Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 812 / Menkes /
SK / VII /2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian
nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang
belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit
kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic
fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung /heart failure, penyakit genetika
dan penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan
paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh
kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut,
terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada
penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang
terbaik bagi pasien dan keluarganya.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya


mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan
berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan
psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit
tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang
dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan
paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003: 5) Pada stadium lanjut, pasien
dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik
seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas
tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan
pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan

1
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle &
Macdonald, 2003: 5) Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya
untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun
konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi
perawatan.

Paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat
diatasi dengan baik Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi
dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan
terbaik sampai akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, 2003: 5) Rumah
sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia
masih terbatas di 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau dari besarnya kebutuhan dari
pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan
paliatif juga masih terbatas. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif
di Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan
arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan
perawatan paliatif. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian penyakit terminal ?


2. Apa saja kriteria penyakit terminal ?
3. Apa jenis – jenis penyakit terminal ?
4. Apa tujuan perawatan terminal ?
5. Apa masalah pada pasien terminal ?
6. Apa prinsip perawatan terminal ?

1.3 Tujuan Penulis


Adapun Tujuan Penulis sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian penyakit terminal

2
2. Untuk mengetahui dan memahami kriteria penyakit terminal
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis penyakit terminal
4. Untuk mengetahui dan memahami tujuan perawatan terminal
5. Untuk mengetahui dan memahami masalah pada pasien terminal
6. Untuk mengetahui dan memahami prinsip perawatan terminal

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulis sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang diagnosa keperawatan serta
meningkatkan keterampilan dan wawasan.
2. Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai diagnosa
keperawatan
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatan mutu
pelayanan keperawatan dengan masalah keperawatan diagnosa
keperawatan

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Penyakit Terminal Illness
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker
atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang
di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
(White, 2002).

2.2 Kriteria Penyakit Terminal Illnes


a. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk mneyembuhkan penyakit
e. Prognosis jelek
f. Bersifat progresif

2.3 Jenis – jenis Penyakit Terminal Illnes


a. Penyakit kanker/Ca
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang ada.
Diantara beberapa jenis kanker, kanker payudara adalah jenis
kanker yang paling berbahaya dan paling sering terjadi. Kanker
payudara sangat berbahaya dikarenakan kanker jenis ini menyerang
organ reproduksi luar yaitu payudara dan dapat menyebar ke
bagian tubuh lain.Kanker payudara juga dapat menyebabkan
kematian. Kanker payudara yang dapat menyebabkan kematian
adalah kanker payudara stadium IV. Pada kanker payudara stadium
IV seseorang sudah menderita kanker payudara yang sangat parah
atau bahkan tidak memiliki harapan hidup (terminal). Kondisi
terminal pada penderita kanker payudara stadium IV tidak dapat
dihindari dan ini pasti akan dialami oleh setiap penderita yang akan
menjelang ajal.Pada kondisi terminal perubahan utama yang terjadi

4
adalah perubahan psikologis yang menyertai pasien. Perubahan
psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang lebih buruk
dan membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran perawat
sangat dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, dan untuk
membuat klien merasa lebih nyaman dan mampu membuat klien
menjadi tenang pada saat menjelang ajal.
b. Penyakit infeksi
Meningitis merupakan infeksi pada selaput otak yang di sertai
radang membran pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum
tulang belakang, yang mana keseluruhan tersebut di sebut
meningen. Bahayanya adalah Apabila Meningitis telah masuk
stadium terminal dan tidak ditangani segera, maka adanya resiko
kematianlah yang akan terjadi dalam waktu kurang lebih 3 pekan.
c. Gagal ginjal/Congestif Renal Falure (CRF)
Chronic Renal Failure (CRF) merupakan gangguan fungsi ginjal
yang berlangsung secara progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi
urin dan sampah nitrogen lain dalam tubuh). (Brunner and
Suddarth , hal. 1448).
Patofisiologi terjadinya gagal ginjal kronik setelah berbagai macam
penyakit yang merusak nefron ginjal sehingga menyebabkan fungsi
ginjal turun dari 25% ban nefron-nefron sisa yang sehat mengambil
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan
fungsi nefron yang masih normal, sisa yang normal akan terjadi
hipertrofi sehingga kerusakan renal bertambah/jumlah nefron yang
normal menurun dalam usaha untuk melaksanakan beban kerja
ginjal, terjadi peningkatan filtrasi beban solut dan reabsorbsi dan
berakibat pada diuresis osmotik, ketidakseimbangan cairan disertai
poliuria dan haus yaitu peningkatan aliran kemih dan penurunan
konsentrasi, maka penderita bisa menjadi dehidrasi dan cenderung
terjadi retensi garam dan air yang normal diekskresikan dalam

5
urine, di dalam aliran darah terjadi uremia yang mempengaruhi
semua sistem tubuh, ketidakmampuan mengeluarkan urine
(oliguria) menyebabkan kepekatan urine meningkat sehingga
semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin besar namun gejala akan berkurang setelah dialisis
(Hemodialilsa). Penyusutan progresif pada nefron-nefron terjadi
pembentukan jaringan parut dan aliran darah ke ginjal berkurang.
Pelepasan renin meningkat dan mengaktifkan sistem renin
angiotensin aldosteron dan tahanan perifer meningkat dan
berakibat hipertensi, dan gangguan pemekatan retensi garam
akibatnya kelebihan cairan dapat menjurus ke gagal jantung
kongestif (CHF). Dengan berkembangnya penyakit renal terjadi
asidosis metabolik yang disebabkan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi
asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal mengekresi
amonia (NH+) dan absorbsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi
penderita uremia sering terjadi manifestasi gastrointestinal,
meliputi nausea, muntah, anoreksia, foetor uremik dan pada uremia
lanjut stomatitis esofagitis, manifestasi pada kardiovaskuler pada
gagal ginjal kronis mencakup hipertensi akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas angiotensin aldosteron. Nyeri dada dan sesak
napas akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit jantung
koroner akibat arteriosklerosis dini, edema akibat penimbunan
cairan, gejala hematologi, anemia disebabkan berkurangnya fungsi
eritroprotein, sehingga rangsangan entropcoesis pada sumsum
tulang menurun, hemolisis, defisiensi besi, masa perdarahan
panjang, fagositosis, fungsi limfosit menurun. Gejala pada
endokrin, gangguan seksual, libido/ereksi menurun, pada laki-laki
impoten, ammenorrea pada wanita, gangguan toleransi glukosa,
gangguan metabolik lemak. Gejala pada sistem saraf adalah retless
leg syndrome, burning feet syndrome, dan enselofati metabolik,

6
dan manifestasi pada kulit adalah kulit berwarna pucat, gatal,
ekimosis, uremik frost, kulit tipis, kuku mudah rapuh, kusam dan
rontok, gejala psikologi, cemas, penolakan, depresi.
d. Stroke Multioe Sklerosis
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-
syaraf dari sistim syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang
atau spinal cord) memburuk atau degenerasi. Myelin, yang
menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-syaraf,
memperbaiki pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls
sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting untuk memelihara
kesehatan dari syaraf-syaraf. Pada multiple sclerosis, peradangan
menyebabkan myelin akhirnya menghilang. Sebagai
konsekwensinya, impuls-impuls listrik yang berjalan sepanjang
syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai
tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin
banyak syaraf-syaraf yang terpengaruh, seorang pasien mengalami
suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi yang dikontrol
oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara,
berjalan, menulis, dan ingatan.
e. Akibat kecelakaan fatal
Cedera kepala telah menyebabkan banyak kematian dan cacat pada
usia kurang dari 50 tahun. Otak bisa mengalami cedera meskipun
tidak terdapat luka yang menembus tulang tengkorak. Berbagai
cedera bisa disebabkan oleh percepatan mendadak yang
memungkinkan terjadinya benturan atau karena perlambatan
mendadak yang terjadi jika kepala membentur objek yang tidak
bergerak. Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan dan pada
sisi yang berlawanan. Cedera ini disebut coup contrecoup (bahasa
Perancis untuk hit-counterhit)
f. HIV/AIDS
adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi

7
virus HIV atau infeksi virus-virus lain. Virusnya sendiri
bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

2.4 Tujuan Perawatan Terminal Illnes


a. Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
b. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien
maupun keluarga pasien.
c. Membantu pasien meninggal dengan damai
d. Memberikan kenyamanan bagi keluarga

2.5 Masalah Pada Pasien Terminal


Masalah dalam perawatan terminal adalah sebagai berikut:
1. Masalah Fisik
a. Nyeri
b. Perubahan kulit
c. Distensi
d. Konstipasi
e. Alopesia
f. Kelemahan otot
2. Masalah Psikologis
a. Ketergantungan tinggi
b. Kehilangan control
c. Kehilangan produktifitas
d. Hambatan dan berkomunikasi
3. Masalah Spiritual
a. Kehilangan harapan
b. Perencanaan saat ajal tiba

8
2.6 Prinsip Perawatan Terminal
a. Menghargai setiap kehidupan
b. Menganggap kematian sebagai proses yang normal
c. Tidak mempercepat atau menunda kematian
d. Menghargai keinginan pasien dalam mengambi keputusan
e. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
f. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam
perawatan pasien
g. Menghindari tindakan medis yang sia-sia
h. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai
dengan kondisinya sampai akhir hayat
i. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.

9
2.7 Pathway Penyakit Terminal

Penyakit Terminal

Fase Denial Fase Anger Fase Fase Fase


Bargaining Depresi Acceptance

syok Marah Tawar Gangguan Menerima


Menawar hubungan kondisi
soaial

Mengingkari Takut Akan Merasa Mempersiap


kondisi Dosa Tidak kan Mental
Berharga

Tidak Takut Akan Penarikan


Percaya Kematian Diri Dari
Lingkungan
Sosial

Resiko
Bunuh Diri

Faktor Faktor Faktor Faktor


Usia Lingkungan Jenis Tingkat
Sosial Dan Kelamin Pendidikan
Budaya

Faktor Faktor Faktor Faktor


Ekonomi Pengetahuan Lama Caring
Rawat Perawat
Inap

Ketidak Ketidak
Dukacita Kehilangan
Efektifan Mampuan
Koping Koping
Keluarga

10
2.8 Kebutuhan Seseorang dengan Penyakit Terminal
Seseorang dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan
kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal
tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal merupakan
komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan
tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses
berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan
konsep komunikasi terapeutik.Saat berkomunikasi dengan klien dengan
kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari klien. Dalam
menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi terapetik.
Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan klien dan
keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi
intervensi pelayanan paliatif (Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan
Perry 2010).

Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur,


tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka,
serta amati respon verbal dan nonverbal klien dan keluarga. Saat
berkomunikasi mungkin saja klien akan menghindari topic pembicaraan,
diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah
respon umum yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal seperti
kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi
sulit. Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini,
perawat harus mengizinkan dan katakana bahwa klien bisa kapan saja
mengungkapkannya.Beberapa klien tidak akan mendiskusikan emosi
karena alasan pribadi atau budaya, dan klien lain ragu – ragu untuk
mengungkapkan emosi mereka karena orang lain akan meninggalkan
mereka (Buckley dan Herth, 2004 dikutip dari potter dan perry 2010).

Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya


akan membuat hubungan terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang
klien perlu mengatasi berduka mereka sendirian sebelum

11
mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika klien ingin membicarakan
tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat.

2.9 Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Penyakit Terminal

a. Closed Awareness
Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian,
tidak tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh.
b. Mutual Pretense
Dalam hal ini klien, keluarag, team kesehatan tahu bahwa kondisinya
terminal tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari
membicarakan kondisi yang dihadapi klien. Ini berat bagi klien karena
tidak dapat mengekspresikan kekuatannya.
c. Open Awareness
Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada
diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk
membicarakannya. Pada tahap ini klien dapat dilibatkan untuk proses
intervensi keperawatan.

2.10 Respon Klien Terhadap Penyakit Terminal


Keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual
ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)

1. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa
klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas
terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat
ditunjukan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan,
ketergantungan

3. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama
keluarga kelompoknya

12
4. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi
tubuh seperti panas, nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien
dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental
seperti klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat
berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat
berpikir secara rasional

7. Kehilangan konsep diri


Klien dengan penyakit terminal merasa dirinya berubah
mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat
berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya.
Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri
rendah

8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga


Contohnya : seseorang ayah yang memilikiki peran dalam
keluarga mencari nafkah akibat penyakit teminalnya , ayah
tesebut tidak dapat menjalankan peranya tersebut
2.11 Adaptasi Dengan Penyakit Terminal
Bagaimana cara seseorang beradaptasi dengan penyakit terminal sesuai
dengan umurnya sebagai berikut:
1. Anak
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik
oleh anak-anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa
kematian adalah hidup di tempat lain dan orang dapat datang
kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa dihindari.
Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk
didiskusikan dan mereka biasanya menghindarkan anaknya dari

13
realita akan kematian dengan mengatakan bahwa orang mati akan
“pergi” atau “berada di surga” atau hanya tidur.Pada anak yang
mengalami penyakit terminal kesadaran mereka akan muncul
secara bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka
sangat sakit tetapi akan sembuh. Kemudian mereka menyadari
penyakitnya tidak bertambah baik dan belajar mengenai kematian
dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki penyakit
mirip, lalu mereka menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat.
Saat ini, para ahli percaya bahwa anak-anak seharusya mengetahui
sebanyak mungkin mengenai penyakitnya agar mereka mengerti
dan dapat mendiskusikannya terutama mengenai perpisahan
dengan orang tua. Ketika anak mengalami terminal illness biasanya
orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak
terganggu. Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat,
jujur, terbuka, dan sensitif mengurangi kecemasan dan
mempertahankan hubungan yang saling mempercayai dengan
orang tuanya.

2. Remaja atau Dewasa muda


Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada
usia muda cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-
tiba dan kekerasan. Jika mereka mengalami terminal illness, mereka
menyadari bahwa kematian tidak terjadi semestinya dan merasa
marah dengan “ketidakberdayaannya” dan “ketidakadilan” serta
tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya.
Pada saat seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi lebih
dekat. Menderita penyakit terminal terutama pada pasien yang
memiliki anak akan membuat pasien merasa bersalah tidak dapat
merawat anaknya dan seolah-olah merasa bahagia melihat anaknya
tumbuh. Karena kematian pada saat itu terasa tidak semestinya,
dewasa muda menjadi lebih marah dan mengalami tekanan emosi
ketika hidupnya diancam terminal illness.

14
3. Dewasa madya dan dewasa tua
Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak
takut dengan kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka
menyadari bahwa mereka mungkin akan mati karena penyakit
kronis. Mereka juga memiliki masa lalu yang lebih panjang
dibandingkan orang dewasa muda dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk menerima lebih banyak. Orang-orang yang melihat
masa lalunya dan percaya bahwa mereka telah memenuhi hal-hal
penting dan hidup dengan baik tidak begitu kesulitan beradaptasi
dengan penyakit terminal

15
BAB 3
APLIKASI TEORI
3.1 Pengkajian
a. Pengkajian terhadap identitas klien
b. Pengkajian terhadap identitas penangguang jawab klien (keluarga)
c. Pengkajian terhadap riwayat kesehatan klien
d. Mengkaji kebutuhan dasar klien berdasarkan teori 14 dasar
kebutuhan dasar manusia
e. Melakukan pemeriksaan fisik pada klien
f. Mengkaji data penunjang klien
g. Mengkaji kondisi keluarga klien dalam menghadapi kondisi klien
dan kesiapan keluarga akan kehilangan klien dengan penyakit
terminal yang sulit disembuhkan :
1) Fase Denial
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap denial
(penolakan) yang ditunjukan keluarga klien pada saat
mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini
sesuai teori.
2) Fase Anger
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap anger (marah)
yang ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar
kondisi klien dengan penyakit terminal, yang kemudian
dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai
teori. Pada fase ini perawat mengkaji hanya berdasarkan
observasi sebab kluarga pasien tidak mungkin menjawab
pertanyan perawat pada fase ini.
3) Fase Bargaining (Tawar Menawar)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap bargaining
(tawar menawar) yang ditunjukan keluarga klien pada saat
mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini

16
sesuai teori. Pada fase ini perawat masih bisa mengkaji
klien dengan wawancara namun perhatikan kuantitas serta
kulitas pertanyaan untuk menjaga kestabilan kondisi
keluarga klien.
4) Fase Depresi
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap depresi yang
ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi
klien dengan penyakit terminal, yang kemudian dicocokan
dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori. Pada
tahap ini perawat dapat mengkaji keluarga klien namun
sedikit, dan terkadang tidak mendapatkan respon sebab
kondisi keluarga klien dalam keadaan tertekan, dan perawat
dapat mengkomunikasikan kondisi keluarga klien.
5) Fase Acceptance (Penerimaan)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap acceptance
(penerimaan) yang ditunjukan keluarga klien pada saat
mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini
sesuai teori. Pada kondisi ini perawat lebih leluasa
mengkaji kondisi kesiapan keluarga klien dalam
menghadapi resiko kehilangan klien yang mengalami
penyakit terminal, sebab pada fase ini kleuarga klien
biasanya mulai pasrah atau sudah dapat menerima kondisi
kerabatnya.
h. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang penyakit yang
diderita klien pada saat sekarang.
b) Riwayat kesehatan dahulu Berisi tentang keadaan klien
apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit
yang sama.
c) Riwayat kesehatan keluarga apakah anggota keluarga
pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.

17
i. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat.
a) Pasien kurang rensponsif.
b) Fungsi tubuh melambat.
c) Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
d) Rahang cendrung jatuh.
e) Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
f) Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan
melemah.kulit pucat.mata memelalak dan tidak ada
respon terhadap cahaya

j. Cara Mengkaji Tingkat Kesadaran


Kesadaran adalah status individu tentang keberadaan dirinya
dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Strauss dan Glaser Tahun 1970, Tingkat Kesadaran
dibagi 3 :
a. Closed Awarness
b. Mutual Pretense
c. Open Awarness
Teknik lain untuk mengkaji tingkat kesadaran adalah dengan
metode GCS (Glasgow Coma Scale) .

JENIS PEMERIKSAAN NILAI


Respon motorik ( M )
a. Ikut perintah 6
b. Melokalisir nyeri 5
c. Fleksi norma 4
d. Dekortasi
3
e. Deserebrasi
2
f. Tidak ada
1

18
Respon Verval ( V )
a. Orientasi baik 5
b. Bicara kacau / 4
bingung 3

c. Kata-kata tidak teratur 2


d. Suara tidak jelas 1
e. Tidak ada

Respon buka mata


( Eye Opening E )
a. Spontan 4
b. Terhadap suara 3
c. Terhadap nyeri 2
d. Tidak ada
1

Keterangan:
a. Skor GCS 14-15 : Compos Mentis/Alert/Sadar Penuh
b. Skor GCS 11 – 13 : Somnolent
c. Skor GCS 9 – 11 : Sopor
d. Skor GCS 3-8 : Koma

k. Faktor-Faktor yang perlu dikaji

a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan
pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan
antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi,
cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi
pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama
berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek
terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal
karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan
penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

19
b. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi
terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang
terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi
wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal
antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan
harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal
yang terjadi pada klien terminal.

Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal


menunjukan lima tahapan, yaitu :

a. Denial (menolak), pada tahap ini individu menyangkal


dan bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia
mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi terminal.
Pernyataan seperti ‘ tidak mungkin, hal ini tidak akan
terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini’
umum dilontarkan klien.
b. Anger (Marah) individu melawan kondisi terminalnya,
dia dapat bertindak pada seseorang atau lingkungan di
sekitarnya. Tindakan seperti tidak mau minum obat,
menolak tindakan medis, tidak ingin makan, adalah
respon yang mungkin ditunjukan klien dalam kondisi
terminal.
c. Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya
membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kematian. Seperti “ Tuhan beri saya
kesembuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan berbuat
baik dan mengikuti program pengobatan’.
d. Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau
kondisi semakin memburuk klien merasa terlalu sangat

20
kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi
kesenjangan, klien banyak berdiam diri dan menyendiri.
e. Aceptance (Penerimaan), reaksi fisiologis semakin
memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah pada
keadaan atau putus asa. Peran perawat adalah mengamati
perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh kondisi
terminal terhadap perilaku, dan memberikan dukungan
yang empatik.
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri,
mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya
tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan
sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa
mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat
memberikan dukungan social bisa dari teman dekat,
kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat
terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan
ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus
mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien mengharapkan
kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.

l. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien


Terminal

Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek


cultural/budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar
belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga
mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal.
Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal
berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi

21
harus dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual
harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan
melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive
terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian,
sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Berduka berhubungan dengan penyakit terminal (kanker) di tandai dengan


merasa sedih, menangis, marah, dan tampak panik.
b. Distres spiritual berhubugan dengan penyakit terminal (kanker) di tandai
dengan merasa menderita atau tidak berdaya, tidak mampu beribadah,
mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah), koping tidak efektif .
c. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan penyakit kronis
(kanker) ditandai dengan merasa di abaikan, tidak toleran, terlalu khawatir
dengan anggota keluarga dan perilaku sehat terganggu.

22
3.3 Intervensi Keperawatan

SIKI SLKI
No SDKI
Kode Hasil Kode Hasil
1. Kategori : Psikologis L.09097 Tingkat Depresi I.09274 Dukungan Proses Berduka
Subkategori: Integritas 1. Sedih dari skala 1 (meningkat) Tindakan:
Ego menjadi skala 3 (sedang) Observasi:
Kode: D.0081 2. Pikiran mencederai diri sendiri 1. Identifikasi
Berduka dari skala 1 (meningkat) menjadi kehilangan yang
Penyebab: skala 3 (sedang) dihadapi
1. Kematian keluarga 3. Pikiran bunuh diri dari skala 1 2. Identifikasi proses
atau orang yang berarti (meningkat) menjadi skala 3 berduka yang dialami
2. Kehilangan (sedang) 3. Identifikasi
3. Antisipasi Kehilangan 4. Marah dari skala 1 (meningkat) keterkaitan pada
4.Antisipasi kematian menjadi skala 3 (sedang) benda yang hilang
keluarga atau orang yang 5. Menangis dari skala 1 atau orang yang
berarti (meningkat) menjadi skala 3 meninggal
Gejala dan Tanda (sedang) 4. Identifikasi reaksi
Minor: 6. Pola tidur dari skala 1 awal terhadap
Subjektif: (memburuk) menjadi skala 3 kehilangan
1. Mimpi buruk atau pola (sedang) Terapeutik:
mimpi berubah 7. Perasaan tidak berharga dari 1. Motivasi agar mau
2. Merasa tidak berguna skala 1 (meningkat) menjadi mengungkapkan
3. Phobia skala 3 (sedang) perasaan kehilangan
Objektif: 2. Tunjukkan sikap
1. Marah menerima dan empati
2. tampak panik 3. Fasilitasi
3. Fungsi imunitas mengekspresikan
terganggu perasaan dengan cara

23
Gejala dan Tanda nyaman
Mayor: Edukasi:
Subjektif: 1. Jelaskan kepada
1. Merasa sedih pasien dan keluarga
2. Tidak menerima bahwa sikap
kehilangan mengingkari, marah,
3. Merasa tidak ada tawar menawar,
harapan sepresi dan menerima
Objektif: adalah wajar dalam
1. Menangis menghadapi
2. Pola tidur kehilangan
berubah 2. Anjurkan identifikasi
3. Tidak mampu ketakutan terbesar
berkonsentrasi pada kehilangan
Kondisi Klinis Terkait: 3. Anjurkan
1. Kematian anggota mengekspresikan
keluarga atau kehilangan perasaan
orang terdekat tentang kehilangan
2. Amputasi 4. Ajarkan melewati
3. Penyakit terminal proses berduka secara
(kanker) bertahap

2. Kategori : Psikologis L.09091 Status Spiritual I.09276 Dukungan Spiritual


Subkategori: Integritas 1. Vibrasi makna dan tujuan hidup Tindakan :
Ego dari skala 1 (menurun) menjadi Observasi:
Kode: D.0082 skala 3 (sedang) 1. Identifikasi perasaan

24
Distres Spiritual 2. Perilaku marah pada tuhan dari khawatir, kesepian
Penyebab: skala 1 (meningkat) menjadi dan ketidakberdayaan
1. Menjelang ajal skala 3 (sedang) 2. Identifikasi
2. Kondisi penyakit 3. Vibrasi perasaan bersalah dari pandangan tentang
kronis skala 1 (meningkat) emnajdi hubungan aantara
3. Kematian orang skala 3 (sedang) spiritual dan
terdekat 4. Kemampuan beibadah dari skala kesehatan
4. Perubahan pola 1 (memburuk) menjadi skala 3 3. Identifikasi harapan
hidup (sedang) dan kekuatan pasien
5. Kejadian hidup 5. Interaksi dengan orang 4. Identifikasi ketaatan
yang tidak terdekat/tokoh agama dari skala 1 dalam beragama
diharapkan (memburuk) menjadi skala 3 Terapeutik:
(sedang) 1. Berikan kesempatan
Gejala dan Tanda 6. Koping dari skala 1 (memburuk) mengekspresikan
Mayor: menjadi skala 3 (sedang) perasaan tentang
Subjektif: penyakit dan
1. Mempertanyakan kematian
makna dan tujuan 2. Berikan kesempatan
hidupnya untuk
2. Menyatakan mengekspresikan dan
hidupnya terasa mereakan marah
tidak/kurang secara tepat
bermakna 3. Yakinkan bahwa
3. Merasa perawat bersedia
menderita/tidak mendukung selama
berdaya masa
ketidakberdayaan
Objektif: 4. Sediakan privasi dan
1. Tidak mampu waktu tenang untuk

25
beribadah aktivitas spiritual
2. Marah pada tuhan 5. Diskusikan
Gejala dan Tanda keyakinan tentang
Minor: makna dan tujuan
Subjektif: hidup
1. Menyatakan 6. Fasilitasi melakukan
hidupnya terasa kegiatan ibadah
tidak tenang Edukasi:
2. Merasa bersalah 1. Anjurkan berinteraksi
3. Merasa tersaingi dengan keluarga,
Objektif: teman, dana tau orang
1. Menolak lain
berinteraksi 2. Anjurkan
dengan orang berpartisipasi dalam
terdekat kelompok pendukung
2. Tidak mampu 3. Anjurkn metode
beraktifitas relaksasi, meditasi,
3. Koping tidak dan imajinasi
efektif terbimbing
Kondisi Klinis Terkait:
1. Penyakit kronis Kolaborasi:
2. Penyakit terminal 1. Atur kunjungan
dengan rohaniawan
(mis. Ustad, pendeta,
room, biksu)

3. Kategori : Psikologis L.09088 Status Koping Keluarga I.09260 Dukungan Koping Keluarga
Subkategori: Integritas 1. Perasaan diabaikan dari skala 1 Tindakan:
Ego (meningkat) menjadi skala 3 Observasi:

26
Kode: D.0093 (sedang) 1. Identifikasi respons
Krtidakmampuan Koping 2. Kekhawatiran tentang anggota emosional terhadap
Keluarga keluarga dari skala 1 (meningkat) kondisi saat ini
Penyebab: menjadi skala 3 (sedang) 2. Identifikasi beban
1. Hubungan 3. Komunikasi antar keluarga dari secara prognosis
keluarga skala 1 (meningkat) menjadi 3. Identifikasi
ambivelen skala 3 (sedang) pemahaman tentang
2. Pola koping yang 4. Komitmen pada keputusan perawatan
berbeda diantara perawatan/prngobatan dari skala setelah pulang
klien dan orang 1 (meningkat) menjadi skala 3 4. Identifikasi
terdekat (sedang)_ kesesuaian antara
3. Resistensi 5. Perasaan tertekan dari skala 1 harapan pasien,
keluarga terhadap (meningkat) menjadi skala 3 keluarga, dan tenaga
perawatan (sedang) kesehatan
/pengobatan yang 6. Perilaku menolak perawatan dari Terapeutik:
kompleks skala 1 (meningkat) menjadi 1. Dengarkan masalah,
4. Ketidakmampuan skala 3 (sedang) perasaan, dan
orang terdekat 7. Perilaku sehat dari skala 1 pertanyaan keluarga
mengungkapkan (memburuk) menjadi skala 3 2. Diskusikan rencana
perasaan (sedang) medis dan perawatan
Gejala dan Tanda 3. Fasilitas
Mayor: pengumgkapan
Subjektif: perasaan antara
1. Merasa diabaikan pasien dan keluarga
Objektif: atau antar anggota
1. Tidak memenuhi keluarga
kebutuhan 4. Fasilitas
anggota keluarga pengambilan
2. Tidak toleran keputusan dalam

27
3. Mengabaikan merencanakan
anggota keluarga perawatan jangka
Gejala dan Tanda panjang
Minor: 5. Hargai dan dukung
Subjektif: mekanisme koping
1. Terlalu khawatir adaptif yang
dengan anggota digunakan
keluarga Edukasi:
2. Merasa tertekan 1. Informasikan
(depresi) kemajuan pasien
Objektif: secara berkala
1. Perilaku sehat 2. Informasikan fasilitas
terganggu perawatan kesehatan
2. Mengabaikan yang tersedia
perawatan/pengob Kolaborasi:
atan 1. Rujuk untuk terapi
3. Tidak komitmen keluarga, jika perlu

Kondisi Klinis Terkait:


1. Penyakit kronis
2. Kanker

28
BAB 4
APLIKASI KASUS
Kasus Semu
Ny. M berusia 49 tahun berjenis kelamin perempuan di bawa ke rumah sakit K.
dengan keluhan klien merasakan nyeri di bagian payudara sebelah kanan, klien
mengatakan nyeri disebabkan karena adanya luka payudara di bagian sebelah kanan.
Klien merasa nyerinya di tusuk-tusuk, klien tampak meringis kesakitan. Klien
mengurangi rentang gerak karena pasien merasakan nyeri hebat pada daerah luka dengan
skala nyeri 8. Klien mengatakan nyeri datangnya secara tiba-tiba berlangsung selama 3
jam. Klien mengalami pembengkakan di payudara kurang lebih 2 bulan yang lalu. Klien
merasa tidak ada harapan hidup, tidak mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna,
panik, klien nampak tertekan. Sedih, tidak mampu menerima kondisi yang di hadapinya.

4.1 Pengkajian
Biodata Identitas Pasien:
Nama: Ny. M
Jenis kelamin: Perempuan
Umur: 49 Tahun
Status Perkawinan: Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat: Jl. Kodomo
Tanggal Pengkajian: 10 Oktober 2019
Diagnosa Medis: Kanker Payudara
1. Keluhan Utama
Klien merasakan nyeri dibagian payudara sebelah kanan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative
a. Apa penyebabnya
Klien mengatakan nyeri disebebkan karena adanya luka pada bagian payudara
sebelah kanan.
b. Hal – hal yang memperbaiki keadaan:
Klien mengatakan pada saat nyeri kambuh klien berdoa

29
b. Quantiy/Quality
a. Bagaimana di rasakan
Klien merasakan nyerinya seperti di tusuk-tusuk
b. Bagaimana di lihat
Klien merasa meringis kesakitan
c. Region
a. Dimana lokasinya :
Payudara sebelah kanan
b. Apakah menyebar:
Menyebar
d. Time
Klien mengatakan nyerinya datang secara tiba-tiba dan berlangsung selama 3 jam
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah di alami
Klien mengalami pembengkakan di payudara kurang lebih 2 bulan yang lalu.
b. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
c. Pernah di rawat atau di operasi
klien mengatakan tidak pernah dirawat atau di operasi
d. Lama di rawat
Tidak ada
e. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi
f. Imunisasi
Klien mengatakan tidak mengetahui apakah di imunisasi atau tidak

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

A. Orang Tua

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit orang tua

B. Saudara Kandung

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit saudara kandung

C. Penyakit Keturunan yang Ada

30
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan.

D. Anggota Keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan
jiwa.
E. Anggota Keluarga yang Meninggal

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal.


F. Penyebab Meninggal
-

5. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Persepsi Klien Tentang Penyakitnya
Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya.
a. Konsep Diri
a) Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak sempurna lagi
b) Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya
c) Harga Diri : Klien mengatakan putus asa atas penyakitnya yang di derita
d) Peran Diri : Klien mengatakan klien adalah seorang orang tua dalam
keluarganya.
e) Identitas : Klien mengatakan klien adalah seorang orang tua yang berperan
menjadi seorang ibu dengan memiliki 6 orang anak.
f) Keadaan Emosi : Klien tampak tidak dapat mengontrol emosi walaupun
dalam kesakitan
g) Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti:
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidup klien adalah suami
dan anak-anaknya.
b. Hubungan dengan keluarga:
Klien mengatakan memiliki hubungan yang tidak baik karena di abaikan
oleh pihak anggota keluarganya semenjak sakit.
c. Hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan hubungan dengan para tetangga kurang baik , sering
berkomunikasi jika sedang melakukan aktivitas.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

31
Klien mengatakan adanya hambatan untuk berhubungan sosial dengan para
tetangganya.

h) Spritual
a) Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan agama yang dianut adalah
agama islam, klien juga mengatakan selalu mempercayai agama yang klien
anut sejak kecil.
b) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan tidak pernah melaksanakan
ibadah shalat 5 waktu pada saat sakit.
i) Status Mental
Tingkat Kesadaran : Klien tampak sadar penuh (compos mentis)
Penampilan : Klien tampak tidak rapi
Alam Perasaan :Klien tampak lesu, tidak ada harapan
hidup, tidak mampu berkonsentrasi,
merasa tidak berguna, panik, klien nampak
tertekan, marah, tidak mampu
Pembicaraan : Klien tampak berbicara dengan lama selama
interaksi wawancara

Afek :-

Interaksi selama wawancara : Klien tampak tertekan saat wawancara dan


klien tampak tidak fokus pada saat wawancara berlangsung .

Proses Pikir : Klien tampak selama interaksi saat pengkajian selalu


melakukan pengulangan pembicaraan.

6. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum:

Keadaan umum klien tampak lemas, tidak mampu berkosentrasi, panik dan
klien tampak tertekan, marah, menangis, sedih.

B. Tanda-Tanda Vital:

- Suhu tubuh : 36,8°C

- Tekanan darah : 130/70 mmHg

- Nadi : 84 x/i
32
- Pernafasan : 20x/i

- Skala nyeri :8

- TB : 155 cm

- BB : 55 kg

C. Pemeriksaan Head To Toe


Kepala dan rambut:
Bentuk : bentuk kepala simateris

Ubun-ubun : tertutup rata oleh rambut

Kulit kepala : kulit kepala klien bersih dan


berwarna sawo matang
Rambut:

Penyebaran dan keadaan rambut

rambut klien tampak tidak lebat dan penyebarannya merata.


Bau : rambut klien berbau tidak sedap
Warna kulit : warna kulit klien tampak berwarna
sawo matang

Wajah:

Warna kulit : warna kulit klien tampak berwarna


sawo matang
Struktur wajah : klien tampak memiliki struktur

wajah yang oval atau bulat.

Mata:

Kelengkapan mata dan kesimetrisan

klien memiliki dua buah bola mata lengkap yang simatris.


Palpebra : tidak ditemukan adanya kelainan
Konjungtiva dan sclera : tampak pucat
Pupil : reaksi terhadap cahaya cepat
Kornea dan iris : ditemukan adanya lingkaran abu-
abu dipinggirian kornea.

Visus : tidak dilakukan pemeriksaan

33
Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung:
Tulang hidung dan posisi septum nasi

Tidak ada tampak kelainan pada tulang hidung dan letaknya di


medical.
Lubang hidung : normal dan simteris

Cuping hidung : normal dan tidak ada kelainan

Telinga:

Bentuk telinga : simetris kanan dan kiri

Ukuran telinga : ukuran telinga normal simetris


kanan dan kiri.
Lubang telinga :

Tidak ditemukan adanya kelainan pada lubang telinga, tidak


ditemukan adanya serumen pada lubang telinga.
Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengarkan dengan
baik, tampak harus berbicara dengan pengulangan.
Mulut dan Faring:

Keadaan bibir : bibir klien tampak kering

Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi terlihat kurang bersih
Keadaan lidah : lidah tampak bersih
Orofaring : tidak ditemukan adanya kelainan.

Leher:

Posisi trachea : posisi trachea normal di bagian


medical
Thyroid :tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada thyroid
Suara : terdengar suara klien normal

Kelenjar limfe :tidak ditemukan adnaya


pembengkakan pada kelenjar limfe

34
klien.
Vena jugularis : tidak ditemukan adanya kelainan

pada peradaan vena jugularis.

Denyut nadi karotis : denyut nadi teraba


Pemeriksaan Integument:

Kebersihan : klien tampak kurang bersih

Kehangatan : suhu tubuh klien dalam keadaan


normal
Warna : kulit berwarna sawo matang

Turgor : kembali < 2 detik

Kelembaban : kulit tampak kering

Kelainan pada kulit : tidak ditemukan adanya kelainan


pada kulit.
Pemeriksaan payudara dan ketiak:

- Ukuran dan bentuk

Abnormal (adanya benjolan atau massa pada payudara


sebelah kanan), bentuk tidak simetris

- Warna payudara dan areola

Warna payudara sebelah kiri sawomatang dan areola


sebelah kiri coklat tua.
- Kondisi payudara dan puting

Payudara sebelah kiri normal dan payudara sebelah kanan


terdapat luka
- Aksila dan clavicula
Simetris
Pemeriksaan thoraks/dada:

Inspeksi thoraks : Normal

Pernafasan : 20 x / i

Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan


bernafas

35
Pemeriksaan paru

Palpasi getaran suara : Adanya getaran suara

Perkusi : Resonan

Auskultasi : Suara nafas bersih, tidak ada


suara tambahan
Pememriksaan jantung:

Inspeksi : Tidak ada kelaianan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Normal

Auskultasi : Suara jantung terdengar


kuat
Pememriksaan abdomen:

Inspeksi : Bentuk tidak simetris, perut


sebelah kanan lebih besar
daripada perut sebelah
kiri.

Auskultasi :-

Palpasi : Adanya nyeri tekan.

Pememriksaan neurologi : Normal

Fungsi motorik : Normal

D. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

Frekuensi makan : klien mengatakan makan 3 x


sehari dengan porsi sedikit.
Nafsu/ selera makan : klien mengatakan kurang selera

makan

Nyeri ulut hati : klien mengatakan tidak adanya


merasakan sakit di ulu hati
Alergi : klien mengatakan tidak ada alergi

36
Mual dan muntah : klien mengatakan adanya rasa mual
Masalah makan dan minum :klien tidak mengalami kesulitan
pada saat mengunyah dan menelan.

2. Perawatan diri/personal hygiene:

Kebersihan tubuh : klien tampak bersih


Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut klien tampak
kurang bersih, terlihat banyak sisa
makanan yang terselip di gigi
klien.
Kebersihan kuku kaki dan tangan

kebersihan kuku kaki dan tangan klien tampak bersih.

3. Pola Kegiatan/ Aktivitas

Aktivitas klien untuk makan, mandi, eliminasi, ganti pakaian di


lakukan dengan bantuan orang lain(suami).
E. POLA ELIMINASI

1. BAB:

- Pola BAB : Klien mengatakan 1 hari sekali


untuk BAB
- Karakter feses : klien mengatakan feses berbentuk keras

- Riwayat perdarahan : klien mengatakan tidak pernah

mengalami perdarahan

- BAB terakhir : 10 Mei 2017

- Diare : klien mengatakan tidak mengalami


diare
- Penggunaan Laksatif : klien mengatakan tidak

menggunakan laksatif.

2. BAK:

- Pola BAK : Klien mengatakan pola BAK


sering tidak ada hambatan

37
- Karakter urine : Klien mengatakan warna dari urine

adalah kuning bening

- Nyeri BAK : Klien mengatakan tidak merasakan


adanya nyeri
- Riwayat penyakit ginjal : Klien mengatakan tidak ada

mengalami penyakit ginjal.

- Penggunaan diuretic : Klien mengatakan tidak

menggunakan diuretic

F. Mekanisme Koping

- Adaptif : Bicara dengan orang lain.


G. Mengkaji kondisi keluarga klien dalam menghadapi kondisi klien dan
kesiapan keluarga akan kehilangan klien dengan penyakit terminal yang sulit
disembuhkan :

a. Denial (menolak), Pasien mengatakan “tidak mungkin, hal ini tidak akan
terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini’ klien masih blm
bisa menerima kenyataan tentang kondisi yang di hadapinya.
b. Anger (Marah) tidak mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak
ingin makan, tidak mau sholat 5 waktu.
c. Bargaining (Tawar Menawar), Pasien mengatakan “Tuhan beri saya
kesembuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti
program pengobatan”. Dan klien akan melakukan pengobatan yang terbaik
untuk kesembuhannya.
d. Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin
memburuk klien merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri.
Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak berdiam diri dan
menyendiri.
e. Aceptance (Penerimaan), reaksi fisiologis semakin memburuk, klien mulai
menyerah dan pasrah pada keadaan atau putus asa. Peran perawat adalah
mengamati perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh kondisi terminal
terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang empatik

38
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Ketidakefektifan
Pasien mengatakan memiliki hubungan Hubungan yang tidak Koping Keluarga
baik dengan keluarga
yang tidak baik karena di abaikan oleh
karena di abaikan
pihak anggota keluarganya semenjak sakit. semenjak sakit
DO:
Pasien terlalu khawatir dengan anggota
keluarga
Pasien merasa tertekan (depresi) Terlalu khawatir
dengan anggota
keluarga

Pasien tertekan

Ketidakefektifan
Koping Keluarga

2 DS: Hidupnya terasa Disteres Spiritual


Pasien menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermak
tidak/kurang bermakna na
Pasien mengatakan merasa
menderita/tidak berdaya
DO: merasa
Pasien tidak mampu melakukan sholat 5 menderita/tidak
waktu berdaya

Menolak berinteraksi dengan orang


terdekat
Tidak mampu beraktifitas

Tidak mampu
beribadah

39
Tidak mampu
beraktifitas

Distres Spiritual

4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan hubungan yang tidak baik
karena diabaikan dengan keluarga semenjak sakit ditandai dengan Pasien terlalu
khawatir dengan anggota keluarga dan Pasien merasa tertekan (depresi)
2. Distres Spiritual berhubungan dengsn hidupnya terasa tidak/ kurang bermakna dan
pasien merasa menderita ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan sholat 5
waktu, menolak berinteraksi dengan orang terdekat dan tidak mampu beraktifitas.

40
4.3 Intervensi Keperawatan
SIKI SLKI
No SDKI
Kode Hasil Kode Hasil
1. Kategori : Psikologis L.09091 Status Spiritual I.09276 Dukungan Spiritual
Subkategori: Integritas 1. Vibrasi makna dan tujuan hidup Tindakan :
Ego dari skala 1 (menurun) menjadi Observasi:
Kode: D.0082 skala 3 (sedang) 1. Identifikasi perasaan
Distres Spiritual 2. Perilaku marah pada tuhan dari khawatir, kesepian
Penyebab: skala 1 (meningkat) menjadi dan ketidakberdayaan
6. Menjelang ajal skala 3 (sedang) 2. Identifikasi
7. Kondisi penyakit 3. Vibrasi perasaan bersalah dari pandangan tentang
kronis skala 1 (meningkat) emnajdi hubungan aantara
8. Kematian orang skala 3 (sedang) spiritual dan
terdekat 4. Kemampuan beibadah dari skala kesehatan
9. Perubahan pola 1 (memburuk) menjadi skala 3 3. Identifikasi harapan
hidup (sedang) dan kekuatan pasien
10. Kejadian hidup 5. Interaksi dengan orang 4. Identifikasi ketaatan
yang tidak terdekat/tokoh agama dari skala 1 dalam beragama
diharapkan (memburuk) menjadi skala 3 Terapeutik:
(sedang) 1. Berikan kesempatan
Gejala dan Tanda 6. Koping dari skala 1 (memburuk) mengekspresikan
Mayor: menjadi skala 3 (sedang) perasaan tentang
Subjektif: penyakit dan
4. Mempertanyakan kematian
makna dan tujuan 2. Berikan kesempatan
hidupnya untuk
5. Menyatakan mengekspresikan dan
hidupnya terasa mereakan marah
tidak/kurang secara tepat

41
bermakna 3. Yakinkan bahwa
6. Merasa perawat bersedia
menderita/tidak mendukung selama
berdaya masa
ketidakberdayaan
Objektif: 4. Sediakan privasi dan
3. Tidak mampu waktu tenang untuk
beribadah aktivitas spiritual
4. Marah pada tuhan 5. Diskusikan
Gejala dan Tanda keyakinan tentang
Minor: makna dan tujuan
Subjektif: hidup
4. Menyatakan 6. Fasilitasi melakukan
hidupnya terasa kegiatan ibadah
tidak tenang Edukasi:
5. Merasa bersalah 1. Anjurkan berinteraksi
6. Merasa tersaingi dengan keluarga,
Objektif: teman, dana tau orang
4. Menolak lain
berinteraksi 2. Anjurkan
dengan orang berpartisipasi dalam
terdekat kelompok pendukung
5. Tidak mampu 3. Anjurkn metode
beraktifitas relaksasi, meditasi,
6. Koping tidak dan imajinasi
efektif terbimbing
Kondisi Klinis Terkait:
3. Penyakit kronis Kolaborasi:
4. Penyakit terminal Atur kunjungan dengan

42
rohaniawan (mis. Ustad,
pendeta, room, biksu)

2. Kategori : Psikologis L.09088 Status Koping Keluarga I.09260 Dukungan Koping Keluarga
Subkategori: Integritas 1. Perasaan diabaikan dari skala 1 Tindakan:
Ego (meningkat) menjadi skala 3 Observasi:
Kode: D.0093 (sedang) 1. Identifikasi respons
Krtidakmampuan Koping 2. Kekhawatiran tentang anggota emosional terhadap
Keluarga keluarga dari skala 1 (meningkat) kondisi saat ini
Penyebab: menjadi skala 3 (sedang) 2. Identifikasi beban
1. Hubungan 3. Komunikasi antar keluarga dari secara prognosis
keluarga skala 1 (meningkat) menjadi 3. Identifikasi
ambivelen skala 3 (sedang) pemahaman tentang
2. Pola koping yang 4. Komitmen pada keputusan perawatan
berbeda diantara perawatan/prngobatan dari skala setelah pulang
klien dan orang 1 (meningkat) menjadi skala 3 4. Identifikasi
terdekat (sedang)_ kesesuaian antara
3. Resistensi 5. Perasaan tertekan dari skala 1 harapan pasien,
keluarga terhadap (meningkat) menjadi skala 3 keluarga, dan tenaga
perawatan (sedang) kesehatan
/pengobatan yang 6. Perilaku menolak perawatan dari Terapeutik:

43
kompleks skala 1 (meningkat) menjadi 1. Dengarkan masalah,
4. Ketidakmampuan skala 3 (sedang) perasaan, dan
orang terdekat 7. Perilaku sehat dari skala 1 pertanyaan keluarga
mengungkapkan (memburuk) menjadi skala 3 2. Diskusikan rencana
perasaan (sedang) medis dan perawatan
Gejala dan Tanda 3. Fasilitas
Mayor: pengumgkapan
Subjektif: perasaan antara
1. Merasa diabaikan pasien dan keluarga
Objektif: atau antar anggota
1. Tidak memenuhi keluarga
kebutuhan 4. Fasilitas
anggota keluarga pengambilan
2. Tidak toleran keputusan dalam
3. Mengabaikan merencanakan
anggota keluarga perawatan jangka
Gejala dan Tanda panjang
Minor: 5. Hargai dan dukung
Subjektif: mekanisme koping
1. Terlalu khawatir adaptif yang
dengan anggota digunakan
keluarga Edukasi:
2. Merasa tertekan 1. Informasikan
(depresi) kemajuan pasien
Objektif: secara berkala
1. Perilaku sehat 2. Informasikan fasilitas
terganggu perawatan kesehatan
2. Mengabaikan yang tersedia
perawatan/pengob Kolaborasi:

44
atan Rujuk untuk terapi keluarga,
3. Tidak komitmen jika perlu

Kondisi Klinis Terkait:


1. Penyakit kronis
2. Kanker

45
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan penguasaan ketrampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah di
tentukan dapat tercapai. Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang
telah dibuat.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan setelah melakukan
intervensi dan implementasi, evaluasi berpedoman pada kriteria hasil yang
diharapkan pada setiap masalah.

Terhadap Klien:
a. Klien bebas dari rasa sakit
b. Klien dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan
baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan
c. Klien dapat mengekspresikan perasaanya (marah, sedih dan
kehilangan)
d. Klien dapat berkomunikasi dengan keluarga, perawat dan tim
kesehatan lainya.

Terhadap Keluarga:
a. Keluarga dapat mengekspresikan perasaanya
b. Keluarga dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman
emosionalnya.
c. Keluarga dapat melakukan kegiatan yang bisa dilakukan
d. Keluarga dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.

46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker
atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di
katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
(White,2002).
Asuhan keperawatan Terminal Iilnes dengan masalah keperawatan
Berduka berhubungan dengan penyakit terminal (kanker) di tandai dengan
merasa sedih, menangis, marah, dan tampak panik. Distres spiritual
berhubugan dengan penyakit terminal (kanker) di tandai dengan merasa
menderita atau tidak berdaya, tidak mampu beribadah, mengeluh tidak dapat
menerima (kurang pasrah), koping tidak efektif. Ketidakmampuan koping
keluarga berhubungan dengan penyakit kronis (kanker) ditandai dengan
merasa di abaikan, tidak toleran, terlalu khawatir dengan anggota keluarga
dan perilaku sehat terganggu.
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan prioritas diganosa
Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan hubungan yang tidak
baik karena diabaikan dengan keluarga semenjak sakit ditandai dengan Pasien
terlalu khawatir dengan anggota keluarga dan Pasien merasa tertekan (depresi)
Distres Spiritual berhubungan dengsn hidupnya terasa tidak/ kurang bermakna
dan pasien merasa menderita ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan
sholat 5 waktu, menolak berinteraksi dengan orang terdekat dan tidak mampu
beraktifitas.
5.2 Saran
1. Bagi perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainya dalam
memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal. Dan perawat

47
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang professional terutama
dalam menfasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan
2. Bagi Penulis
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Serta perlu memperbaiki agar karya
tulis ini lebih sempurna.

48
DAFTAR PUSTAKA

Butar-Butar, A. (2013). Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Hidup


Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.
Campbel, M. L. (2014). Nurse to Nurse Perawatan Paliatif. Jakarta: Salemba Medika.
KEPMENKES RI NOMOR: 812. (2007). KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF
(pp. 1–10). https://doi.org/10.1016/B978-14160-3001-0.50005-8 NCP. (2013).
National Consensus Project. Retrieved from http://nationalconsensusproject.or g/.
diperoleh 2 mret 2017.
Nurchayati, S. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Terapi Hemodialisis Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Vol 1.
Nursalam, & Batticaca, F. B. (2011). Sistem Perkemihan (1st ed.). Jakarta: Salemba
Medika. Rehabilitation Institute of Chicago. (2014). WHO Quality of LifeBREF
(WHOQOL-BREF).

49

Anda mungkin juga menyukai