KOMUNIKASI KEPERAWATAN
“KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL
PERAWAT DENGAN PERAWAT”
FASILITATOR:
Umdatus Soleha, S.ST.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9 KELAS 3B
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Nadia Ameliawati NIM. 1130017049
2. Imroatul Mahmudah NIM. 1130017059
3. Luluk Atun Muzayyanah NIM. 1130017064
4. Windha Setyo Oetamie NIM. 1130017077
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Komunikasi .................................................................................
2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi...........................................................................
2.3 Syarat Komunikasi Efektif ............................................................................
2.4 Kiat Komunikasi yang Efektif .......................................................................
2.5 Komunikasi Efektif Hubungan Antara Perawat dengan Perawat .................
BAB 3 REVIEW JURNAL
3.1 Review Jurnal ................................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Potter dan Perry (1993) Komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi
interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi
antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai
ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. (Potter and Perry, 2006)
Tiap individu mempunyai sistem internal yang berbeda, maka setiap orang
tindakan akan memiliki bidang perseptual yang sama, meskipun mereka duduk di
ruang yang sama. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan produk dari
perpaduan sistem internal dan sistem eksternal.
8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya akan semakin efektif komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada cenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama
untuk saling saling dikomunikasikan. Mempunyai makna yang sama terhadap
simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Makna suatu pesan baik verbal
maupun non verbal pada dasarnya terikat budaya.
9. Komunikasi bersifat non-sekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak dalam satu arah.
Melibatkan respons-tanggap-respons sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima, dimengerti, dan direfleksikan sebagai umpan balik
sehingga dijadikan bahan untuk melakukan respons selanjutnya.
Komunikasi sirkuler ditandai dengan:
a. Orang-orang berkomunikasi dianggap setara, tidak ada status yang baku,
dengan kata lain mereka mengirim dan menerima pesan pada saat yang
sama.
b. Proses komunikasi berjalan timbal balik dan bukan linear,
c. Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dan umpan balik,
d. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit, ada proses kimiawi,
interpretasi pesan yang masuk dengan terjadinya interkoneksi,proses
penginderaan, dan lain-lain.
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional
Keputusan untuk menggunakan gagasan atau ide tersebut merupakan hak dari
komunikan.dunia periklanan sangat erat kaitannya dengan komunikasi
transaksional. Seorang akan menilai sebuah produk yang dipasarkan
berdasarkan iklan yang disampaikan apakah menarik atau tidak, tergantung
masyarakat yang menilai. Konsekunsi dari prinsip bahwa komunikasi
merupakan sebuah proses adalah komunikan itu dinamis dan transaksional,
oleh karena itu komunikasi dijalankan menurut sistem yang ada. Melalui proses
yang sistematis, komunikasi berproses secara berurutan agar siapapun yang
mendengarkan bisa menerima dengan baik.
11. Komunikasi bersifat ireversibel
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol efek
yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik
kembali, jika seorang perawat membentak atau menyakiti klien, maka efek
sakit hati klien tidak akan hilang begitu saja pada diri klien tersebut. Prinsip
irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai sebuah proses yang
selalu berubah dan yang menyadarkan kita agar selalu hati-hati dalam
menyampaikan sebuah kesan kepada orang lain terutama kepada klien. Sebab
dalam komunikasi, sekali kita mengirimkan pesan, kita tidak dapat
mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan
efek pesan.
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Prinsip ini berarti bahwa komunikan bukan satu-satunya obat mujarab yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini karena setiap persoalan
atau konflik mungkin berkaitan dengan masalah structural, perbedaan prinsip,
dan lain-lain. Agar komunikasi berjalan efektif, maka kendala harus diatasi.
1) Perawat-klien
2) Perawat-keluarga klien
3) Perawat-perawat
4) Perawat-dokter
5) Perawat-petugas lain yang terkait.
1. Silih Asuh
2. Silih Asih
Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling mrnhargai satu
sama lain, saling mengahrgai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta
bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat
menimbulkan sikap saling curiga dan benci.
3. Silih Asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan,
dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa
pamrih.
BAB 3
REVIEW JURNAL
Judul Jurnal : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI
TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA MENURUT PERSEPSI
PERAWAT DI RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
Tahun : 2015
Jurnal : Jurnal Kesehatan Surya Nusantara
Hasil :
1. Latar Belakang
Alasan : Masalah Kinerja Karyawan. Kinerja karyawan dianggap penting bagi
organisasi karena keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja itu
sendiri. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melakukan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Harahap, 2012). Faktor kepemimpinan dalam organisasi
memegang peranan penting, karena bawahan bekerja tergantung dari
kemampuan pimpinannya. Pemimpin yang efektif akan mampu menularkan
optimisme dan pengetahuan yang dimilikinya dalam mencapai tujuan
organisasi.
Tujuan Penelitian :
Menganalisis hubungan kepemimpinan dan komunikasi kepala ruangan
terhadap kinerja perawat pelaksana menurut persepsi perawat di Rumah Sakit
Pertamina Pangkalan Brandan Tahun 2014.
Teori dan Hasil penelitian sebelumnya:
Hasil analisis antara variabel komunikasi kepala ruangan dengan kinerja
perawat pelaksana menurut persepsi perawat mempunyai hubungan yang
bermakna yang ditandai dengan nilai p<0,05 (p = 0,002) sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima yakni ada hubungan antara komunikasi dengan kinerja perawat
pelaksana menurut persepsi perawat di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan.
2. Metode Eksperimen
Subjek Penelitian : seluruh perawat pelaksana di Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan yang berjumlah 36 orang.
Teknik Pengumpulan Data : total sampling, Validitas intrumen, (content
validity), uji reliabilitas
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil :
kategori kepemimpinan kepala ruangan mayoritas dengan kategori baik yakni
sebanyak 34 responden (94,4%) dan minoritas dengan kategori kurang dengan
jumlah responden 2 orang (5,6%). kategori komunikasi kepala ruangan
mayoritas baik yakni sebanyak 29 responden (80,6%) dan minoritas kurang
yakni sebanyak 7 responden (19,4%). kategori kinerja perawat pelaksana
mayoritas baik yakni sebanyak 27 responden (75%) dan minoritas kurang yakni
sebanyak 9 responden (25%). Hasil analisis antara variabel komunikasi kepala
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana menurut persepsi perawat
mempunyai hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p<0,05 (p =
0,002) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yakni ada hubungan antara
komunikasi dengan kinerja perawat pelaksana menurut persepsi perawat di
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.
Pembahasan :
1. Kinerja Perawat Pelaksana
bahwa kategori kinerja perawat pelaksana mayoritas baik yakni sebanyak 27
responden (75%) dan minoritas kurang yakni sebanyak 9 responden (25%).
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Perencanaan
a. Keterbukaan (Openness)
Proses komunikasi antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana harus
didukung dengan adanya kesediaan untuk membuka diri, mengungkap
informasi yang biasanya disembunyikan asalkan pengungkapan diri
tersebut dilakukan secara pantas. Salah satu ciri dalam Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) adalah penerapan komunikasi yang
efektif. Beberapa bentuk komunikasi dalam MPKP adalah : (a) Operan, (b)
Pre Conference, (c) Post Conference
b. Empati (Empathy)
Fungsi empati dalam komunikasi antara kepala ruangan dengan perawat
pelaksana sesuai dengan konsep komunikasi interpersonal yang efektif
merupakan suatu kemampuan merasakan orang lain, artinya sejauhmana
kepala ruangan merasakan apa yang dirasakan oleh perawat pelaksana. Jika
kepala ruangan mampu berempati kepada perawat pelaksana maka perawat
pelaksana tersebut akan berada dalam posisi yang lebih baik serta dapat
mendorong dirinya melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik.
c. Sikap Mendukung (Supportiveness)
Komunikasi supportif mengandung landasan orientasi pada masalah,
diberikan secara verbal dan non-verbal yang sinkron, menekankan pada
pembenaran sehingga orang yang sedang berkomunikasi merasa nyaman
karena berarti telah memberi pengakuan akan kehadiran, keunikan dan arti
penting dari orang lain yang diajak berkomunikasi. Komunikasi suportif
juga bersifat spesifik, terkait logis dengan informasi sebelumnya, dan diakui
secara nyata, serta mengandung sikap mau mendengar dan memberi
informasi.
d. Sikap Positif (Positiveness)
Strategi komunikasi yang konsisten adalah untuk meningkatkan efektifitas,
efisiensi, akses data, dan deteksi kesalahan. Jenis komunikasi yang dominan
adalah bentuk tertulis. Media komunikasi yang langsung dimanfaatkan
dalam transfer informasi adalah media yang berhubungan dengan pasien.
Media tersebut adalah tatap muka, status pasien, buku laporan, dan buku
injeksi. Transfer informasi dominan tidak lengkap perpasien.
e. Kesetaraan (Equality)
Perilaku lain yang dapat memperlihatkan integritas dan kredibilitas
pemimpin adalah kemampuan berkomunikasi. Seorang pemimpin akan
memilih kalimat, mengucapkan kata-kata dan bahasa tubuh yang dapat
memberikan pengaruh pada orang lain. Selain itu, materi komunikasi yang
disampaikan dapat memberi inspirasi pada bawahan atau orang lain.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan : Hasil analisis antara variabel kepemimpinan kepala ruangan
dengan kinerja perawat pelaksana mempunyai hubungan yang bermakna yang
ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,012) dan hasil analisis antara variabel
komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana mempunyai
hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,002)
sehingga terdapat hubungan antara kepemimpinan dan komunikasi kepala
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan.
Saran :
Dan karna itu seorang perawat dituntut haru bisa menjaga hubungan
disetiap kalangan termasuk hubungan perawat dengan perawat. Setiap perawat
harus mampu mejaga komunikasi dengan setiap kalangan masyarakat, dan bisa
menciptakan kondisi hubungan yang baik.
4.2 Saran