Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KOMUNIKASI KEPERAWATAN
“KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL
PERAWAT DENGAN PERAWAT”

FASILITATOR:
Umdatus Soleha, S.ST.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9 KELAS 3B
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Nadia Ameliawati NIM. 1130017049
2. Imroatul Mahmudah NIM. 1130017059
3. Luluk Atun Muzayyanah NIM. 1130017064
4. Windha Setyo Oetamie NIM. 1130017077

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat –
Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Efektif
Interpersonal Perawat dengan Perawat”. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.

Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.

Surabaya, 03 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Komunikasi .................................................................................
2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi...........................................................................
2.3 Syarat Komunikasi Efektif ............................................................................
2.4 Kiat Komunikasi yang Efektif .......................................................................
2.5 Komunikasi Efektif Hubungan Antara Perawat dengan Perawat .................
BAB 3 REVIEW JURNAL
3.1 Review Jurnal ................................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut
juga mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan, ahli
gizi, kesehatan masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan,
dan perawat. Semua profesi tadi diwajibkan saling bekerjasama dalam menjalankan
profesionalitas profesinya masing-masing.
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua
profesi kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya
pelayanan kesehatan yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak
sendirian. Perawat ditemani oleh dokter, analis kesehatan, tim kesehatan
masyarakat, analis kesehatan, ahli gizi, radiologi dan lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat
berjalan secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal ? Kolaborasi
pendidikan dan praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan. Semua
jenis profesi harus mempunyai keinginan untuk berkolaborasi. Perawat, bidan,
dokter, dan semua profesi lain merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang
diperolehnya di bangku pelajar. Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada
asalkan dalam batas-batas lingkup praktik yang sesuai dengan aturan yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari komunikasi
2. Apa saja prinsip-prinsip komunikasi?
3. Apa saja syarat komunikasi efektif?
4. Apa saja kiat komunikasi yang efektif?
5. Bagaimana hubungan komunikasi antara perawat dengan perawat?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Memahami arti dari komunikasi
2. Memahami prinsip-prinsip komunikasi
3. Memahami syarat komunikasi yang efektif
4. Memahami kiat komunikasi efektif
5. Memahami komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan
sesama perawat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi


Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998) menekankan bahwa hakikat dari
komunikasi adalah sebagai suatu hubungan yang dapat menimbulkan perubahan sikap
dan tingkah laku, serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-
orang yang terlibat dalam komunikasi. Oleh karena itu, kesamaan simbol, kesamaan
arti, maupun kesamaan Bahasa sangat mempengaruhi informasi untuk diterima oleh
komunikasi.

Menurut Cangara, H (2004) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan


bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin
hidup maka ia perlu komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat Karena tanpa komunikasi
masyarakat tidak akan terbentuk. (Abdul Nasir, dkk. 2009)

Menurut Potter dan Perry (1993) Komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi
interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi
antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai
ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. (Potter and Perry, 2006)

2.2 Prinsip-Prinsip Komunikasi


Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi
mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh
masing-masing pakar. Istilah prinsip yang dikemukakan oleh Deddy Mulyana
membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat dua belas prinsip
komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakikat
komunikasi yaitu: (Nasir Abdul, dkk. 2009)
1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Kesepakatan menggunakan lambang atau symbol dalam suatu
komunitas merupakan syarat terjadinya komunikasi antarmanusia. Hal tersebut
sangat berbeda sekali dengan hewan yang tidak memerlukan symbol dalam
berkomunikasi. Lambang atau symbol tersebut berupa: kata-kata (pesan
verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Namun, selain adanya symbol atau lambang, masih ada sarana lain yang dapat
dijadikan komunikasi yaitu ikon dan indeks. Ikon merupakan suatu benda fisik
(dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikan dengan
ditandai kemiripan ikon serta lambang yang banyak dipertukarkan dan banyak
orang yang tidak membantah. Sedangkan, indeks merupakan tanda yang secara
alamiah mempresentasikan objek lainnya.
2. Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi
Komunikasi terjadi apabila seseorang memberi makna pada perilaku
orang lain atau perilaku diri sendiri. Penafsiran perilaku seseorang membuat
orang tersebut berkomunikasi pada diri sendiri maupun kepada orang lain.
Ketika perawat melihat klien duduk termenung, dapat ditafsirkan bermacam-
macam, mungkin klien tersebut sedih, memikirkan sesuatu, dan mungkin ada
hal-hal yang lain. Hal ini memberikan pelajaran bagi perawat terhadap perilaku
sensitif akan masalah yang terjadi pada klien yang ditunjukkan melalui respons
nonverbal dengan penafsiran-penafsiran yang rasional dengan menghubung-
hubungkan pada masa yang lalu.
3. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi
isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-
pihak yang melakukan proses komunikasi. Dimensi isi disebut secara verbal,
sementara dimensi hubungan disebut secara nonverbal. Dimensi isi
menunjukkan muatan (isi) komunikasi yang antara lain berisi apa yang
dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaiamana cara
mengatakannya yang mengisyaratkan Bagaimana hubungan para peserta
komunikasi dan Bagaimana pesan itu ditafsirkan. Namun, tidak semua orang
bisa menyampaikan pesan sesuai dengan karakter isi pesan yang disampaikan.
4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagi tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seorang bisa terjadi
mulai dari tingkat kesengajaan yang dimulai dari tidak disengaja atau tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
tanpa mengharapkan respons), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-
betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respons dan berharap
tujuannya tercapai).
5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara
verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tepat, dimana proses komunikasi
itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan, dan kapan komunikasi itu
berlangsung. Komunikasi juga mampu menembus faktor ruang dan waktu.
Tidak sepatutnya perawat mengajak klien berdiskusi pada saat jam tidur. Selain
itu, tidak baik perawat melakukan pengkajian di ruang tertutup kecuali
melakukan pemeriksaan dengan tujuan menjaga kenyamanan klien. Demikian
juga apabila perawat mengajak untuk diskusi, perlu juga memperhatikan
suasana psikologisnya agar tidak terjadi penolakan dari klien.
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika mengajak berkomunikasi atau berbicara dengan klien,
seharusnya perawat bisa meramalkan efek prilaku klien. Untuk itu harus
memilih strategi tertentu berdasarkan Bagaimana klien merespons. Perawat
harus bisa memprediksi perilaku komunikasi klien berdasarkan peran
sosialnya. Hal ini dilakukan untuk mencapai derajat keteraturan pada perilaku
komunikasi manusia.
7. Komunikasi itu bersifat sistemik
Agar pesan yang disampaikan perawat dapat diteriima oleh klien dalam
setiap komunikasi, perawat harus memperlihatkan sistem internal dan sistem
eksternal sangat mempengaruhi penyerapan pesan yang disampaikan oleh
perawat. Kedua sistem tersebut harus duperlihatkan saat mengadakan
komunikasi terutama saat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien.
Sistem internal merupakan seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu
ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya
dalam berbagai lingkungan sosialnya, nilai tersebut antara lain:
a. Kerangka rujukan
b. Bidang pengalaman
c. Struktur kognitif
d. Pola pikir
e. Keadaan internal
f. Sikap

Sedangkan, sistem eksternal merupakan unsur-unsur yang berada diluar dari


individu, antara lain:

a. Kata-kata yang dipilih untuk dibicarakan


b. Isyarat fisik peserta komunikasi
c. Kegaduhan disekitar
d. Penataan ruangan
e. Cahaya
f. Temperatur ruangan, dan lain-lain

Tiap individu mempunyai sistem internal yang berbeda, maka setiap orang
tindakan akan memiliki bidang perseptual yang sama, meskipun mereka duduk di
ruang yang sama. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan produk dari
perpaduan sistem internal dan sistem eksternal.
8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya akan semakin efektif komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada cenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama
untuk saling saling dikomunikasikan. Mempunyai makna yang sama terhadap
simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Makna suatu pesan baik verbal
maupun non verbal pada dasarnya terikat budaya.
9. Komunikasi bersifat non-sekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak dalam satu arah.
Melibatkan respons-tanggap-respons sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima, dimengerti, dan direfleksikan sebagai umpan balik
sehingga dijadikan bahan untuk melakukan respons selanjutnya.
Komunikasi sirkuler ditandai dengan:
a. Orang-orang berkomunikasi dianggap setara, tidak ada status yang baku,
dengan kata lain mereka mengirim dan menerima pesan pada saat yang
sama.
b. Proses komunikasi berjalan timbal balik dan bukan linear,
c. Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dan umpan balik,
d. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit, ada proses kimiawi,
interpretasi pesan yang masuk dengan terjadinya interkoneksi,proses
penginderaan, dan lain-lain.
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional
Keputusan untuk menggunakan gagasan atau ide tersebut merupakan hak dari
komunikan.dunia periklanan sangat erat kaitannya dengan komunikasi
transaksional. Seorang akan menilai sebuah produk yang dipasarkan
berdasarkan iklan yang disampaikan apakah menarik atau tidak, tergantung
masyarakat yang menilai. Konsekunsi dari prinsip bahwa komunikasi
merupakan sebuah proses adalah komunikan itu dinamis dan transaksional,
oleh karena itu komunikasi dijalankan menurut sistem yang ada. Melalui proses
yang sistematis, komunikasi berproses secara berurutan agar siapapun yang
mendengarkan bisa menerima dengan baik.
11. Komunikasi bersifat ireversibel
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol efek
yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik
kembali, jika seorang perawat membentak atau menyakiti klien, maka efek
sakit hati klien tidak akan hilang begitu saja pada diri klien tersebut. Prinsip
irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai sebuah proses yang
selalu berubah dan yang menyadarkan kita agar selalu hati-hati dalam
menyampaikan sebuah kesan kepada orang lain terutama kepada klien. Sebab
dalam komunikasi, sekali kita mengirimkan pesan, kita tidak dapat
mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan
efek pesan.
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Prinsip ini berarti bahwa komunikan bukan satu-satunya obat mujarab yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini karena setiap persoalan
atau konflik mungkin berkaitan dengan masalah structural, perbedaan prinsip,
dan lain-lain. Agar komunikasi berjalan efektif, maka kendala harus diatasi.

2.3 Syarat komunikasi efektif

a. Dapat dipercaya (Credible)


Dalam arti harfiah, Credible diartikan seseorang mempunyai kelebihan
dan merupakan pengakuan komunikan terhadap keberadaan
komunikator atau sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh posisi dan
kedudukan strata sosiokultural tertentu sangat mempengaruhi
pengakuan dan kredibilitas seseorang.
a) Kompetensi merupakan penguasaan ilmu luas yang dimiliki
oleh komunikator pada masalah yang dibahas.
b) Sikap merupakan karakter pribadi sebagai penguatan sehingga
pembicarannya dipercaya oleh khalayak (penerima pesan)
c) Tujuan inti dari adanya komunikasi adalah terjadinya perubahan
perilaku sehingga apa yang disampaikan seharusnya
mempunyai tujuan yang baik.
d) Kepribadian merupakan suasana hangat dan bersahabat dengan
memperlihatkan kultural setempat saat menyampaikan isi pesan
akan membawa khalayak atau penerima pesan larut dalam
pembicara.
e) Dinamis merupakan kualitas dari isi pesan yang mampu
menarik perhatian khalayak atau penerima pesan.
b. Konteks (Context)
Pesan yang disampaikan hendaknya sesuai dengan kepentingan sasaran.
Materi yang kontekstual berarti materi yang akan dismapaikan didesain
untuk memenuhi kepentingan sasaran yang berarti bahwa materi yang
akan disampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan saat ini. Pemilihan
materi pesan yang akan disampaikan tergantung dari Bagaimana
perawat menyimpulkan sebuah rumusan masalah sehingga muncul
diagnosis keperawatan, dan dari diagnosis keperawatan tersebut
perawat memulai menyusun materi.
c. Isi (Content)
Isi materi merupakan inti dari kegiatan komunikasi. Hal ini sesuai
dengan tujuan komunikasi yang akan dilakukan, dengan harapan akan
memberikan efek positif yaitu terjadinya perubahan perilaku dari
komunikan.
d. Kejelasan (Clarity)
Selain harus dapat dimengerti dan diterima, maka kejelasan dari pesan
itu sendiri perlu dipertegas sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagi penafsiran yang berlainan.
e. Kesinambungan dan konsistensi (Continuity and Consistency)
Pesan yang disampaikan sebaiknya konsisten dan berkesinambungan
serta tidak menyimpang dari topik ataupun tujuan komunikasi yang
telah ditetapkan. Apabila terlalu menyimpang, maka akan kembali ke
konteks semula seperti yang telah dibicarakan sebelumyan.
f. Saluran (Channel)
Saluran yang digunakan dalam komunikasi sesuai dan memungkinkan
penerimaann yang baik dan cermat oleh komunikan. Pada seseorang
dengan gangguan bicara karena adanya gangguan fungsi syaraf, maka
saluran yang dipakai adalah dengan menulis dikertas, dan sebagainya.
Intinya saluran yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi saat
ini termasuk menggunakan alat atau tidak. Pada penyuluhan sebaiknya
menggunakan flip chart.
g. Kepabilitas sasaran (Capability of Audience)
Materi dan teknik penyampaikan pesan disesuaikan dengan
kemampuan penerimaan sasaran, sedangkan pesan itu sendiri tidak
membingungkan.

2.4 Kiat komunikasi yang efektif

Komunikasi keperawataan merupakan wahana utama dalam praktek


keperawatan yang dilakukan antar :

1) Perawat-klien
2) Perawat-keluarga klien
3) Perawat-perawat
4) Perawat-dokter
5) Perawat-petugas lain yang terkait.

2.5 Komunikasi Efektif Hubungan Interpersonal Antara Dengan Sesama Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga
kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal.

Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan


yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.

Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan


atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan
wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi
klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan
contoh hubungan struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat
merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi
dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak
membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien komunikasi antar


tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan
struktural dan hubungan intrapersonal. (Mundakir,2006)

a) Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan


yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama
dalam memberikan pelayanan.
b) Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan
atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan
wewenang dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat
primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
c) Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan
ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa
pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.(Mundakir,2006)

Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

Tunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara:

1. Silih Asuh

Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati,


dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga terbina
hubungan yang serasi.

2. Silih Asih

Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling mrnhargai satu
sama lain, saling mengahrgai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta
bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat
menimbulkan sikap saling curiga dan benci.

3. Silih Asah

Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan,
dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa
pamrih.
BAB 3
REVIEW JURNAL
Judul Jurnal : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI
TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA MENURUT PERSEPSI
PERAWAT DI RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Penulis : Nurhikmah Panjaitan

Volume & Halaman : Vol. 1 No. 5 Januari 2015, Hal: 1-11

Tahun : 2015
Jurnal : Jurnal Kesehatan Surya Nusantara
Hasil :
1. Latar Belakang
Alasan : Masalah Kinerja Karyawan. Kinerja karyawan dianggap penting bagi
organisasi karena keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja itu
sendiri. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melakukan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Harahap, 2012). Faktor kepemimpinan dalam organisasi
memegang peranan penting, karena bawahan bekerja tergantung dari
kemampuan pimpinannya. Pemimpin yang efektif akan mampu menularkan
optimisme dan pengetahuan yang dimilikinya dalam mencapai tujuan
organisasi.
Tujuan Penelitian :
Menganalisis hubungan kepemimpinan dan komunikasi kepala ruangan
terhadap kinerja perawat pelaksana menurut persepsi perawat di Rumah Sakit
Pertamina Pangkalan Brandan Tahun 2014.
Teori dan Hasil penelitian sebelumnya:
Hasil analisis antara variabel komunikasi kepala ruangan dengan kinerja
perawat pelaksana menurut persepsi perawat mempunyai hubungan yang
bermakna yang ditandai dengan nilai p<0,05 (p = 0,002) sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima yakni ada hubungan antara komunikasi dengan kinerja perawat
pelaksana menurut persepsi perawat di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan.
2. Metode Eksperimen
Subjek Penelitian : seluruh perawat pelaksana di Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan yang berjumlah 36 orang.
Teknik Pengumpulan Data : total sampling, Validitas intrumen, (content
validity), uji reliabilitas
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil :
kategori kepemimpinan kepala ruangan mayoritas dengan kategori baik yakni
sebanyak 34 responden (94,4%) dan minoritas dengan kategori kurang dengan
jumlah responden 2 orang (5,6%). kategori komunikasi kepala ruangan
mayoritas baik yakni sebanyak 29 responden (80,6%) dan minoritas kurang
yakni sebanyak 7 responden (19,4%). kategori kinerja perawat pelaksana
mayoritas baik yakni sebanyak 27 responden (75%) dan minoritas kurang yakni
sebanyak 9 responden (25%). Hasil analisis antara variabel komunikasi kepala
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana menurut persepsi perawat
mempunyai hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p<0,05 (p =
0,002) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yakni ada hubungan antara
komunikasi dengan kinerja perawat pelaksana menurut persepsi perawat di
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.
Pembahasan :
1. Kinerja Perawat Pelaksana
bahwa kategori kinerja perawat pelaksana mayoritas baik yakni sebanyak 27
responden (75%) dan minoritas kurang yakni sebanyak 9 responden (25%).

a. Pengkajian

Pengkajian data pasien serta penyakit yang dideritanya merupakan


tahap awal yang menjadi acuan bagi proses asuhan keperawatan pada tahap
berikutnya. Apabila pada tahap pengkajian tidak dilakukan dengan baik maka
akan berdampak kepada kurang akuratnya tahap diagnosis sampai kepada
pelaksanaan tindakan keperawatan.

b. Diagnosa

Pelaksanaan asuhan keperawatan tahap diagnosis, ditemukan


merupakan yang paling tinggi dari semua aspek asuhan keperawatan yakni
mencapai 69,45% perawat pelaksana.

c. Perencanaan

Konsep perencanaan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada


pasien mencakup kebutuhan pasien secara menyeluruh, dan dasar menyusun
rencana tindakan keperawatan tersebut adalah data yang telah dikumpulkan
pada tahap asuhan keperawatan sebelumnya yaitu pengkajian dan diagnosis.
Oleh karena itu kesesuaian data pasien antar shift kerja perawat perlu
dikomunikasikan sehingga dapat dirumuskan suatu rencana tindakan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien serta menghindari
terjadinya kesalahan menetapkan tindakan keperawatan (Yulia, 2006).

d. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pada model asuhan keperawatan fungsional, pemberian asuhan


keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.
Komunikasi antara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin
kepala ruangan. Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak
mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan, dan kurang
merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
e. Evaluasi

Sesuai dengan konsep dan fungsi evaluasi dalam teori manajemen


adalah untuk mengukur kesesuaian pelaksanaan kegiatan keperawatan dengan
pedoman asuhan keperawatan yang berlaku di rumah sakit serta untuk
mengetahui kendala atau hambatan yang dihadapi perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.

2. Hubungan Kepemimpinan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Menurut


Persepsi Perawat di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan

a. Kepiawaian Menggunakan Posisi


b. Kemampuan Memecahkan Masalah secara Efektif
c. Ketegasan Sikap dan Komitmen dalam Pengambilan Keputusan
d. Kemampuan Menjadi Media dalam Penyelesaian Konflik Kinerja
e. Keterampilan dalam Komunikasi dan Advokasi

3.Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Menurut Persepsi


Perawat di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan

Belum optimalnya fungsi komunikasi dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan di RSU Pertamina Pangkalan Brandan diakibatkan kurangnya
keterbukaan dan rasa empati kepala ruangan kepada perawat pelaksana serta
dalam proses komunikasi belum ditunjukkan kepala ruangan sikap mendukung
dan sikap sportif tentang materi yang dikomunikasikan serta kepala ruangan
tidak merasa ada kesetaraan dengan perawat pelaksana. Hasil analisis antara
variabel komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana menurut
persepsi perawat mempunyai hubungan yang bermakna yang ditandai dengan
nilai p<0,05 (p = 0,002) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yakni ada
hubungan antara komunikasi dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit
Pertamina Pangkalan Brandan. Sesuai dengan penelitian Salfiya (2011)
menemukan bahwa keterbukaan, empati, perilaku suportif, perilaku positif,
kesetaraan merupakan faktor penunjang efektivitas komunikasi antarpribadi
perawat dalam menyampaikan pesannya kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat. Karena dengan faktor-faktor tersebut sebuah pesan yang
disampaikan perawat kepada para pasien bisa diterima dengan baik oleh para
pasien sehingga semua itu bisa berdampak pada kegiatan keperawatan yang
nantinya akan berpengaruh pada perkembangan kesehatan kejiawaan para
pasien kearah yang lebih baik Salah satu diantara keterampilan kepemimpinan
adalah human relation, disamping dua keterampilan lainnya, yaitu conceptual
skills, dan technical skills. Keterampilan human relation, ialah suatu
keterampilan yang didalamnya meliputi berbagai penguasaan dan kemampuan,
diantaranya “kemampuan berkomunikasi secara jelas dan efektif”. Dengan
demikian kemampuan berkomunikasi merupakan bagian dari keterampilan
“human relation” sebagai bagian dari kualitas atau persyaratan utama yang
mutlak diperlukan oleh seorang pemimpin, disamping keterampilan
keterampilan yang lain.

a. Keterbukaan (Openness)
Proses komunikasi antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana harus
didukung dengan adanya kesediaan untuk membuka diri, mengungkap
informasi yang biasanya disembunyikan asalkan pengungkapan diri
tersebut dilakukan secara pantas. Salah satu ciri dalam Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) adalah penerapan komunikasi yang
efektif. Beberapa bentuk komunikasi dalam MPKP adalah : (a) Operan, (b)
Pre Conference, (c) Post Conference
b. Empati (Empathy)
Fungsi empati dalam komunikasi antara kepala ruangan dengan perawat
pelaksana sesuai dengan konsep komunikasi interpersonal yang efektif
merupakan suatu kemampuan merasakan orang lain, artinya sejauhmana
kepala ruangan merasakan apa yang dirasakan oleh perawat pelaksana. Jika
kepala ruangan mampu berempati kepada perawat pelaksana maka perawat
pelaksana tersebut akan berada dalam posisi yang lebih baik serta dapat
mendorong dirinya melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik.
c. Sikap Mendukung (Supportiveness)
Komunikasi supportif mengandung landasan orientasi pada masalah,
diberikan secara verbal dan non-verbal yang sinkron, menekankan pada
pembenaran sehingga orang yang sedang berkomunikasi merasa nyaman
karena berarti telah memberi pengakuan akan kehadiran, keunikan dan arti
penting dari orang lain yang diajak berkomunikasi. Komunikasi suportif
juga bersifat spesifik, terkait logis dengan informasi sebelumnya, dan diakui
secara nyata, serta mengandung sikap mau mendengar dan memberi
informasi.
d. Sikap Positif (Positiveness)
Strategi komunikasi yang konsisten adalah untuk meningkatkan efektifitas,
efisiensi, akses data, dan deteksi kesalahan. Jenis komunikasi yang dominan
adalah bentuk tertulis. Media komunikasi yang langsung dimanfaatkan
dalam transfer informasi adalah media yang berhubungan dengan pasien.
Media tersebut adalah tatap muka, status pasien, buku laporan, dan buku
injeksi. Transfer informasi dominan tidak lengkap perpasien.
e. Kesetaraan (Equality)
Perilaku lain yang dapat memperlihatkan integritas dan kredibilitas
pemimpin adalah kemampuan berkomunikasi. Seorang pemimpin akan
memilih kalimat, mengucapkan kata-kata dan bahasa tubuh yang dapat
memberikan pengaruh pada orang lain. Selain itu, materi komunikasi yang
disampaikan dapat memberi inspirasi pada bawahan atau orang lain.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan : Hasil analisis antara variabel kepemimpinan kepala ruangan
dengan kinerja perawat pelaksana mempunyai hubungan yang bermakna yang
ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,012) dan hasil analisis antara variabel
komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana mempunyai
hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,002)
sehingga terdapat hubungan antara kepemimpinan dan komunikasi kepala
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan.

Saran :

1. Bagi Rumah Sakit Manajemen rumah sakit hendaknya meningkatkan fungsi


kepemimpinan kepala ruang perawatan sebagai upaya meningkatkan kinerja
perawat pelaksana melalui sistem penjenjangan yang terarah untuk jabatan
kepala ruang perawatan dan memberikan kesempatan untuk mengikuti
pelatihan mengenai kepemimpinan dan komunikasi.

2. Bagi Kepala Ruangan Setiap kepala ruang perawatan perlu melakukan


komunikasi yang efektif dengan perawat pelaksana, khususnya bersikap
objektif dalam berkomunikasi dengan perawat pelaksana
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah
dokter, ahli gizi, apoteker, dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai
tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling
menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik. Selain
itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama


perawat baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan
dan pengalamannya kepada sesama perawat dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

Dan karna itu seorang perawat dituntut haru bisa menjaga hubungan
disetiap kalangan termasuk hubungan perawat dengan perawat. Setiap perawat
harus mampu mejaga komunikasi dengan setiap kalangan masyarakat, dan bisa
menciptakan kondisi hubungan yang baik.

4.2 Saran

Hendaknya mahasiswa sangat memperhatikan materi ini, karna sebagai


perawat materi ini sangat berguna untuk kita, saat kita sudah terjun dalam dunia
kerja dan berhadapan langsung dengan berbagai macam kalangan masyarakat
kita mampu menciptakan kondisi hubungan yang baik dan bisa membangun
kepercayaan diantara kita.
DAFTAR PUSTAKA

Mundakir, 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Yogyakarta:


Graha Ilmu

Nasir Abdul, Muhith Abdul, Sajidin, Mubarak Wahit Iqbal. 2009.Komunikasi


dalam keperawatan:teori dan aplikasi.Jakarta: Salemba Medika.

Potter and Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai