Anda di halaman 1dari 31

MATA KULIAH

Asuhan Kebidanan Terkini


Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok I
“Jurnal Asuhan Kebidanan Terapi Sulih Hormon”
Dosen Pengampu : Febry Mutiarami Dahlan, S.ST, M.Keb

DISUSUN OLEH:
Kelompok II
Syallom Tri Utami 183112540120560
Vahlufi Eka Putri 183112540120561
Riana Hikmah P 183112540120569
Misrati 183112540120570
Sri Maryani 183112540120571
Erien Wahyu S 183112540120579
Komaria Ardi 183112540120588

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

selesainya tugas Individu I mata kuliah Asuhan Kebidanan Terkini dengan judul

“Jurnal Asuhan Kebidanan Terapi Sulih Hormon”. Makalah ini dapat diselesaikan

dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak.

Penyusun menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,

begitupun tugas yang telah penyusun buat, baik dalam hal isi maupun

penulisannya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan

untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penyusun berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan

ilmu pengetahuan, baik di Universitas Nasional maupun lingkungan masyarakat.

Jakarta, Oktober 2019

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................2

BAB II RESUME JURNAL

A. Judul Jurnal.........................................................................................3

B. Pengarang Jurnal.................................................................................3

C. Latar Belakang Dalam Jurnal..............................................................3

D. Analisis Isi dalam Jurnal.....................................................................6

E. Hasil Penelitian Dalam Jurnal...........................................................21

F. Kesimpulan Penelitian Dalam Jurnal................................................24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................27

B. Saran..................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil Penelitian di Amerika mengeluarkan suatu data yang berisi tentang

klarifikasi keuntungan dan resiko terapi sulih hormon (TSH) setelah

menopause. Hasil penelitian menemukan bahwa TSH secara nyata dapat

mengurangi resiko kematian, kendatipun demikian hal tersebut baru

akan akan muncul setelah 3 tahun menghentikan TSH. Keuntungan

terbesarnya baru akan terasa setelah satu dekade pemakaian, dimana

wanita pengguna TSH 37% lebih rendah tinggkat resiko kematiannya

dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan TSH, resiko

kematian itu umumnya karena penyakit jantung. Meskipun wanita

mengadapi peningkatan 43 persen resiko kanker payudara setelah

sepuluh tahun atau lebih, TSH masih berasosiasi dengan penurunan

keseluruhan angka kematian dari 20 persen. Penelitian menunjukkan

bahwa TSH melindungi wanita dari beberapa penyakit lainnya,

menyangsikan kecenderungan dokter merekomendasikan ini ke semua

wanita yang memasuki masa menopause. Wanita dengan satu atau

banyak faktor resiko untuk penyakit jantung, seperti sejarah keluarga

atau kegemukan,lebih bayak keuntungannya, tetapi untuk yang dengan

resiko kanker tinggi dan resiko penyakit jantung rendah, keuntungan

mungkinnya tidak sebanding dengan beratnya lebih resiko.


2

Terapi hormon menjadi terlihat menakutkan bagi perempuan, khususnya

perempuan paruh baya yang memasuki usia menopause. Padahal

harapan hidup perempuan terus meningkat dibanding harapan hidup

laki-laki. Di Indonesia, angka harapan hidup perempuan melonjak dari

40 tahun pada tahun 1930 menjadi 67 tahun pada tahun 1998, sedang

laki-laki dari 38 tahun menjadi 63 tahun dalam kurun waktu sama.

Sementara perkiraan umur rata-rata usia menopause di Indonesia adalah

48 tahun.

B. Tujuan

Untuk Menganalisis secara ilmiah terkait isi jurnal terapi Sulih Hormon

dan membandingkan Jurnal satu dengan yang lainnya.


3

BAB II

RESUME JURNAL

A. Judul Jurnal

1. Terapi Sulih Hormon Alami untuk Menopause.

2. Pemberian Terapi Sulih Hormon sebagai Upaya Meningkatkan

Kesehatan Wanita Menopause.

B. Pengarang

1. Rr.Catur Leny Wulandari

2. Raditya Wratsangka

C. Latar Belakang Dalam Jurnal

1. Terapi Sulih Hormon Alami untuk Menopause : Rr Catur

Leny Wulandari

Ada Perbedaan sikap antara masyarakat pedesaan (rural) dan

perkotaan (urban) terhadap masalah menopause. Penelitian di

Iran menunjukkan bahwa perempuan perkotaan lebih bersikap

positif. Mereka mengatakan bahwa makin cepat menopause

makin baik, karena ibadahnya tidak terganggu lagi. Sebaliknya,

perempuan pedesaan tidak spontan memberikan informasi

karena taboo sosial (silent menopause). Umumnya mereka

bersifat negatif karena kehidupan mereka sangat bergantung

kepada suami baik dalam hal fisik, ekonomi, maupun sosial.

Bagi mereka yang mengangap menopause sebagai proses menuju


4

ketuaan, menopause identik dengan hilangnya daya tarik

(Martaadisoebrata,2005).

Wanita yang menilai atau menganggap menopause itu

sebagai peristiwa yang menakutkan dan perlu dihindari, maka

stress pun sulit untuk dihindari. Menurut data dari WHO (World

Health Organization) pada tahun 2030 diperkirakan ada 1,2

miliar wanita yang berusia diatas 50 tahun dan sebagian besar

mereka tinggal di negara berkembang.

Proses menopause ini akan memakan waktu antara 3

sampai 5 tahun sampai dinyatakan lengkap ketika seorang wanita

telah berhenti haid selama 12 bulan. Selama masa ini, ada

perubahan yang terjadi berupa perubahan dalam keseimbangan

hormon, dengan menurunnya hormon estrogen yang diproduksi

indung telur. Tingkat produksi estrogen yang begitu rendah

sehingga menstruasi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Saat

daur menstruasi berhenti maka tingkat produksi progesteron juga

menurun. Hormon ini adalah hormon yang mengatur dan

mempengaruhi beberapa fungsi fisik dan emosi.

Terapi sulih hormon merupakan pilihan untuk mengurangi

keluhan pada wanita dengan keluhan sindroma menopause.

Terapi sulih hormon juga dapat mencegah berbagai keluhan yang

muncul akibat menopause, vagina kering, dan gangguan pada

saluran kandung kemih. Penggunaan terapi sulih hormon juga


5

dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari penurunan

hormon estrogen seperti osteoporosis dan jantung koroner.

Dengan demikian pemberian terapi sulih hormon, kualitas hidup

dapat ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan untuk

hidup nyaman secara fisiologis maupun psikologis

(Mulyani,2013).

2. Terapi Sulih Hormon sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan

Wanita Menopause:Raditya Wratsangka

Meningkatnya usia harapan hidup wanita Indonesia yang

diperkirakan akan mencapai 70 tahun pada tahun 2000

mendatang, berdampak pada meningkat- nya pula jumlah wanita

lanjut usia (lansia) di Indonesia. Diharapkan bahwa para wanita

lanjut usia tetap dapat menjalani “sisa” kehidupannya dengan

sehat dan bahagia, bahkan tetap memiliki produktivitas yang

tinggi, karena apalah artinya berumur panjang bagi seorang wanita

kalau harus hidup dengan berbagai macam keluhan dan menjadi

beban bagi keluarganya.

Salah satu masalah pokok di bidang kesehatan yang

dihadapi para wanita lanjut usia adalah menopause. Menopause

adalah perdarahan uterus terakhir yang masih diatur oleh fungsi

hormonal ovarium(1) . Istilah menopause juga dipakai untuk

menyatakan suatu perubahan hidup di mana pada saat itu

seorang wanita mengalami periode terakhir masa haid


6

Berhentinya haid ini disebabkan karena ovarium sudah tidak

berfungsi lagi memproduksi estrogen. Pada wanita terdapat

variasi umur memasuki masa menopause, yaitu dapat terjadi

pada usia 40 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada usia 56 tahun.

Dalam proses penuaan pada ovarium selain terjadi menopause,

timbul pula beberapa masalah ikutan yang dapat berlangsung

dalam jangka waktu yang panjang, yaitu sejak usia 40 tahun

sampai usia 65 tahun, yang dikenal dengan masa klimakterium;

bahkan dampak kekurangan estrogen ini masih dapat berlanjut

sampai mereka memasuki usia 70 tahun atau lebih. Data yang pasti

tentang usia rata-rata wanita Indonesia memasuki menopause

belum ada, namun dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan

di beberapa kota besar di Indonesia didapatkan bahwa usia rata-rata

menopause wanita Indonesia adalah 48 - 49 tahun.

D. Analisis Isi Dalam Jurnal

1. Terapi Sulih Hormon Alami untuk Menopause : Rr Catur

Leny Wulandari

Terapi Sulih Hormon (TSH) adalah perawatan medis

yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan

setelah menopause. Menopause adalah berhentinya masa haid

pada wanita sehingga kemampuan untuk bereproduksi sudah

tiadak ada, hal ini ditandai dengan perubahan hormonal yang


7

nyata pada tubuhnya. Hal ini juga menyebabkan

menurunnya jumlah hormon estrogen, dimana hormon ini

merupakan hormon yang berhubungan dengan sistem

reproduksi, yang menyebabkan wanita merasakan gejala tak

enak, termasuk panas pada wajah, vaginal kekeringan, sifat

lekas marah, dan depresi. TSH secara parsial mengembalikan

keseimbangan estrogen di tubuh wanita untuk mengurangi

atau mengeliminasi gejala ini. THS dapat meringankan

penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami

menopause alami, tetapi juga di wanita muda yang mungkin

mengalami menopause prematur untuk alasan medis, seperti

kanker atau sebab kelainan ovarium yang berhenti

menghasilkan estrogen (Nadjeeb, 2009).

Pengaruh Terapi Kombinasi Estrogen dan Progesteron

terhadap Kualitas Hidup Wanita Post Menopause.Menurut

Amanda J Welton, dkk dalam jurnal yang berjudul “Health

related quality of life after combined hormone replacement

therapy” (2008) menyatakan bahwa wanita yang

menggunakan terapi kombinasi conjugated equine oestrogen

0.625 mg plus medroxyprogesteroneacetate 2.5/5.0 mg

peroral satu kali setiap hari selama satu tahun menunjukkan

penurunan gejala menopause yang berupa hot flush, keringat

malam, nyeri pada sendi dan otot, insomnia, rasa kering pada
8

vagina sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup wanita

post menopause, tetapi terdapat keluhan nyeri tekan pada

payudara dan discharge vagina. Kualitas hidup wanita post

menopause semakin meningkat seiring dengan lamanya

penggunaan terapi kombinasi hingga bertahun–tahun.

Study yang dilakukan oleh Judith K. Ockene, PhD, MEd

dalam jurnal yang berjudul “Symptom Experience After

Discontinuing Use of Estrogen Plus Progestin” (2005)

menyatakan bahwa wanita post menopause setelah

menghentikan terapi kombinasi conjugated equine estrogens

plus medroxyprogesterone selama 8–10 bulan mengalami

gejala vasomotor, nyeri, dan kekakuan sendi. Menurut Cosetta

Minelli, dkk dalam jurnal yang berjudul “Benefits and harms

associated with hormone replacement therapy: clinical

decision analysis“ (2004) menyatakan bahwa penggunaan

terapi sulih hormon dengan estrogen dapat mengurangi

gejala-gejala yang menyertai kehidupan wanita post

menopause sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup,

tetapi dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara

dan kanker endometrium.

Berdasarkan jurnal-jurnal yang tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa terapi kombinasi sulih hormon dapat

menurunkan gejala-gejala pada wanita post menopause


9

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Terapi sulih

hormon yang hanya menggunakan estrogen dapat

menimbulkan dampak yang kurang baik yaitu kanker

endometrium dan kanker payudara. Dampak yang kurang baik

ini dapat diatasi dengan pemberian tambahan hormon

progesteron untuk memberikan efek yang berlawanan

terhadap kerja estrogen. Kerugian dari terapi sulih hormon

berbeda antara wanita yang satu dengan yang lainnya karena

setiap wanita mempunyai dosis yang tidak sama dan

meskipun telah menggunakan terapi sulih hormon untuk

mengatasi gejala klimakterium namun tetap harus waspada

terhadap proses keganasan pada payudara dan rahim, risiko

terjadi penyakit jantung koroner, thromboemboli vena, dan

stroke.

Fitoestrogen merupakan suatu substrat dari tumbuhan

yang memiliki aktivitas mirip estrogen (Glover dan Assinder,

2006). Selanjutnya menurut Jefferson, et al. (2002)

fitoestrogen merupakan dekomposisi alami yang ditemukan

pada tumbuhan yang memiliki banyak kesamaan dengan

estradiol, bentuk alami estrogen yang paling poten.

Penggunaan fitoestrogen memiliki efek keamanan yang lebih

baik dibandingkan dengan estrogen sintesis atau obat-obat


10

hormonal pengganti (hormonal replacement therapy/HRT)

(Achdiat, 2003).

Fitoestrogen adalah senyawa estrogenik nabati, yang

dianggap selective estrogen receptor modulator (SERMs)

alami karena memiliki kemampuan untuk merangsang efek

agonis dan antagonis. Fitoestrogen sangat beragam dari segi

struktur, kekuatan estrogenik, dan ketersediaan sumber-

sumber pada makanan seperti kedelai, sereal, dan biji-bijian

(Helmy et al, 2014).

Fitoestrogen adalah senyawa tanaman alamiah yang

secara struktural dan/atau fungsional serupa dengan estrogen

dan metabolisme aktif mamalia. Satu golongan utamanya

adalah senyawa lignan, yang merupakan komponen dari

dinding sel tanaman dan ditemukan dalam banyak makanan

yang kaya serat seperti buah, biji (khususnya biji rami),biji-

bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan. Sebagian besar

fitoestrogen, adalah senyawa fenol di antaranya isoflavon dan

coumestans adalah kelompok yang paling banyak diteliti

(Patisaul and Jefferson, 2010).

Fitoestrogen dapat meniru kerja estrogen tetapi disisi

lain juga dapat memblok kerja estrogen. Fitoestrogen

mempunyai aktivitas biologi dan struktur molekul menyerupai

17-β estradiol sehingga dapat berikatan langsung dengan


11

reseptor estogen dan berkompetisi dengan estrogen endogen,

oleh karenanya fitoestrogen dapat memberikan efek

estrogenik dan anti estrogenik (Wiyasa et al., 2008).

Pada tanaman dikenal ada beberapa kelompok

fitoestrogen yaitu; isoflavon, lignan, kumestan, triterpen,

glikosida, dan senyawa lain yang berefek estrogenik, seperti

flavones, chalconcs, diterpenoids, triterpenoids, coumarins

dan acyclics (Achdiat, 2003, Anonim, 2007). Pada kelompok

fitoestrogen tersebut isoflavon merupakan senyawa yang

banyak dimanfaatkan, dikarenakan kandungan fitoestrogen

yang cukup tinggi (Achdiat, 2007). Senyawa isoflavon

merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak

disintesa oleh tanaman. Pada tanaman golongan

Leguminoceae, khususnya pada tanaman kedelai mengandung

senyawa isoflavon yang cukup tinggi. Bagian tanaman kedelai

yang mengandung senyawa isoflavon yang lebih tinggi

terdapat pada biji kedelai, khususnya pada bagian hipokotil

(germ) yang akan tumbuh menjadi tanaman. Sebagian lagi

terdapat pada kotiledon yang akan menjadi daun pertama

dari tanaman (Anderson, 1997).Kandungan isoflavon pada

kedelai berkisar 2-4 mg/g kedelai. Senyawa isoflavon tersebut

pada umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi

dengan senyawa ikatan glukosida (Synder dan Kwon, 1987).


12

Selama proses pengolahan, baik melalui proses fermentasi

maupun proses non-fermentasi, senyawa isoflavon dapat

mengalami transformasi, terutama melalui proses hidrolisa,

sehingga dapat diperoleh senyawa isoflavon bebas yang

disebut aglikon. Senyawa aglikon tersebut adalah genistein,

glisitein dan daidzein (Pawiroharsono, 2007).

Selain pada tanaman kedelai, senyawa isoflavon dapat

ditemukan terutama produkproduk olahannya, seperti tahu,

tempe, tauco, dan kecap, juga ditemukan pada buah-buahan

dan teh hijau (Achdiat, 2003). Telah banyak informasi bahwa

dengan mengkonsumsi produk kedelai yang cukup tinggi,

sangat bermanfaat dalam mencegah berbagai penyakit

kardiovaskular (yakni dengan mempertahankan kolesterol

pada kadar yang normal), mencegah kanker payudara dan

prostat, mencegah osteoporosis, dan mengurangi berbagai

gejala serta keluhan menopause (Messina, et al. 2002,

Johnston, 2003, Yildiz, 2005). Hal tersebut dikarenakan

potensi senyawa isoflavon pada produk kedelai yang dapat

mengendalikan penyakit tertentu.

Departemen Kesehatan (Depkes RI, 2001)

menganjurkan agar wanita menopause mengkonsumsi

isoflavon 80 mg per hari, kadar tersebut dapat diperoleh

dengan asupan 112 gram tahu (satu setengah potong sedang)


13

atau 56 gram tempe (dua potong sedang). Berdasarkan

temuan di atas ternyata konsumsi isoflavon di dua daerah

penelitian masih rendah yaitu 17,07 mg per hari atau 21,33

persen dari anjuran Departemen Kesehatan. Perempuan

Jepang usia 42-52 tahun. Mengonsumsi isoflavon (dalam

genestein dandaidzein) sebanyak 18,4 mg per hari yang

berasal terutama dari tahu, kedele yang difermentasi, kedele

segar, sup miso. Perempuan Cina pada usia dan jenis sumber

makanan yang sama dengan perempuan Jepang,

mengonsumsi isoflavon sebanyak 8,8 mg per hari. Konsumsi

isoflavon (yang diukur dari genestein) perempuan pra

menopause (42-52 tahun) berhubungan dengan kepadatan

mineral tulang (bone mineral density/BMD) atau dengan kata

lain semakin banyak mengonsumsi isoflavon (genestein)

semakin tinggi tingkat kepadatantulangnya. Namun hubungan

ini didapatkan pada orang Jepang tetapi tidak pada Cina.

(Greendale GAet al, 2002).Contoh makanan mengandung

fitoestrogen tertinggi adalah biji minyak dan kacang-

kacangan.

Contohnya:

a. Kedelai, kedelai dikategorikan sebagai penghasil

isoflavon yang menyebabkan efek yang fisiologis secara

alami pada tubuh. Fakta ini terbukti bahwa hanya efektif


14

untuk mensuplai isoflavon. Jumlah untuk senyawa yang

berguna dari kedelai tergantung pada jenis tanaman dan

pengolahan dalam kedelai.

b. Benih lenan, flaxseed sebagai sumber fitoestrogen yang

di dalamnya mengandung senyawa, seperti lignan.

Relatif sangat banyak jumlah yang diperlukan;

dibanding sumber-sumber lain yang lebih rendah

kadungan lignannya seperti sayuran, buah-buahan dan

biji-bijian. Biji rami mengandung asam alfa-linoleat dan

serat larut yang berguna sebagai senyawa yang bertindak

sebagai sumber fitoestrogen.

c. Benih dan Kacang, makanan yang juga sebagai sumber

fitoestrogen yang baik di sini adalah biji wijen, biji

bunga matahari, chestnut, walnut, kacang pistachio.

kacang tanah, almond, pistachio, hazelnut kacang Brasil

dan kacang mede.

d. Makanan lainnya, minyak zaitun, bawang putih, kacang

merah, buncis, kacang, bawang, musim dingin labu,

collard hijau, brokoli, kubis, kering plum, squash musim

dingin, collard hijau, tauge kacang hijau, alfalfa aprikot,

peach, stroberi, raspberry, kacang hijau dan mete juga

merupakan sumber makanan yang sesuai fitoestrogen.


15

e. Suplemen, suplemen fitoestrogen juga tersedia di pasar

yang bervariasi dalam kekuatan dan keefektifannya. Ini

dapat digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan

terapi hormon, karena ini sama- sama efektif. Suplemen

membantu jika Anda tidak mengkonsumsi makanan

yang kaya fitoestrogen.

f. Red Clover, Ekstrak Red Clover merupakan sumber

fitoestrogen dari tumbuhan Trifolium pratense yang

berfungsi untuk mengurangi keluhan yang timbul

seperti hot flushes, menghambat aktifitas sel-sel perusak

tulang, menstabilkan kadar kholesterol darah, mencegah

pengerasan pembuluh darah, dan menghambat

pertumbuhan sel-sel kanker. Selain itu ekstrak Red

Clover juga kaya akan berbagai macam vitamin dan

mineral sehingga dapat meningkatkan stamina tubuh.

Tumbuhan Red Clover memiliki 4 macam senyawa

Isoflavon (genistein, daidzein, formononetin, dan

biochanin A) yang diperlukan untuk mengatasi keluhan

menopause, dengan kadar isoflavon 10-20 kali lipat

dibandingkan sumber Isoflavon lainnya sehingga

mempunyai daya kerja yang lebih optimal.

g. Black Cohosh, Ekstrak Black Cohosh, merupakan

sumber fitoestrogen dari tanaman Cimicifuga racemosa,


16

bermanfaat mengatasi gejala- gejala menopause seperti

hot flushes, depresi, perubahan emosi, dan vagina yang

kering. (nature) Triterpen glikosida banyak terkandung

pada tanaman Cimifuga racemosa (sering disebut

sebagai tanaman black cohosh). Tanaman ini tumbuh di

hutan-hutan Amerika Selatan dan sekarang telah

diekstraksi serta dikemas menjadi produk obat untuk

menopause. (Farmacia).

h. Sereal, sereal berasal dari kata “ceres”. Istilah tersebut

umumnya digunakan untuk menunjukkan berbagai jenis

tanaman famili rumput- rumputan atau padi-padian yang

menghasilkan biji-bijian dan bisa dimakan. Istilah sereal

juga populer sebagai bahan hidangan sarapan di

beberapa negara maju, khususnya dengan

berkembangnya sereal sarapan (breakfast cereals).

Sebenarnya ada berbagai jenis sereal. Di Indonesia, yang

umum dijumpai adalah beras merah, beras putih, jagung,

gandum, dan sorgum .Sedangkan di negara lainnya yaitu

oats, barley, rye, dan millet.


17

2. Terapi Sulih Hormon sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan

Wanita Menopause : Raditya Wratsangka

Karena masalah kesehatan yang timbul pada wanita menopause/

pasca-menopause disebabkan kekurangan hormon estrogen, maka

pengobatannya pun adalah dengan pemberian hormon pengganti

estrogen, yang dikenal dengan istilah Terapi Pengganti Estrogen

atau Estrogen Replacement Therapy (ERT). Karena pemberian

estrogen ini biasanya dikombinasikan dengan pemberian hormon

progesteron, maka dikenal istilah Terapi Pengganti Hormon (TPH)

atau Terapi Sulih Hormon (TSH) atau Hormone Replacement

Therapy (HRT). Menopause merupakan peristiwa normal dan

alamiah yang pasti dialami setiap wanita dan kejadiannya tidak

dapat dicegah sama sekali, dan pemberian terapi sulih hormon tidak

ditujukan untuk mencegah terjadinya menopause, melainkan hanya

ditujukan untuk mencegah dampak kesehatan akibat menopause

tersebut, baik keluhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Hormon yang diberikan adalah hormon estrogen (E), akan

tetapi pemberiannya selalu harus dikombinasikan dengan

progesteron (P). Pemberian progesteron antara lain bertujuan

untuk mencegah kanker endometrium, sedangkan pembe- rian

progesteron untuk pencegahan kanker payudara masih

diperdebatkan(5) , sehingga beberapa ahli menyarankan pemberian

progesteron tetap dilakukan meskipun uterusnya telah diangkat.


18

Beberapa penelitian pada hewan percobaan dan manusia telah

membuktikan bahwa progesteron memiliki khasiat antimitotik.

Yang paling banyak dianjurkan adalah penggunaan estrogen dan

progesteron alamiah, dan selalu dimulai dengan dosis yang rendah

serta lebih dianjurkan pemberian secara per oral.

Keunggulan dari estrogen alamiah adalah: jarang

menimbulkan mual dan muntah, tidak mengganggu faktor

pembekuan darah, tidak mempengaruhi enzim di hati dan

efeknya terhadap tekanan darah sangat minimal karena tidak

meningkatkan renin dan aldosteron.

Beberapa contoh estrogen alamiah yang digunakan serta dosis

yang dianjurkan adalah

a. Estrogen konjugasi dengan dosis 0,625 = 1,25 mg/hari

b. Estropipate, piperazin estron sulfat dengan dosis 0,75

mg - 1,5 mg/hari

c. Estradiol valerat dengan dosis 1 - 2 mg/hari

d. Estriol suksinat dengan dosis 4 - 8 mg/hari

Progesteron alamiah mempunyai beberapa keunggulan

dibandingkan dengan progesteron sintetik, yaitu: sifat

antiandrogenik (jarang menimbulkan sifat- sifat virilisasi), tidak

perlu diaktifkan terlebih dahulu di hati, dan tidak menurunkan

kadar HDL(3) . Beberapa progesteron alamiah yang digunakan

dan dosis yang dianjurkan adalah:


19

a. Medroksi progesteron asetat (MPA) dengan dosis 2 -

2,5 mg/hari

b. Didrogesteron dengan dosis 5 mg/hari.

Estrogen sintetik dapat meningkatkan tekanan darah

melalui peningkatan sistem renin-aldosteron-angiotensinogen,

sedangkan progesteron sintetik (turunan noretisteron) dapat

mempengaruhi High Density Lipoprotein (HDL) dan Low

Density Lipoprotein (LDL) serum serta menghambat khasiat

positif dari estrogen terhadap pembentukan

HDL. Seperti telah diketahui, bahwa penurunan kadar HDL

serum akan meningkatkan risiko penyakit jantung

koroner (PJK)

Cara pemberian yang sangat efektif adalah secara oral.

Keuntungan pemberian cara oral adalah dapat

menstimulasi metabolisme kolesterol HDL di hati dan

faktor-faktor tertentu di hati yang dapat membentuk

metabolisme kalsium, sehingga sangat baik digunakan

untuk mencegah kekeroposan tulang dan perkapuran

dinding pembuluh darah (aterosklerosis). Bila tidak dapat

diberikan terapi sulih hormon (TSH) secara oral, misalnya

timbul mual, muntah atau lainnya, maka dapat dipikirkan

pemberian cara lain, yaitu estrogen transdermal berupa

plester dengan dosis 25 - 50 ug/hari. Selain itu dapat

juga diberikan estrogen dalam bentuk krem, yang sangat


20

baik untuk mengatasi keluhan berupa atrofi epitel vagina

(dispareunia). Kedua cara pemberian tersebut (transdermal

dan krem) perlu juga disertai dengan pemberian

progesteron .

Beberapa kontraindikasi yang harus diketahui

sebelum pemberian TSH dimulai antara lain adalah:

hipertensi kronik (telah dimulai sebelum menopause),

obesitas, varises yang berat, menderita penyakit kelenjar

tiroid atau sedang dalam perawatan, menderita atau

dengan riwayat penyakit hati yang berat, hasil pap smear

abnormal, kanker payudara dan gangguan fungsi ginjal(8) .

Kontraindikasi yang begitu banyak sebenarnya berlaku

untuk pemberian pil kontrasepsi, karena pil kontrasepsi

mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik,

sedangkan terapi sulih hormon menggunakan hormon

alamiah. Beberapa kontraindikasi seperti diabetes

mellitus, hipertensi, penyakit jantung koronoer, stroke

merupakan kontraindikasi untuk pil kontrasepsi, namun

bukan merupakan kontraindikasi untuk pemberian terapi

sulih hormon.

Organisasi Kesehatan se Dunia (World Health

Organization/WHO) pada tahun 1997 telah membuat

kesepakatan bahwa untuk pencegahan keluhan jangka


21

panjang perlu diberikan TSH sedini mungkin, yaitu 1-2

tahun setelah masa menopause, meskipun wanita tersebut

belum mengalami keluhan apapun . Keluhan-keluhan

yang timbul akibat kekurangan estrogen pada umumnya

baru akan menghilang setelah pengobatan berlangsung

selama 18 - 24 bulan. Mengenai berapa lama TSH dapat

diberikan, masih terjadi silang pendapat, namun

kebanyakan ahli menganjurkan penggunaannya selama 10

- 20 tahun, atau selama wanita tersebut masih merasa

nyaman dan ingin terus menggunakannya. Selama

pemberiannya dikombinasikan dengan progesteron, maka

tidak perlu takut dengan keganasan. Jarang dijumpai

penyembuhan dalam waktu singkat. Bila setelah beberapa

bulan pengobatan keluhan tidak juga hilang meskipun

dosis telah dinaikkan, maka perlu dicari faktor- faktor lain

yang mungkin terjadi bersamaan dengan keluhan

klimakterik

E. Hasil Penelitian Dalam Jurnal

1. Terapi Sulih Hormon Alami untuk Menopause : Rr Catur

Leny Wulandari

Hormon estrogen yang ditemukan dalam makanan alami tanaman,

disebut Fitoestrogen. Makanan ini memiliki gizi yang berbeda yang

membantu untuk membawa bantuan untuk beberapa masalah yang


22

berkaitan dengan fase menopause. Sumber makanan dari beberapa

fitoestrogen telah diteliti dan menunjukan potensi keuntungan yang

tersedia dalam tanaman untuk mengobati dan merawat suatu kondisi

dan usia yang terkait dengan hormon.

Fitoestrogen merupakan senyawa yang dihasilkan oleh tanaman

yang mempunyai sifat mirip dengan estrogen pada wanita, meskipun

secara struktur kimia berbeda. Jenis senyawa fitoestrogen di alam

sangat bervariasi. Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur

kimianya dan telah banyak diteliti fungsi fisiologisnya yang

selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan keperluan

lainnya.

2. Terapi Sulih Hormon sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan

Wanita Menopause : Raditya Wratsangka

Efek samping yang muncul pada pemberian terapi sulih hormon

umumnya disebabkan oleh dosis estrogen atau progesteron yang tidak

tepat, baik karena dosis yang terlalu “tinggi” atau mungkin juga karena

dosis yang kurang atau terlalu “rendah”

a. Nyeri payudara. Hal ini disebabkan estrogen yang tinggi, sehingga dosis

estrogen yang diberikan perlu diturunkan, meskipun dapat juga disebabkan

oleh dosis progesteron yang tinggi (jarang).

b. Peningkatan berat badan. Hal ini dapat disebabkan oleh retensi cairan. Oleh

karena estrogen dapat menyebabkan retensi cairan, maka dosis

pemberiannya perlu diturunkan.


23

c. Perdarahan bercak (spotting). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen yang

rendah, sehingga dosis pemberian estrogen perlu dinaikkan; atau

dapat juga disebabkan oleh dosis progesteron yang tinggi, maka

dosis pemberian progesteron perlu diturunkan.

d. Perdarahan banyak (atipik). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen yang

tinggi, sehingga dosis estrogen perlu diturunkan sedangkan dosis

progesteron dinaikkan. Bila dengan cara ini tetap saja terjadi perdarahan

banyak, dianjurkan untuk dilakukan dilatasi & kuretase. Bila hasis

pemeriksaan patologi anatomik (PA) menunjukkan hiperplasia

adenomatosa, dianjurkan untuk histerektomi, atau bila pasien menolak

histerektomi, maka terapi diteruskan dengan pemberian progesteron saja

(tanpa estrogen), dan dilakukan mikrokuret tiap 3 bulan. Bila hasil PA

menunjukkan hiperplasia kistik, terapi sulih hormon dapat diteruskan

ddengan dosis progesteron yang lebih tinggi (misalnya estrogen 0,625 mg

dan progesteron 10 mg/hari dan pasien dianjurkan untuk mikrokuret tiap 3

bulan.

e. Sakit kepala (migren) dan leukorea (keputihan). Hal ini disebabkan oleh

estrogen yang terlalu tinggi, sehingga dosis pemberiannya perlu dikurangi.

f. Pruritus berat. Hal ini disebabkan karena efek estrogen, sehingga

pemberian estrogen sebaiknya dihentikan dan hanya diberikan progesteron

saja.
24

F. Kesimpulan Penelitian Dalam Jurnal

1. Terapi Sulih Hormon Alami untuk Menopause : Rr Catur

Leny Wulandari

Banyak wanita menopause yang mendapatkan terapi hormon

estrogen saja atau estrogen dan progesteron untuk mengatasi gejala

yang menyertai menopause. Pemberian hormon ini juga diharapkan

dapat mencegah terjadinya osteoporosis dan mengurangi risiko

terjadinya penyakit jantung iskemik. Pemberian hormon pada wanita

menopause bertujuan untuk mengembalikan keadaan hormonal seperti

pada saat premenopause, namun hingga kini tidak ada preparat sulih

hormon yang dapat menyamai pola sekresi hormon pada wanita

premenopause.

Terapi sulih hormon yang hanya menggunakan estrogen dapat

menimbulkan dampak yang kurang baik yaitu kanker endometrium

dan kanker payudara. Dampak yang kurang baik ini dapat diatasi

dengan pemberian tambahan hormon progesteron untuk memberikan

efek yang berlawanan terhadap kerja estrogen. Kerugian dari terapi

sulih hormon berbeda antara wanita yang satu dengan yang lainnya

karena setiap wanita mempunyai dosis yang tidak sama dan meskipun

telah menggunakan terapi sulih hormon untuk mengatasi gejala

klimakterium namun tetap harus waspada terhadap proses keganasan

pada payudara dan rahim, risiko terjadi penyakit jantung koroner,

thromboemboli vena, dan stroke.


25

Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengonsumsi

makanan yang mengandung fetoestrogen . Fitoestrogen merupakan

suatu substrat dari tumbuhan yang memiliki aktivitas mirip estrogen

(Glover dan Assinder, 2006). Fitoestrogen sangat beragam dari segi

struktur, kekuatan estrogenik, dan ketersediaan sumber-sumber pada

makanan seperti kedelai, sereal, dan biji-bijian (Helmy et al, 2014).

2. Terapi Sulih Hormon sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan

Wanita Menopause : Raditya Wratsangka

Wanita menopause yang jumlahnya makin bertambah banyak seiring

dengan meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, selayaknya

mendapat penanganan yang adekuat atas gangguan- gangguan atau

keluhan-keluhan sehubungan dengan kurang atau menurunnya kadar

estrogen di dalam tubuh, sehingga pada akhirnya akan kembali

meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas wanita lanjut di

Indonesia. Pemberian terapi sulih hormon, terutama pemberian hormon

estrogen, akan mengatasi keluhan-keluhan baik yang bersifat jangka

pendek maupun jangka panjang, khususnya memberikan perlindungan

terhadap gangguan osteoporosis dan penyakit jantung koroner.

Pemberian hormon estrogen yang dikombinasikan dengan hormon

progesteron dalam bentuk alamiah secara per oral serta dimulai dengan

dosis yang rendah bertujuan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya

efek samping, baik berupa perdarahan maupun risiko terkena kanker

payudara maupun kanker endometrium. Organisasi Kesehatan Dunia


26

(World Health Organization/WHO) telah membuat kesepakatan bahwa

TSH ini dapat diberikan sedini mungkin, yaitu 1 – 2 tahun setelah masa

menopause, meskipun belum mengalami keluhan apapun, dan

kebanyakan ahli menganjurkan peng- gunaan TSH ini selama 10 – 20

tahun, atau selama wanita tersebut masih merasa nyaman dan ingin

terus menggunakannya, asalkan dilakukan pengawasan lanjutan

(follow-up) yang baik dan teratur.


27

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Terapi Sulih

Hormon (TSH) adalah perawatan medis yang menghilangkan gejala-

gejala pada wanita selama dan setelah menopause. Beberapa risiko

akibat terapi hormonal yaitu Kanker payudara, Kanker rahim, Problem

kantung empedu dan Tekanan darah tinggi. Hal tersebut dapat ditangi

dengan pengaturan dosis dan cara pemberian yang tepat atau dengan

cara mengonsumsi fetoestrogen dalam makanan.

B. SARAN

Jika kelak mengalami gejala menopause dan sangat menderita oleh

karenanya, penggunaan terapi sulih hormon dapat menjadi salah satu

pilihan. Semoga datangnya masa menopause nanti bukan suatu periode

yang menakutkan bagi seorang wanita.

Semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan

kami harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak  agar  pembuatan

makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.


28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Terapi Sulih Hormon, Amankah. www.sinarharapan. Diunduh

tanggal 07/10/2019

Baziad A, Dharmasetiawan S. Penanganan Wanita Usia Menopause.

Kelompok Studi Endokrin Reproduksi Indonesia (KSERI),1995

Baziad A. Kesehatan Fisik Wanita Usia Lanjut. Makalah disajikan pada

Seminar tentang Garis Besar Kebijaksanaan Pengelolaan Lansia, Pertemuan

Ilmiah Tahunan XI, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Semarang,

1999.. Kenemans P. Hormone Replacement Theraapy (HRT) : Basic Concepts

and Practical Rules. Gynec Forum 1996;3:3-9

Baziad A. Terapi Hormonal : Alternatif Baru Penanggulangan Masalah

Menopause dan Komplikasinya. Dalam : Pakasi LS. Menopause : Masalah dan

Penanganannya. Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1996:34-49.

Burger CW, Kenemans P. Postmenopausal hormone replacement therapy

and cancer of the female genital tract and breast. Current Opinion in Obstet and

Gynecol, 1998;10(1):41-54.

Utian WH. Menopause: a modern perspective from a controversial history.

In: Wren BG (ed.) Progress in the management of the menopause. New York, The

Parthenon Publishing Group, 1997:1-10.

Nina Siti Mulayani.2013. Menopause. Nuha Medika. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai