DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Alfianur, S.Kep. M.Kep
DISUSUN OLEH :
Cici Ramadhayanti 18010004
Diana Zulfana 18010008
Dicky Afrizandi 18010009
Nia Rahmawati 18010021
Nora Tri Anggraini 18010022
Qory Efendi 18010024
Yuli Nursiah 18010033
Alhamdulliah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “askep komunitas penyakit kronik”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Keluarga. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari keterbatasan
pengetahuan yang kami miliki, tidak lepas dari peran berbagai pihak baik moril maupun
spiritual, oleh karna itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih sebesarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermafaat untuk penulis dan pembaca.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Isi-------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------
1.1. Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------
1.2. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------
1.3. Tujuan Dan Manfaat-------------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka-----------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih
dari 6 bulan dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural.
Penyakit kronik gejala yang dirasakan begitu lama dan tidak terlalu menjadi perhatian
penderita hingga menimbulkan deficit mayor yang jelas. Kesembuhan bukan tujuan utama
dalam penanganan penyakit kronik, tujuan penanganan adalah memberikan perawatan yang
berguna untu kemgatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam merawat klien dengan penyakit
kronik kita harus berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan fungsi pada level
yang optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. Pencapaian tujuan perawatan pada
penyakitt kronik dilihat melalui peningkatan kualitas hidup klien dan penurunan modibitas
(ketidakmampuan). Tujuan lain dari keperawatan penyakit kronik adalah untuk
memungkinkan klien meninggal dalam damai, tujuan ini adalah tujuan realistic yang harus
disadari oleh perawat pemberi layanan.
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi,
dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen
yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada
banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang
banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran
modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan
kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di
tempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang
berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis
(Smeltzer & Bare, 2010).
2.3.Fase penyakit kronik
Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu
sebagai berikut :
1. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik
atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
2. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan diagnostik.
3. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit.
4. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol
atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih
atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk penanganannya.
6. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang
membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
7. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
8. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-
gejala.
9. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat
fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual
Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu
seperti di bawah ini:
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari
kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, arthritis, dan
epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu
yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman
kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada
kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya. Penyakit yang
termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang berhubungan dengan
hereditas
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor
risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau
ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010).
Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada
bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil, dan
warna kulit abnormal (Heru, 2007)
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit
dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan primer
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau 11
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat
berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan
pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan
melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat
progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang
dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan
tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ
yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007)
2.7.Penatalaksanaan penyakit kronik
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai
tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak
penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap
terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008)
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau
berbeda. Contoh penyakit arthritis
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
1. Dampak psikologis
B. Tergantung
C. Kekanak-kanakan
F. Merasa menderita
2. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
3. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan
secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)
4. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut ,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien
tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya.
Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
1. Penolakan
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak
untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa
penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan
secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit
ini, misalnya perubahan body image).
2. Cemas
A. Kasus
Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun terdapat penduduk yang menderita
diabetes melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 %
laki-laki sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus
tersebut sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang,
serta 20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus
dengan tipe IDDM 25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM
dengan gangren 30% sebanyak 90 orang, serta DM gestasional sebanyak 30 orang (10
%). Dari penduduk yang menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin
memeriksakan kadar gula darahnya. Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan
melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.
1. Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti
dan data sub sistem.
1. Data Inti komunitas meliputi ;
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
1) Lokasi :
Propinsi : Jawa Timur
Kabupaten/ kotamadya : Pacitan
Kecamatan : Sumber Asri
Kelurahan : Margorukun
Rw : 05
Rt : 03
Luas wilayah : 5.220 m2
b. Batas wilayah/wilayah
Utara : Jalan raya melati
Selatan : RT 06 /RW 04
Barat : RT 07
Timur : RT 18/ RW 03
Anak-anak :-
Remaja :-
Dewasa : 150 orang (50 %)
Lansia : 90 orang (30 %)
Ibu hamil : 60 orang (20%)
Berdasarkan agama
Baik/lancar : 25%
Kotor : 75%
3) Jamban
Kepemilikan jamban
Septitank : 75%
Disungai : 25%
Keadaan jamban
Bersih : 45%
Kotor : 55%
4) Keadaan rumah
Tipe rumah
Keterangan Nilai :
1 sangat rendah 4 tinggi
2 rendah 5 sangat tinggi
3 cuk
4. Asuhan Keperawatan
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota
keluarga dalam satu rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan
yagn ada pada keluarga tersebut. Jadi apabila ada riwayat anggota keluarga dengan
penyakit DM, anggota keluarga lainnya harus merawatnya dengan baik seagar penyakit
ini bisa disembuhkan.
B. Saran
Dengan mengetahui asuahan keperawatan komunitas pada penderita diabetes
mellitus kita dapat melakukan pencegahan agar penyakityang timbul tidak menuju
keparahan. Banyak intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada tingkat komunitas
berupa promotif dan preventif.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Singapore: Elseiver.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Kelima. Singapore:
Elseiver.
Smeltzer, Suzanne.C, Brenda.G.B., (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.