Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan gerontik
Oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
(MENOPOUSE)” dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa
sumber yakni melalui kajian Pustaka maupun melalui media internet. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada ibu “Nina pamelasari
M.Kep” Selaku dosen pengampu mata kuliah keperawatan gerontik.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi ...................................................................................3
B. Epidemiologi ...........................................................................4
C. Tanda dan gejala menopause ..................................................5
D. Factor resiko ...........................................................................7
A. Pengkajian ..............................................................................10
B. Diagnosis ...............................................................................11
C. Rencana Tindakan .................................................................11
D. Evaluasi ..................................................................................13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................14
B. Saran ......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti akan memasuki fase penuaan. Pada fase ini, akan
terjadi kemunduran secara fisik, mental, sosial yang secara perlahan tidak dapat
lagi melakukan aktivitas sehari-hari. Kelompok usia ini telah berada pada tahap
akhir dari proses penuaan (Kholifah, 2016). Jumlah dan proporsi penduduk usia
60 tahun ke atas semakin meningkat. Tahun 2019, jumlah penduduk berusia 60
tahun ke atas mencapai 1 miliar. Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat
pada tahun 2030 sebanyak 1,4 miliar dan pada tahun 2050 sebanyak 2,1 miliar.
Peningkatan ini akan terjadi terutama pada negara berkembang pada beberapa
dekade mendatang dengan kecepatan yang berbeda dari sebelumnya (WHO,
2021).
Salah satu perubahan fisik pada fungsi seksual yaitu organ reproduksi akan
mengalami perubahan karena sel telur tidak lagi di produksi akibat berhentinya
menstruasi (Mulyani, 2013). Menopause merupakan penghentian total dari
menstruasi selama dua belas bulan atau lebih sebagai akibat dari: hilangnya total
aktivitas folikel ovarium. Gejala yang paling umum dilaporkan adalah
ketidaknyamanan sendi dan otot, perubahan suasana hati, kelelahan baik secara
fisik maupun mental. Berikutnya adalah hot flushes, masalah tidur, lekas marah
1
dan kecemasan. Gejala urogenital ditemukan lebih sedikit umum seperti masalah
seksual, masalah kandung kemih dan kekeringan vagina (Khatoon et al, 2018).
Penelitian yang dilakukan terhadap wanita menopause di Amerika dan Asia,
gejala yang paling sering dilaporkan oleh wanita adalah hilangnya minat seksual,
gejala yang paling parah adalah kelelahan (Kalra, 2020). Hal ini berdampak pada
kualitas hidup, penelitian yang dilakukan oleh Ruaniari (2016) Kualitas hidup
wanita menopause 74 orang (63,2 %) baik, dengan gangguan vasomotor paling
banyak dan item yang paling banyak dirasakan mengganggu pada item nyeri otot
dan sendi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
reproduksi menopouse
C. Tujuan
2
Untuk menjelaskan dan memberi pengetahuan tentang bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
reproduksi yaitu menopouse
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi menopause
Kata menopause yang berasal dari kata Yunani yang berarti “bulan” dan
“penghentian sementara”, yang secara linguistik lebih tepat disebut menocease.
Secara medis istilah menopause berarti menocease, karena berdasarkan
definisinya menopause itu berarti berhentinya menstruasi bukan istirahat
(Wiryawan, 2018). Menopause merupakan fase terakhir dimana perdarahan haid
seorang wanita berhenti sama sekali. Pada usia 50 tahun, perempuan memasuki
masa menopause sehingga terjadi penurunan atau hilangnya hormon estrogen
yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali
mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya
(Maita et al., 2013). Menopause terjadi akibat berkurangnya sekresi hormon
ovarium yaitu estrogen dan progesteron, yang terjadi saat penyimpanan pada
folikel ovarium habis. Awalnya siklus menstruasi menjadi tidak teratur, kemudian
konsentrasi hormon perangsang folikel yaitu Follicle Stimulating Hormone(FSH)
meningkat, sebagai respon terhadap penurunan konsentrasi hormon ovarium
(Morena et al., 2021).
3
adalah berhentinya kesuburan dan menstruasi secara permanen, ketika wanita
tidak lagi mengalami menstruasi selama setahun. Sebelum terjadi menopause
wanita akan mengalami masa premenopause, yaitu periode fluktuasi hormonal
yang berakhir dengan menopause, dan periode ini berlangsung selama 5 sampai
15 tahun atau lebih (Jannah, 2020).
Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12bulan haid tidak datang lagi
yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium, maka ditetapkan menopause
sebenarnya. Sebelum menghadapi masa menopause secara alamiah, seseorang
akan dihadapkan pada masa premenopause yang terjadi 3–5 tahun sebelum
menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan klimakterium mulai berkembang.
Selanjutnya diikuti pada tahap menopause sampai akhirnya post menopause yaitu
tahap awal setelah 12 bulan tidak haid. Tahap post menopause akan dihadapi
semua wanita menopause baik yang alamiah maupun menopause dini karena
insidensi tertentu. Gabungan premenopause dan postmenopause disebut masa
perimenopause. Pada masa inilah terjadi keluhan yang memuncak (Fauzia et al.,
2018).
B. Epidemiologi
4
negara Asia cenderung lebih rendah. Hal ini diduga disebabkan karena pola
makan wanita di negara Asia banyak mengandung fitoestrogen yang terbukti
dapat mengurangi gejala hot flushes. Sebuah penelitian mengenai prevalensi
gejala perimenopause menunjukkan gejala hot flushes, keringat malam,
kekeringan vagina, dan kesulitan tidur meningkat pada tahap akhir transisi
menopause dan menetap hingga tahap post menopause.
Saat ini, di Indonesia data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan ada
15,2 juta wanita dari 118 juta wanita mengalami menopause. Berdasarkan data
dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2018, persentase
menopause menurut kelompok usia 30-34 tahun sebanyak 9,7%, usia 35-39 tahun
sebanyak 11%, usia 40-41 tahun sebanyak 12,7%, usia 42-43 tahun sebanyak
14,2%, usia 44-45 tahun sebanyak 17,1%, usia 46-47 tahun sebanyak 26,7%, dan
usia 48-49 tahun sebanyak 43,1%.
Gejala ini biasaya akan terlihat pada awal permulaan masa menopause.
Perdarahan akan terlihat beberapa kali dalam rentang beberapa bulan dan
5
akhirnya akan berhenti sama sekali. Gejala ini sering kali disebut dengan
gejala peralihan.
Gejala ini akan dirasakan mulai dari wajah sampai keseluruh tubuh.
Selain rasa panas juga disertai dengan warna kemerahan pada kulit dan
berkeringat. Rasa panas ini akan mempengaruhi pola tidur wanita
menopause yang akibatnya sering kali wanita menopause kekurangan
tidur. Masing-masing wanita menderita masalah ini dalam tingkat yang
berbeda-beda. Hot flush berlangsung dalam 30 detik sampai 3 menit.
Keluhan Hot flushes berkurang setelah tubuh menyesuaikan diri dengan
kadar estrogen yang rendah.
6
Masalah insomnia atau susah tidur akan dialami oleh beberapa
wanita menopause. Selain itu juga wanita menopause akan terbangun
pada malam hari dan sulit untuk bisa tidur kembali. Masalah insomnia
juga dikarenakan kadar serotonin yang menurun sebagai akibat jumlah
estrogen yang kadarnya juga menurun. Serotonin mempengaruhi suasana
hati seseorang, jika kadar serotonin dalam tubuh menurun, hal ini akan
menyebabkan depresi dan sulit tidur.
Pada vagina akan terlihat adanya perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina. Pada masa menopause vagina akan terlihat menjadi lebih
kering dan kurang elastis. Hal ini dikarenakan adanya penurunan kadar
hormon estrogen. Efek dari gejala ini maka akan timbul rasa sakit pada
saat melakukan hubungan seksual.
h. Sembelit
D. Faktor resiko
7
a. Haid pertama kali (menarche)
b. Faktor psikis
c. Jumlah anak
e. Merokok
8
Seseorang wanita yang merokok akan lebih cepat mengalami
menopause. Pada wanita perokok diperoleh usia menopause lebih awal,
sekitar 1,5 tahun. Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau
membuan hormon estrogen. Di samping itu juga, beberapa peneliti
meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok juga berpotensi
membunuh sel telur. Menurut hampir semua studi yang pernah
dilakukan, waniat perokok akan mengalami masa menopause pada usia
yang lebih mudayaitu 43 hingga 50 tahun. Selama menopause, ovarium
wanita akan berhenti memproduksi sel telur sehingga wanita tersebut
tidak hamil lagi.
f. Stress
g. Status gizi
h. Sosial ekonomi
9
i. Budaya dan lingkungan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
10
g. Pola kebutuhan sehari hari, seperti: nutrisi, eliminasi, aktivitas,
istirahat, pola seksual. Dari pola tersebut dapat mengalami masalah
yang masing-masing dialami lansia, mulai dari kurang istirahat,
cemas menghadapi menopause, nutrisi tidak terpenuhi dengan baik,
eliminasi yang terganggu, aktivitas yang menurun.
h. Data Psikososial,
spiritual, kultural Data
objektif dapat ditemukan
dari:
a. Keadaan umum: untuk mengetahui status kesehatan pasien
Diagnosis yang dapat timbul pada wanita yang menopause (PPNI, 2017,
p. 158)
C. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang diprioritaskan penulis adalah diagnosis cemas
11
berhungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis
maturasional, dikarenakan di era pandemic Covid 19 ini, lansia rentan
terinfeksi dan tak banyak takut dan cemas akan penyakit tersebut.
Sehingga untuk mengatasi masalah dan menurunkan kecemasan yang
dialami. Maka penulis memberikan intervensi sebagai berikut: setelah
dilakukan tindakan, pasien cemas berkurang atau hilang dengan kriteria
pasien merasa rileks, dapat menerima dirinya apa adanya:
Intervensi yang diberikan (PPNI, 2017)
12
Rating Scale, hasil penelitian yang dilakukan di Panti Werdha
Surya Surabaya dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan
gejala menopause sebagian besar dikategorikan menengah yaitu
sebanyak 14 orang dari jumlah responden. Rata-rata responden
yang sudah mengikuti senam lansia 4 tahun ke atas mempunyai
gejala ringan dan didapati bahwa senam bugar lansia sangat
berpengaruh dalam mengurangi gejala menopause.
Senam bugar lansia dapat menurunkan depresi juga
diteliti oleh Agustin & Ulliya (2018) yang berjudul Perbedaan
Tingkat Depresi pada Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Senam Bugar Lansia di Panti Werdha Wening Wardoyo. Bentuk
perlakukan yang dilakukan oleh peneliti senam bugar lansia
sebanyak 6 sesi. Hasil penelitian menunujukan terdapat
perbedaan tingkat depresi pada lansia antara sebelum dan sesudah
dilakukan senam dimana Z = -3,276 dengan p value 0,001.
Jumlah keseluruhan lansia yang mengalami penurunanan tingkat
depresi ialah 66,7 %
Perkembangan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2019)
dalam penelitian Efektivitas Pemberian Senam Lanjut Usia
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Usia Lanjut di Panti Sosial
Tresna Werdha menujukan hasil Setelah dilakukan intervensi
berupa senam lanjut usia nilai tingkat stres pada responden
menjadi 40,95. Artinya terjadi penurunan nilai tingkat stres pada
responden. Senam lanjut usia efektif terhadap penurunan tingkat
stres usia lanjut.
Gerakan-gerakan senam lansia dimulai dari menganggat
lengan, sebelumya berdiri tegak dengan kaki yang direntangkan
sebelbar bahu, ambil npas pelan-pelan, tarik kedua siku dan
angkat beban kearah dada secara perlahan, ulangi gerakan
sebanyak 8-10 kali. Angkat kaki kebelakang lakukan berulang,
dilakukan secara bergantian. Berjalalan dari tumit ke ujung jari
13
kaki, meregangkan pergelangan kaki dan meregangkan leher
(Menpora, 2010).
D. Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16