi sulih hormon adalah estrogen pada wanita premenopause dan

menopause kerena keuntungannya. Bentukterapi estrogen yang da[at

diberikan sevara oral, transdermal, subdermal, atau vagunal. Efek samping

terapi estrogen sebagai berikut:

a. Dosis kecil 30 mg, efek sampingnya tidak terlalu berat

b. Efek samping estrogen sulih hormon

1) Hyperplasia sampai karsinoma endometrium

2) Tekanan darah tinggi dan stroke

3) Menimbulkan penyakit gallbladder

4) Karsinoma mama

5) thromboembol

c. Efek samping ringan

d. Mual – mual

e. Retensio air dan garam

f. Perdarahan breakthrough
5. Perubahan gaya hidup pada menopause (Manuaba, 2010, p.700)

a. Meningkatkan olahraga, semua kebugaran

b. Mengubah gaya hidup

1) Mengurangi alkohol atau merokok

2) Mengurangi lemak dalam makanan

3) Banyak makan makanan berserat

4) Menyeimbangkan antara berat badan dan tingginya

5) Mengatur hidup sehat rohani dan jasmani.

I. Komplikasi

Komplikasi yang menyertai menopause menurut Azizah dkk (2011) :


1. Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang yang membuat rasa nyeri
dan berpotensi mengalami patah tulang.
2. Masalah urogenital merupakan masalah seksual, ketidakmampuan untuk
mengendalikan buang air kecil (inkontinensia), dan infeksi dalam saluran
kemih selama masa perimonopause, tetapi tidak seperti gejala menopause
lainnya, hal ini mungkin menjadi masalah kesehatan jangka panjang
setelah munculnya menopause, oleh karena itu perlu ditangani dengan
baik.
3. Penyakit kardiovaskular merupakan permasalahan yang meliputi jantung
dan sistem pembuluh darah yang memasok darah keseluruh tubuh. Di
dalamnya termasuk permasalahan seperti vangina, serangan jantung, dan
stroke. Dan kemungkinan bisa juga mengalami peningkatan kadar
kolesterol setelah menopause, dan penumpukan kolesterol LDL (dikenal
sebagai kolesterol „jahat‟) yang dapat mempersempit dan menyumbat
pembuluh arteri sehingga meningkatkan resiko terkena penyakit
kardiovaskuler.
4. Obesitas memasuki menopause mengubah cara tubuh untuk menyimpan
lemak. Sebelum menopause, wanita biasanya menyimpan kelebihan
lemak di sekitar panggul dan paha, yang menyebabkan bentuk tubuh
wanita seperti “buah pear”. Namun demikian, setelah menopause
kelebihan lemak disimpan di sekitar pinggang dan perut, yang
menyebabkan bentuk tubuh seperti “buah apel”. Bentuk tubuh seperti
“buah apel” ini diikuti dengan peningkatan resiko terkena penyakit
jantung, diabetes tipe 2, dan kanker tertentu (misalnya kanker payudara).
5. Demensia hubungan antara menopause dengan masalah memori tidak
sepenuhnya jelas, tetapi tampaknya hormon-hormon wanita memainkan
beberapa peran dalam fungsi otak yang normal. Meskipun demensia
secara normal tidak mempengaruhi wanita sampai mereka berada pada
masa pascamenopause, munculnya menopause bisa jadi memiliki peran
dalam kemunduran memori (Astuti dkk, 2010).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, status

perkawinan, alamat.

2. Dimensi biolofisik

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit keluarga serta

riwayat pencegahan penyakit seperti monitoring tanda tanda vital,

skrinning kesehatan dan status gizi. Pemenuhan kebutuhan berupa pola

nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat dan tidur.

3. Pemeriksaan fisik berupa keadaan umum, pemeriksaan tekanan darah,

nadi, suhu, dan respirasi.

4. Mengkaji tingkat pengetahuan tentang menopause.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kurang pengetahuan tentang perubahan tubuh yang normal berhubungan

dengan perimenopause, menopause, dan gaya hidup.

2. Ketidak mampuan mempertahankan berhubungan dengan tuntutan

pekerjaan, pertambahan berat badan dan pola hidup yang monoton.

3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi seksual

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan syndrome menopause

5. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh,

penuruan sekresivagina.
6. Inkontinensia urine berhubungan dengan proses penuaan degenerative

pada oto pelvic, prolap uteri, vaginitis


C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi

keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses

keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam


rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan

dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan

kesehatan (Ali 2016).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan

seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.

Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses

mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali

2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah

tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi

suatu masalah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah
pemahaman individu, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan sebagai
suatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan
sesuai.
Pengetahuan tentang menopause pada wanita premenopause sangat
penting sebab pada waita premanopause akan mengalami gangguan
kecemasan ketika tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang
dihadapi, tetapi pada orang orang tertentu meskipun tidak ada stressor
psikososial akan menunjukan kecemasan. Orang dengan ciri kepribadian
pencemas tidak terus-menerus mengeluh hal-hal yang bersifat psikis tetapi
sering juga disertai dengan keluhan- keluhan fisik.
B. Saran
Hal yang harus diperhatikan dalam mengoptimalkan asuhan keerawatan

seharusnya di pengkajian yang akurat dan lengkap. Sehingga, dalam

menegakkan masalah keperawatan terdapat data yang mendukung. Dalam

pelaksanaanya, penulis harus berpikir kritis tentang rencana keperawatan yang

tepat terhadap kondisi klien dan sekiranya mengatasi masalah yang muncul.

Rencana keperawatan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan,

diharapkan untuk didelegasikan kepada perawat atau teman sejawat lainya

pada saat pre dan post conferen. Sehingga, tidak terdapat kesalahpahaman

antara teman sejawat untuk melakukan tindakan selanjutnya..


DAFTAR PUSTAKA

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Kemenkes RI


Bulechek, G. H. Dochterman, J. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).
Amerika: Elsevier. Edisi 3. Nomor 6.
Moorhead,S. Jhonson M. Maas, Merideam L. 2016. Nursing Outcomes
Classifications (NOC). Amerika : Elseifer.Edisi Bahasa Indonesia.
Nomor 2.

Proverawati, A. 2010. Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta:


Nuha Medika

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai