Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN MENOPAUSE


PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA MENOPAUSE

Dosen Pengampu :
Tatarini Ika Pipitcahyani, SST., M.Kes.

Disusun Oleh:
1. Shinta Fina Setiyani (P27824423210)
2. Sintia Dyah Kinanty (P27824423211)
3. Siti Masulah (P27824423212)
4. Sitti Nurain Vidyanti M. (P27824423213)
5. Suci Zulyani Putri (P27824423214)
6. Sulistianingsih (P27824423215)
7. Tiara Pia Amelia (P27824423216)
8. Wella Surya Permata (P27824423217)
9. Widya Rahmadhani (P27824423218)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KELAS ALIH JENJANG REGULER B
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas Rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah

Asuhan kebidanan menopause yang berjudul “Perubahan Psikologis Wanita

Menopause”

Dalam penulisan makalah, penulis mendapat banyak bimbingan, petunjuk

dan saran dari berbagai pihak,. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Luthfi Rusyadi, SKM, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Surabaya

2. Dwi Wahyu Wulan Sulistyowati, SST., M.Keb., selaku Ketua Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

3. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes., selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan

Kebidanan Kelas Alih Jenjang Poltekkes Kemenkes Surabaya.

4. Tatarini Ika Pipitcahyani, SST., M.Kes., sebagai dosen pengampu mata

kuliah asuhan kebidanan menopause

5. Semua pihak yang telah berkontribusi membantu dalam pembuatan dan

penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 22 Januari 2024

i
Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3. Tujuan...............................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ..........................................................................................................4

2.2 Perubahan Psikologi Masa Menopause..............................................................4

2.3 Penanganan Keluhan Masa Menopause.............................................................6

2.4 Pengertian Hipertensi.........................................................................................8

2.5 Tanda dan Gejala Hipertensi..............................................................................9

2.6 Patofisiologis....................................................................................................10

2.7 Penatalaksanaan...............................................................................................12

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................8

3.2. Saran .................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................10

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi

mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 58 tahun.

Pada masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena akan mengalami

perubahan kesehatan fisik yang akan mempengaruhi kesehatan

psikologisnya. Akibat dari perubahan ini, keadaan fisik seorang perempuan

sangat mempengaruhi keadaan psikologisnya dalam mengahadapi hal

normal sebagaimana yang dialami oleh semua perempuan (Harlow, 2016).

Data dari WHO (World Health Organization) tahun 2017 jumlah wanita di

dunia yang memasuki fase menopause diperkirakan mencapai 1,94 milyar

orang. populasi wanita yang mengalami menopause di dunia mencapai 894

juta orang dan diperkirakan pada tahun 2030 mendatang jumlah perempuan

di dunia yang memasuki masa menopause akan mencapai 1,2 miliar orang,

artinya sebanyak 1,2 miliar perempuan akan memasuki usia lebih 50 tahun,

dan angka itu merupakan tiga kali lipat dari angka sensus tahun 2000 jumlah

perempuan menopause. Perubahan Psikologis pada Wanita Menopause

dialami oleh banyak wanita hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita

Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang

dan Indonesia. (Artha, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Jorge et al. (2016) dari 11 Negara di

Amerika Latin menyatakan perempuan menopause mengalami gangguan

1
kecemasan (61,9%), gangguan berat yang mempengaruhi kualitas hidup

(13,7%), urogenital (25,5%), psikologis (18,5%), dan somatik (4,5%).

Kecemasan yang terjadi pada perempuan menopause di Amerika Latin

berkaitan dengan gangguan Quality of Life (QoL). (Jorge et al, 2016)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Li-Yu Hu et al. (2016) dari Taiwan

National Health Insurance Research menyatakan bahwa terjadinya

gangguan psikologis pada perempuan yang mengalami transisi menopause

dengan gangguan psikologis terbanyak adalah gangguan depresi (4,6%),

gangguan kecemasan (3,6%) dan gangguan tidur (2,8%). Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa masa peralihan menopause dapat meningkatkan resiko

gangguan psikologis terutama gangguan depresi, kecemasan dan gangguan

tidur( Li-Yu Hu et al, 2016). Penelitian yang dilakukan Arifarahmi (2016)

perubahan psikologis yang dialami sering lupa sebanyak 41 orang (58,6%),

sulit konsenterasi sebanyak 40 orang (57,1%), sulit berpikir sebanyak 40

orang (57,1 %), mudah merasa tegang sebanyak 38 orang (54,3%), mudah

cemas sebanyak 38 orang (54,3%), merasa mudah marah sebanyak 37 orang

(52,9%) (Arifarahmi, 2016).

Menopause terjadi karena indung telur mengalami penuaan. Penuaan

ovarium ini menyebabkan produksi hormon estrogen menurun sehingga

terjadi kenaikan hormon FSH dan LH. Peningkatan hormon FSH ini

menyebabkan fase folikular dari siklus menstruasi memendek sampai

menstruasi tidak terjadi lagi. Perubahan pengeluaran hormon menyebabkan

wanita mengalami stress fisik dan stress psikologi yang mempengaruhi

keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang dialami

2
semua wanita. Perubahan fisik ini dapat berupa hot flushes, keringat malam

yang banyak, menstruasi tidak teratur sampai tidak terjadi lagi, mudah

tersinggung, mudah lelah, daya ingat menurun, serta nyeri saat senggama.

Sedangkan perubahan psikis yang terjadi adalah sikap mudah tersinggung,

suasana hati yang tidak menentu, mudah lupa dan sulit berkonsentrasi.

(Prawirohardjo, 2018).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perubahan psikologis yang terjadi pada wanita

menopause.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. mengetahui perubahan-perubahan psikologis wanita menopause

2. mengetahui gangguan psikologis wanita menopause

3. mengetahui penanganan perubahan psikologis wanita menopause

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Untuk meningkatkan informasi mengenai perubahan psikologis pada wanita

menopause

1.3.2 Manfaat Praktis

Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai perubahan

psikologis pada wanita menopause

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Menopause merupakan fase penting dalam siklus reproduksi seorang wanita.

Menopause yaitu berhentinya masa menstruasi diartikan sebagai proses

peralihan dari masa produktif ke masa nonproduktif yang disebabkan oleh

penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone. Dalam definisi secara

fisiologis, menopause ialah masa berakhirnya kemampuan reproduksi wanita.

Status menopause ditentukan setelah satu tahun terjadi perdarahan menstruasi

spontan yang terakhir. Dengan kata lain fase ini merupakan akhir proses

biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan hormon

estrogen yang dihasilkan ovarium. ( Riyadina Woro, 2019)

Usia menopause setiap orang berbeda-beda. Menopause biasanya dimulai

pada saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Menopause bukan hanya

berhenti menstruasi, banyak perubahan lain yang akan terjadi dalam tubuh

wanita yang menopause, mulai dari penampilan fisik, kondisi psikologis,

hasrat seksual, hingga kesuburan pada Wanita. (Kemenkes, 2022)

2.2 Perubahan Psikologi Masa Menopause

Perubahan psikologis pada masa menopause adalah sebagai berikut :

1) Perubahan Mood

Perubahan mood atau yang disebut mood swing merupakan suatu kondisi

4
yang umum terjadi pada wanita menopause seperti mudah marah, cemas,

tidak sabaran, dan depresi.

2) Munculnya Kecemasan

Kondisi ini dapat terjadi pada wanita menopause. Kecemasan merupakan

respon alamiah terhadap suatu hal yang akan atau sudah dihadapi seperti

khawatir, detak jantung yang cepat, berkeringat, tremor otot, mual,

ketegangan, dan ketakutan yang tidak beralasan.

3) Kehilangan Kesenangan

Sebagian wanita mulai kehilangan kesenangannya Ketika melakukan

kegiatan yang disukai. Kondisi ini seringkali memulai siklus kemarahan

dan depresi.

4) Stres

Kondisi ini disebabkan karena penurunan kadar hormon estrogen sehingga

menyebabkan turunnya neurotransmitter di dalan otak yang akan

mempengaruhi suasana hati seseorang.

5) Gangguan Panik

Gangguan panik (panic disorder) dapat menyebabkan ketakutan yang

intens, berkeringat, menangis, detak jantung semakin cepat, serta perasaan

sedih yang mendalami.

6) Gangguan atau Penyimpangan Memori

Kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh dapat

terjadi baik jangka pendek (short term memory) maupun jangka panjang

(long term memory). (Putri et al., n.d.)

7) Kurang tidur (insomnia)

5
Sebanyak 42,2% wanita menopause mengalami gangguan tidur. Insomnia

pada masa menopause biasanya disebabkan oleh hot flushes yang

menimbulkan rasa panas, wajah memerah, serta keringat di malam hari

yang menjadikan tidur terasa tidak nyaman

8) Depresi

Pada masa menopause wanita dapat mengalami perasaan tertekan,

terpuruk, dan merasa hidupnya tidak berguna lagi. Di masa menopause,

anak – anaknya sudah tumbuh dewasa dan biasanya sibuk dengan urusan

masing – masing. Di saat inilah wanita benar – benar kehilangan perannya.

Gejala depresi meliputi lelah terus menerus, murung, sedih, sulit tidur

pulas terutama menjelang dini hari, sulit membuat keputusan, dan

dorongan untuk menangis.

2.3 Penanganan Keluhan Masa Menopause

Berikut adalah beberapa penanganan keluhan masa menopause yang

bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan menurut

Mulyani (2013) dalam Nurlina (2021).

1. Terapi sulih hormon/Hormone Replacement Therapy (HRT)

Terapi ini bertujuan untuk mengurangi keluhan menopause dari masa

pramenopause hingga pascamenopause. HRT memiliki beberapa manfaat

yakni mengurangi hot flashes, mengurangi gejala pada vagina dan uretra,

melindungi dari osteoporosis, dan menurunkan risiko penyakit jantung.

2. Terapi sulih hormon alami

Terapi ini dapat dilakukan dengan menyeimbangkan hormon dengan

6
fitoestrogren yang berasal dari tumbuhan. Terapi ini bisa didapatkan dari

tumbuhan yang mengandung vitamin C, D, E, Isoflavon, dan Zink. Pada

wanita pramenopause hingga pascamenopause penggunaan terapi ini bisa

didapatkan dari produk kedelai. Kedelai mengandung isoflavon yang

merupakan senyawa fitoestrogen. Isovlafon terbukti dapat berikatan

dengan reseptor estrogen. Saat kadar hormon estrogen menurun akan ada

banyak reseptor estrogen yang tidak terikat. Jika tubuh mengonsumsi

kedelai dan olahannya maka akan terjadi pengikatan isoflavon dengan

reseptor estrogen sehingga mengurangi gelaja menopause seperti hot

flashes, gangguan mood, dan mengurangi tekanan stress (Handayani et al.,

2020).

3. Terapi komplementer

Terapi ini digunakan untuk meningkatkan kesehatan selama menopause

dengan teknik sederhana dan pengobatan untuk gejala tertentu dapat

dilakukan secara mandiri ataupun bimbingan. Terapi komplementer yang

dapat dilakukan adalah akupresur, aromaterapi, pijat refleksi, dan teknik

relaksasi. Sehingga dapat mengurangi stress, kecemasan, gangguan tidur

pada menopause.

4. Olahraga memiliki banyak manfaat dan mengurangi berbagai keluhan

masa menopause. Olahraga yang teratur akan meningkatkan harapan hidup

dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh (Widjayanti, 2016).

Kegiatan fisik yang teratur akan mengurangi risiko terhadap kanker,

penyakit jantung, dan osteoporosis. Selain itu, meningkatkan rasa percaya

diri serta energi dapat ditingkatkan dengan berolahraga. Olahraga yang

7
tidak rutin akan mempengaruhi adaptasi fisik maupun psikis wanita

sehingga akan mengalami keluhan masa menopause yang timbul akibat

penurunan kadar estrogen (Widjayanti, 2016).

2.4 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan

140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg penderita

hipertensi merupakan pasien dengan resiko tertinggi terjadinya penyakit

stroke dan penyakit kardiovaskula. Hipertensi menjadi salah satu silent killer

yang menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Di

Indonesia, berdasarkan hasil riset Kesehatan dasar tahun 2018 didapati bahwa

prevelensi hipertensi mencapai angka 34,11% .

Tekanan darah tinggi sering kali tidak menunjukkan gejala, jika tidak segera

ditangani seiring berjalannya waktu akan menimbulkan masalah kesehatan

lainnya. Hipertensi dikelompokkan menjadi hipertensi primer dan skunder.

Sebagian besar kasus hipertensi primer (90-95%) tidak diketahui

penyebabnya. Beberapa faktor resiko yang dihubungkan dengan hipertensi

primer meliputi, faktor genetik, kelebihan asupan, natrium, kegemukan,

dislipedemia, asupan alcohol, yang berlebih, aktifitas fisik yang kurang dan

defisiensi vitamin D. penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi

proporsinya hanya 5-10% dari seluruh kasus hipertensi, beberapa kondisi

penyebab hipertensi skunder adalah penyakit ginjal primer, kontrasepsi oral,

obat-obatan (non-steroid anti inflamasi drugs/ NSAID, antidepresan, steroid),

8
hiperaldosteronisme primer, fekromonistoma, stenosis arteri renalis, koarktasi

aorta, dan obstructive sleep apnea.

2.5 tanda dan gejala hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang sering kali tidak disadari

keberadaannya. Dalam banyak kasus, penyakit ini baru diketahui Ketika

sudah terjadi komplikasi berbahaya yang dapat menyebabkan kematian,

berikut merupakan tanda gejala hipertensi :

1. Sering sakit kepala

Sakit kepala merupakan gejala hipertensi yang paling sering terjadi.

Keluhan ini khususnya dirasakan oleh pasien dalam tahap krisis, Dimana

tekanan darah berada di angka 180/120 mmHg atau bahkan lebih tinggi

lagi.

2. Gangguan pengelihatan

Merupakan salah satu komplikasi dari tekanan darah tinggi. Tanda yang

satu ini dapat terjadi secara mendadak atau perlahan. Salah satu gangguan

pengelihatan yang dapat terjadi adalah retinopati hipertensi, Ketika terjadi

peningkatan tekanan darah pembuluh darah mata dapat pecah sehingga

hal ini yang menyebabkan penurunan pengelihatan mata secara tajam dan

mendadak.

3. Mual dan muntah

Mual dan muntah merupakan gejala darah tinggi yang dapat terjadi bila

peningkatan tekanan didalam kepala, hal ini terjadi akibat beberapa hal

termasuk perdarahan di dalam kepala. Salah satu faktor resiko perdarahan

9
dalam kepala adalah hipertensi. Seseorang dengan perdarahan otak dapat

mengeluhkan adanya muntah menyembur yang terjadi tiba-tiba.

4. Nyeri dada

Penderita hipertensi dapat mengalami keluhan nyeri dada. Kondisi ini

terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah pada organ jantung, nyeri

dada juga dapat menjadi pertanda gejala dari serangan jantung yang juga

bermula dari tekanan darah tinggi.

5. Sesak napas

Penderita hipertensi juga dapat merasakan keluhan sesak nafas, keadaan

ini terjadi ketika jantung mengalami pembesaran dan gagal memompa

darah.

6. Bercak darah dimata

Sering disebutkan dengan perdarahan sub konjungtiva, gejala hipertensi

yang sering ditemukan pada individu dengan diabetes atau tekanan darah

tinggi.

7. Rasa pusing

Rasa pusing yang muncul dan hilang keseimbangan atau koordinasi

secara tiba-tiba merupakan tanda peringatan tubuh akan terjadinya stroke

8. Mimisan

Mimisan pada umumnya terjadi saat tekanan darah sedang tinggi .

2.6 Patofisiologis Hipertensi pada Wanita Menopause

10
simpatik

↑ Resistensi vaskular ginjal

Hipertensi

Patofisiologis hipertensi pada Wanita pasca menopause bersifat unik karena

berkaitan dengan proses defisiensi estrogen. Proses patofiologis diilustrasikan

pada gambar berikut

Mekanisme patofiologi hipertensi pada Wanita menopause diawali dengan

adanya perubahan rasio hormon estrogen/endrogen yang menyebabkan

peningkatan androgen dan aktivasi system renin angiotensin. Peningkatan

androgen dan Ang II dan endotelin menyebabkan peningkatan aktifitas

hidroksilase ω- (sintesis 20 HETE) dan meningkatkan pelepasan asam arakidonat

dari membrane plasma. Androgen meningkatkan sintesis subtipe ω-

hydroxylase, seperti sitokrom P450 4A2 dan 4A8 didalam pembuluh darah.

Kombinasi antara Ang II dan endothelin menimbulkan peningkatan vascular

20-HETE. Kenaikan androgen dalam proses penuaan pada wanita menopause

11
menyebabkan peningkatan asupan makanan dan adipose viseral sehingga

menyebabkan peningkatan leptin serta mengaktifkan system saraf simpatik

melalui reseptor melanocortin 4 (MC4) di hipotalamus. Aktifasi simpatik

meningkatkan pelepasan renin intrarenal dan berkontribusi terhadap

peningkatan Ang II. Kombinasi penurunan estrogen, peningkatan androgen,

dan adipose viseral meningkatkan inflamasi sitokin, seperti TNF-alpha,

melalui aktivitas NF-kB. Kombinasi antara kenaikan TNF-alpha, aktivitas

simpatis, Ang II, endotelin, dan 20 HETE menyebabkan hipertensi dan

peningkatan resistansi pembuluh darah ginjal.

2.7 Penatalaksanaan

Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat hipertensi dan dapat

mengurangi resiko kardiovaskular, pola hidup sehat juga dapat

memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada hipertensi

drajat 1. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan tekanan darah yaitu

pembatasan konsumsi garam dan alcohol, peningkatan konsumsi sayuran dan

buah, penurunan berat badan dan menjaga berat badan idela (IMT 18,5 – 22,

9kg/m2), aktifitas fisik teratur ringan sampai sedang (minimal 30 menit

sehari, contohnya : mengepel lantai, menyapu lantai, dan mencuci mobil serta

menghindari rokok.)

1. Olahraga teratur

Olahraga secara rutin merupakan cara ampuh untuk mencegah hipertensi,

dengan berolahraga kinerja jantung dalam memompa darah lebih optimal,

metabolisme meningkat dan aliran darah pun menjadi lancar. Pada

12
penderita hipertensi sebaiknya melakukan olahraga ringan seperti

bersepeda selama 30-60 menit/hari sebanyak 3x dalam seminggu akan

membantu penurunan tekanan darah.

2. Kurangi asupan natrium

Kandungan natrium pada garam dapat menyebabkan tubuh menahan

cairan sehingga berdampak pada tekanan darah yang meningkat.

Direkomendasikan untuk mengkonsumsi asupan natrium tidak lebih dari

1.500 mg/hari.

3. Mengatur pola makan

Pada penderita hipertensi pola makan haruslah di atur, karena ada

beberapa makanan yang dapat memicu peningkatan tekanan darah.

Baiknya menu makanan yang banyak mengandung kalsium, magnesium

dan kalium. Ditambah dengan sayur dan buah – buahan yang kaya akan

serat seperti pisang, tomat, sayur hijau, kacang-kacangan, wortel, melon,

dan lain-lain. Dengan menu tersebut mampu mengontrol tekanan darah.

4. Kurangi stress

Stress berkala Panjang akan membuat tubuh menjadi rusak, peningkatan

hormon adrenalin menyebabkan meningkatnya tekanan darah, faktor

resiko hipertensi ini dapat diatasi dengan melakukan aktifitas seperti

yoga, meditasi, rekreasi dan melakukan sesuatu yang disenangi.

5. Kebiasaan

a. Menjaga berat badan ideal

Tujuan dari pengendalian berat badan adalah mencegah terjadinya

obesitas (IMT>25kg/m²), dengan target berat badan ideal (IMT 18,5 –

13
22,9 kg/m²), serta lingkar pinggang <90 pada laki-laki dan <80 cm

pada Perempuan. IMT merupakan hasil pembagian antara berat badan

(kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m²).

b. Berhenti merokok

Merokok merupakan faktor resiko vascular, sehingga status merokok

harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan pasien hipertensi

yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.

6. Konsumsi obat sesuai program terapi

Selain mengubah gaya hidup, obat-obatan digunakan untuk membantu

proses pemulihan, jika kedua hal tersebut dilakukan maka akan memberi

hasil yang optimal terhadap tekanan darah.

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi


mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 58 tahun.
Wanita yang mengalami menopause telah mengalami perubahan baik fisik,
perubahan sexualitas, dan perubahan psikologis yang mempengaruhi statsus
kesehatannya.Perubahan psikologis yang terjadi pada masa menopause ini
adalah perubahan mood, kecemasan, kehilangan kesenangan, stress,
gangguan panik, gangguan atau penyimpanan memori, kurang tidur, dan
depresi. pengobatan atau penanganan pada menopause Umumnya merupakan
kondisi alami yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Namun, apabila
gejala menopause sangat mengganggu, dokter akan menyarankan beberapa
pilihan pengobatan yang dapat membantu meredakan gejala menopause
seperti akan dilakukan terapi hormon untuk meredakan gejala yang terjadi.

3.2 Saran

Pemberian informasi sangat penting pada wanita menopause bahwa


menopause bukanlah penyakit, dan setiap wanita akan mengalami seiring
dengan bertambahnya usia, selaian informasi wanita manopause memerlukan
pemahaman dan pengertian yang cukup untuk menerimanya perubahan yang
tercadi dan mengantisipasi dengan tepat. Upaya untuk mengurangai dampak
perubahan secara psikologis pada wanita menopause dengan pemberian
informasi atau pendidikan kesehatan melalui berbagai macam media dan
konsling pribadi. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan dukungan sosial
berupa Health Education tentang menopause dan memberi dukungan serta
semangat atau motivasi kepada para wanita yang sudah mengalami
menopause. Suami bisa memiliki pemahaman yang benar sehingga dapat
memberikan dukungan dan penerimaan terhadap pasangannya.. Suami perlu

15
dilibatkan dalam konsul bersama dengan petugas kesehatan sehingga
mendapatkan informasi yang benar dan cukup, sehingga mampu menerima
istri yang sudah manaopose dan mendukung upaya kesehatan secara optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Candra, Wayan. 2014. Kepercayaan Diri Wanita Menopause. Denpasar: Poltekkes


Denpasar
Handayani, S., Pratiwi, Y. S., & Fatmawati, N. (2020). Produk Olahan Kedelai
( Glycine max ( L .) Merill ) Mengurangi Gejala pada Wanita Menopause. 8,
63–67.
Hekhmawati, Selvia. 2016.Gambaran Perubahan Fisik dan Psikologis pada
Wanita Menopause di Posyandu Desa Pabelan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kementrian Kesehatan (2021). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Hipertensi Dewasa
Nurlina. Kualitas Hidup Wanita Menopause. Bandung: Media Sains Indonesia.
2022
Mia F, Siti Eros S (2021). Hipertensi : Kenali Penyebab, Tanda Gejala dan
Penanganannya.
Putri F, Swandari A, Siwi K, Gerhanawati I. “Menopause” Permasalahan Dan
Manfaat Senam Untuk Wanita Menopause. 2022
Riyadina Woro (2019). Hipertensi Pada Wanita Menopause.
Sitompul, Nursetia. 2020. Gambaran Dukungan Keluarga tentang Perubahan
Psikologis Wanita Menopause di Desa Lumban-Garaga Kecamatan Pahae
Julu Kabupaten Tapanuli Utara. Medan: STIKES Santa Elisabeth
Widjayanti, Yethi. (2017). Gambaran Kualitas Tidur Wanita Menopause. Jurnal
Keperawatan, X(1), 1–5.

17

Anda mungkin juga menyukai