Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK

PADA MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS PUTAT JAYA SURABAYA

EVIYANTI
NIM. P27824621016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PENDERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Holistik
pada Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Putat Jaya Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. drg. Bambang Hadi Sugit, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Surabaya.
2. Ibu Astuti Setiyani, SST., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Ibu Evi Pratami, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Ibu Kharisma K,SSiT., M.Keb, selaku Pembimbing Pendidikan 1 Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
5. Ibu Ani Media H, SST., M.Keb, selaku Pembimbing Pendidikan 2 Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
6. dr. Ayu Ekanita Hendrayani, selaku Kepala Puskesmas Putat Jaya.
7. Ibu Askyatun, SST, selaku Pembimbing Lahan Puskesmas Putat Jaya.
8. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga tugas
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih ada banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk
menyempurnakan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 12 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 5
1.3 Pelaksanaan .................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7
2.1 Tinjauan Teori Menopause .......................................................................... 7
2.2 Tinjauan Teori Hot Flush ......................................................................... 22
2.3 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan ................................................. 26
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................ 48
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................ 51
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 51
5.2 Saran ........................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 52

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan
pertumbuhan pada manusia. Namun pada suatu saat perkembangan dan
pertumbuhan itu akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan
terjadi banyak perubahan fisik maupun psikolagis. Perubahan tersebut paling
banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu
fase menopause (Proverawati,2010).
Menurut Proverawati (2010), sebelum terjadi fase menopause biasanya
didahului dengan fase pramenopause dimana pada fase pramenopause ini terjadi
peralihan dari masa subur menuju masa tidak adanya pembuahan (anovulatoir).
Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala pramenopause pada usia 40-an
dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopause
dimana pada masa menopause ini wanita sudah tidak mengalami haid lagi.
Menopause merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis, indung
telur mulai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak
muncul lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan.
Premenopase adalah masa dimana tubuh mulai bertransisi menuju
menopause. Masa ini biasa terjadi selama 2-8 tahun dan ditambah 1 tahun di
akhir menuju menopause. Masa premenopause biasanya terjadi pada usia di atas
40 tahun, tetapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usia masih
dipertengahan 30 tahun (Lisnani, 2010). Perubahan fisik yang terasa dan
menibulkan rasa tidak nyaman adalah adanya semburan panas (hot flushes) dari
dada ke atas yang sering terjadi disusul dengan keringat banyak. Keluhan lain
yang dirasakan lagi seperti berdebar-debar (palpitis), vertigo, migraine, nafsu
seks (libido) menurun, gelisah, lekas marah, depresi, susah tidur (insomnia),
rasa kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabaran, rasa lelah,
keropos tulang, nyeri tulang belakang dan lainnya.
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya sekitar 25 juta

4
wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO juga
mengatakan pada tahun 2010, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas
menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40% dari wanita
pasca menopause tersebut tinggal di negara berkembang dengan usia rata-rata
mengalami menopause pada usia 51 tahun. WHO memperkirakan jumiah
wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat dari 500 juta pada
saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030. Di Asia, masih menurut
data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause akan melonjak
dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan kasar menunjukkan
akan terdapat sekitar 30-40 juta wanita dari seluruh jumlah penduduk Indonesia
yang sebesar 240-250 juta jiwa pada tahun 2020, dalam kurun waktu tersebut
(usia lebih dari 60 tahun). Hampir 100% telah mengalami menopause dengan
segala akibat serta dampak yang menyertainya (WHO, 2015).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada
wanita pada fase menopause sesuai dengan manajemen asuhan
kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada ibu menopause.
2. Melaksanakan pengkajian data obyektif pada ibu menopause.
3. Melakukan penegakan diagnosa data sesuai dengan data yang
didapatkan pada ibu menopause.
4. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
menopause.
5. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu
menopause.
6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu menopause.

5
1.3 Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan Holistik pada Menopause di Wilayah Kerja
Puskesmas Putat Jaya Surabaya dilaksanakan pada tanggal 06 Desember s/d 18
Desember 2021.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Menopause


2.1.1 Pengertian Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang
berarti bulan dan peuseis yang berarti “penghentian sementara”.
Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease
yang berarti “masa berhentinya menstruasi”. Dalam pandangan medis,
menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk
selamanya. Menopause merupakan saat terjadinya haid atau menstruasi
terakhir (Prawirohardjo, 2007). Menopause juga bisa diartikan masa
berhentinya menstruasi untuk selamanya biasanya menopause terjadi
pada wanita 45–55 tahun. Diagnosis menopause dibuat setelah berhenti
menstruasi kurang lebih satu tahun, berhentinya menstruasi dapat
didahului oleh siklus menstruasi yang panjang dengan pendarahan yang
berkurang. Umur waktu terjadinya menopause bisa dipengaruhi oleh
keturunan, kesehatan, dan pola hidup (Andira, 2010).
Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12 bulan haid tidak
datang lagi, maka ditetapkan menopause sebenarnya. Sebelum
menghadapi masa menopause secara alamiah, seseorang akan
dihadapkan pada masa premenopause yang terjadi 3–5 tahun sebelum
menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan klimakterium mulai
berkembang. Selanjutnya diikuti pada tahap menopause sampai
akhirnya post menopause yaitu tahap awal setelah 12 bulan tidak haid.
Tahap post menopause akan dihadapi semua wanita menopause baik
yang alamiah maupun menopause dini karena insidensi tertentu.
Gabungan premenopause dan postmenopause disebut masa
perimenopause. Pada masa inilah terjadi keluhan yang memuncak
(Reid, 2014).

7
2.1.2 Tahapan Menopause
Marettih (2012), mengatakan wanita pada usia 45 tahun akan
mengalami penuaan indung telur sehingga tidak sanggup untuk
memenuhi kebutuhan akan hormon estrogen dan progesterone yang
berpengaruh pada siklus menstruasi. Estrogen dikenal sebagai hormon
wanita yang utama bersama dengan progesteron, seperti vagina, uterus,
dan organ wanita lainnya tergantung keberadaan esterogen pada tubuh
sampai usia dewasa. Pengaturan estrogen membuat terjadinya
perubahan setiap bulannya dan mempersiapkan uterus untuk terjadinya
kehamilan.
Menurut Rebecca dan Brown menyebutkan bahwa hormone yang
berperan dalam siklus menstruasi ialah hormone estrogen dan
progesteron yang diproduksi oleh ovarium, serta hormone FSH (Folicel
Stimulating Hormone) dan LH (Luteineizing Hormone) yang
diproduksi oleh kelenjar hipofisis diotak, berada dalam kadar yang
tidak seimbang. Proses menstruasi terdapat dua faktor yang berperan,
pertama sedikitnya folikel yang matang mengakibatkan produksi
estrogen menurun selama dua minggu pertama siklus. Karena tidak ada
sel telur yang matang dalam folikel, maka sel telur tidak bisa
dilepaskan. Jika ovulasi tidak terjadi, maka tidak ada progesterone yang
diproduksi oleh korpus luteum pada paruh kedua siklus. Estrogen akan
terus membentuk lapisan endometrium tanpa diimbangi efek dari
progesterone yang berdampak pada tidak terjadi menstruasi. Faktor
Kedua, ovarium yang tidak bisa mengeluarkan sel telur yang matang
akan mengakibatkan kadar estrogen turun menjadi sangat rendah,
sehingga lapisan endometrium tidak terstimulasi untuk menyiapkan sel
telur yang dibuahi. Hal ini juga berdampak pada tidak terjadinya siklus
menstruasi (Ismiati, 2010).

8
2.1.3 Patofisiologi menopause
Menopause terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang
diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi, ini terjadi
secara alamiah. Seorang wanita memiliki folikel atau indung telur dari
sejak lahir, folikel-folikel matang ini bekerja untuk menghasilkan sel
telur pada saat memasuki usia pubertas yang ditandai dengan proses
menstruasi. Granulose secara otomatis menghasilkan estrogen yang
merupakan salah satu hormon reproduksi wanita. Estrogen tadi akan
memaksa folikel untuk mengeluarkan sel telur, keluarnya sel telur dari
korpus luteum ini akan meningkatkan produksi estrogen dan
progesteron. Progesteron sendiri menyiapkan tempat pembuahan
dengan menebalkan dinding endometrium. Jika setiap bulan sel telur
tidak terjadi pembuahan, maka membuat dinding endometrium yang
menebal tadi luruh. Luruhnya dinding endometrium dibuktikan dengan
keluarnya darah melalui lubang vagina dan inilah yang disebut
menstruasi. Ketika ovarium tidak lagi produktif, folikel yang dihasilkan
berkurang maka rangsangan produksi hormon estrogen dan progesteron
berangsur– angsur menurun. Kondisi ini yang semakin lama mencapai
titik pada masa klimakterium dengan keadaan menopause (Reid, 2014).

2.1.4 Macam-macam Menopause


a. Menopause dini
Usia rata-rata menopause alami atau berhentinya menstruasi adalah
50 tahun, meskipun begitu ada beberapa yang mengalami
menopause dalam usia 20 tahun hingga 30 sampai 40 tahun. Pada
menopause dini 75% wanita telah mengalami keluhan vasomotorik
dan 50% terjadi osteoporosis. Penyebab terjadinya menopause dini
yaitu penggunaan obat-obatan diet yang bekera sentral dapat
meningkatkan kadar hormon prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi
dapat menekan sekresi FSH dan LH, sehingga folikel tidak dapat
tumbuh dan dengan sendirinya akan terjadi menopause. Pengaruh

9
pemberian kemoterapi dapat juga menyebabkan menopause dini.
penyakit autoimun seperti miastenia, trombositopenia idiopatik,
glomerulonefritis, arthritis rheumatoid (Nirmala, 2003).
b. Menopause normal
Menopause yang alami umumnya terjadi pada usia 50 tahun,
menopause normal teradi karena folikel yang mengalami atresia
meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel yang cukup, produksi
estrogen berkurang tidak terjadi haid dan berakhir menopause
(Andrews, 2010).
c. Menopause terlambat
Menopause terlambat terjadi pada usia diatas 52 tahun, penyebab
terjadinya menopause terlambat yaitu kelebihan berat badan.
Estrogen dibuat didalam endometrium, tetapi sejumlah kecil
estrogen dibuat di sel-sel lemak, sehingga wanita obesitas akan
memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi (Prawirohardjo, 2006).

2.1.5 Periode Menopause


a. Pre-menopause
Fase ini merupakan fase dimana menstruasi mulai tidak teratur
antara usia 45-55 tahun, dengan pendarahan haid yang memanjang
dan relatif banyak (Prawirohardjo, 2006). Fase ini ditandai dengan
folikel dalam ovarium mulai berkurang dan berhenti memproduksi
estradirol, sehingga kelenjar hipofisa berusaha merangsang ovarium
untuk menghasilkan estrogen. Kemudia menyebabkan kadar FSH,
LH dan estrogen bervariasi meningkat dan menurun, kadar FSH, LH
dan estrogen yang bervariasi ini menyebabkan wanita mulai
merasakan geala vasomotor atau keluhan menopause (Baziad,
2003).
b. Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya
menstruasi. Menopause biasanya terjadi antara usia 56-60 tahun.

10
Dikatakan menopause jika dalam 12 bulan terakhir tidak mengalami
menstruasi dan tidak disebabkan oleh hal patologis. jumlah folikel
yang mengalami atresia terus meningkat sampai tidak tersedia lagi
folikel yang cukup dan produksi estrogen berkurang dan tidak terjadi
haid lagi. Pada fase menopause kadar FSH akan tinggi dan kadar
estradirol rendah (Baziad, 2003).
c. Pasca menopause
Pascamenopause yaitu ketika seseorang wanita telah mampu
menyesuaikan dengan kondisinya, berlangsung kurang lebih 3-5
tahun setelah menopause, antara usia 60 tahun. Fase post menopause
ovarium tidak berfungsi lagi dan kadar gonadropin akan meningkat,
sehingga menyebabkan produksi inhibin berhenti akibat tidak
tersedianya jumlah folikel yang cukup (Baziad, 2003)

Gambar 2.1 Fase-faseMenopause (Baziad, 2003)

2.1.6 Tanda dan Gejala Klinis Menopause


Menopause ternyata memberi pengaruh ketidaknyamanan. Gejala
menopause dapat dikelompokkan menjadi gejala vasomotor, gejala
psikis, dan gejala urogenital. Berikut dikemukakan beberapa gejala
yang sering muncul pada kondisi menopause, antara lain: (Aqila, 2010)
1. Gejala vasomotor
a. Hot flashes
Hot flashes yaitu perasaan panas,gerah bahkan rasa
seperti terbakar pada area wajah, lengan, leher dan tubuh bagian
atas serta munculnya keringat berlebih khususnya pada malam
hari. Kondisi ini adalah kondisi yang paling sering dikeluhkan

11
dan menjadi pemberat utama dalam menghadapi masa
klimakterium. Keadaan ini umumnya berlangsung selama 3
sampai 5 menit, walaupun intesitas dan durasinya bisa
bervariasi pada tiap wanita. Pada beberapa orang keluhan ini
bisa disertai oleh gejala palpitasi, rasa berdenyut pada kepala
dan leher, nyeri kepala, kadang mual, dan ansietas. Perubahan
fisiologis yang dapat terlihat adalah peningkatan temperatur
tubuh, denyut, nadi dan nafas (Reid, 2014).
Hot flashes terjadi akibat peningkatan aliran darah di
dalam pembuluh darah wajah, leher, dada dan punggung. Kulit
menjadi merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan.
Sekitar 75 % wanita mengalaminya selama 1 tahun, dan 25-50%
mengalaminya selama lebih dari 5 tahun. Hot flashes dapat
berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.Keluhan hot flush
mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen
yang rendah. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif
dalam meredakan keluhan hot flush pada 90% kasus (Suparni,
2016).
b. Kesulitan tidur
Secara normal kebutuhan tidur orang dewasa
pertengahan adalah tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur Rapist
Eye Movement (REM), mungkin mengalami Insomnia dan sulit
untuk dapat tidur. Sedangkan kebutuhan tidur dewasa tua adalah
sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, mungkin mengalami
insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur di malam hari.
Gangguan tidur atau dapat diistilahkan insomnia sering menjadi
keluhan pada wanita menopause (Sihombing, 2010).
Menurut Lumbantobing (2007), insomnia merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang ingin tidur, tetapi
mengalami kesulitan untuk memulai tidur (jatuh tidur), sulit
mempertahankan keadaan tidur dan bangun terlalu pagi.

12
Keluhan lain yang sering terjadi adalah sering terbangun dari
tidur dan sulit untuk tidur lagi setelah bangun malam.
Kurang nyenyak dalam tidur dapat menurunkan kualitas
hidup sesorang. estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur
dan reseptor estrogen ditemukan dalam otak yang mengatur
tidur (Baziad, 2003).
Gilly A, (2003) mengatakan insomnia yang menimpa
rasa menopause dapat diakibatkan juga karena adanya keringat
yang berlebih pada malam hari sehingga menimbulkan rasa
panas dan ketidaknyamanan, selain itu juga bisa diakibatkan
oleh intensitas buang air kecil yang sering.
c. Keringat berlebih
Keringat berlebih atau disebut juga hiperhidrosis
nocturnal sering terjadi pada malam hari meskipun kondisi
tubuh sedang rileks dan cuaca tidak panas. Penurunan hormon
noradrenalin menimbulkan vasodilitasi pembuluh darah kulit,
temperatur kulit sedikit meningkat dan menimbulan perasaan
panas selain itu pada malam hari akan keluar keringat yang
berlebih. Vasodilatasi dan pengeluaran keringat tersebut
menyebakan pengelauarn panas tubuh sehingga kadang-kadang
beberapa wanita menopause mengalami kedinginan (Reid,
2014).
d. Palpitasi
Palpitasi adalah suatu kondisi ketika jantung berdetak
cepat berulang kali tanpa ada tanda-tanda berhenti. Kontraksi
prematur menyebabkan jantung berdenyut dua kali dengan
sangat cepat sehingga mengakibatkan lebih banyak darah yang
memasuki jantung pada denyutan ketiga. peningkatan jumlah
darah ini mengakibatkan jantung lebih banyak berkontraksi dan
memiliki denyutan yang kuat. Palpitasi pada masa menopause
dapat disebabkan karena adanya penrunan hormon estrogen

13
yang memengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis (Reid,
2014).
e. Gangguan punggung dan tulang
Rendahnya kadar estrogen menjadi salah satu penyebab
proses osteoporosis pada wanita menopause. Kadar estrogen
yang berkurang pada saat menopause, akan diikuti dengan
penurunan penyerapan kalsium yang terdapat pada makanan.
Tubuh mengatasi masalah ini dengan menyerap kembali
kalsium yang terdapat dalam tulang. Akibatnya, tulang menjadi
keropos dan rapuh. Linu dan nyeri yang dialami wanita
menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya
penyerapan kalsium. Berdasarkan literatur yang ada diketahui
bahwa kita kehilangan sekitar 1% tulang dalam setahun akibat
proses penuaan. Tetapi setelah menopause, terkadang wanita
akan kehilangan 2% tulang dalam setahun (Reid, 2014).
2. Gejala psikologis
Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan diatas, terdapat
pula gejala psikis yang menonjol pada wanita menopause seperti
mudah tersinggung, susah tidur, kecemasan, gangguan daya ingat,
stress, depresi, tertekan, gugup dan kesepian. Ada juga wanita yang
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan
seksual, merasa tidak dibutuhkan. Semua tanda dan gejala diatas
mulai datang pada waktu yang lebih awal yaitu sekitar 3–5 tahun
sebelum menopause atau sebanding dengan usia 40–45 tahun (Reid,
2014).
Gejala ini merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
pada aspek psikologis maupun kognitif wanita (Dita Andira, 2010,
p.66) diantaranya:
a. Perubahan emosi
Perubahan emosi disini tampak pada kelelahan mental,
menjadi lekas marah, dan perubahan suasana hati yang begitu

14
cepat. Biasanya perubahan yang terjadi tidak disadari oleh
wanita tersebut. Maka diperlukan pendekatan khusus seperti
obrolan ringan dengan sahabat atau siapa saja yang pernah
mengalami hal yang sama sering kali dapat menjadi dukungan
emosi terbaik.
b. Mudah lelah
Fatigue atau bisa diebut juga mudah lelah sering kali
muncul ketika menjelang masa premenopause karena terjadi
perubahan hormonal pada wanita, yaitu terutama hormon
estrogen (Proverawati, 2010).
c. Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung
Penurunan kadar estrogen berpengaruh terhadap
neurotransmiter yang ada di otak. neurotransmiter yang terdapat
di otak antara lain: dopamin, serotonin, dan endorfin. dopamin
mempunyai fungsi untuk mempengaruhi emosi, sistem
kekebalan tubuh, dan seksual. kadar dopamin dipengaruhi oleh
estrogen, selain itu endorfin dapat merangsang terbentunya
dopamin. serotonin berfungsi untuk mempengaruhi suasana hati
dan aktivitas istirahat. sedangkan endorfin menjalankan fungsi
yang berhub ungan dengan ingatan dan persaan seperti rasa
nyeri, sakit. Penurunan kadar endorfin, dopamin, dan serotonin
tersebut dapat mengakibatkan gangguan yang berupa
menurunnya daya ingat dan suasana hati yang sering berubah
atau mudah tersinggung (Proverawati, 2010).
d. Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan dan kesedihan. Wanita menopause yang
mengalami depresi akan lebih sering merasa sedih karena
kehilangan kemampuan reproduksinya. Pada masa menopause,
anak-anak yang sudah tumbuh dewasa cenderung sibuk dengan
urusan masing-masing, saat itulah wanita menopause benar-

15
benar merasa kehilangan perannya.
Wanita menopause terjadi perubahan suasana
hatiatauemosional yangberlangsung drastis, merasatertekan,
terpuruk. Gejala depresi diantaranya murung atau letih, sulit
tidur pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus-menerus,
sulit membuat keputusan, rasa bersalah, rasa sedih dan
dorongan untuk menangis, terkadang penderita depresi
cenderung suka makan, minum, merokok, dan terkadang bisa
pula kehilangan nafsu makan (Dita Andira,2010).
3. Gejala urogenital
a. Vagina kering
Vagina kering akibatnya sakit saat melakukan hubungan
seks. Keringnya vagina dapat terjadi karena penurunan produksi
hormon estrogen yang secara berangsur-angsur meminimalkan
pengeluaran cairan vagina. Selain itu otot-otot vagina juga
semakin kendur dan daya kontraksinya lebih rendah. Hal ini
secara tidak langsung nantinya berdampak pada menurunnya
libido (Reid, 2014).
Penurunan kadar estrogen menyebabkan vagina menjadi
kering dan kurang elastis. Oleh karena itu sebagian wanita
menopause akan merasakan sakit saat berhubungan seksual.
Biasanya wanita menopause juga akan merasakan gatal pada
daerah vagina. Kondisi tersebut menyebabkan wanita
menopause rentan terhadap infeksi vagina (Reid, 2014).
b. Masalah pada kandung dan saluran kemih
Kadar estrogen yang rendah akan menimbulkan
penipisan pada jaringan kandung kemih dan saluran kemih.
Menurunnya kadar estrogen juga akan menyebabkan terjadinya
penurunan kontrol dari kandung kemih sehingga sulit untuk
menahan untuk buang air kecil. Adanya gejala lemahnya otot
disekitar kandung kemih, akan meningkatkan resiko terkena

16
infeksi saluran kemih (Reid, 2014).

2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Masa Menopause


1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan tidak secara langsung berhubungan
dengan kesehatan. Tetapi tingkat pendidikan secara signifikan
mempengaruhi tingkat pengetahuan wanita mengenai menopause,
sehingga mempengaruhi pula respon wanita (Lewina S, 1996).
Wanita yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima
informasi tentang masalah kesehatan, dimana pengetahuan yang
lebih tentang menopause akan membantu wanita dalam memahani
dan mempersiapkan dirinya menjalani masa menopause serta akan
membantu wanita dalam melakukan pencegahan terhadap keluhan-
keluhan yang muncul (Kasdu, 2002).
2. Tingkat sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi memengaruhi faktor fisik,
kesehatan, dan lingkungan. Apabila faktor-faktor diatas cukup baik
akan mengurangi beban fisiologis dan psikologis seorang wanita.
Keadan ekonomi uga berkontrubusi secara tidak langsung terhadap
kesakitan wanita pada masa-masa menopause (Lewina S, 1996).
3. Gaya hidup
a. Merokok
Nikotin dalam rokok dapat memengaruhi metabolisme
estrogen, sebagai hormon yang salah satu tugasnya mengatur
siklus haid, kadar estrogen harus cukup dalam tubuh. Gangguan
pada metabolisme akan menyebabkan haid tidak teratur dan lebih
cepat memasuki masa menopause (Noerpramana, 2002).
Berdasarkan penelitian dokter dari Universitas Oslowanita yang
aktif merokok akan lebih mengalami menopause dini
dibandingkan dengan yang tidak merokok (Aqila, 2010).

17
b. Konsumsi alkohol
Alkohol mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada
tulang melalui regulasi mineral, seperti metabolit vitamin D, dan
hormon paratiroid. konsumsi alkohol pada wanita masa
menopause lebih dari 200 ml /hari selama lebih dari 12 bulan
meningkatkan kehilangan masa tulang dan risiko terjadinya
fraktur (Noerpramana, 2002).
c. Konsumsi kafein
Konsumsi atau minuman yang mengandung kafeinseperti
kopisecara berlebihan terbukti dapat meningkatkan hormon
andrenalin dalam darah yang menyebabkan peningkatan aktivitas
otot jantung dalam memompa darah dan meningkatkan tekanan
darah, sehingga aliran darah ke berbagai organ tubuh menigkat,
hal inilah yang mendasari meningkatkan potensi hot flushes
(DitaAndira, 2010).
4. Budaya dan lingkungan
Gejala masa menopause bukanlah fenomena biologis
semata, tetapi merupakan interaksi dari fenomena sosiologis,
lingkungan dan kultural. Wanita menopause di Eropa dan Amerika
mempunyai keluhan psikologis yang tinggi, hal ini disebabkan
karena memliki kebudayaan menonjolkan nilai kecantikan dan daya
tarik seksual. Wanita menopause Arab dan Pakistan memiliki
keagamaan kuat dan tidak menonjolkan seksualitas keluhan
psikologis masa menopause jarang didapatkan (Noerpramana,
2002).Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat
mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan
diri dengan fase klimakterium dini.
5. Usia haid pertama kali (Menarche)
Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan
adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan
usia seorang wanita memasuki menopause. Kesimpulan dari

18
penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda
seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama
seorang wanita memasuki masa menopause.
Pada saat wanita memasuki masa pubertas, sejumlah folikel
akan diaktivasi dari follicle pool tersebut sebagai respon terhadap
kehadiran hormon FSH di setiap siklus reproduksi. Proses ini
dikenal sebagai initial recruitment dan dipengaruhi oleh Anti-
Mullerian Hormone (AMH) yang mempunyai peranan sebagai
inhibitor proses initial recruitmen. AMH akan membuat habisnya
persediaan dalam follicle poolsecara prematur dan membuat
menopause terlalu dini, selain itu pengaruh paritas terhadap usia
menopasue dikendalikan oleh reseptor hormon AMH.
Seiring dengan perubahan hormonal menjelang paritas,
kadar progesteron yang terlalu tinggi terbukti akan meningkatkan
ekspresi reseptor AMH di jaringan. AMH yang terlalu tinggi akan
memperkuat efek inhibisi proses initial recruitment dari folikel
perimordial sehingga memperlambat kejadian menopause (Andika,
2010).
6. Usia melahirkan
Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Medical
Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita yang masih
melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami menpause yang
lebih tua. Penyebabnya karena kehamilan da persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan
memperlambat penuaan tubuh.
7. Keturunan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu dan anak
perempuannya cenderung mengalami menopause pada usia yang
sama. Salah satunya yaitu sebuah studi adanya riwayat keluarga
pada ibu seorang wanita yang mengalami menopause dini (Biela,
2002). Beberapa hasil penelitian telah berhasil mengindentifikasi

19
gen yang turut menentukan menopause seorang wanita, gen tersebut
dijumpai pada kromosom 9 quantive-trait loci. Tapi diperlukan
beberapa penelitian untuk mengatahui apakah genetika menjadi
faktor kunci dalam menentukan usia menopause (Stolk, 2009).
8. Status gizi
Menurut Mulyani (2013), faktor yang juga mempengaruhi
menopause lebih awal biasanya dikarenakan konsumsi yang
sembarangan. Jika ingin mencegah menopause lebih awal dapat
dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti
merkok, serta mengkonsumsi makanan yang baik misalnya seak
masih muda rain mengkonsumsi makanan seperti kedelai, kacang
merah, bengkoang, atau pepaya.
9. Menerapkan pola makan yang sehat
Terdapat sejumlah zat gizi yang sangat penting saat wanita
mengalami menopause, diantara lain:
a. Kalsium
Pada masa premenopause kalsium mengalami
penurunan, kalsium penting untuk kekuatan tulang agar tetap
kuat dan sehat berhubungan dengan meningkatnya risiko wanita
menopause mengalami osteoporosis. Sumber kalsium yang baik
antara lain dari produk susu, misalnya susu, keju, yogurt, kuning
telur (Proverawati, 2010).
b. Vitamin D
Vitamin D sangat baik untuk membantu penyerapan
kalsium pada tulang sehingga baik dikonsumsi bersamaan
dengan kalsium untuk menghambat terjadinya osteoporosis.
Suplemen vitamin D dan kalsium bisa mengurangi tetapi tidak
bisa mencegah terjadinya pengeroposan tulang saat
premenopause, menopause, dan pasca menopause (Proverawati,
2010).
Sebagian besar vitamin D diperoleh dari kulit kita yang

20
terpapar sinar matahari, tetapi dalam jumlah kecil akan
diperoleh dari makanan yang kita peroleh. Sumber vitamin D
yang baik antara lain minyak ikan, ikan sardin, ikan makarel,
hati, dan telur (Nirmala,2003).
c. Vitamin E
Vitamin E melindungi wanita menopause dari masalah
jantung dan juga dapat mengatasi hot flush (rasa panas) dan
berkeringat di malam hari. Vitamin E dapat diperoleh dari
makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, minyak sayur,
dan sereal (Nirmala,2003).
d. Fitoestrogen
Fitoestrogen terdiri dari 3 komponen utama yaitu
isoflavon, coumstan, dan lignan. Isoflavon merupakan salah
satu fitoestrogen yang banyak diteliti. Beberapa studi
menunjukan fitoestrogen memiliki manfaat berkaitan dengan
penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan gejala-gejala
menopause (Proverawati, 2010).
Sumber isoflavon dapat diperoleh dari kacang merah,
kecambah, atau kedelai (olahan kedelai seperti susu, tahu,
tempe). Kedelai dapat memperbaiki lipoprotein dalam darah dan
dapat menurunkan kadar kolesterol jahat. (Aqila, 2010).
e. Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
Serat penting karena menyerap air dan meningkatkan
bakteria yang bermanfaat dalam usus. Proses ini akan
membentuk kotoran dalam jumlah besar, dan membuat usus
bekerja dengan baik, serta mengurangi resiko penyakit usus
besar. Demikian yang terdapatdalam sayuran segar seperti
bayam, kentang, kol, dan kacang-kacangan (Nirmala, 2003).

21
2.2 Tinjauan Teori Hot Flush
1) Definisi
Hot flush adalah rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar
ke seluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada wajah, dada, dan
kepala. Rasa panas ini sering di ikuti dengan timbulnya warna
kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30
detik sampai dengan beberapa menit (Smart, 2010).
Rasa panas terkadang terjadi bahkan sebelum seseorang wanita
memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam
5 tahun, tetapi di antaranya akan terus mengalami hingga 10 tahun.
Panas yang di derita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan
lembap (Smart, 2010).
Rasa panas atau hot flush adalah perasaan panas secara tiba- tiba
yang di rasakan pada leher, wajah dan bagian atas dada. Biasany a
berlangsung selama 15 detik sampai 1 menit (Wirakusumah, 2004).
2) Gejala
Menurut Wirakusumah (2004), gejala hot flush adalah :
1) Rasa mengelitik pada jari-jari dan tangan yang merayap ke kepala
2) Berkeringat begitu saja, tidak di iringi dengan wajah yang memerah
3) Suhu tubuh meningkat begitu saja secara tiba-tiba dan menyebabkan
tubuh kemerahan keringat mengucur di seluruh tubuh
4) Ada kalanya di ikuti dengan kedinginan dan berkeringat pada waktu
malam.
3) Etiologi
Arus panas terjadi karena berubahnya kadar hormone. Diduga,
perubahan kadar estrogen menyebabkan pembuluh darah membesar
secara mendadak sehingga terjadi arus dan hilang secara cepat sehingga
tubuh merasakan panas. Selain itu dapat disebabkan oleh perubahan
fungsi hipotalamus yang mengatur suhu tubuh kita (Wirakusumah,
2004).

22
4) Predisposisi Hot Flushes
a) Konsumsi Kafein
Konsumsi atau minuman yang mengandung kafein seperti kopi
secara berlebihan terbukti dapat meningkatkan hormon andrenalin
dalam darah yang menyebabkan peningkatan aktivitas otot jantung
dalam memompa darah dan meningkatkan tekanan darah, sehingga
aliran darah ke berbagai organ tubuh menigkat, hal inilah yang
mendasari meningkatkan potensi hot flushes (Dita Andira, 2010).
b) Indeks Massa Tubuh
Penelitian menunjukkan wanita dengan Indeks Masa Tubuh
32kg/m2 lebih sering mengalami hot flushes dibanding kan dengan
wanita yang memiliki Indeks Masa Tubuh kurang dari 19kg/m2 23
Hubungan antara hot flushes dan indeks masa tubuh mungkin hanya
pada wanita yang usianya lebih muda yaitu di awal memasuki masa
transisi menopause atau sepanjang masa transisi perimenopause (40-50
tahun).
Di sisi lain, indeks masa tubuh yang tinggi dapat menjadi faktor
pelindung terhadap hot flushes pada wanita yang usianya lebih tua (usia
51-60) atau postmenopause dimana kadar estrogen telah berkurang
secara nyata dibandingkan wanita pada masa transisi menopause. Hal
ini dikarenakan adanya konversi androgen menjadi estrogen pada
jaringan lemak. Hipotesis klinis yang telah diteima secara luas adalah
wanita dengan berat badan yang lebih rendah akan mengalami hot
flushes lebih sering dibandingkan dengan wanita yang lebih gemuk
(Fernandeez et al, 2010).
c) Merokok
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa merokok memiliki
hubungan positif dengan gejala hot flushes. Merokok dapat memicu
seorang wanita untuk mengalami hot flushes lebih sering dan lebih
berat. Pada wanita mantan perokok, tidak memiliki peningkatan resiko
untuk mengalami hot flushes sedang atau berat apabila dibandingkan

23
dengan wanita yang tidak pernah merokok sama sekali. Namun
demikian, peningkatan resiko mengalami hot flushes ditemukan secara
bermakna pada wanita yang masih merokok di saat masa transisi
menopause (Whiteman, 2003).

5) Penanganan Hot Flushes


Menurut Rebecca et all, 2012 terdapat beberapa pilihan gaya hidup
untuk mengatasi gejala Hot Flushes, diantaranya:
a) Menjaga suhu inti tubuh sedingin mungkin
• Selalu pilih bahan pakaian yang berbahan dasar cotton atau lapisan
cotton
• Gunakan kipas angin
• Menjaga suhu kamar tetap dingin (terutama untuk tidur)
• Mengkonsumsi minuman dingin
• Gunakan perangkat pendingin eksternal (yaitu, bantal khusus)
• Gunakan bahan tenun baik pakaian dan alas tidur yang menyerap
keringat
b) Menjaga berat badan.
• Beberapa studi menunjukkan indeks massa tubuh yang lebih tinggi
(≥27 kg /m2) menjadi factor predisposisi terjadinya hot flash yang
tinggi
• Pada peri dan pascamenopause peningkatan lemak tubuh
berhubungan dengan peningkatan frekwensi hot flash
c) Hindari merokok
Merokok (baik masa lalu atau saat ini) meningkatkan risiko hot
flashes, mungkin karena berpengaruh pada metabolism estrogen.
d) Berolahraga secara teratur
• Latihan harian dikaitkan dengan insiden penurunan hot flash
• Aktivitas fisik yang kurang meningkatkan risiko hot flash
• Latihan fisik mungkin berhubungan dengan durasi hot flash yang
lebih singkat

24
• Olah raga yang berat seperti aerobic, jogging, renang dapat menjadi
pemicu hot flashes pada sebagian Wanita
• Contohnya termasuk meditasi, yoga, tai chi, pijat, atau mandi hangat
santa
e) Mempraktikkan teknik relaksasi
• Kecemasan berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan tingkat
keparahan hot flashes
• Beberapa wanita melaporkan merasa lebih rileks dengan teknik
pernapasan konsisten dan stabil (dalam, pernapasan perut lambat)
ketika mulai muncul perasaan panas.
f) Hindari pemicu semburan panas yang dirasakan secara pribadi,
contohnya termasuk minuman panas, kafein, makanan pedas, alkohol,
reaksi emosional
g) Mengkonsumsi Vitamin E
Vitamin E melindungi wanita menopause dari masalah jantung
dan juga dapat mengatasi Hot Flushes (rasa panas) dan berkeringat di
malam hari. Vitamin E dapat diperoleh dari makanan seperti kacang-
kacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sereal (Nirmala,2003).

6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan:
Menurut Wirakusumah (2004), untuk mengatasi hot flush (rasa
panas) pada diri pasien, dapat dilakukan beberapa cara antara lain :
1) Berfikir positif dan jangan panik, menerima menopause sebagai salah
satu bagian dari perjalanan kehidupan normal seorang perempuan.
2) Menerapkan pola hidup sehat sejak dini. Pola hidup sehat meliputi
pola makan yang teratur dan mengandung gizi yang seimbang.
Asupan vitamin dan mineral juga harus terjaga.
3) Melakukan olah raga teratur, misalnya dengan jalan kaki rutin dan
memanfaatkan sinar matahari untuk mencegah osteoporosis.
4) Konsumsi makanan yang mengandung zat makanan yang bersifat

25
menyerupai esterogen per hari diperlukan sekitar 30-50 mg.
5) Hindari konsumsi rokok dan alkohol.
6) Membatasi konsumsi kopi karena dapat meningkatkan potensi hot
flush.
7) Menghindari mengonsumsi garam berlebihan, karena dapat
mengakibatkan sekresi kalsium dari tulang sehingga mengakibatkan
resiko osteoporosis.
8) Jangan ragu konsultasi ke dokter jika mengalami gejala menopause.
9) Pilih asupan makanan yang mengandung omega 3 ting gi yang
terdapat pada ikan laut dalam serta ikan salem.
10) Anjurkan pada ibu untuk mengunakan pakaian tipis dan penutup
alas tidur dari bahan katun.
Penatalaksanaan medis:
Menurut Purwoastuti (2008), obat-obat mengurangi hot flush (rasa
panas) dan keringat pada malam hari :
1) Clonidine (dixarit®, Catapres®) 2 x 1 perhari
2) Selective Serotinin, Aceptor inhibitor (SSPI) 2 x 1 perhari
Hormon terapi paling efektif untuk mengobati adanya hot flush
(muka kemerahan), keringat pada malam hari, atau kekeringan vagina.
Tetapi ada beberapa resiko yang menyertai pengobatan HRT ini, apabila
digunakan dalam jangka waktu yang lama (Purwoastuti, 2009).

2.3 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan


2.3.1 Pengertian
Majemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfikir pada klien (Varney,
2004).
Manajemen Kebidanan dan langkah-langkah Asuhan Kebidanan.

26
Menurut Varney (2004), adalah sebagai berikut :
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses periodik dimulai dengan membentuk krangka lengkap yang
dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah sesuai
dengan keadaan pasien. Adapun pelaksanaan menggunakan
manajemen kebidanan tujuh langkah Varney tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Langkah pertama : Pengumpulan dan pengkajian data
Pengkajian adalah sistematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Varney, 2004), tahap ini meliputi:
1) Data subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan untuk
mengetahui keluhan atau masalah yang dirasakan (Priharjo,
2006).
a) Biodata
Menurut Varney (2004), adalah sebagai berikut:
(1) Nama
Nama pasien dan suami untuk mengetahui identitas
pasien dan suami sebagai orang yang bertanggung
jawab.
(2) Umur
Untuk mengetahui batasan usia menopause
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pada pasien tersebut
untuk membimbing dan mengarahkan pasien dalam
berdoa
(4) Suku bangsa
Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut oleh
pasien.

27
(5) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
(6) Alamat
Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien
dengan nama yang sama atau untuk keperluan
kunjungan rumah.
(7) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga atau
penghasilan.
(8) Keluhan utama
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi
yang berkaitan dengan ibu menopause dengan hot
flash atau pun yang dikeluhkan pasien (Ambarwati,
2008). Keluhan hot flush (rasa panas) yang sering
terjadi pada wajah, dada, kepala, insomnia (sulit
tidur), gelisah (Varney, 2006).
(9) Riwayat perkawinan
Adalah untuk mengetahui status perkawinan, jika
menikah apakah ini pernikahan yang pertama apakah
pernikahan “bahagia” jika belum menikah apakah
terdapat hubungan yang bersifat mendukung (Farrer,
2006).
(10) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus, lama,
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, terakhir
atau tidak, sifat darah dan keluhan-keluhan yang
dirasakan pada waktu menstruasi (Nursalam, 2006).
(11) Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu

28
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya
dan hasil akhirnya (abortus), lahir hidup, apakah
anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan
yang baik, apakah terdapat komplikasi intervensi
pada kehamilan, persalinan, ataupun nifas
sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui
penyebabnya (Farrer, 2006).
(12) Riwayat keluarga berencana
Yang perlu kaji adalah apakah ibu pernah menjadi
akseptor KB. Kalau pernah, kontrasepsi apa yang
pernah digunakan, berapa lama keluhan pada saat
ikut KB, alasan berhenti KB (Varney, 2004).
(13) Riwayat Penyakit
• Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan yang
berhubungan dengan keluhan atau masalah
kesehatan. Latar belakang atau faktor pencetus
yang berhubungan dengan keluhan, nyeri, jenis
nyeri, ketidaknyamanan dan keparahan atau
intensitas dan sebagainya (Varney, 2007).
• Riwayat penyakit sismetik
Riwayat kesehatan yang lalu ditanyakan untuk
mengidentifikasi kondisi kesehatan dan untuk
mengetahui penyakit yang diderita dahulu
seperti hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS
(Hyre, 2006).
• Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan
apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita
penyakit menular misalnya PMS, HIV / AIDS,
hepatitis B, TBC dan menurun misalnya
hipertensi, jantung, asma, DM. (Varney 2004).

29
• Riwayat keturunan kembar perlu ditanyakan
apakah dalam keluarga ibu memiliki keturunan
kembar (Varney 2004).
(14) Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien
sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan
bagaimana pola makanan sehari-hari apakah
terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2006).
• Pola nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada
pasien dengan mengamati adakah penurunan
berat badan atau tidak pada pasien (Susilawati,
2008).
• Pola eliminasi
Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali
sehari warna dan konsistensi (Susilawati, 2008).
• Pola istirahat
Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang
dan berapa lama ibu tidur pada malam hari
(Susilawati, 2008).
• Pola seksual
Untuk mengkaji berapa frekuensi yang
dilakukan akseptor dalam hubungan seksual.
Pada akseptor KB implant yang dikeluhkan ialah
mengeluarkan bercak darah (Hartanto, 2008).
• Pola hygiene
Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi,
kebersihan perawatan tubuh terutama genetalia
berapa kali dalam sehari. Karena dengan
kebiasaan pola hygiene akan berpengaruh pada
ketidaknyamanan perawatan tubuh terutama

30
pada genetalia (Susilawati, 2008).
(15) Data Psikologis
Dengan menggunakan psikologi kesehatan maka
akan diketahui gaya hidup ibu dan pengaruh
psikologi kesehatan terhadap gangguan kesehatan
(Susilawati, 2008). Data psikologi ini untuk
memperkuat data dari pasien terutama secara
psikologis, data meliputi dukungan suami dan
keluarga kepada ibu menopause dengan hot flush
(Hartanto, 2008).
2) Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat dilihat dan
diobservasikan dengan kesehatan (Priharjo, 2006). Tujuan
dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang adalah
untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi menopause
(Mufdlilah, 2009).
a) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Mengetahui keadaan umum ibu
menopause dengan hot flush yaitu cukup (Varney, 2004).
Kesadaran : Menilai status kesadaran umum menopause
dengan hot flush yaitu composmentis (Varney, 2004).
• Composmentis yaitu kesadaran normal sadar
sepenuhnya dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
• Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh.
• Delirium gelisah disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi kadang
berkhayal.
• Somnolen yaitu keadaan menurun respon psikomotor

31
yang lambat mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jauh tertidur lagi mampu memberi jawaban verbal.
• Stupor yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
repon terhadap nyeri.
• Coma yaitu tidak bisa dibagunkan tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (Uliyah, 2008).
b) Pemeriksaan tanda vital
• Tekanan darah (Vital sign): Mengetahui faktor resiko
hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya
mmHg. Keadaan normal antara 120/80 mm/Hg
sampai 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak
lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak
lebih dari 15 mmHg dari keadaan pasien normal,
keadaan pada ibu menopause dengan hot flush yaitu
antara 140/90 mmHg (Wiknjosastro, 2006).
• Pengukuran Suhu: Mengetahui suhu badan pasien,
suhu badan normal adalah 36 °C sampai 37 °C.
Pada ibu menopause dengan hot flush yaitu antara 38 °C
(Wiknjosastro, 2006).
• Nadi : Memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut
nadi normal 70 kali/ menit sampai 88 kali/ menit.
Pada ibu menopause dengan hot flush yaitu 90 kali/
menit. (Perry & Potter, 2005).
• Pernafasan : Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi
nafas dalam satu menit. Pernafasan normal 22 kali/
menit sampai 24 kali /menit dan pernafasan pada ibu
menopause dengan hot flush yaitu 20 kali/ menit
(Saifuddin, 2007).
c) Pemeriksaan sistematis
• Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan dan

32
karakteristik seperti ikal, lurus, keriting (Alimul,
2006).
• Muka : Keadaan muka pucat atau tidak ada kelainan,
adakah oedema (Wiknjosastro, 2006).
• Mata : Conjungtiva berwarna merah muda atau tidak,
sklera berwarna putih atau tidak (Alimul, 2006).
• Hidung : untuk mengetahui apakah ada polip atau
tidak (Alimul, 2006).
• Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang
telinga dan ada serumen atau tidak (Alimul, 2006).
• Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada
caries atau tidak dan ada karang gigi atau tidak
(Wiknjosastro, 2006).
• Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok
atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening
(Farrer, 2008).
• Dada : Apakah ada kelainan pada dada. Apakah
bentuk simetris atau tidak (Alimul, 2006).
• Payudara : Apakah ada benjolan tumor dan apakah
ukurannya simetris kanan dan kiri (Farrer, 2008)
• Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas
operasi, adakah nyeri tekan (Farrer, 2008).
• Anogenital : Untuk mengetahui apakah ada varices,
ada luka atau tidak (Alimul, 2006).
• Ekstremitas : Apakah ada kelainan, lengkap atau
tidak fungsi biasa atau tidak ada oedema reflek
pathella (Farrer, 2008).
d) Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah data atau fakta yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium

33
pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG) dan lain -lain
(Varney, 2004). Pada kasus Menopause dengan hot flush
ini dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan HB. Bila deketahui HB < 8 gr% segera beri
tablet FE.
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar-benar atas data-
data yang telah terkumpul. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
kebidanan dan masalah yang spesifik (Ambarwati, 2008). Data
dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga
dirumuskan diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007).
1) Diagnosa kebidanan, dengan:
Ny. X P… A… umur X tahun dengan Hot Flush
Data dasar:
(a) Data Subyektif
(1) Ibu mengatakan berumur 50 tahun.
(2) Ibu merasa cemas dengan keadaannya.
(3) Ibu mengalami rasa panas yang dialami akibat
berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah
memerah
(4) Ibu sulit untuk tidur pada malam hari (Smart, 2010).
(b) Data Obyektif:
(1) Keadaan umum : baik
(2) Kesadaran : Composmentis
(3) Vital sign : Tekanan darah 140/90 mmHg, Suhu 38
°C, nadi 90 kali /menit, respirasi 20 kali /menit
(4) BB : 51 kg.

34
(5) TB : 158 cm
(6) Kulit : Kemerahan (Varney, 2004).
(c) Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman
pasien yang ditemukan dari pengkajian atau yang
menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2008).
Masalah yang sering ditemukan pada menopause
dengan hot flush adalah ibu merasakan cemas dengan
keadaannya (Saifudin, 2004).
(d) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang di butuhkan
pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa
masalah yang di dapatkan dengan melakukan analisis
data (Verney, 2004).
Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu menopause
dengan hot flush adalah memberikan konseling
mengenai perubahan yang terjadi selama menopause
dan masalah yang sering muncul pada masa
menopause (Purwoastuti, 2008).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah
diidentifikasi (Ambarwati, 2008). Pada kasus ibu menopause
dengan hot flush diagnosa potensialnya terjadi gangguan
psikologis (Depresi) (Purwoastuti, 2008).
d. Langkah IV : Antisipasi / Tindakan Segera
Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien (Soepardan, 2007).
Pada kasus ibu menopause dengan hot flush tindakan segera di

35
berikan clonidine 0,1 mg 2 kali sehari sebanyak 3 tablet
(Purwoastuti, 2008)
e. Langkah V : Perencanaan
Pada langkah ini di rencanakan asuhan menyeluruh yang di
tentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya (Soepardan,
2007). Menurut Purwoastuti (2008), rencana tindakan yang
dapat dilakukan untuk asuhan kebidanan pada ibu menopause
dengan hot flush adalah :
• Beritahu ibu tentang menopause.
• Beritahu ibu tentang gejala serta masalah yang muncul pada
menopause.
• Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin dan kalsium.
• Anjurkan pada ibu untuk mengurangi konsumsi minum kopi
atau teh serta menghindari asap rokok.
• Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya.
• Anjurkan pada ibu untuk olah raga teratur.
• Anjurkan pada ibu untuk menggunakan pakaian tipis dan
penutup alas tidur dari bahan katun.
• Beri ibu vitamin E dan vitamin B kompleks.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2007).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada menopause dengan hot
flush sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat (Purwoastuti,
2008).
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari

36
asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali
yang belum terlaksana (Ambarwati, 2008). Evaluasi setelah
dilakukan tindakan yaitu:
• Keadaan umum ibu baik
• Ibu dapat mengatasi sendiri keluhan rasa panas yaitu
dengan berfikir positif dan tidak panik
• Ibu mampu menerapkan pola hidup sehat dengan olah raga
teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
• Rasa panas pada wajah dan leher semakin berkurang
• Ibu merasa istirahat malamnya sekarang tidak terganggu
• Ibu sudah tidak merasakan cemas

2.3.2 Data Perkembangan


Pendokumentasian data perkembangan Asuhan Kebidanan
ditulis dengan menggunakan SOAP menurut Varney (2007), yaitu:
S : Subyektif
Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dan sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
O : Obyektif
Merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/
pemeriksaan diagnostic lain.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
identifikasi :
1. Diagnosa atau masalah

37
2. Antisipasi diagnose atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter.
Konsultasi atau kolaborasi dan rujukan
P : Perencanaan
Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin
dan memperhatikan kesejahteraannya

38
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MENOPAUSE

Tanggal Pengkajian : Jum’at, 09 Desember 2021


Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat pengkajian : Puskesmas Putat Jaya Surabaya
Nama Pengkaji : Eviyanti

3.1 Data Subjektif


a. Biodata
Identitas
Nama : Ny. “S”
Usia : 49 Tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Jawa /Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Banyu Urip Wetan

b. Alasan Datang
Ingin memeriksa kesehatannya

c. Keluhan
1) Ibu mengatakan badannya sering merasa panas dimalam hari, merasa
tidak nyaman karena efek panas yang di timbulkan sehingga tidak bisa
tidur, haid tidak teratur.
2) Terakhir haid dari bulan Mei 2021.

d. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Terakhir haid : Mei 2021 (Tanggal lupa)
Lama : 5-6 hari

39
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut /hari
Dismenorea : Tidak ada
Keputihan : Tidak ada

e. Riwayat Obstetri yang Lalu


Anak Jenis Penyulit Penyulit BB
Usia Penolong JK Keadaan ASI
ke Persalinan Persalinan Nifas /PB
Tidak 3.2
I 27 Bidan Normal Tidak ada L Hidup Ya
ada /49
Tidak 3.4
II 20 Bidan Normal Tidak ada P Hidup Ya
ada /50

f. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB implan setelah
melahirkan anak pertama dari tahun 1997, lama pemakaiannya 3 tahun dan
lepas implan pada tahun 2000 karena ingin memiliki anak lagi. Setelah
kelahiran anak kedua, ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
selama 2 tahun dari 2001 sampai 2003. Lalu ibu mengganti metode
kontrasepsi dengan menggunakan kondom sampai tahun 2017. Dan setelah
itu ibu tidak menggunakan kontrasepsi apapun sejak suaminya meninggal
pada tahun 2018.

g. Riwayat Kesehatan Mulut


Ibu tidak memiliki masalah pada gigi ataupun mulut, ibu tidak
memakai gigi palsu, tidak ada gangguan pada menelan.

h. Riwayat Penggunaan Obat


Ibu mengatakan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan apapun.

i. Riwayat Alergi, Intoleransi, dan Diet Khusus


Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat alergi dan intoleran
terhadap obat-obatan ataupun makanan, tidak melakkukan diet khusus.

j. Riwayat Operasi Gynekologi


Ibu tidak pernah melakukan operasi apapun.

40
k. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun seperti
DM, TBC, Hipertensi dan menular seperti IMS, Hepatitis dan HIV.

l. Riwayat Psikologi
Ibu mengatakan tidak memiliki masalah psikologi, ibu senang dan bahagia
bersama keluarga dan anak-anaknya.

m. Aktivitas Sehari-hari
a. Pekerjaan : Ibu mengatakan kegiatannya dirumah mengurusi pekerjaan
rumah seperti menyapu mengepel, masak
b. Aktifitas olahraga : Ibu mengatakan jarang melakukan olahraga
c. Aktifitas seksual : Klien tidak pernah melakukakan hubungan seksual
setelah suaminya meninggal.
d. Pola nutrisi : Ibu mengatakan makan 3 kali /hari dengan nasi, lauk pauk
dan sayur. Ibu menyukai sayuran. Dan minum 6-7 gelas /hari.
e. Pola eliminasi : Ibu mengatakan sehari BAK 5-6 kali /hari, dan BAB 1
kali /hari.

3.2 Data Obyektif


a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
1) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120 /70 mmHg
Nadi : 78 kali /menit
Suhu : 36.8 °C
Pernafasan : 22 kali /menit
2) Antopometri
Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 23, 72 kg/m2
LILA : 27 cm

41
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Kepala bersih, tidak ada kelainan,
2) Wajah : wajah tidak pucat, terdapat keriput di wajah, tidak ada flek.
3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
4) Gigi dan Mulut : Mulut bersih, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi
berlubang dan gusi tidak ada pendarahan
5) Leher : Tidak ada pembengkakan pada vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.
6) Dada : Pernapasan teratur, tidak teraba massa abnormal, tidak ada nyeri
tekan.
7) Abdomen : Tidak ada massa, tidak ada nyeri, tidak ada bekas operasi.
8) Genetalia : Tidak dilakukan
9) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : Tidak odem, tidak ada kelainan
b) Ekstremitas bawah : Tidak odem, tidak ada varises, tidak ada
kelainan, refleks patella kiri kanan (+/+)
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium:
a) Hb : 12,6 gr /dl
b) Kolestrol : 170 mg /dl
c) Gula darah : 94 mg /dl
2) Penilaian tingkat kemandirian lansia : Skor 20
3) Pemeriksaan status mental lansia : Skor 1

3.3 Assesment
P2002, usia 49 tahun, Perimenopause dengan Hot Flushes

3.4 Penatalaksanaan
a. Meminta persetujuan untuk dilakukan pengkajian dengan menjalin
komunikasi interpersonal.
Ibu bersedia dan menyetujui untuk dilakukan pengkajian.

42
b. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan, bahwa kondisinya
dalam keadaan umum baik.
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan mengerti bahwa kondisinya
saat ini dalam keadaan baik.
c. Menjelaskan kepada klien bahwa keluhan yang ibu alami yaitu perasaan
panas pada malam hari, sehingga mengganggu tidur ibu merupakan gejala
atau tanda-tanda ibu memasuki masa menopause. Hal tersebut dapat
dilakukan penanganan seperti: menghindari minuman beralkohol, kafein,
memilih pakaian yang tidak berlapis dan nyaman, menjaga berat badan
untuk tetap ideal, konsumsi makanan yang mengandung kedelai,
mengkonsumsi susu sebelum tidur dan konsumsi vitamin E.
Ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
d. Menjelaskan kepada ibu mengenai perilaku hidup sehat, seperti memenuhi
kebutuhan gizi, mengatur pola makan, menjaga berat badan agar tetap
ideal, tidak minum minuman beralkohol, berkafein, tidak merokok,
melakulan aktivitas fisik setiap hari dan mengatur pola istirahat
Ibu memahami mengenai penjelasan yang telah diberikan.
e. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu tanggal 11 Desember
2021
Ibu menyetujui untuk dilakukan pertemuan selanjutnya.

3.5 Catatan Perkembangan


Pertemuan II
Hari /tanggal : Sabtu, 11 Desember 2021
Pukul : 14.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. “S”

a. Subjektif
Ibu mengatakan masih merasakan panas pada malam hari, sudah lumayan
bisa tidur dimalam hari

43
b. Objektif
1) Keadaan umum : Baik,
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Skor tingkat kemandirian lansia : Skor 20
4) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 120 /80 mmHg
b) Nadi : 80 kali /menit
c) Suhu : 36.7 °C
d) Pernapasan : 20 kali /menit

c. Analisis
P2002, usia 49 tahun, Perimenopause dengan Hot Flushes

d. Penatalaksanaan
1) Menjalin komunikasi interpersonal yang baik
Ibu koperatif dalam melakukan komunikasi.
2) Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan, bahwa
kondisinya dalam keadaan umum baik.
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan mengerti bahwa
kondisinya saat ini dalam keadaan baik.
3) Menjelaskan hasil dari tingkat kemandirian lansia, dengan hasil skor 20
yang artinya ibu mandiri dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Ibu mengetahui hasil dan mengerti apa yang sudah dijelaskan.
4) Menjelaskan kepada ibu mengenai ketidaknyamanan dan gangguan
tidur pada masa menopause, seperti yang ibu alami yaitu hot flushes
yang menyebabkan ibu terjadi gangguan tidur, gejala insomnia,
gangguan punggung dan tulang, sering berkemih.
Ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
5) Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu tanggal 12 Desember
2021
Ibu menyetujui untuk dilakukan pertemuan selanjutnya.

44
Pertemuan III
Hari /tanggal : Minggu, 12 Desember 2021
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. “S”

a. Subjektif
Ibu mengatakan masih merasakan panas pada malam hari, sudah bisa tidur
dimalam hari.

b. Objektif
1) Keadaan umum : Baik,
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Skor status mental lansia : Skor 1
4) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 120 /80 mmHg
b) Nadi : 82 kali /menit
c) Suhu : 36.8 °C
d) Pernapasan : 20 kali /menit

c. Analisis
P2002, usia 49 tahun, Perimenopause dengan Hot Flushes

d. Penatalaksanaan
1) Menjalin komunikasi interpersonal yang baik
Ibu koperatif dalam melakukan komunikasi.
2) Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan.
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan mengerti bahwa kondisinya
saat ini dalam keadaan baik.
3) Menjelaskan hasil pemeriksaan dari status mental lansia dengan skor 1,
yang artinya lansia tidak ada masalah psikologi.
Ibu mengerti apa yang sidah dijelaskan.
4) Memberikan ibu Pendidikan Kesehatan tentang perubahan fisik dan
psikologi lansia pada masa menopause, seperti perubahan fisik

45
diantaranya: rasa panas (Hot Flushes), berkeringan dimalam hari, detak
jantung yang berdebar lebih sering dari biasanya dan merasa gelisah,
sakit kepala, gangguan punggung dan tulang. Dan juga perubahan
psikologi dari masa menopause, seperti: suasana hati yang mudah
berubah atau moody, mudah lelah, penurunan daya ingat.
Ibu mengerti apa yang sudah dijelaskan
5) Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu tanggal 13 Desember
2021
Ibu menyetujui untuk dilakukan pertemuan selanjutnya.

Pertemuan IV
Hari/tanggal : Senin, 13 Desember 2021
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. “S”

a. Subjektif
Ibu mengatakan masih merasakan panas pada malam hari, sudah bisa tidur
dimalam hari

b. Objektif
1) Keadaan umum : Baik,
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah : 120 /70 mmHg
b) Nadi : 80 kali /menit
c) Suhu : 36.8 °C
d) Pernapasan : 22 kali /menit

c. Analisis
P2002, usia 49 tahun, Perimenopause dengan Hot Flushes

46
d. Penatalaksanaan
1) Menjalin komunikasi interpersonal yang baik
Ibu koperatif dalam melakukan komunikasi.
2) Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan.
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan mengerti bahwa kondisinya
saat ini dalam keadaan baik.
3) Menjelaskan kepada ibu mengenai penyakit yang dapat diderita oleh ibu
dimasa memasuki menopause seperti, hipertensi, penyakit kecing manis
(dm), stroke, jantung, osteoporosis, penyakit sendi dan depresi.
Ibu mengerti dari apa yang sudah dijelaskan.
4) Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang sudah diberikan
Ibu mengerti apa yang sudah dijelaskan dan mampu menjelaskan
kembali apa yang sudah dijelaskan.

47
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif klien berusia 49 tahun. Datang


ke puskesmas mengeluh badan sering terasa panas pada malam hari di sertai
berkeringat, merasa tidak nyaman karena efek panas yang di timbulkan sehingga
tidak bisa tidur, sudah 7 bulan tidak menstruasi. Hal ini merupakan gejala tanda-
tanda dari masa menopause. Menopause adalah suatu proses peralihan dari masa
produktif menuju ke masa non produktif secara perlahan, yang disebabkan
kurangnya hormon esterogen maupun progesteron. (Suparmi & Astutik, 2016).
Menopause biasanya terjadi antara usia 45-55 tahun, dengan usia rata-rata 51 tahun.
Adanya penurunan hormon estrogen menyebabkan siklus haid tidak teratur hal ini
juga menandakan sebagai petunjuk terjadinya menopause (Manurung R, 2017).
Menurut Sarwono 2007, masa perimenopause adalah masa perubahan
antara premenopause dan menopause, ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak
teratur dan disertai pula dengan perubahan-perubahan fisiologik, termasuk juga
masa 12 bulan setelah menopause (Zulkarnaen, 2003). Masa perimenopause adalah
masa perubahan antara pra menopause dan menopause dengan kisaran usia 40-55
tahun.
Keluhan yang ibu alami merupakan tanda gejala hot flush atau perasaan
panas dari dada hingga wajah sehingga wajah dan leher menjadi kemerahan dan
berkeringat. Perasaan panas terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam
pembuluh darah wajah, leher, dada dan punggung. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan pengeluaran hormone adrenalin dan neurotensin oleh tubuh wanita
tersebut. Selain itu terjadi penurunan sekresi hormone noradrenalin sehingga terjadi
vasidilatasi pembuluh darah kulit menjadikan temperatur kulit meningkat dan
timbul perasaan panas. Keluhan ini muncul di malam hari dan menjelang pagi
kemudian perlahan-lahan akan dirasakan juga pada siang hari. Segera setelah panas,
area yang dirasakan panas tersebut mengeluarkan keringat (Night Sweats) dalam
jumlah yang banyak pada bagian tubuh terutama seluruh kepala, leher, dada bagian

48
atas, dan punggung. Selain itu, dapat juga diikuti dengan adanya sakit kepala,
vertigo, perasaan kurang nyaman, dan palpitasi (Suparni, 2016).
Menurut Mulyani pada tahun 2013 bahwa penanganan dan persiapan dalam
ibu menghadapi masa menopause adalah dengan menjaga berat badan agar tetap
ideal. Menjaga pola makan Pola makan yang dianjurkan untuk wanita yang
mendekati usia tengah baya diantaranya adalah menghindari makanan berlemak,
mengurangi asupan garam untuk mengurangi kemungkinan tekanan darah tinggi,
serta meningkatkan asupan serat yang akan melindungi dari berbagai penyakit
seperti diabetes dan kanker. Beberapa studi menunjukkan indeks massa tubuh yang
lebih tinggi (≥ 27 kg /m2) menjadi faktor predisposisi terjadinya hot flash yang
tinggi. Pada peri dan pascamenopause peningkatan lemak tubuh berhubungan
dengan peningkatan frekuensi hot flash (Rebecca et al, 2012).
Dari hasil data objektif, didapatkan TTV serta IMT dalam batas normal,
tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik serta dilakukan pemeriksaan penunjang
didapatkan ibu dengan hasil pemeriksaan dalam batas normal, kolestrol 170 mg /dl,
gula darah sewaktu 94 mg /dl. Dilakukan penilaian tingkat kemandirian lansia
dengan skor 20 yang artinya ibu mandiri dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Serta Penilaian status mental lansia dengan skor 1 yang artinya ibu tidak ada
masalah psikologi.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah dengan
memberikan KIE mengenai keluhan ibu yaitu hot flushes, menjelaskan kepada ibu
mengenai perilaku hidup sehat dan pemenuhan kebutuhan gizi. Pada pertemuan
kedua mengkaji penilaian tingkat kemandirian lansia. Serta menjelaskan ibu
mengenai ketidaknyamanan dan gangguan tidur pada masa menopause seperti yang
ibu alami yaitu hot flushes yang menyebabkan ibu terjadi gangguan tidur, gejala
insomnia, gangguan punggung dan tulang, sering berkemih. Pada pertemuan ketiga
melakukan penilaian status mental lansia. Serta memberikan ibu pendidikan
kesehatan mengenai perubahan fisik dan psikologi lansia pada masa menopause.
Pada pertemuan terakhir penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan
menjelaskan kepada ibu mengenai penyakit yang dapat diderita oleh ibu dimasa

49
menopause seperti, hipertensi, penyakit kecing manis (DM), stroke, jantung,
osteoporosis, penyakit sendi dan depresi.

50
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Menopause adalah suatu proses peralihan dari masa produktif menuju
ke masa non produktif secara perlahan yang biasanya terjadi antara usia 45-55
tahun, disebabkan kurangnya hormon esterogen maupun progesterone. Hot
flush atau perasaan panas dari dada hingga wajah sehingga wajah dan leher
menjadi kemerahan dan berkeringat. Perasaan panas terjadi akibat peningkatan
aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada dan punggung.
Perubahan fisiologis yang dapat terlihat adalah peningkatan temperatur tubuh,
denyut, nadi dan nafas.
Dari hasil pengkajian pada Ny. “S”, keluhan yang dialami merupakan
perubahan fisiologis dari masa menopause yaitu Hot Flush. Asuhan kebidanan
yang diberikan dari data subjektif dan data objektif yang sesuai dengan
penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang sesuai dengan konsep asuhan
kebidanan menopause.

5.2 Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai menopause serta
dapat membantu dalam mengatasi masalah yang timbul.
2. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan asuhan pada masa menopause melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sehingga perempuan dapat melalui
masa transisi ini dengan bahagia dan sejahtera serta tetap dapat berkarya.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan lebih banyak belajar tentang menopause agar dapat
melakukan pelayanan pada klien secara komprehensif dan sesuai
kebutuhan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat Statitik. 3013. Jumlah Penduduk Menurut Umur, Jenis Kelamin,
Provinsi, Kabupaten /Kota. http://www.badan-pusatstatistik.go.id
Baziad. (2015). Menopause dan Andropause, Edisi 1. Jakarta: EGC.
FFPRHC Clinical Effectiveness Unit. 2005. Contraception for Women Aged Over
40 Years. http://www.ffprhc.org.uk/admin/uploads/contraceptionOver40.pdf.
Hidayat AA. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika; 2006
Kasdu, D. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa Swara.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
Rebecca C. Thurston, Samar R. El Khoudary, Kim Sutton-Tyrrell,Carolyn J.
Crandall, Ellen B. Gold, Barbara Sternfeld, dkk. Vasomotor Symptoms and
Lipid Profiles in Women Transitioning Through Menopause. The American
College of Obstetricians and Gynecologists. Publishedby Lippincott Williams
& Wilkins. VOL. 119, NO. 4, APRIL 2012
Saimin J, Hudfaizah C, Hafizah I. 2016. Kecemasan Wanita Premenopause dalam
Menghadapi Masa Menopause, Sebuah Studi Crossectional. Volume I. Nomor
2. JK Unila.
Zulkarnaen, Y. 2003. Gejala-gejala Wanita Perimenopause. Palembang.
Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH /Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
World Health Organization. 2014. World Health Statistic 2014. Geneva. WHO.

52
LAMPIRAN

53
54
55

Anda mungkin juga menyukai