Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASKEP KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN


POPULASI PENYAKIT KRONIK

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Alfianur, S.Kep. M.Kep

DISUSUN OLEH :
Cici Ramadhayanti 18010004
Diana Zulfana 18010008
Dicky Afrizandi 18010009
Nia Rahmawati 18010021
Nora Tri Anggraini 18010022
Qory Efendi 18010024
Yuli Nursiah 18010033

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulliah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “askep komunitas penyakit kronik”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Keluarga. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari keterbatasan
pengetahuan yang kami miliki, tidak lepas dari peran berbagai pihak baik moril maupun
spiritual, oleh karna itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih sebesarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermafaat untuk penulis dan pembaca.

Pekanbaru, Juli 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Isi-------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------
1.1. Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------
1.2. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------
1.3. Tujuan Dan Manfaat-------------------------------------------------------------------

BAB II Pembahasan -----------------------------------------------------------------------------


2.1. penyakit kronis--------------------------------------------------------------------------
2.2. penyebab dari penyakit kronis -------------------------------------------------------
2.3. Fase penyakit kronik ------------------------------------------------------------------
2.4. Kategori penyakit kronik -------------------------------------------------------------
2.5. Manifestasi klinis dari penyakit kronik ---------------------------------------------
2.6. Pencegahan penyakit kronik----------------------------------------------------------
2.7. Penatalaksanaan penyakit kronik ----------------------------------------------------
2.8. Sifat Penyakit Kronik -----------------------------------------------------------------
2.9. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien -----------------------------------------

BAB III Kasus dan Askep Komunitas--------------------------------------------------------


BAB IV Penutup----------------------------------------------------------------------------------
3.1. Kesimpulan------------------------------------------------------------------------------
3.2. Saran--------------------------------------------------------------------------------------

Daftar Pustaka-----------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negara-negara


berkembang. Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari
penyakit kronis sekarang persentasenya melebihi dari penyakit-penyakit menular yang
terdiri dari 49%, dibandingkan dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11%
untuk cedera. Dominasi penyakit kronis di Negara berkembang ini tidak juga diakui
kalangan ahli kesehatan (Nugent, 2008). Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada
terutama di negara-negara kaya dan bahwa penyakit menular ada terutama di negara-
negara berkembang. Pembagian sederhana ini sudah tidak berlaku kembali. Menurut
Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan adalah contoh negara-negara yang
relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat kematian utama karena penyakit
kronis. Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang sekalipun, seperti India dan
Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan China,
menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit
menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi telah berubah di negara berkembang
dalam beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena negara-negara berkembang semakin
mengadopsi gaya hidup tidak sehat dari negara maju.
Penyakit tidak menular (non-communicable disease) atau yang sering kita sebut
dengan penyakit kronik ternyata telah menjadi penyumbang kematian terbesar di Asia
Tenggara. Penyakit jantung, stroke, serta penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah
contoh penyakit tidak menular yang menjadi tren gaya hidup saat ini. Berdasarkan data
dari WHO di Asia Tenggara pada tahun 2008, sebanyak 55% kematian disebabkan oleh
penyakit tidak menular, 35% disebabkan oleh penyakit menular, dan sisanya 10,7%
disebabkan luka (Tawilah, 2017). Begitu juga di Indonesia, penyakit kronis menjadi
penyebab kematian terbanyak. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2016), proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari
41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007.
disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan PPOK. Sakit kronis sifatnya lebih tahan lama,
bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Cedera tertentu dapat menyebabkan rasa sakit kronis. Hal ini terutama berlaku
pada cedera saraf. Sakit kepala migrain dan arthritis adalah kondisi lain yang juga bisa
memproduksi rasa sakit kronis. Pengobatan penyakit kronik seringkali memakan waktu
lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis penyakit tidak menular adalah
penyakit kronik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu,
salah satu dampak komplikasi yang dapat terjadi adalah kecacatan termasuk kecacatan
permanen.Oleh karena itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengobati faktor-faktor
yang menjaga dan memperburuk pengalaman rasa sakit agar dapat mengurangi
penderitaan manusia, biaya perawatan penyembuhan menjadi lebih efektif dan efisien.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis ?

2. Apa penyebab dari penyakit kronis ?

3. Fase penyakit kronik ?

4. Kategori penyakit kronik ?

5. Manifestasi klinis dari penyakit kronik ?

6. Pencegahan penyakit kronik ?

7. Penatalaksanaan penyakit kronik ?

8. Sifat Penyakit Kronik ?

9. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien ?

10. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik ?

11. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis ?


1.3.Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan


tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit
Kronik

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Agar pembaca mengetahui yang dimaksud dengan penyakit kronik

2. Agar pembaca mengetahui penyebab dari penyakit kronik

3. Agar pembaca mengetahui Fase penyakit kronik

4. Agar pembaca mengetahui Kategori penyakit kronik

5. Agar pembaca mengetahui manifestasi klinis dari penyakit kronik

6. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan dari penyakit kronik

7. Agar pembaca mengetahui pencegahan dari penyakit kronik

8. Agar pembaca mengetahui sifat dari penyakit kronik

9. Agar pembaca mengetahui dampak dari penyakit kronik

10.Agar pembaca mengetahui respon klien terhadap penyakit kronik

11. Agar pembaca mengetahui perilaku klien terhadap penyakit kronik

12. Agar pembaca lebih memahami Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah


Populasi : Penyakit Kronik
1.4. Manfaat

Diharapkan mendatangkan manfaat kepada pembaca untuk dapat menambah pengetahuan


serta wawasan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah Populasi ; Penyakit
Kronik, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk
mahasiswa jurusan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.Definisi Penyakit Kronik

Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih
dari 6 bulan dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural.
Penyakit kronik gejala yang dirasakan begitu lama dan tidak terlalu menjadi perhatian
penderita hingga menimbulkan deficit mayor yang jelas. Kesembuhan bukan tujuan utama
dalam penanganan penyakit kronik, tujuan penanganan adalah memberikan perawatan yang
berguna untu kemgatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam merawat klien dengan penyakit
kronik kita harus berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan fungsi pada level
yang optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. Pencapaian tujuan perawatan pada
penyakitt kronik dilihat melalui peningkatan kualitas hidup klien dan penurunan modibitas
(ketidakmampuan). Tujuan lain dari keperawatan penyakit kronik adalah untuk
memungkinkan klien meninggal dalam damai, tujuan ini adalah tujuan realistic yang harus
disadari oleh perawat pemberi layanan.

2.2.Etiologi Penyakit Kronik

Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi,
dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen
yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada
banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang
banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran
modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan
kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di
tempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang
berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis
(Smeltzer & Bare, 2010).
2.3.Fase penyakit kronik

Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu
sebagai berikut :
1. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik
atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
2. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan diagnostik.
3. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit.
4. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol
atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih
atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk penanganannya.
6. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang
membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
7. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
8. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-
gejala.
9. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat
fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual

2.4.Kategori penyakit Kronik

Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu
seperti di bawah ini:
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari
kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, arthritis, dan
epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu
yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman
kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada
kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya. Penyakit yang
termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang berhubungan dengan
hereditas

2.5.Manifestasi klinis dari penyakit Kronik

Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor
risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau
ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010).
Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada
bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil, dan
warna kulit abnormal (Heru, 2007)

2.6.Pencegahan penyakit kronik

Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit
dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan primer
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau 11
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat
berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan
pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan
melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat
progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang
dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan
tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ
yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007)
2.7.Penatalaksanaan penyakit kronik

Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai
tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak
penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap
terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008)

2.8.Sifat penyakit kronik

Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa


sifat diantaranya adalah :
1. Progresi

Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung.

2. Menetap

Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh

Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau
berbeda. Contoh penyakit arthritis

2.9.Dampak penyakit kronik terhadap klien

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
1. Dampak psikologis

Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :

A. Klien menjadi pasif

B. Tergantung

C. Kekanak-kanakan

D. Merasa tidak nyaman


E. Bingung

F. Merasa menderita

2. Dampak somatic

Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
3. Dampak terhadap gangguan seksual

Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan
secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)
4. Dampak gangguan aktivitas

Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.

2.10. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-


Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)
1. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut ,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui


berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
3. Kehilangan situasi

Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga

4. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien
tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya.
Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

2.11. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis

Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
1. Penolakan

Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak
untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa
penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan
secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit
ini, misalnya perubahan body image).
2. Cemas

Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu


yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang
terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi
individu yang telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada,
akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat
akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker.
3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit
jantung mengalami depresi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KASUS

A. Kasus
Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun terdapat penduduk yang menderita
diabetes melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 %
laki-laki sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus
tersebut sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang,
serta 20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus
dengan tipe IDDM 25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM
dengan gangren 30% sebanyak 90 orang, serta DM gestasional sebanyak 30 orang (10
%). Dari penduduk yang menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin
memeriksakan kadar gula darahnya. Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan
melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.

1. Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti
dan data sub sistem.
1. Data Inti komunitas meliputi ;
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
1) Lokasi        :
 Propinsi : Jawa Timur
 Kabupaten/ kotamadya : Pacitan
 Kecamatan : Sumber Asri
 Kelurahan : Margorukun
 Rw : 05
 Rt  : 03
 Luas wilayah : 5.220 m2
b. Batas wilayah/wilayah
 Utara  : Jalan raya melati
 Selatan : RT 06 /RW 04
 Barat : RT 07
 Timur : RT 18/ RW 03

c. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya


Pemukiman : 4550 m2
Data demografi
1)      Jumlah penderita hipertensi : 250 orang
2)      Jumlah penderita TB Paru : 65 orang
3)      Jumlah penderita asma : 20 orang
4)      Jumlah penderita DM : 300 orang
 Berdasarkan kelompok penderita DM

Anak-anak :-
Remaja :-
Dewasa : 150 orang (50 %)
Lansia : 90 orang (30 %)
Ibu hamil : 60 orang (20%)
 Berdasarkan agama

Islam                           : 20 orang (80%)


Kristen                         : 30 orang (10%)
Hindu                           : 15 orang (5%)
Budha                          : 15 orang (5%)
Konghucu                    :-
Katolik                         :-
 Berdasarakan suku bangsa

Jawa : 210 orang (70%)


Madura : 75 orang (25%)
Sunda : 9 orang (3%)
WNI keturunan : 6 orang (2%)
Jumlah penderita DM gangrene : 90 orang
 Status perkawinan

Kawin : 195 orang (65%)


Tidak kawin : 60 orang (20%)
Duda : 30 orang (10%)
Janda : 15 orang (5%)

2. Data sub sistem


a. Data lingkungan fisik
1) Sumber air dan air minum
 Penyediaan Air bersih

PAM : 180 orang (60%)


Sumur : 120 orang (40%)
Sungai :-
 Penyediaan air minum

PAM : 150 orang (50%)


Sumur : 90 orang (30%)
Sungai :-
Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)
 Pengolahan air minum

Masak : 300 orang (100%)


Tidak dimasak :-
 Pengelolaan air minum

Selalu dimasak : 300 orang (100%)


Air mentah :-
2) Saluran pembuangan air/sampah
 Kebiasaan membuang sampah

Diangkut petugas : 30%


Dibuang sembarangan : 70%
Pembuangan air limbah
Got/parit : 100%
Sungai :-
 Keadaan pembuangan air limbah

Baik/lancar : 25%
Kotor : 75%
3) Jamban
 Kepemilikan jamban

Memiliki jamban : 80%


Tidak memiliki jamban : 20%
 Macam jamban yang dimiliki

Septitank : 75%
Disungai : 25%
 Keadaan jamban

Bersih : 45%
Kotor : 55%
4) Keadaan rumah
 Tipe rumah

Tipe A/permanen : 210 orang (70%)


Tipe B/semipermanen :  75 orang (25%)
tipe C/tidak permanen :  15 orang (5%)
 Status rumah

Milik rumah sendiri           : 180 orang (60%)


Kontrak                             : 120 orang (40%)
 Lantai rumah

Tanah                                : 30 orang (10%)


Papan                                : 90 orang (30%)
Tegel/keramik                   : 180 orang (60%)
 Ventilasi

Ada                                   : 240 orang (80%)


Tidak ada                          : 60 orang (20%)
Luas kamar tidur
Memenuhi syarat               : 180 orang (60%)
Tidak memenuhi syarat     : 120 orang (40%)
 Penerangan rumah oleh matahari

Baik                                   : 120 orang (40%)


Cukup                               : 150 orang (50%)
Kurang                              :  30 orang (10%)
5) Halaman rumah
 Kepemilikan pekarangan

Memiliki                            : 240 orang (80%)


Tidak memiliki                  : 60 orang (20%)
 Pemanfaatan pekarangan

Ya                               : 270 orang (90%)


Tidak                           : 30 orang (10%)
6) Fasilitas umum dan kesehatan
Fasilitas umum
 Sarana kegiatan kelompok

Karang taruna                  : 1 kelompok


Pengajian                         : 2  kelompok
Ceramah agama               : 1  kelompok
PKK                                : 1 kali per bulan
 Tempat perkumpulan umum

Balai desa : ada (1 buah)


Dukuh : ada (1 buah)
RW : ada (1 buah)
RT : ada (1 buah)
Masjid/Mushola : ada (2 buah)
Fasilitas kesehatan
 Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Puskesmas : 150 orang (50%)


Rumah sakit : 50 orang (16,6%)
Para dokter swasta : 25 orang (8,3%)
Praktek kesehatan lain : 75 orang (25%)
 Kebiasaan check up kesehatan

Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)


Jarang : 210 orang (70%)
Ekonomi
7) Karekteristik pekerjaan
PNS/ABRI : 60 orang  (20%)
Pegawai swasta : 60 orang  (20%)
Wiraswasta : 30 orang  (10%)
Buruh tani/pabrik :150 orang (50%)
 Penghasilan rata-rata perbulan

<dari UMR : 150 orang (50%)


UMR  – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
>dari UMR : 60 orang (20%)
 Pengeluaran rata-rata perbulan

<dari UMR : 165 orang (55%)


UMR  – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
>dari UMR : 30 orang (10%)
 Kepemilikan usaha

Toko : 30 orang (10%)


Warung makanan : 15 orang (5%)
UKM : 9 orang (3%)
Tidak punya : 246 orang (82%)
 Diet makan

Kebiasaan makan makanan manis : 70%   ( 210 org )


Kebiasaan makan makanan berlemak: 20%   (   60 org )
Lain-lain :10%   (   30 org )
 Kepatuhan terhadap diet
Patuh : 25% ( 75 org )
Kadang-kadang : 30% ( 90 org )
Tidak patuh : 45% (135 org )
 Kebiasaan berolah raga

Sering : 15% (45 org )


Kadang-kadang : 40% (120 org )
Tidak pernah : 45% (135 org )
 Kebiasaan sehari-hari

Memakai alas kaki


Setiap saat : 60% ( 180 org )
Saat di luar rumah : 30% ( 90 org)
Jarang memakai : 10% ( 30 org )
 Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur

Sering : 10% ( 30 org )


Kadang-kadang : 15% ( 40 org )
Tidak pernah : 75% ( 225 org )
Transportasi
8) Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum,
ambulan
 Alat transportasi yang dimiliki

Sepeda : 90 orang (30%)


Motor : 120 orang (40%)
Mobil : 6 orang (2%)
Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
 Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat

Angkutan umum : 165 orang (55%)


Kendaraan pribadi : 135 orang (45%)
 Politik dan pemerintahan

Struktur organisasi : ada


Terdapat kepala desa dan perangkatnya
Ada organisasi karang taruna
Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti,
posyandu)
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu
puskesmas
Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM : belum ada
Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan :
belum ada
9) Sistem komunikasi
 Fasilitas komunikasi yang ada

Radio :  225 orang (75 %)


TV : 165 orang (55 %)
Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
Majalah/Koran : 135 orang (45%)
 Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM

Poster  tentang diit DM : ada


Pamflet tentang penanganan DM : ada
Leaflet tentang penanganan DM : ada
 Kegiatan yang menunjang kegiatan DM

Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas


kesehatan dari Puskesmas             : ada tapi jarang
10) Pendidikan
Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
SD                                           : 135 orang (45%)
SLTP                                       : 90 orang (30%)
SLTA                                      : 60 orang (20%)
Perguruan tinggi                      : 15 orang (5%)
11) Rekreasi
Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan alun –
alun.
Ada program setahun sekali diadakan program wisata bersama
kader kesehatan RT 05  RW 03 Kelurahan Margo Rukun.
2. Analisa Data

No Pengelompokan Data Etiologi Masalah


1 Ds  : Ketidakpatuhan Ketidakpatuhan
Dari hasil wawancara di dapat akan diet dan berhubungan dengan
tingkat pendidikan ada 50% warga kurang pajanan dari perilaku masyarakat yang
yang tidak patuh menjalankan diet petugas kesehatan tidak taat dan hambatan
hubungan klien dengan
Do: penyedia layanan
- kebiasaan masyarakat makan kesehatan di RT 3 RW 5
makanan yang manis sebanyak kelurahan Margo Rukun
210 orang (70%)
- penyuluhan kader dari
masyarakat dan petugas kesehatan
dari puskesmas jarang ada

2. Ds  : Pengetahuan yang Defisiensi Pengetahuan


Dari hasil wawancara di dapat kurang berhubungan dengan
tingkat pendidikan ada 50% warga Ketidakpatuhan  terhadap
yang tidak patuh menjalankan diet diet Di RT 3 RW 5
Do  : kelurahan Margo Rukun
- data menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan SD sebanyak 135
orang (45%)
- penyuluhan kader dari
masyarakat dan petugas kesehatan
dari puskesmas jarang ada
- kebiasaan masyarakat makan
makanan yang manis sebanyak
210 orang (70%)
3 Ds: Faktor penghasilan Defisiensi Kesehatan
Dari hasil wawancara didapat yang rendah yang Komunitas berhubungan
ketidak patuhan masyarakat untuk dapat menyebabkan dengan ketidakcukupan
melaksanakan check up kesehatan defisiensi kesehatan sumber daya (finansial,
sebanyak 219 orang (70%) masyarakat sosial dan pengetahuan)
Do:
- sebanyak 210 orang jarang check
up/bulan
- lulusan SD sebanyak 135 orang
- lulusan SLTP sebanyak 90 orang
- penghasilan < UMR sebanyak
150 orang
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
- penghasilan > UMR 60 orang

4 Ds: Kurangnya Ketidakefektifan


Dari hasil wawancara didapat pengetahuan Manajemen Kesehatan
jumlah penderita DM 300 orang penderita DM pada penderita ganggren
tentang pencegahan Di RT 3 RW 5 kelurahan
Do: terjadinya luka Margo Rukun
-jumlah penderita DM dengan ganggren
ganggren sebanyak 30%  (90
orang)
- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
SD                     :45% (135 orang)
SLTP                 :30% (90 orang)
SLTA                :20% (60 orang)
Perguruan tinggi:5%(15 orang)
-sebanyak 210 orang (70%)
penderita DM tidak check up
secara rutin
- kebiasaan sehari hari penderita
DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang (15%),saat
dilauar rumah 75 orang (25%) dan
jarang memakai 180 orang (60%)
5 Ds  : Perilaku Kesehatan
Dari hasil wawancara di dapat Cenderung Berisiko
tingkat pendidikan ada 50% warga berhubungan dengan
yang tidak patuh menjalankan diet status sosio-ekonomi
rendah Di RT 3 RW 5
Do: kelurahan Margo Rukun
- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
SD                     :45% (135 orang)
SLTP                 :30% (90 orang)
SLTA                :20% (60 orang)
Perguruan tinggi:5%(15 orang)
3. Prioritas Masalah

No Diagnosa Keperawatan A B C D E F G H J K L Jumlah Urutan


1.
Perilaku Kesehatan 3 4 5 3 2 1 5 1 3 3 3 2 35 1
Cenderung Berisiko
berhubungan dengan status
sosio-ekonomi rendah Di
RT 3 RW 5 kelurahan
Margo Rukun
2.
Ketidakpatuhan berhubungan 3 3 3 3 2 1 4 3 3 3 2 4 34 2
dengan perilaku masyarakat
yang tidak taat dan
hambatan hubungan klien
dengan penyedia layanan
kesehatan di RT 3 RW 5
kelurahan Margo Rukun
3. Defisiensi Pengetahuan
3 3 1 1 2 4 3 2 2 3 3 3 30 3
berhubungan dengan
Ketidakpatuhan  terhadap
diet Di RT 3 RW 5
kelurahan Margo Rukun
4.
Defisiensi Kesehatan 3 3 2 3 3 1 1 1 1 4 4 2 28 4
Komunitas berhubungan
dengan ketidakcukupan
sumber daya (finansial,
sosial dan pengetahuan)
5.
Ketidakefektifan Manajemen 3 2 1 3 3 1 2 2 1 1 2 2 23 5
Kesehatan pada penderita
ganggren Di RT 3 RW 5
kelurahan Margo Rukun
Keterangan :
A = Tingkat resiko kejadian G = Ruang
B = Tingkat resiko permasalahan H = waktu
C = Potensial untuk ditangani dengan penkes I = fasilitas kesehatan
D = minat masyarakat J = biaya
E = Kemungkinan Masalah teratasi K = sumber daya/tenaga
F = hub. dengan program pemerintah L = sesuai peran perawat CHN

Keterangan Nilai :
1 sangat rendah 4 tinggi
2 rendah 5 sangat tinggi
3 cuk
4. Asuhan Keperawatan

Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data Subjektif  : 0018 Perilaku kesehatan Preventif primer Preventif primer
Dari hasil wawancara di dapat cenderung beresiko 162604Membuat target 5510 Pendidikan kesehatan
tingkat pendidikan ada 50% warga pencapaian berat badan Teaching group
yang tidak patuh menjalankan diet 5604
Preventif sekunder Preventif sekunder
Data Objektif : 260629 Skrining kesehatan sesuai Skrining kesehatan
 Distribusi penderita DM umur 6520 Identifikasi risiko
berdasarkan tingkat pendidikan 6610
formal
SD                     :45% (135 orang)
SLTP                 :30% (90 orang)
SLTA                :20% (60 orang)
Perguruan tinggi:5%(15 orang)

Ds  : 00079 Ketidakpatuhan Preventif Primer Preventif primer


Dari hasil wawancara di dapat 1622 Perilaku Patuh: Diet yang 1020 Penahapan diet
tingkat pendidikan ada 50% warga disarankan
yang tidak patuh menjalankan diet 1603 Perilaku pencarian 5510 Pendidikan kesehatan
kesehatan
Do:
- kebiasaan masyarakat makan Preventif Sekunder Preventif sekunder
makanan yang manis sebanyak 1634 Perilaku Skrining 5614 Pengajaran : peresepan
210 orang (70%) Kesehatan Pribadi diet
- penyuluhan kader dari 1627 Perilaku mengurangi berat 6520 Skrining kesehatan
masyarakat dan petugas kesehatan badan
dari puskesmas jarang ada

Ds  : 00126 Defisiensi Preventif Primer Preventif Primer


Dari hasil wawancara di dapat Pengetahuan 1602 Perilaku Peningkatan 5566 Pendidikan Orang Tua :
tingkat pendidikan ada 50% warga Kesehatan Keluarga yang
yang tidak patuh menjalankan diet 1606 Partisipasi dalam Membesarkan Anak
Do  : keputusan perawatan Pengajaran : Peresepan
- data menyebutkan bahwa tingkat Kesehatan 5614 Diet
pendidikan SD sebanyak 135 3102 Manajenem Diri: Penyakit
orang (45%) Kronik
- penyuluhan kader dari Preventif Sekunder
masyarakat dan petugas kesehatan Preventif Sekunder Konseling
dari puskesmas jarang ada ------- 5240 Bantuan Modifikasi Diri
- kebiasaan masyarakat makan 4470
makanan yang manis sebanyak
210 orang (70%)
Ds: 00215 Defisiensi Preventif Primer Preventif Primer
Dari hasil wawancara didapat Kesehatan 1602 Perilaku peningkatan 5510 Pendidikan Kesehatan
ketidak patuhan masyarakat untuk Komunitas kesehatan 8500 Pengembangan
melaksanakan check up kesehatan 1908 Deteksi Risiko Kesehatan Komunitas
sebanyak 219 orang (70%)
Do: Preventif Sekunder 6520 Preventif Sekunder
- sebanyak 210 orang jarang check 2810 Kontrol Risiko Skrining Kesehatan
up/bulan Komunitas: Tradisi
- lulusan SD sebanyak 135 orang budaya yang tidak sehat
- lulusan SLTP sebanyak 90 orang
- penghasilan < UMR sebanyak
150 orang
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
- penghasilan > UMR 60 orang

Ds: 00078 Ketidakefektifan Preventif Primer Preventif Primer


Dari hasil wawancara didapat Manajemen 1820 Pengetahuan: Manajemen 5520 Fasilitasi pembelajaran
jumlah penderita DM 300 orang Kesehatan Diabetes
3102 Manajemen Diri: Penyakit 4470 Bantuan Modifikasi diri
Do: Kronik
-jumlah penderita DM dengan
ganggren sebanyak 30%  (90 Preventif Sekunder Preventif Sekunder
orang) 1619 Manajemen Diri: Diabetes 5602 Pengajaran : Proses
- distribusi penderita DM 1842 Pengetahuan: Manajemen penyakit
berdasarkan tingkat pendidikan Infeksi 5618 Pengaajaran :
formal Prosedur/Perawatan
SD                     :45% (135 orang) 4360 Modifikasi perilaku
SLTP                 :30% (90 orang)
SLTA                :20% (60 orang)
Perguruan tinggi:5%(15 orang)
-sebanyak 210 orang (70%)
penderita DM tidak check up
secara rutin
- kebiasaan sehari hari penderita
DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang
(15%),saat dilauar rumah 75 orang
(25%) dan jarang memakai 180
orang (60%)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota
keluarga dalam satu rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan
yagn ada pada keluarga tersebut. Jadi apabila ada riwayat anggota keluarga dengan
penyakit DM, anggota keluarga lainnya harus merawatnya dengan baik seagar penyakit
ini bisa disembuhkan.

B. Saran
Dengan mengetahui asuahan keperawatan komunitas pada penderita diabetes
mellitus kita dapat melakukan pencegahan agar penyakityang timbul tidak menuju
keparahan. Banyak intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada tingkat komunitas
berupa promotif dan preventif.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Singapore: Elseiver.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Kelima. Singapore:
Elseiver.

NANDA. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC.
Nies, M. A. & McEwen, M. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Mosby:
Elseiver.

Smeltzer, Suzanne.C, Brenda.G.B., (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai