Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI (MENOPOUSE)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan gerontik

Dosen pengampu : Nina pamelasari M.Kep

Oleh :

Ilham Maolana Yunus C1914201009

Yanti herawati C2114201045

Ai yuni apriani C2114201049

Agni agusti alasypari C2114201050

Jahrotun nisa C2114201061

Nela Aprilia C2114201064

Eri iryawan C2114201076

Nabila aulia salsabila E C2114201106

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
(MENOPOUSE)” dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa
sumber yakni melalui kajian Pustaka maupun melalui media internet. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada ibu “Nina pamelasari
M.Kep” Selaku dosen pengampu mata kuliah keperawatan gerontik.

Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Tasikmalaya, 18 Maret 2024

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................1


B. Rumusan masalah ...................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi ...................................................................................3
B. Epidemiologi ...........................................................................4
C. Tanda dan gejala menopause ..................................................5
D. Factor resiko ...........................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ..............................................................................10
B. Diagnosis ...............................................................................11
C. Rencana Tindakan .................................................................11
D. Evaluasi ..................................................................................13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................14
B. Saran ......................................................................................14

Daftar Pustaka .............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti akan memasuki fase penuaan. Pada fase ini, akan
terjadi kemunduran secara fisik, mental, sosial yang secara perlahan tidak dapat
lagi melakukan aktivitas sehari-hari. Kelompok usia ini telah berada pada tahap
akhir dari proses penuaan (Kholifah, 2016). Jumlah dan proporsi penduduk usia
60 tahun ke atas semakin meningkat. Tahun 2019, jumlah penduduk berusia 60
tahun ke atas mencapai 1 miliar. Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat
pada tahun 2030 sebanyak 1,4 miliar dan pada tahun 2050 sebanyak 2,1 miliar.
Peningkatan ini akan terjadi terutama pada negara berkembang pada beberapa
dekade mendatang dengan kecepatan yang berbeda dari sebelumnya (WHO,
2021).

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia adalah sebanyak 29,3


juta jiwa (10,82%) (Badan Pusat Statistik 2021). Kecamatan Remboken jumlah
penduduk dengan jenis kelamin wanita berjumlah 6.168 jiwa (BPS, 2020),
berdasarkan data yang diperoleh dari petugas puskesmas Remboken, jumlah
lansia wanita pada tahun 2019 sebanyak 476 orang, tahun berikutnya 2020
meningkat menjadi 558 orang dan per Oktober 2021 berjumlah 607 orang.
Peningkatan populasi lansia dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat
kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai
beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi.

Salah satu perubahan fisik pada fungsi seksual yaitu organ reproduksi akan
mengalami perubahan karena sel telur tidak lagi di produksi akibat berhentinya
menstruasi (Mulyani, 2013). Menopause merupakan penghentian total dari
menstruasi selama dua belas bulan atau lebih sebagai akibat dari: hilangnya total
aktivitas folikel ovarium. Gejala yang paling umum dilaporkan adalah
ketidaknyamanan sendi dan otot, perubahan suasana hati, kelelahan baik secara
fisik maupun mental. Berikutnya adalah hot flushes, masalah tidur, lekas marah

1
dan kecemasan. Gejala urogenital ditemukan lebih sedikit umum seperti masalah
seksual, masalah kandung kemih dan kekeringan vagina (Khatoon et al, 2018).
Penelitian yang dilakukan terhadap wanita menopause di Amerika dan Asia,
gejala yang paling sering dilaporkan oleh wanita adalah hilangnya minat seksual,
gejala yang paling parah adalah kelelahan (Kalra, 2020). Hal ini berdampak pada
kualitas hidup, penelitian yang dilakukan oleh Ruaniari (2016) Kualitas hidup
wanita menopause 74 orang (63,2 %) baik, dengan gangguan vasomotor paling
banyak dan item yang paling banyak dirasakan mengganggu pada item nyeri otot
dan sendi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Istighosah (2015) yang meneliti


tentang Kajian Asuhan pada Menopause: Sebuah strategi untuk Meningkatkan
Kualitas Hidup Menopause, hasil penelitian menunjukan melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga perempuan dapat melalui masa transisi
ini dengan bahagia dan sejahtera serta tetap dapat berkarya dan dapat
mempersiapkan masa usia lanjut dengan sehat. Memberikan informasi tentang
perubahan-perubahan yang terjadi, kebutuhan yang dibutuhkan oleh menopause,
tanda bahaya, makanan yang dibutuhkan, aktivita dan olaraga atau senam.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis membuat asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan reproduksi menopause karena dibutuhkan peran perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan maupun edukasi kesehatan kepada lansia yang
menghadapi menopause. Pentinganya edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia dan mengurangi depresi yang dialami sehingga dapat menimbulkan
penyakit lainnya yang tidak diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
reproduksi menopouse

C. Tujuan

2
Untuk menjelaskan dan memberi pengetahuan tentang bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
reproduksi yaitu menopouse
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi menopause

Kata menopause yang berasal dari kata Yunani yang berarti “bulan” dan
“penghentian sementara”, yang secara linguistik lebih tepat disebut menocease.
Secara medis istilah menopause berarti menocease, karena berdasarkan
definisinya menopause itu berarti berhentinya menstruasi bukan istirahat
(Wiryawan, 2018). Menopause merupakan fase terakhir dimana perdarahan haid
seorang wanita berhenti sama sekali. Pada usia 50 tahun, perempuan memasuki
masa menopause sehingga terjadi penurunan atau hilangnya hormon estrogen
yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali
mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya
(Maita et al., 2013). Menopause terjadi akibat berkurangnya sekresi hormon
ovarium yaitu estrogen dan progesteron, yang terjadi saat penyimpanan pada
folikel ovarium habis. Awalnya siklus menstruasi menjadi tidak teratur, kemudian
konsentrasi hormon perangsang folikel yaitu Follicle Stimulating Hormone(FSH)
meningkat, sebagai respon terhadap penurunan konsentrasi hormon ovarium
(Morena et al., 2021).

Menurut (Sasmita, 2019)Menopause yaitu sebuah keadaan wanita yang


tidak mendapat haid selama 12 bulan disertai adanya tanda tanda menopause
sampai menuju senium. Menopause terjadi pada usia antara 45–51 tahun.
Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang
kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi
folikel vesikuler dan berevulasi (Zaitun et al., 2020). Menurut WHO menopause
adalah berhentinya menstruasi secara permanen, sebagai akibat hilangnya
aktivitas ovarium. Menopause alami dikenal, bila terjadi amenore selama 12 bulan
berturut-turut, tanpa ditemukan penyebab patofisiologi atau fisiologi. Menopause

3
adalah berhentinya kesuburan dan menstruasi secara permanen, ketika wanita
tidak lagi mengalami menstruasi selama setahun. Sebelum terjadi menopause
wanita akan mengalami masa premenopause, yaitu periode fluktuasi hormonal
yang berakhir dengan menopause, dan periode ini berlangsung selama 5 sampai
15 tahun atau lebih (Jannah, 2020).

Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12bulan haid tidak datang lagi
yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium, maka ditetapkan menopause
sebenarnya. Sebelum menghadapi masa menopause secara alamiah, seseorang
akan dihadapkan pada masa premenopause yang terjadi 3–5 tahun sebelum
menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan klimakterium mulai berkembang.
Selanjutnya diikuti pada tahap menopause sampai akhirnya post menopause yaitu
tahap awal setelah 12 bulan tidak haid. Tahap post menopause akan dihadapi
semua wanita menopause baik yang alamiah maupun menopause dini karena
insidensi tertentu. Gabungan premenopause dan postmenopause disebut masa
perimenopause. Pada masa inilah terjadi keluhan yang memuncak (Fauzia et al.,
2018).

B. Epidemiologi

Epidemiologi menopause berdasarkan usia rerata berkisar antara usia 47-


51 tahun. Masa transisi menopause biasanya dimulai pada wanita usia
pertengahan hingga akhir 40 tahun dan dapat bertahan selama 4-5 tahun.
Menstruasi terakhir biasanya terjadi antara usia 40-58 tahun. Menopause adalah
fenomena universal di kalangan wanita, namun waktu onset dan durasi fase
transisi menopause dan periode menstruasi terakhir dapat berbeda antar wanita.

Global Diperkirakan sebanyak 1,3 juta wanita mengalami menopause tiap


tahunnya di Amerika. [16] Sindrom premenopause dialami oleh hampir semua
wanita di dunia dengan prevalensi sekitar 70-80% pada wanita Eropa, 60% wanita
Amerika, 57% wanita Malaysia, 18% wanita Cina, dan 10% pada wanita Jepang
dan Indonesia. Prevalensi wanita yang menderita sindrom premenopause di

4
negara Asia cenderung lebih rendah. Hal ini diduga disebabkan karena pola
makan wanita di negara Asia banyak mengandung fitoestrogen yang terbukti
dapat mengurangi gejala hot flushes. Sebuah penelitian mengenai prevalensi
gejala perimenopause menunjukkan gejala hot flushes, keringat malam,
kekeringan vagina, dan kesulitan tidur meningkat pada tahap akhir transisi
menopause dan menetap hingga tahap post menopause.

Saat ini, di Indonesia data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan ada
15,2 juta wanita dari 118 juta wanita mengalami menopause. Berdasarkan data
dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2018, persentase
menopause menurut kelompok usia 30-34 tahun sebanyak 9,7%, usia 35-39 tahun
sebanyak 11%, usia 40-41 tahun sebanyak 12,7%, usia 42-43 tahun sebanyak
14,2%, usia 44-45 tahun sebanyak 17,1%, usia 46-47 tahun sebanyak 26,7%, dan
usia 48-49 tahun sebanyak 43,1%.

Mortalitas Wanita yang mengalami menopause secara natural dan berusia


> 55 tahun memiliki peningkatan risiko sebesar 29% untuk mengalami mortalitas
akibat penyakit kardiovaskular jika dibandingkan dengan wanita yang mengalami
menopause pada usia 50-54 tahun. Wanita yang mengalami menopause akibat
operasi ooforektomi bilateral sebelum usia 45 tahun juga memiliki peningkatan
mortalitas, terutama karena penyakit kardiovaskular. Namun risiko ini dapat
diturunkan dengan terapi estrogen.

C. Tanda dan Gejala Menopause

Menurut Kusmiran (2011), pada masa menopause wanita akan


mengalami perubahan-perubahan. Perubahan yang dirasakan oleh wanita
tersebut adalah :

a. Perubahan pola menstruasi (perdarahan)

Gejala ini biasaya akan terlihat pada awal permulaan masa menopause.
Perdarahan akan terlihat beberapa kali dalam rentang beberapa bulan dan

5
akhirnya akan berhenti sama sekali. Gejala ini sering kali disebut dengan
gejala peralihan.

b. Rasa panas (hot flush)

Gejala ini akan dirasakan mulai dari wajah sampai keseluruh tubuh.
Selain rasa panas juga disertai dengan warna kemerahan pada kulit dan
berkeringat. Rasa panas ini akan mempengaruhi pola tidur wanita
menopause yang akibatnya sering kali wanita menopause kekurangan
tidur. Masing-masing wanita menderita masalah ini dalam tingkat yang
berbeda-beda. Hot flush berlangsung dalam 30 detik sampai 3 menit.
Keluhan Hot flushes berkurang setelah tubuh menyesuaikan diri dengan
kadar estrogen yang rendah.

c. Tekanan Darah (Hipertensi)

Wanita yang mengalami hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan, usia, stress, gaya hidup, garam,
merokok, kurang olah raga atau aktivitas, dan pola makan serta adanya
rasa panas yang terjadi suatu peningkatan aliran darah (Proverawati,
2010).

d. Keluar keringat di malam hari

Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Gejolak


panas mungkin sangat ringan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh
orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat secara tiba
tiba sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat yang mengucur
diseluruh tubuh.

e. Susah tidur (insomnia)

6
Masalah insomnia atau susah tidur akan dialami oleh beberapa
wanita menopause. Selain itu juga wanita menopause akan terbangun
pada malam hari dan sulit untuk bisa tidur kembali. Masalah insomnia
juga dikarenakan kadar serotonin yang menurun sebagai akibat jumlah
estrogen yang kadarnya juga menurun. Serotonin mempengaruhi suasana
hati seseorang, jika kadar serotonin dalam tubuh menurun, hal ini akan
menyebabkan depresi dan sulit tidur.

f. Kerutan pada vagina

Pada vagina akan terlihat adanya perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina. Pada masa menopause vagina akan terlihat menjadi lebih
kering dan kurang elastis. Hal ini dikarenakan adanya penurunan kadar
hormon estrogen. Efek dari gejala ini maka akan timbul rasa sakit pada
saat melakukan hubungan seksual.

g. Gejala gangguan motorik

Pada masa menopause aktivitas yang akan dikerjakan semakin


berkurang. Hal ini dikarenakan wanita menopause akan mudah
merasakan rasa lelah sehingga tidak sanggup untuk melakukan pekerjaan
yang terlalu berat.

h. Sembelit

Proses metabolisme dalam tubuh akan menurun seiring dengan


bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha untuk
beradaptasi dengan kadar estrogen yang baru. Adanya gejala ini akan
mengakibatkan sering kali wanita menopause mengalami sembelit.

D. Faktor resiko

Menurut (Nina Siti Mulyani, 2013). Faktor yang mempengaruhi


menopause adalah sebagai berikut:

7
a. Haid pertama kali (menarche)

Semakin mudah seseorang wanita mengalami menstruasi pertama


kalinya, maka akan semakin tua atau lama untuk memasuki atau
mengalami masa menopausenya. Wanita yang mendapatkan menstruasi
pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopause lebih dini,
sedangkan wanita yang haid lebih dini seringkali akan mengalami
menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun.

b. Faktor psikis

Keadaan psikis seorang wanita akan mempengaruhi terjadinya


menopause. Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja
akan mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut
beberapa penelitian, mereka akan mengalami waktu menopause yang
lebih mudah atau cepat dibandingkan yang menikah dan tidak bekerja
atau bekerja dan tidak menikah.

c. Jumlah anak

Penelitian yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medcal


Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan
diatas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau
lama. Hal ini disebabkan karena kehamilan dan persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan
memperlambat sistem penuaan tubuh.

d. Penggunaan obat-obat keluarga berencana (KB)

Kontrasepsi dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal ini


dikarenakan carakerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau
indung telur. Padawanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause.

e. Merokok

8
Seseorang wanita yang merokok akan lebih cepat mengalami
menopause. Pada wanita perokok diperoleh usia menopause lebih awal,
sekitar 1,5 tahun. Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau
membuan hormon estrogen. Di samping itu juga, beberapa peneliti
meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok juga berpotensi
membunuh sel telur. Menurut hampir semua studi yang pernah
dilakukan, waniat perokok akan mengalami masa menopause pada usia
yang lebih mudayaitu 43 hingga 50 tahun. Selama menopause, ovarium
wanita akan berhenti memproduksi sel telur sehingga wanita tersebut
tidak hamil lagi.

f. Stress

Seperti halnya cemas mempengaruhi menopause, stres juga


merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita akan
mengalami menopause. Jika seorang wanita akan sering merasakan stres
maka sama halnya dengan cemas, wanita tersebut akan lebih cepat
mengalami menopause.

g. Status gizi

Faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal biasanya


dikarenakan konsumsi yang sembarangan. Jika ingin mencegah
menopause lebih awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup
sehat seperti berhenti merokok, serta mengkonsumsi makanan yang baik
misalnya sejak masih muda rajin mengkonsumsi makanan sehat seperti
kedelai, kacang merah, bengkoang, atau pepaya.

h. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi fakor fisik,


Kesehatan, dan pendidikan. Bila faktortersebutcukup baik, akan
mempengaruhi beban fisiologis. Kesehatan akan faktor klimakterium
sebagai faktor psikologis, (Nina Siti Mulyani, 2013).

9
i. Budaya dan lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat


mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri
dengan klimakterium dini.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada lansia dengan menopause


(Proverawati & Sulistyawati, 2010, p. 36) :
Data subjektif dapat ditemukan dari:

a. Identitas pasien

b. Keluhan utama: mengetahui masalah kesehatan lansia yang


berkaitan dengan menopause, hal yang dirasakan selama mengalami
menopause
c. Riawayat kesehatan: Riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan riwayat
keluarga

d. Riwayat Obsterti: riwayat haid: makin dini menarche terjadi, makin


lambat menarche terjadi. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu.
e. Riwayat perkawinan: oaring yang menikah pada umumnya terus
melanjutkan aktivitas seksual sampai masa tuanya. Bagi mereka yang
tidak memiliki pasangan atau bercerai kurang memiliki dorongan
seksual yang cukup kuat.
f. Riwayat KB

10
g. Pola kebutuhan sehari hari, seperti: nutrisi, eliminasi, aktivitas,
istirahat, pola seksual. Dari pola tersebut dapat mengalami masalah
yang masing-masing dialami lansia, mulai dari kurang istirahat,
cemas menghadapi menopause, nutrisi tidak terpenuhi dengan baik,
eliminasi yang terganggu, aktivitas yang menurun.
h. Data Psikososial,
spiritual, kultural Data
objektif dapat ditemukan
dari:
a. Keadaan umum: untuk mengetahui status kesehatan pasien

b. Tingkat kesadaran dan vital sign

c. Pemeriksaan fisik: dilakuan pemeriksaan secara head to toe

Terutama bagian abdomen dikaji untuk mengetahui bentuk abdomen,


adanya retraksi, benjolan serta ketidaksimetrisan, sedangkan
genetalia bertujuan untuk mengetahui vagina akan terasa kering.
Gatal, mudah luka, sering terjadi keputihan nyeri pada senggama
atau perdarahan pasca senggama.
B. Diagnosis

Diagnosis yang dapat timbul pada wanita yang menopause (PPNI, 2017,
p. 158)

a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak


terpenuhi, krisis maturasional
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi

c. Gangguan pola tidur berhungan dengan hambatan lingkungan (hot


flash)

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

C. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang diprioritaskan penulis adalah diagnosis cemas

11
berhungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis
maturasional, dikarenakan di era pandemic Covid 19 ini, lansia rentan
terinfeksi dan tak banyak takut dan cemas akan penyakit tersebut.
Sehingga untuk mengatasi masalah dan menurunkan kecemasan yang
dialami. Maka penulis memberikan intervensi sebagai berikut: setelah
dilakukan tindakan, pasien cemas berkurang atau hilang dengan kriteria
pasien merasa rileks, dapat menerima dirinya apa adanya:
Intervensi yang diberikan (PPNI, 2017)

1) Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina


hubungan saling percaya
2) Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman

3) Libatkan lansia dengan keluarga dalam perawatan

4) Ajarkan teknik penggunaan relaksasi

5) Ajak lansia melakukan latih senam lansia untuk mengurangi


tingkat kecemasan.
Senam lansia merupakan salah satu intervensi yang dapat
diberikan pada lansia yang mengalami depresi saat menopause.
Penelitian yang dilakukan Strenfeld (2015) yang berjudul tentang
Efficacy of exercise for menopausal symptoms: a randomized
controlled trial, penelitian ini bertujuan untuk menentukan
keefektifan latihan olahraga atau senam untuk gejala menopause
seperti gejala insomnia, gangguan suasana hati, depresi atau stres
serta gejala-gejala lain selama menopause. Hasil penelitian
menunjukan latihan atau senam bisa memberikan efek postif
seperti meningkatkan pelepasan neurotransmiter, peningkatan
saraf simpatis, kesehatan mental, meningkatkan kebugaran,
penurunan berat badan, dan mengurangi gangguan dari gejala
stres ataupun menurunkan depresi.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Farisin (2018) terhadap
Pengaruh latihan Senam Bugar Lansia terhadap Menopause

12
Rating Scale, hasil penelitian yang dilakukan di Panti Werdha
Surya Surabaya dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan
gejala menopause sebagian besar dikategorikan menengah yaitu
sebanyak 14 orang dari jumlah responden. Rata-rata responden
yang sudah mengikuti senam lansia 4 tahun ke atas mempunyai
gejala ringan dan didapati bahwa senam bugar lansia sangat
berpengaruh dalam mengurangi gejala menopause.
Senam bugar lansia dapat menurunkan depresi juga
diteliti oleh Agustin & Ulliya (2018) yang berjudul Perbedaan
Tingkat Depresi pada Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Senam Bugar Lansia di Panti Werdha Wening Wardoyo. Bentuk
perlakukan yang dilakukan oleh peneliti senam bugar lansia
sebanyak 6 sesi. Hasil penelitian menunujukan terdapat
perbedaan tingkat depresi pada lansia antara sebelum dan sesudah
dilakukan senam dimana Z = -3,276 dengan p value 0,001.
Jumlah keseluruhan lansia yang mengalami penurunanan tingkat
depresi ialah 66,7 %
Perkembangan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2019)
dalam penelitian Efektivitas Pemberian Senam Lanjut Usia
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Usia Lanjut di Panti Sosial
Tresna Werdha menujukan hasil Setelah dilakukan intervensi
berupa senam lanjut usia nilai tingkat stres pada responden
menjadi 40,95. Artinya terjadi penurunan nilai tingkat stres pada
responden. Senam lanjut usia efektif terhadap penurunan tingkat
stres usia lanjut.
Gerakan-gerakan senam lansia dimulai dari menganggat
lengan, sebelumya berdiri tegak dengan kaki yang direntangkan
sebelbar bahu, ambil npas pelan-pelan, tarik kedua siku dan
angkat beban kearah dada secara perlahan, ulangi gerakan
sebanyak 8-10 kali. Angkat kaki kebelakang lakukan berulang,
dilakukan secara bergantian. Berjalalan dari tumit ke ujung jari

13
kaki, meregangkan pergelangan kaki dan meregangkan leher
(Menpora, 2010).
D. Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi pada lansia yang mengalami


masalah terhadap kecemasan mengalami menopause menurun dan
hilang. Lansia dapat meningkatkan kualitas hidup dan pemeliharaan
kesehatan yang lebih baik.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

menopause menandai berhentinya menstruasi secara permanen


akibat menurunnya fungsi ovarium sehingga menyebabkan penurunan atau
hilangnya hormon estrogen. Fase alami ini biasanya terjadi sekitar usia 50
tahun dan dapat mengakibatkan berbagai gejala yang mungkin berdampak
pada kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan wanita secara keseluruhan.

B. SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna


sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari
para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk
menyempurnakan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Veronica R. Mandiasa, K. L. (2023). PERSEPSI LANJUT USIA MENGENAI


MENOPAUSE. Jurnal Keperawatan, 86-97.
Istighosah, N. (2015). Kajian Asuhan pada Menopause sebuah strategi untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Menopause. Akademi Husada , 22-30.
AACE. American Association Of Clinical Endocrinologists Medical Guidelines
For Clinical Practice For The Diagnosis And Treatment Of Menopause.
Endocr Pract. 2006 May-Jun;12(3):315-37.
https://doi.org/10.4158/EP.12.3.315
10. Shuster L, Rhodes D, Gostout B, Grossardt B, Rocca W. Premature
menopause or early menopause: Long-term health consequences.
Maturitas. 2010; 65: p. 161-166.
15. Sasrawita. Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Menopause Dengan
Kesiapan Menghadapi Menopause Di Puskesmas Pekanbaru. Journal
Endurance. 2017 June; 2(2): p. 117-123.
17. Woods N, Mitchell E. Symptoms during the perimenopause: prevalence,
severity, trajectory, and significance in women’s lives. The American
Journal of Medicine. 2005; 118(12B): p. 145-245.
18. Burkard T, Moser M, Rauch M, Jick S, Meier C. Utilization pattern of
hormone therapy in UK general practice between 1996 and 2015: a
descriptive study. Menopause. 2019 Jul; 26(7): p. 741-749.
19. Gold E. The Timing of the Age at Which Natural Menopause Occurs. Obstet
Gynecol Clin North Am. 2011 Sep; 38(3): p. 425-440.
20. Tom S, Cooper R, Wallace R, Guralnik J. Type and Timing of Menopause and
Later Life Mortality Among Women in the Iowa Established
Populations for the Epidemiological Study of the Elderly Cohort. J
Womens Health. 2012 Jan; 21(1): p. 10-16.
21. Rivera C, Grossardt B, Rhodes D, Brown R, Roger V, Melton L, et al.
Increased cardiovascular mortality after early bilateral oophorectomy.
Menopause. 2009 Jan-Feb; 16(1): p. 15-23.
Smithe.,A.,C.,P., dkk. (2018). StudiProspektifAsupanMakananSusu dan
Menopause Dini.Withcomb.,B.,W.,dkk. (2017). Merokok dan Risiko
Menopause Alami Dini.

15
16

Anda mungkin juga menyukai