Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH AKIBAT PENYAKIT KRONIS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri

Dosen Pengampu: Nia Restiana, M.Kep. Ns, Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

Faisal Asmi Zaelani C2114201027

Ilham Maolana Yunus C1914201009

Muhammad Fadil Y C2114201014

Nissa Nur Awalliyah C2114201040

Salma Siti Khujaipah C2114201043

Siti Lediawati C2114201034

Putri Nur Sabrina C2114201010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang.
Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Akibat
Penyakit Kronis.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nia Restiana, M.Kep. Ns, Sp.Kep.J
selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Psikiatri yang telah membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Akibat Penyakit Kronis ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalamn serta memberikan manfaat bagi para pembaca.

Tasikmalaya, 17 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II....................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Penyakit Kronis..................................................................................... 3
2.2 Penyebab Penyakit Kronis....................................................................................... 3
2.3 Ciri-Ciri Penyakit Kronis.........................................................................................4
2.4 Contoh Penyakit Kronis........................................................................................... 4
2.5 Pencegahan Penyakit Kronis................................................................................... 5
BAB III..................................................................................................................................... 6
STUDI KASUS.........................................................................................................................6
3.1 Pengkajian................................................................................................................. 6
3.2 Analisa data............................................................................................................... 7
3.3 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................7
3.4 Intervensi................................................................................................................... 7
3.5 Implementasi............................................................................................................10
3.6 Evaluasi.................................................................................................................... 11
BAB IV....................................................................................................................................12
PEMBAHASAN..................................................................................................................... 12
4.1 Pengertian Ansietas.................................................................................................12
4.2 Tanda dan Gejala Ansietas.....................................................................................12
4.3 Tingkatan Ansietas..................................................................................................13
4.4 Faktor Ansietas........................................................................................................14
4.5 Pembahasan Kasus..................................................................................................15
BAB V..................................................................................................................................... 20
PENUTUP...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit kronik merupakan masalah kesehatan yang dialami lebih dari 6
(enam) bulan. Penyakit kronis yang dialami pasien dapat berupa penyakit infeksi
seperti tubercullosis maupun non infeksi seperti hepatitis, stroke, gagal ginjal dan
gagal jantung. Masalah yang timbul dari penyakit kronis adalah nyeri, kelelahan dan
meningkatnya beban finansial pasien. Kelelahan merupakan salah satu akibat
penyakit kronis yang menurunkan produktivitas dan pada akhirnya akan menurunkan
kualitas hidup. Kelelahan didefinisikan sebagai ketidakberdayanan secara fisik
maupun psikologis sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
Penyakit kronik didefinisikan sebagai penyakit dengan durasi lama dan
biasanya menunjukkan progesifitas yang lambat. Penyakit kronik cenderung
menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya
penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi,
terutama muskuloskeletal dan organ pengindraan. Ada banyak faktor yang
menyebabkan penyakit kronik dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak
ditemukan hampir di seluruh negara. Penyakit kronis adalah penyakit yang
berlangsung selama tiga bulan atau lebih (National Center for Health Statistics, 2013).
Penyakit kronik merupakan masalah kesehatan menahun baik infeksi maupun
non infeksi. Prevalensi penyakit kronis menurut World health Organization (WHO)
terutama penyakit tidak menular pada tahun 2014 adalah 14 juta. Hasil riset Kesehatan
dasar Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2013) terkait penyakit kronis
terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya terutama stroke (0,83%) dan
Diabetes Mellitus 2,1% dibanding tahun 2007 World health Organization
menklasifikasikan penyakit kronis menjadi 2 (dua) yaitu communicable disease dan
non communicable disease. Penyakit menular (communicable disease) yang menjadi
trend issue di negara berkembang adalah tubercullosis sedangkan non communicable
disease adalah penyakit degenertif yang berkaitan dengan gaya hidup seperti stroke,
gagal jantung, gagal ginjal maupun diabetes mellitus tipe 2. Di Indonesia sendiri
menghadapi kedua permasalahan tersebut baik penyakit menular maupun tidak

1
menular. Nyeri kronis, gangguan tidur dan kelelahan berkepanjangan merupakan
masalah yang muncul akibat penyakit kronis. Nyeri dan gangguan tidur menyebabkan
pasien mengalami kelelahan. Dampak kelelahan adalah penuruan kualitas hidup
sehingga pasien tidak dapat melakukan aktifitas yang menunjang kehidupannya (self
sustainability) yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup pasien dengan
penyakit kronis. Penurunan kualitas hidup berarti kenaikan morbiditas dan mortalitas
penyakit kronis. Dengan demikian menjadi penting untuk menjelaskan kelelahan
pada penyakit kronis sebagai upaya penunjang dalam penyusunan strategi
pengelolaan kelelahan pada penyakit kronis dengan tujuan akhir peningkatan kualitas
hidup pasien dengan penyakit kronik.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada indikator-
indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, sebagai berikut:
Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas meningkat dari
25,8% menjadi 34,1%; Prevalensi Kanker meningkat dari 1,4 per menjadi 1,8 per mil;
Prevalensi Stroke pada penduduk umur 15 tahun meningkat dari 7 menjadi 10,9 per
mil; Prevalensi penyakit ginjal kronis ≥ 15 tahun meningkat dari 2,0 per mil menjadi
3,8 per mil. Penyakit kronis merupakan kondisi yang berlangsung satu tahun atau
lebih dan memerlukan perhatian medis dan/atau membatasi kegiatan yang sedang
berlangsung dari kehidupan sehari-hari (Warshaw, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana teori tentang penyakit kronis dan Asuhan Keperawatan Komunitas
Masalah Kesehatan dengan Penyakit Kronik?

1.3 Tujuan
Mendeskripsikan Teori tentang penyakit kronis dan bagaimana Asuhan Keperawatan
Kesehatan dengan Penyakit Kronik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan permasalahan kesehatan serius dan penyebab kematian
terbesar di dunia. Pada tahun 2008, penyakit kronis menyebabkan kematian pada 36 juta
orang di seluruh dunia atau setara dengan 36% jumlah kematian di dunia. (Imade Rosdiana et
al., 2017)

Penyakit kronis merupakan masalah kesehatan menahun baik infeksi maupun non
infeksi. Prevalensi penyakit kronis menurut World health Organization (WHO) terutama
penyakit tidak menular pada tahun 2014 adalah 14 juta.(Nugraha & Ramdhanie, 2018)

penyakit kronis merupakan kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari selama


lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi dari 1 bulan dalam setahun
atau (pada saat didiagnosis) cenderung mengalami perawatan di rumah sakit secara
berulang.(Santosa & Fatma, 2022)

Berdasarkan pengertian dan karakteristiknya, penyakit kronis merupakan gangguan


kesehatan dengan proses penyakit yang lama dan membutuhkan pengobatan dan pengawasan
dalam jangka waktu yang lama (Smeltzer & Bare, 2002). Selain itu, kondisi kronis
menimbulkan berbagai keterbatasan pada penderitanya.

2.2 Penyebab Penyakit Kronis


Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada
banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang
banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang
kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit
infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur
keselamatan di tempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya
hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit
kronis.(Nathan & Scobell, 2012)

3
Diantara Penyebab yang bisa menyebabkan penyakit kronis antara lain:

1. Faktor genetik
2. Gaya hidup yang kurang sehat
3. Banyak meminum minuman beralkohol
4. Merokok
5. Konsumsi makanan yang tidak bergizi
6. Kurang melakukan aktivitas fisik
7. Faktor terhadap lingkungan

2.3 Ciri-Ciri Penyakit Kronis


Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti di
bawah ini.

a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami
kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah
diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan
individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit
dan ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya.
Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang
berhubungan dengan hereditas.

2.4 Contoh Penyakit Kronis


Contoh penyakit kronik diantaranya :

a. penyakit jantung
b. stroke
c. kanker
d. gangguan pernapasan kronik
e. diabetes gangguan penglihatan kebutaan

4
f. gangguan pendengaran dan ketulian
g. gangguan oral dan genetis lainnya
h. serta penyakit infeksi seperti HIV/AIDS
i. tuberculosis dan
j. malaria

2.5 Pencegahan Penyakit Kronis


Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit
dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan primer
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau 11
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat
berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan
pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan
melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat
progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang
dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan
tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ
yang mengalami kecacatan

5
BAB III

STUDI KASUS
Seorang perempuan berusia 45 tahun di bawa ke RSUD Leuwiliang Bogor oleh
keluarganya dengan keluhan lemas, pusing, kaki bengkak, dan sesak napas.. Pasien di
diagnosis oleh dokter penyakit dalam dengan penyakit gagal ginjal kronis stage V,
sebelumnya klien tidak tahu bahwa memiliki penyakit gagal ginjal. Pasien mengatakan takut
jika harus cuci darah dan juga sering bertanya masalah penyakitnya. Pasien tampak cemas
ketika dokter penyakit dalam menyarankan agar pasien di lakukan cuci darah . Pasien
mengatakan cemas semakin berat ketika akan di cuci darah, merasa takut mati, takut tidak
sembuh lagi, takut cuci darah seumur hidup, merasa susah berkonsentrasi, dan susah tidur.
Saat dilakukan pemeriksaan, tekanan darah 240/140 mmHg, Nadi 112 x/menit, pernafasan
28x/menit, Suhu 36oC.
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 45 Tahun
Alamat : Bogor
b. Keluhan utama
Klien mengeluh pusing, lemas, pusing, kaki bengkak, dan sesak napas
c. Pemeriksaan
Tekanan Darah : 240/140 mmHg Frekuensi Nafas : 28 x /
menit
Frekuensi Nadi : 112x / menit Suhu : 36oC
d. Faktor predisposisi
Pasien mengatakan cemas terjadi karena harus cuci darah, sehingga pasien merasa
sedih, takut mati, takut tidak sembuh lagi, takut cuci darah seumur hidup, tidak
percaya diri dan bingung.
e. Kondisi Psikososial
Pada saat dilakukan pengkajian, Respon kognitif pasien menunjukkan berfokus
pada hal yang penting saja dan sulit berkonsentrasi. Respon afektif menunjukkan

6
perasaan sedih, takut mati, takut tidak sembuh lagi, takut cuci darah seumur hidup,
tidak percaya diri dan bingung. Respon perilaku diantaranya waspada, tidak
produktif, banyak bertanya. Dan Respon social pasien menunjukan memerlukan
orang lain dan kurangnya interaksi sosial.

3.2 Analisa data


Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds: Krisis situasional Ansietas b.d krisis
- Pasien mengeluh ↓ situasional d.d pasien
sulit berkonsentrasi Ansietas mengeluh cemas
dan susah tidur
- Pasien mengatakan
takut harus di cuci
darah seumur hidup
- Pasien mengatakan
takut mati
- Pasien mengatakan
takut penyakitnya
tidak kambuh lagi
Do:
- Pasien tampak
waspada dan kurang
produktif
- Td : 240/140 mmHg
- N : 112 x/menit
- R : 28x/menit
- Suhu 36oC.

3.3 Diagnosa Keperawatan


Ansietas b.d krisis situasional d.d pasien mengeluh cemas karena harus dicuci darah
3.4 Intervensi
Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan

7
Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Edukasi Teknik nafas
situasional d.d pasien intervensi keperawatan (1.12345)
mengeluh cemas karena selama 1x24 jam, maka Observasi
harus dicuci darah tingkat ansietas diharapkan - Identifikasi kesiapan
menurun, dengan kriteria dan kemampuan
hasil : menerima informasi
(L.09093) Terapeutik
- Verbalisasi
- Sediakan materi dan
khawatir akibat
media pendidikan
kondisi yang
kesehatan
dihadapi menurun
- Jadwalkan pendidikan
- Keluhan pusing
kesehalan sesuai
menurun
kesepakatan
- Frekuensi nafas
- Berikan kesempatan
menurun
untuk bertanya
- Frekuensi nadi
menurun
Edukasi
- Tekanan darah
menurunpola tidur - Jelaskan tujuan dan
membaik manfaat teknik napas
- Jelaskan prosedur
teknik napas
- Anjurkan
memposisikan tubuh
senyaman mungkin
(mis. duduk, baring)
- Anjurkan menutup
mata dan
berkonsentrasi penuh
- Ajarkan melakukan
inspirasi dengan
menghirup udara
melalui hidung secara

8
perlahan
- Ajarkan melakukan
ekspirasi dengan
menghembuskan udara
mulut mencucu
secara perlahan
- Demonstrasikan
menarik napas selama
4 detik, menahan
napas selama 2 detik
dan menghembuskan
napas selama 8 detik

Terapi Hipnosis (1.09320)


Observasi
- Identifikasi Riwayat
masalh yang dialami
- Identifikasi tujuan
Teknik hypnosis
- Identifikasi
penerimaan untuk
menggunakan
hypnosis
Terapeutik
- Ciptakan hubungan
saling percaya
- Berikan lingkungan
yang nyaman, tenang,
bebas gangguan
- Duduk dengan
nyaman setengah

9
menghadap pasien
- Gunakan Bahasa yang
mudah difahami
- Berikan saran dengan
cara asertif
- Fasilitasi
mengidentifikasi
teknin hypnosis yang
tepat
- Hindari menebak apa
yang dipikirkan
- Fasilitasi
menggunakan semua
Indera selama proses
terapi
- Berikan umpan balik
positif setelah setiap
sesi
Edukasi
- Anjurkan menarik
nafas dalam untuk
mengintensifkan
relaksasi

3.5 Implementasi
Pada pertemuan pertama pasien diajarkan SP 1, yaitu cara mengatasi ansietas
dengan cara teknik tarik napas dalam, dengan respon pasien mulai merasa tenang, tapi
masih merasa takut terhadap kondisinya saat ini. Kemudian di pertemuan ke 2, pasien di
evaluasi dan mengatakan bahwa dirinya sering berlatih Tarik napas dalam saat merasa
takut dan cemas, ketika melaksanakan terapi tarik napas dalam merasa lebih tenang.
Kemudian diajarkan SP 2, yaitu hypnosis lima jari dengan respon pasien mengatakan
jauh merasa lebih tenang daripada sebelumnya. selanjutnya pasien dievaluasi dan pasien
mengatakan jauh merasa lebih tenang.

10
3.6 Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapat pada pasien dengan diagnose keperawatan Ansietas b.d
krisis situasional d.d pasien mengeluh cemas karena harus di cuci darah, yaitu klien
mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya dengan tanda gejala rasa pusing sudah
hilang, pikiran-pikiran negatif menjadi pikiran positif, kelelahan berkurang dan lebih
semangat lagi menjalani hidupnya dengan cara teknik Tarik nafas dalam, klien mampu
melakukan hipnotis lima jari sendiri.

11
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Ansietas
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman (PPNI, 2016).
Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar–samar karena ketidaknyamanan
atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu) (Yusuf, Fitryasari, & Tristiana, 2019).
Stuart (2012) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan tidak tenang yang samar–
samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak menentu dapat
mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan datang dan membuat
individu untuk siap mengambil tindakan menghadapi ancaman. Adanya tuntutan,
persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak kesehatan psikologi yaitu
ansietas atau kecemasan (Sutejo, 2019).
4.2 Tanda dan Gejala Ansietas
Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala ansietas sebagi berikut ini:
a) Gejala dan Tanda Mayor :
Subyektif :
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi
Obyektif :

a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
b) Gejala dan Tanda Minor
Subyektif :
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
12
d. Merasa tidak berdaya
Obyektif :

a. Frekuensi napas meningkat


b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Diaphoresis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada masa lalu
4.3 Tingkatan Ansietas
Menurut Donsu (2017) adapun tingkat ansietas adalah :
a. Ansietas ringan (Mild Anxiety), berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya.
b. Ansietas sedang (Moderate Anxiety), memusatkan perhatian pada hal – hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain. Perhatian seseorang menjadi
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah lewat arahan dari
orang lain.
c. Ansietas berat (Severe Anxiety), kecemasan berat ditandai lewat sempitnya
persepsi seseorang. Selain itu, memiliki perhatian terpusat pada hal yang
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal – hal lain, di mana semua
perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan.
d. Panik, setiap seseorang memiliki kepanikan. Hanya saja, kesadaran dan
kepanikan itu memiliki kadarnya masing –masing. Kepanikan muncul
disebabkan karena kehilangan kendali diri dan detail perhatian kurang.
Ketidakmampuan melakukan apapun meskipun dengan perintah menambah
tingkat kepanikan seseorang.

13
4.4 Faktor Ansietas
1. Faktor predisposisi
Stres predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
a. Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang di alami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik, id dan super ego.
c. Konsep diri tergangggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehinga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang di alami
karena pola mekanisme koping individu banyak di pelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap Konflik .
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas, tegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi:
1) Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virusdan bakteri,
polusi lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal

14
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisisk juga dapat mengancam harga diri. Sumber
eksternalorang yang dicinta berperan, perubahan status pekerjaan tekanan
kelompok social.
4.5 Pembahasan Kasus
1. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
2. Tujuan dan hasil yang diharapkan

a) Klien mampu menggambarkan kecemasan pola kopingnya sendiri.

b) Klien menunjukan peningkatan konsentrasi dan ketepatan fikiran

c) Klien menunjukkan kemampuan untuk meyakini diri sendiri

d) Klien dapat mempertahankan tingkat fungsi peran yang diinginkanbeserta


pemecahan masalahnya
e) Klien dapat mengidentifikasi dan mengemukakan pemicu
kecemasan, konflik dan ancaman.
f) Klien menunjukkan kembalinya keterampilan dasar dalam pemecahan
masalah.
g) Klien menunjukkan peningkatan fokus fikiran
h) Klien memilki postur, ekspresi wajah, gerakan dan tingkat aktivitas yang
mencerminkan penurunan tekanan stress atau cemas
i) Klien menunjukkan pengendalian diri terhadap kecemasan
3. Intervensi Ansietas
a. Pantau perubahan tanda-tanda vital dadn kondisi yang menunjukkan
peningkatan kecemasan klien.
b. Rasional : perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan sebagai indikator
terjadinya ansietas pada klien.
c. Berikan informasi serta bimbingan antisipasi tentang segala betuk
kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang
15
d. Rasional : mempersiapkan klien menghadapi segala kemungkinan, krisis
perkembangan atau situsional
e. Ajarkan teknik relaksasi diri dan pengendalian perasaan negatif atau segala
hal yang dirasakan klien.
f. Rasional : teknik menenangkan diri dapat digunakan untuk meredakan
kecemasan pada klien yang mengalami distress akut,
g. Instruksikan untuk melaporkan timbulnya gejala-gejala kecemasan yang
muncul yang tidak dapat lagi dikontrol
h. Rasional : membantu memudahkan penyediaan layanan kesehatan untuk
menganalisi kondisi yang dialami klien
i. Tingkatkan koping individu klien
j. Rasional : membantu klien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran
hidup.
k. Berikan dukungan emosi selama stress
l. Rasional : memberikan dukungan emosi untuk menenangkan klien dan
menciptakan penerimaan serta bantuan dukungan selama masa stress.
m. Kolaborasi pemberian bat jenis anti depresan apabila klien benar- benar
tidak mampu mengendalikan dirinya.
n. Rasional : agen farmakologi dapat digunakan sebagai salah satu pilihan
untuk meredakan kecemasan pada klien.
4. Implementasi
A. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
a. Pengertian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri (Tamsuri, 2007). Relaksasi
merupakan suatu tindakan untuk membebaskan mental maupun fisik
dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri (Andarmoyo, 2013). Teknik relaksasi yang sederhana
terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi yang lambat dan
berirama (Smeltzer & Bare, 2002). Latihan napas dalam yaitu bentuk
latihan napas yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan
pursed lip breathing (Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012)

16
b. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tujuan dari teknik relaksasi napas dalam yaitu untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, meningkatkan efisiensi batuk, memelihara pertukaran
gas, mencegah atelektasi paru, dan mengurangi tingkat stres baik itu
stres fisik maupun emosional sehingga dapat menurunkan intesitas
nyeri yang dirasakan oleh individu (Smeltzer & Bare, 2002). Selain
tujuan tersebut, terdapat beberapa tujuan dari teknik napas dalam
menurut Lusianah, Indaryani and Suratun (2012), yaitu antara lain
untuk mengatur frekuensi pola napas, memperbaiki fungsi diafragma,
menurunkan kecemasan, meningkatkan relaksasi otot, mengurangi
udara yang terperangkap, meningkatkan inflasi alveolar, memperbaiki
kekuatan otot-otot pernapasan, dan memperbaiki mobilitas dada dan
vertebra thorakalis.
c. Efek Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Menurut Potter and Perry (2006) teknik relaksasi napas dalam yang
baik
dan benar akan memberikan efek yang penting bagi tubuh, efek
tersebut antara
lain sebagai berikut :
- Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan
- Penurunan konsumsi oksigen
- Penurunan ketegangan otot
- Penurunan kecepatan metabolisme
- Peningkatan kesadaran global
- Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan
- Tidak ada perubahan posisi yang volunter
- Perasaan damai dan sejahtera
- Periode kewaspadaan yang santai, terjaga, dan dalam
B. Strategi Prosedur Terapi Hipnosis Lima Jari
a. Pengertian
Hipnosis lima jari adalah sebuah teknik pengalihan pemikiran sesorang
dengan cara menyentuh pada jari-jari tangan sambil membayangkan
hal-hal yang menyenangkan atau yang disukai (Halim & Khayati,

17
2020). Hipnosis lima jari adalah suatu cara relaksasi yang
menggunakan kekuatan pikiran (Dekawaty, 2021). Terapi hipnosis lima
jari merupakan suatu terapi dengan menggunakan lima jari tangan
dimana klien dibantu untuk mengubah persepsi ansietas, stres, tegang
dan takut dengan menerima saran-saran diambang bawah sadar atau
dalam keadaan rileks dengan menggerakan jari-jarinya sesuai perintah
(Mawarti, 2021). Jadi terapi hipnosis lima jari adalah suatu teknik
relaksasi menggunakan lima jari tangan dengan cara mengalihkan
pikiran pada hal-hal yang menyenangkan utntuk membantu mengurasi
ansietas, ketegangan, dan rasa takut.
b. Tujuan Terapi Hipnosis Lima Jari
Terapi hipnosis lima jari, atau sering disebut juga dengan terapi
hipnotis lima jari, sebenarnya bukan metode terapi yang diakui secara
ilmiah atau medis. Terapi hipnosis dalam bentuk apapun harus
dilakukan oleh seorang profesional terapis yang berlisensi dan
memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidangnya. Hipnosis
dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti meredakan stres,
mengatasi kecemasan, mengurangi rasa sakit, meningkatkan
konsentrasi, dan lain sebagainya. Namun, penggunaan hipnosis harus
dilakukan dengan cermat dan etika yang benar.
c. Efek Terapi Hipnosis Lima Jari
- Relaksasi: Hipnosis sering kali dapat menginduksi tingkat
relaksasi yang dalam. Ini dapat membantu seseorang merasa lebih
tenang dan mengurangi stres.
- Peningkatan Konsentrasi: Hipnosis dapat membantu seseorang
meningkatkan fokus dan konsentrasi mereka. Ini dapat
bermanfaat dalam berbagai konteks, seperti meningkatkan
produktivitas atau kinerja atletik.
- Pengurangan Rasa Sakit: Beberapa orang menggunakan hipnosis
sebagai metode pengurangan rasa sakit. Hipnosis dapat membantu
mengubah persepsi seseorang terhadap rasa sakit dan bahkan
menguranginya.
- Pengelolaan Kecemasan dan Fobia: Hipnosis dapat membantu

18
individu mengatasi kecemasan dan fobia dengan merubah cara
mereka merespons situasi yang menakutkan atau cemas.
- Perubahan Perilaku: Dalam beberapa kasus, hipnosis dapat
membantu individu mengubah perilaku yang tidak diinginkan,
seperti kebiasaan merokok atau makan berlebihan.
- Pemahaman Diri dan Penyelesaian Masalah: Terapis hipnosis
terlatih dapat membantu individu menjelajahi pikiran mereka
lebih dalam dan mencari pemahaman yang lebih baik tentang diri
mereka sendiri, serta membantu mereka menemukan solusi untuk
masalah tertentu.
- Halusinasi: Penting untuk dicatat bahwa hipnosis bukanlah teknik
untuk menginduksi halusinasi atau perubahan drastis dalam
persepsi dunia nyata. Hipnosis yang dilakukan oleh profesional
yang berkompeten seharusnya tidak menghasilkan pengalaman
seperti itu.

19
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penting nya kita harus menjaga pola
makan, menjaga keseimbangan tubuh dengan olahraga yang teratur, dan berinterkasi
terhadap social. Selain itu terdapat pasien yang berjenis kelamin perempuan dengan
penyakit gagal ginjal kronis stage v yang harus di cuci darah nya.

5.1 Saran
Adapun saran dari penelitian ini yaitu diharapkan pelayanan kesehatan dapat
memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat mengenai tentang penyakit kronis
dan dampak yang ditimbulkan oleh penyakit kronis, serta memberikan motivasi dan
meningkatkan peran keluarga dalam mengatasi atau mengurangi kecemasan dalam
program bina keluarga.

20
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R. T., Amin, M. K., & Purborini, N. Efektifitas Metode Hipnoterapi Lima Jari (Hp
Majar) Terhadap Tingkat Stres Akademik Remaja Di Smk Muhammadiyah 2
Kabupaten Magelang. Journal Of Holistic Nursing Science, 4(1), 1–9; 2017.
Herliani, P. D. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Imade Rosdiana, A., Budi Raharjo,. B., Indarjo Administrasi Kebijakan Kesehatan, S., Ilmu
Keolahragaan, F.,dan Negeri Semarang, U. (2017). Implementasi Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).Higeia Journal of Public Health Research
and Deveopmen, 1(3)(3), 140-150.

Nugraha, B. A., dan Ramdhanie, G. G. (2018). Kelelahan pada Pasien dengan Penyakit
Kronis. Prosiding Seminar Bakti Tunas Husada, 1(April), 7-13.

Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Kecemasan. Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Santosa, H., dan Fatma, I. (2022). Kebutuhan Gizi Berbagai Usia.

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai