Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT KRONIS DAN TERMINAL

Disusun oleh :
Nama : M. Abdi Yulianto
Prodi : D3 Keperawatan
NIM : 202002010079

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga,
dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi
proses penyakit kronis dan terminal? Peran perawat sangat komprehensif dalam
menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang
merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992), karena pada dasarnya
setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (Basic spiritual needs, Dadang
Hawari, 1999).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan
WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur
dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan
dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena
peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat
dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda
Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan,
sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap
melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat
tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal
dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang
ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. 2 Pasien terminal biasanya mengalami rasa
depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam
fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat.
Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat
hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri
pasien untuk menghadapi alam yang kekal. Oleh karena itu penulis membuat makalah
asuhan keperawatan asuhan klien dengan penyakit kronis dan terminal, agar nantinya
perawat juga memberikan perhatian khusus untuk masalah ini, dan permasalahan
tidak memjadi suatu aspek yang terabaikan seperti saat ini.
Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah
akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien
tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan
spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan
sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang
kekal. Oleh karena itu penulis membuat makalah asuhan keperawatan asuhan klien
dengan penyakit kronis dan terminal, agar nantinya perawat juga memberikan
perhatian khusus untuk masalah ini, dan permasalahan tidak memjadi suatu aspek
yang terabaikan seperti saat ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah yang sesuai yaitu :
1. Apa definisi penyakit kronis dan terminal?
2. Apa penyebab penyakit kronis dan terminal?
3. Apa saja jenis penyakit kronis dan terminal?
4. Bagaimana sifat penyakit kronis?
5. Apa dampak dari penyakit kronis?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyakit kronis?
7. Apa saja  Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis?
8. Bagaimana Penatalaksanaan penyakit kronis dan terminal?
9. Bagaimana tahapan asuhan keperawatan penyakit kronis dan terminal?
10. Bagaimana Bantuan yang dapat diberikan saat berduka?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui
1. Definisi penyakit kronis dan terminal
2. Penyebab penyakit kronis dan terminal
3. Penis penyakit kronis dan terminal
4. Sifat penyakit kronis
5. Dampak dari penyakit kronis
6. Faktor yang mempengaruhi penyakit kronis
7. Perilaku klien dengan penyakit kronis
8. Penatalaksanaan penyakit kronis dan terminal
9. Tahapan asuhan keperawatan penyakit kronis dan terminal
10. Bantuan yang dapat diberikan saat berduka

D. Manfaat penulisan
Bagi penulis
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis
2. Bahan pembelajaran dan evaluasi
Bagi masyarakat
1. Menambah kewaspadaan masyarakat
2. Membuka pemikiran dan pengetahuan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi penyakit kronis dan terminal


Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih
dan Karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik yang
dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit
diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.

Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak
ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh
suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang
progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,
psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Ross, 1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1999)

B. Penyebab penyakit kronis dan terminal


Penyakit kronis dapat di derita oleh semua kalangan maupun kelompok usia, tingkat
sosial,ekonomi dan budaya. Kemajuan dalm teknologi perawatan dan farmakologi
telah memperpanjang rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab
penyakit kronis yang mendasari. Peningkatan dalam metode skrining dan diagnosa
memungkinkan deteksi dini penyakit, sementara kondisi tersebut masih dapat di obati,
dengan demikian juga meningkatkan umur panjang. Meskipun merupakan penyakit
infeksi AIDS merupakan penyakit kronis karna perkembangan dan penggunaan
medikasi baru untuk mengobati infeksi opotunistik.
Meskipun teknologi dapat menyelamatkan hidup, teknologi juga dapat mengakibatkan
masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang
untuk menyembuhkannnya. Sebagai contoh teknologi sangat meningkatkan angka
bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature
namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap
komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan

C. jenis penyakit kronis dan terminal


Selain perjalanan penyakit yang lebih lama, penyakit kronis juga terbilang lebih
kompleks dan dapat menyebabkan kondisi seseorang semakin melemah secara
bertahap. Sebagian penyakit kronis juga tidak dapat disembuhkan sepenuhnya.
Beberapa contoh penyakit yang dapat digolongkan sebagai penyakit kronis adalah:
1. Gagal jantung
Gagal jantung merupakan penyakit kronis pada jantung yang membuat jantung
membengkak, sehingga mengganggu kinerja jantung dalam memompa darah.
Gejala utama gagal jantung adalah sesak napas, cepat lelah, serta pembengkakan pada
tungkai dan pergelangan kaki. Gejala ini dapat berkembang secara bertahap atau
terjadi secara tiba-tiba.
Pengobatan gagal jantung dilakukan untuk meredakan gejala dan meningkatkan
kekuatan dan fungsi jantung. Untuk mengobati penyakit kronis ini, dokter dapat
menyarankan penderita gagal jantung untuk membatasi aktivitasnya, mengurangi
asupan cairan dan garam, serta memberikan obat-obatan.
2. Kanker
Kanker adalah jenis penyakit kronis dengan angka kematian yang cukup tinggi.
Pasalnya, penyakit ini sering kali tidak menimbukan gejala pada tahap awal, sehingga
baru terdeteksi ketika kanker sudah memasuki tahap yang berat atau stadium lanjut.
Gejala kanker yang muncul tergantung pada jenis kanker dan organ tubuh yang
terkena. Namun, secara umum, penderita kanker biasanya dapat mengalami beberapa
tanda dan gejala berupa:

 Muncul benjolan di bagian tubuh tertentu


 Nyeri di salah satu bagian tubuh
 Penurunan berat badan yang drastis tanpa sebab yang jelas
 Demam berkepanjangan
 Lemas dan mudah lelah
 Batuk kronis
 Mudah memar atau sering mengalami perdarahan secara spontan, misalnya
mimisan atau BAB berdarah

Penyakit kronis ini perlu dideteksi sejak dini dengan pemeriksaan skrining kanker.


Jika seseorang terdiagnosis kanker, dokter akan mengobati penyakit tersebut dengan
kemoterapi, operasi, dan radioterapi. Penentuan jenis penanganan akan disesuaikan
dengan kondisi penderita serta jenis dan stadium kanker.
3. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang dapat
menyebabkan penyakit jantung dan stroke, jika tidak diobati. Penyakit kronis ini
umumnya tidak bergejala.
Biasanya, gejala hipertensi baru muncul bila tekanan darah penderitanya sudah sangat
tinggi. Gejala yang dapat muncul, yaitu sakit kepala, lemas, gangguan penglihatan,
nyeri dada, dada berdebar, dan sesak napas.
Penyakit kronis ini bisa dicegah dan diatasi dengan cara menjalani pola gaya hidup
sehat, mengurangi asupan garam, dan konsumsi obat antihipertensi sesuai resep
dokter.
4. Diabetes
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah.
Penyakit kronis ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala
berupa sering haus dan lapar, sering buang air kecil (terutama di malam hari),
pandangan kabur, luka yang sulit sembuh, sering mengalami infeksi, kulit gatal, dan
munculnya sensasi kesemutan, perih, atau mati rasa.
Penyakit ini bisa diobati dengan cara menjalani pola makan sehat, menggunakan obat
diabetes, dan mempertahankan berat badan ideal.
5. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun secara
bertahap dan menetap. Gagal ginjal disebut kronis jika sudah terjadi dalam waktu
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Kondisi ini bisa juga diawali dengan gagal ginjal
akut yang tidak tertangani.
Gejala gagal ginjal kronis meliputi pembengkakan pada tungkai, nyeri dada, dan
tekanan darah tinggi yang tidak terkendali. Secara umum, pengobatan gagal ginjal
kronis meliputi pemberian obat-obatan, cuci darah, dan transplantasi ginjal.
Penyakit dibedakan menjadi akut dan kronis berdasarkan lama perkembangan
penyakitnya, bukan berdasarkan tingkat bahayanya. Baik penyakit akut maupun
kronis sama-sama perlu diperiksakan ke dokter dan ditangani dengan tepat, agar
penyakit tersebut tidak bertambah parah dan menimbulkan komplikasi atau bahkan
kematian.
Beberapa jenis penyakit terminal
1) Penyakit-penyakit kanker
2) Penyakit-penyakit infeksi
3) Congestif Renal Falure (CRF)
4) Stroke Multiple Sklerosis
5) Akibat kecelakaan fatal
6) AIDS

D. Sifat penyakit kronis


Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa
sifat diantaranya adalah :
a.         Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh
penyakit       jantung.
b.        Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
c.         Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu  dengan kondisi yang sama
atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

E. Dampak dari penyakit kronis


Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a.         Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
1)        Klien menjadi pasif
2)        Tergantung
3)        Kekanak-kanakan
4)        Merasa tidak nyaman
5)        Bingung
6)        Merasa menderita
b.        Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM
adanya Trias P
1)        Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan
secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
2)        Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.

F. Faktor yang mempengaruhi penyakit kronis


a.         Persepsi klien terhadap situasi
b.        Beratnya penyakit
c.         Tersedianya support social
d.        Temperamen dan kepribadian
e.         Sikap dan tindakan lingkungan
f.         Tersedianya fasilitas kesehatan

G. Perilaku klien dengan penyakit kronis


Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
a.         Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung,
stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan
sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui
bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis
ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk
mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan
menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya
perubahan body image).
b.        Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang
umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi
pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi
individu yang telah menjalani  operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah
dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi
dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker.
c.         Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis.
Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung
mengalami depresi.
7.         Respon keluarga
Keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit yang
diderita oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu :
a.        Penolakan (Denial)
Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau tidak
menerima dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga mengangap penyakit yang
diderita tidak terlalu berat dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera
sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek.
b.        Cemas
Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah divonis oleh
pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh penyakit tersebut dan
takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh pesien.
c.        Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi yang
dialami pasien akan mengalami depresi.

H. Penatalaksanaan penyakit kronis dan terminal


Penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kronis adalah sangat
penting. Penatalaksanan harus melibatkan kesehatan mental, memantau
perkembangan klien, dan melibatkan keluarga. Pengobatan sederhana tidak cukup.
Klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan yang
diberikan, dan mempunyai keluarga yang mendukung dan membantu dalam rencana
pengobatan. Beberapa prinsip penatalaksanaan klien dengan kondisi kronis adalah
sebagai berikut:

a.         Pendidikan kesehatan
Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan keterbatasan
pengobatan. Pendidikan kesehatan harus langsung pada penderita dan keluarganya
dan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

b.        Merespons terhadap emosi


Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan keluarganya untuk
mengemukakan perasaannya, kekhawatirannya, dan harapannya.

c.         Melibatkan keluarga
Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting. Keluarga
harus dibantu agar tidak melakukan sikap yang berlebihan terhadap anak, seperti
terlalu melindungi, terlalu khawatir dan memberikan perhatian berlebihan.

d.        Melibatkan pasien
Bila klien dilibatkan dalam penatalaksaan penyakitnya, maka mereka akan lebih patuh
dan bertanggungjawab.
 

e.         Melibatkan tim multidisiplin


Beberapa ahli diperlukan dalam menatalaksana remaja dengan kondisi kronis, seperti
dokter, psikolog, pekerja sosial, okupasi-terapis, fisioterapis, ahli gizi, dan ahli lain
yang terkait.

f.         Menyediakan perawatan yang berkelanjutan


Klien dengan kondisi kronis membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya. Paling
sedikit salah satu dari anggota tim, lebih baik dokter dari pusat kesehatan primer
(seperti Puskesmas), yang membina hubungan jangka panjang dengan penderita dan
keluarganya. Peran dokter disini adalah mengkoordinasi perawatan berbagai spesialis
(multidisiplin), memantau tumbuh kembangnya, memberikan petunjuk yang mungkin
diperlukan, dan lain sebagainya.

g.        Menyediakan pelayanan rawat jalan yang komprehensif


Diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi, pendidikan,
penelitian, dikatakan bahwa klien yang mendapatkan pelayanan yang komprehensif,
dapat menurunkan frekuensi rawat inap, lama dirawat, biaya di rumah sakit, dan
menurunkan kemungkinan dirawat kembali.

h.        Merujuk ke kelompok pendukung (kelompok sebaya atau kelompok penyakit


sejenis).
Ikut dalam kelompok pendukung dapat saling tukar pengalaman dan informasi antara
penderita dan keluarga lain dengan masalah yang sama.

i. Mengembangkan teknik menolong diri sendiri Pelatihan (terapi perilaku)


Terhadap klien dalam teknik mengatasi stres atau rasa sakit, dapat membantu
klien mengurangi stres terhadap penyakit dan pengobatan yang diberikan.

j.          Pembatasan
Bila kepatuhan atau perilaku yang menjadi masalah, remaja harus dibuat disiplin, dan
tim yang merawat serta keluarganya harus setuju dan mendukung.

k.        Perawatan di rumah sakit


Bila diperlukan perawatan remaja di rumah sakit, terbaik bila ditangani dalam
lingkungan yang kondusif untuk kebutuhan perkembangan remaja.

Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling pada Pasien Terminal


a. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal
Perawat membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Pokok-pokok dalam
memberikan bimbingan dan konseling dalam perawatan pasien terminal terdiri
dari:

1) Peningkatan Kenyamanan Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien


kanker. Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian
gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada
perawat dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat
bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara
memberikan kenyamanan pada klien.
2) Pemeliharan Kemandirian Proses penuaan , Lingkungan yang buruk ( tidak
mendukung kesehatan ), makanan, agen pathogen, infeksi, kelalaian terhadap
lingkungan sekitar, genetik, kondisi kesehatan . Agen yang menyebabkan penyakit
masuk ke dalam tubuh Menginfeksi imun di dalam tubuh Sistem dalam tubuh
terganggu Penyakit kronis ,kelainan syaraf ,kondisi keganasan ,keracunan,
kecelakaan / trauma Menjadi penyakit terminal
Berduka Ansietas Disstres spiritual Perubahan proses keluarga Tempat perawatan
yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah
perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah.
Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga
danklien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan
aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi,
makan, membaca, akan meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh
memaksakan partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan secara fisik
membuat partisipasi tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan
kepada keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan.

3) Pencegahan Kesepian dan Isolasi Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan


sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga,
teman dekat dapat mencegah kesepian.

4) Peningkatan Ketenangan Spiritual Peningkatan ketenangan spiritual


mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian
mendekat, klien sering mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat
membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien terminal
mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum
menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari
yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga
harapn dan cinta, cinta dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang
tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga. Perawat dan keluarga
memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan ketrampilan komunikasi,
empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

5) Dukungan untuk keluarga yang berduka Anggota keluarga harus didukung


melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai.
Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan
penjelasan, seperti alat bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi
selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.

I. Bantuan yang dapat diberikan saat berduka


Bantuan terpenting berupa emosional.

a. Pada Fase Denial

Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan
perasaan-perasaannya.

b. Pada Fase Marah

Biasansya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang


marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang
normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik
bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan
asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.

c. Pada Fase Menawar

Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien
untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak
masuk akal.

d. Pada Fase Depresi

Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari
pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.

e. Pada Fase Penerimaan

Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-
temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu
dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk
menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

J. Tahapan asuhan keperawatan penyakit kronis dan terminal


Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses keperawatan
dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan (Purwaningsih dan kartina, 2009).

1.         Pengkajian
a.         Pengkajian terhadap klien
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1)        Respon emosi klien terhadap diagnosa
2)        Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3)        Upaya klien dalam mengatasi situasi
4)        Kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan
5)        Persepsi dan harapan klien
6)        Kemampuan mengingat masa lalu
b.        Pengkajian terhadap keluarga

Hal-hal yang perlu dikaji adalah :


1)        Respon keluarga terhadap klien
2)        Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya
3)        Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4)        Kapasitas dan system pendukung yang ada
5)        Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6)        Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan
yang terjadi

c.         Pengkajian terhadap lingkungan


1)        Sumber daya yang ada
2)        Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3)        Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4)        Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja

2.         Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses pengkajian klien
dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih dan kartina, 2009) :
a.         Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan
perubahan
b.        Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengekspresikan perasaan
c.         Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
d.        Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan ketidakmampuan
dan ketidak pedulian karena stress
e.         Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kondisi kesehatan
f.         Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di hargai

Asuhan Keperawatan pada pasien Terminal

A. Pengkajian Riwayat Kesehatan


1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2) Riwayat kesehatan dahulu

Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit
yang sama
3) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
4) Head To Toe

Perubahan fisik saat kematian mendekat:


a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melamban
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
B. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan
situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan
kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup
2) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
3) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
( tempat perawatan )

4) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. Respon klien dalam
kondisi kroni sansgat tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga
dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda.
Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien kronis.
Orang yang telah lama hidup sendiri, menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai
kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-
orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,
kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon
terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian
utama pasien dengan penyakit kronis sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Jadi tugas perawat untuk dapat lebih memahami dan memberi perawatan yang sesuai
dengan kondisi pasien. Perawat juga harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang
baik pada klien yang mengalami penyakit kronis.

B.       Saran
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi kronis, tujuannya untuk
dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam
hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC


Yosep,Iyus.2007.Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama
Herdman, Heather.2010.Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta:EGC
Dian Al Mira. 2012. Makalah Penyakit Kronis.
http://dianalmira.blogspot.ca/2012/12/makalah-penyakit-kronis.html. diakses pada hari rabu,
19 Desember 2012
Tekek Ngambang. 2013. Askep Klien Penyakit Terminal.
http://thinkgoodone.blogspot.ca/2012/09/askep-klien-penyakit-terminal.html. diakses pada
tanggal 17 Juli 2013
Anita Tjie, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai